Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGENDALIAN LINGKUNGAN

Disusun oleh

GITTA AMELLYNDA P.M ( 121140150 )

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” YOGYAKARTA

2017
Undang Undang Pengendalian Hidup yang Menyangkut Industri

1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
2. Keputusan MENLH Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
3. Keputusan MENLH Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis
Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit
pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
4. Keputusan MENLH Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pedoman dan
Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak
Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
5. Keputusan MENLH Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air
6. Keputusan MENLH Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah Ke Air atau Sumber Air
7. Keputusan MENLH Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara
8. Keputusan MENLH Nomor 114 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air
9. Keputusan MENLH Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air
10. Keputusan MENLH Nomor 142 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas
Keputusan MENLH Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah Ke Air atau Sumber Air
11. Keputusan MENLH Nomor 122 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Keputusan MENLH Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
12. Keputusan MENLH Nomor 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan /atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas
atau Tembaga
13. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Timah
14. Peraturan MENLH Nomor 09 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel
15. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Industri Vinyl Chloride Monomer dan Poly
Vinyl Chloride
16. Peraturan MENLH Nomor 01 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air
17. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi
18. Peraturan MENLH Nomor 08 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Industri Petrokimia Hulu
19. Peraturan MENLH Nomor 09 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Industri Rayon
20. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Industri Terephthalate Acid dan Poly
Ethylene Terephthalate
21. Peraturan MENLH Nomor 13 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pengelolaan Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Hulu Minyak dan Gas Bumi Serta Panas Bumi Dengan Cara Injeksi
22. Peraturan MENLH Nomor 16 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Industri Keramik
23. Peraturan MENLH Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sertifikasi
Kompetensi dan Standar Kompetensi Manajer Pengendalian
Pencemaran Air
24. Peraturan MENLH Nomor 08 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal
25. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Industri Oleokimia Dasar
26. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air
Hujan
27. Peraturan MENLH Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Besi
28. Peraturan MENLH Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung
Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk
29. Peraturan MENLH Nomor 34 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit
30. Peraturan MENLH Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tatalaksana
Pengendalian Pencemaran Air
31. Peraturan MENLH Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kawasan Industri
32. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Industri Minyak Goreng
33. Peraturan MENLH Nomor 05 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Industri Gula
34. Peraturan MENLH Nomor 06 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu
35. Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas
Bumi
36. Peraturan MENLH Nomor 02 Tahun 2011 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi
Gas Metana Batubara

ISO 14000

Dalam mengelola lingkungan maka dibutuhkan standar yang jelas,


yaitu ISO 14000. Sistem ISO 14000 adalah standar sistem pengelolaan
lingkungan yang dapat diterapkan pada bisnis apapun, terlepas dari ukuran,
lokasi, atau pendapatan. Tujuan dari sitem ini adalah untuk mengurangi
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh bisnis dan untuk mengurangi
polusi dan limbah yang dihasilkan oleh bisnis.
 Sejarah dan Definisi ISO

ISO adalah jaringan institusi standar nasional dari 148 negara, pada
dasarnya satu anggota per negara, dengan sekretariatan pusat berada di
Geneva, Switzerland, yang mengkoordinasikan sistem. ISO bukan organisasi
pemerintahan. ISO menempati posisi spesial diantara pemerintah dan swasta.
Hal ini disebabkan karena di satu sisi, banyak anggota institusi adalah bagian
dari struktur pemerintahan negaranya atau ditugaskan oleh pemerintah.
Tetapi di sisi lain, anggota lainnya berasal dari sektor privat, yaitu industri.

Oleh karena itu, ISO dapat bertindak sebagai organisasi yang


menjembatani dimana konsensus dapat diperoleh pada pemecahan masalah
yang mempertemukan kebutuhan bisnis dan kebutuhan masyarakat.

Standarisasi internasional dimulai dari bidang elektronik: the


International Electrotechnical Commission (IEC) yang didirikan pada tahun
1906. Pada tahun 1946, delegasi dari 25 negara bertemu dan memutuskan
membuat organisasi internasional baru, dengan tujuan ”untuk memfasilitasi
koordinasi internasional dan penyatuan standar industri.” Organisasi baru,
ISO, resmi mulai beroperasi pada 23 Februari 1947.

ISO 9000 dan ISO 14000 telah diimplementasikan oleh 610000


organisasi di 160 negara. ISO 9000 telah menjadi referensi internasional
untuk keperluan manajemen kualitas dan ISO 14000 untuk manajemen
lingkungan.

Pokok besar standar ISO sangat spesifik pada hasil, bahan, dan proses.
Reputasi ISO 9000 dan 14000 dikenal sebagai ”standar sistem manajemen
umum”. Umum disini maksudnya adalah standar yang sama dapat
diaplikasikan pada organisasi apapun besar atau kecil, apapun produk yang
dihasilkannya.

Sistem manajemen berarti struktur organisasi untuk mengatur


prosesnya, atau aktifitasnya, untuk mengubah input sumber daya alam
menjadi barang atau jasa yang mempertemukan tujuan organisasi, seperti
kualitas kepuasan konsumen, mematuhi aturan, dan tujuan lingkungan.

 Manfaat dan Pentingnya ISO 14000

Manfaat dari ISO 14000 adalah :

a. Pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien dalam organisasi.


b. Untuk menyediakan tools yang berguna dan bermanfaat dan fleksibel
sehingga mencerminkan organisasi yang baik.
c. Dapat mengidanfikasi, memperkirakan dan mengatasi resiko lingkungan
yang mungkin timbul.
d. Dapat menekan biaya produksi dapat mengurangi kecelakan kerja, dapat
memelihara hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah dan pihak –
pihak yang peduli terhadap lingkungan.
e. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak
manajemen puncak terhadap lingkungan.
f. Dapat meningkat citra perusahaan,meningkatkan kepercayaan konsumen
dan memperbesar pangsa pasar.
g. Menunjukan ketaatan perusahaan terhadap perundang – undangan yang
berkaitan dengan lingkungan.
h. Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
i. Dapat meningkatakan otivasi para pekerja.

AMDAL
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan/ atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/ atau kegiatan.
 Tujuan dan sasaran AMDAL
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau
kegiatan pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa
merusak lingkungan hidup.Dengan melalui studi AMDAL diharapkan usah
dan / atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola
sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup.
Secara umum yang bertanggung jawab terhadap koordinasi proses
pelaksanaan AMDAL adalah BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan).
 Kegunaan Studi Amdal
· Bagi Pemerintah :
Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan,
perencanaan dan pengelolaan lingkungan dalam hal pengendalian dampak
negatif dan mengembangkan dampak positif yang meliputi aspek biofisik,
sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat. Mengintegrasikan
pertimbangan lingkungan dalam tahap perencanaan rinci pada suatu kegiatan
Pembangunan.Sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan pada suatu kegiatan Pembangunan.
· Bagi Pemrakarsa :
Mengetahui permasalahan lingkungan yang mungkin timbul di masa
yang akan dating dan cara-cara pencegahan serta penanggulangan sebagai
akibat adanya kegiatan suatupembangunan. Sebagai pedoman untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkunganSebagai bahan penguji
secara komprehensif dari kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
untuk kemudian mengetahui kekurangannya.
· Bagi Masyarakat :
Mengurangi kekuatiran tentang perubahan yang akan terjadi atas
rencana kegiatan suatu pembangunan.Memberikan informasi mengenai
kegiatan Pembangunan Industri , sehingga dapat mempersiapkan dan
menyesuaikan diri agar dapat terlibat dalam kegiatan tersebut. Memberi
informasi tentang perubahan yang akan terjadi, sehingga masyarakat dapat
memanfaatkan dampak positif dan menghindarkan dampak negatif. Sebagai
bahan pertimbangan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan
lingkungan.
Peraturan yang terkait dengan pelaksanaan Studi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :
1. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan
Air.
2. Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan
Hutan.
3. Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
4. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang.
5. Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
untuk Penggantian.
6. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 No. 59 Tambahan Lembaran Negara No.3838).
7. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
8. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan
Pengawasan Pembangunan
9. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Beberapa keputusan pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan Studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :
1. Keputusan Presiden RI No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.
2. Keputusan Presiden RI No 75 Tahun 1990 Tentang Koordinasi
Pengelolaan Tata Ruang Nasional.
3. Keputusan Presiden RI No. 552 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
4. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
02/MENKLH/1988 tentang Pendoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan
5. Keputusan Menteri PU.No 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air
pada Sumber-sumber Air.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-30/MENLH
/7/1992 tentang Panduan Pelingkupan untuk Penyusunan Kerangka
Acuan ANDAL.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 056/1994 tentang
Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
8. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
103.K/008/M.PE/1994 tentang Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan dalam
Bidang Pertambangan dan Energi.
9. Keputusan Menteri PU. No 58/KPTS/1995 Petunjuk Tata Laksana
AMDAL Bidang Pekerjaan Umum.
10. Keputusan Menteri PU.No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan RKL dan RPL, Proyek Bidang Pekerjaan Umum.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH
/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-43/MENLH/
10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau
Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di
Daratan.
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/
11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/
11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran.
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH
/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-
45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENLH
/1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri.
18. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
19. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003
tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan
Contoh Air Permukaan.
20. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003
tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada
Sumber Air.
21. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003
tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.
23. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-
205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.
24. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-
299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam
Penyusunan AMDAL.
25. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-
105 tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL).
26. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
107/BAPEDAL/2/1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta
Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.
27. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-
124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat
dalam Penyusunan AMDAL.
28. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08
tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
dalam Proses AMDAL.
29. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09
tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.

Dokumen AMDAL terdiri dari 4 (empat) rangkaian dokumen yang


dilaksanakan secara berurutan, yaitu:
1.Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)
2.Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3.Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4.Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
BAKU MUTU

Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan


pemerintah yang harus dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari jumlah
bahan pencemar yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh
berada dalam media ambien. Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran
ke arah mana suatu pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu
adalah kompilasi atau hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan
digunakan untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara yang ada
dapat digunakan sesuai objektif penggunaan tertentu.
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi
zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku
mutu lingkungan.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-
mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
1. Pencemaran air
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran tanah
Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga
mengakibatkan baku mutu lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan
bagi manusia.
Dasar hukum baku mutu lingkungan terdapat dalam Undang-undang
No. 4 Tahun 1982 Pasal 15 yang berbunyi sebagai berikut: “Perlindungan
lingkungan hidup dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan yang diatur
dengan peraturan perundang-undangan.”
Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke
lingkungan dan telah memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas
lingkungan tersebut mengganggu kehidupan manusia, maka yang
dipersalahkan bukan industrinya. Apabila hal tersebut terjadi, maka baku
mutu lingkungannya yang perlu dilihat kembali, hal ini mengingat
penjelasan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 15, seperti tersebut
di atas.
Jenis-Jenis Baku Mutu Lingkungan :
a. Effluent Standard
Effluent Standard merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan
untuk dibuang ke lingkungan.
b. Stream Standard
Stream Standard merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu, seperti
sungai, waduk, dan danau. Kadar yang diterapkan ini didasarkan pada
kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya. Misalnya batas kadar
badan air untuk air minum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan
air untuk pertanian.
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam
keputusannya No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu
air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku
mutu udara emisi dan baku mutu air laut.
Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:
1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas
kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam
air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
2. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat
atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam
air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku
mutu air.
3. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan benda.
4. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke
udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
ambien.
5. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan
pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.

 Baku Mutu Air dan Limbah Cair


Kriteria mutu air diterapkan untuk menentukan kebijaksanaan
perlindungan sumberdaya air dalam jangka panjang, sedangkan baku
mutu air limbah (effluent standard) dipergunakan untuk perencanaan,
perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dan pelbagai sektor seperti
pertambangan dan lain-lain.
Kriteria kualitas sumber air di Indonesia ditetapkan berdasarkan
pemanfaatan sumber-sumber air tersebut dan mutu yang ditetapkan
berdasarkan karakteristik suatu sumber air penampungan tersebut dan
pemanfaatannya.
Badan air dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air baku yang baik untuk air minum dan rumah
tangga dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya tetapi tidak
sesuai untuk golongan A.
3. Golongan C, yaitu air yang baik untuk keperluan perikanan dan
peternakan, dan dapat dipergunakan untuk keperluan lainnya tetapi tidak
sesuai untuk keperluan tersebut pada golongan A dan B.
4. Golongan D, yaitu air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat
dipergunakan untuk perkantoran, industri, listrik tenaga air, dan untuk
keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan A, B, dan C.
5. Golongan E, yaitu air yang tidak sesuai untuk keperluan tersebut
dalam golongan A, B, C, dan D.

 Baku Mutu Udara


Baku mutu udara ambien dan emisi ditetapkan dengan maksud untuk
melindungi kualitas udara di suatu daerah. Baku mutu udara ambien dan
emisi limbah gas yang dibuang ke udara harus mencantumkan secara
jelas dalam izin pembuangan gas.
Baku mutu udara ambien terdiri dari 9 jenis:
1. Sulfur dioksida.
2. Karbon monoksida.
3. Oksida nitrogen.
4. Oksida.
5. Hidrogen sulfida.
6. Hidrokarbon.
7. Amoniak.
8. Timah hitam/timbal.
9. Debu.
DAFTAR PUSTAKA

http://ruditayasa.blogspot.co.id/2012/09/baku-mutu-lingkungan.html
https://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/01/05/iso-14000/
http://galuhpribadi.blogspot.co.id/2014/11/analisis-dampak-lingkungan-
hidup-amdal.html
https://environmentalchemistry.wordpress.com/2013/11/15/daftar-
peraturan-perundang-undangan-di-bidang-lingkungan-hidup-tentang-
pengendalian-pencemaran-air/

Anda mungkin juga menyukai