Anda di halaman 1dari 10

HAK ASASI MANUSIA ( HAM)

KEBEBASAN DALAM BERAGAMA

DOSEN PEMBIMBING

SALAMIAH, SH, MH

DI BUAT OLEH :

NAMA : Ronny Saputra

NPM : 16.81.0099

UNIVERSITAS ISLAM

KALIMANTAN

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI

FAKULTAS HUKUM 2017


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah saya ini tentang
Kebebasan Dalam Beragama.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari dosen
pembimbing yaitu ibu sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuh nya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Kebebasan Dalam Beragama ini
bermanfaat dan dapat memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca maupun penulis.

Banjarbaru, 17 November 2017

Tim Penulis
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… iii

BAB1:PENDAHULUAN
A.Latar belakang ……………………………………………………………………… 1
B.Rumusan Masalah ………………………………………………………………….. 1
C.Tujuan …………………………………………………………...…………………. 1
BAB 2: PEMBAHASAN

1.deskripsi permasalahan kebebasan beragama di indonesia ……................................ 2


2.Jaminan berkonstitusi tentang kebebasan beragama dan kepercayaan ……………... 3

3.bentuk-bentuk pelangaran kebebasan beragama di Indonesia ……………………… 3

BAB 3: PENUTUP

A.Kesimpulan …………………………………………………………………………. 5

B.Saran ………………………………………………………………………………... 6

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………... 7


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Wacana kebebasan beragama sesungguhnya sudah berkembang sejak bangsa ini akan
diproklamirkan tahun 1945 silam, bahkan jauh sebelum itu. Melalui Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), wacana ini hangat diperdebatkan founding
father, khususnya dalam perumusan pasal 29 UUD 1945. Selain itu selama tahun 2007 telah
terjadi pelanggaran HAM sebanyak 4075 kasus, dari kasus tersebut 20% diantaranya merupakan
kasus pelanggaran kebebasan beragama. Hal tersebut semakin mengindikasikan bahwa peraturan
yang mengatur kebebasan beragam diIndonesia masih perlu dikaji lagi. Maka tidak berlebihan
untuk mengatakan, di Tanah Air masalah kebebasan beragama adalah masalah yang rumit.

B.RUMUSANMASALAH

Dalam makalah yang berjudul ”Ptret Kebebasan Beragama di Indonesia” mmemiliki


beberapa rumusan masalah:

1.Bagaimana Deskripsi Permasalahan Kebebasan Beragama di Indonesia ?

2.Bagaimana Jaminan Konstitusi Tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan ?

3.Bagaimana Bentuk-bentuk Pelanggaran Kebebasan Bergama dan Berkeyakinan di


Indonesia?

C.Tujuan
1. Memberikan gambaran umum tentang permasalahan kebebasan beragama di Indonesia.

2. Memahami tantangan dan peluang kebebasan beragama di Indonesia.


3. Mengetahui berbagai bentuk pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Deskripsi Permasalahan Kebebasan Beragama di Indonesia.

Kebebasan beragama adalah prinsip yang mendukung kebebasan individu atau


masyarakat, untuk menerapkan agama atau kepercayaan dalam ruang pribadi atau umum.
Kebebasan beragama termasuk kebebasan untuk mengubah agama dan tidak menurut setiap
agama. Dalam negara yang mengamalkan kebebasan beragama, agama-agama lain bebas
dilakukan dan ia tidak menghukum atau menindas pengikut kepercayaan lain yang lain dari
agama resmi. Pasal 18 dalam Kovenan Internasional PBB tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
menyatakan kebijakan yang menafikan kebebasan seseorang untuk mengamalkan agamanya
adalah satu kezaliman spiritual. Kebebasan beragama merupakan satu konsep hukum yang
terkait, tetapi tidak serupa dengan, toleransi agama, pemisahan antara agama dan negara, atau
negara

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1948 menyatakan setiap orang berhak atas kebebasan
agama (Pasal 18). Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik mengakui hak kebebasan
beragama dan berkeyakinan (Pasal 18). Definisi hak kebebasan beragama secara formal terdapat
dalam DUHAM, tepatnya dalam Pasal 18 yang berbunyi:

“Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsafan batin dan agama, dalam hak ini termasuk
kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan agama atau
kepercayaannya dengan cara mengajarkannya, melakukannya, beribadat dan menepatinya, baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, dan baik di tempat umum maupun yang
tersendiri.”

Pasal tersebut menjelaskan mengenai hak kebebasan beragama yang terdiri dari hak untuk
beragama, hak untuk berganti agama, hak untuk mengamalkan agama dengan cara
mengajarkannya, melakukannya baik secara sendiri ataupun kelompok dan di tempat umum atau
tempat pribadi.

2 . Jaminan Konstitusi Tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.


Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada konstitusi kita,
yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (“UUD 1945”):

Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu
dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi
manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama.

Akan tetapi, hak asasi tersebut bukannya tanpa pembatasan. Dalam Pasal 28J ayat (1) UUD 1945
diatur bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain. Pasal 28J ayat (2) UUD 1945
selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan hak tersebut wajib tunduk pada pembatasan-
pembatasan dalam undang-undang. Jadi, hak asasi manusia tersebut dalam pelaksanaannya tetap
patuh pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam undang-undang.

3.Bentuk-bentuk Pelanggaran Kebebasan Bergama dan Berkeyakinan di Indonesia.

Dari sekian banyak kasus pelanggaran HAM tentang kebebasan beragama di negara
Indonesia ternyata negara dan pemerintah belum benar-benar bisa menegakkan pasal pasal yang
ada di dalam UUD 1945. Mulai dari aparat kepolisian yang seharusnya mengayomi masyarakat
malah menjadi pelanggar HAM terbanyak. Negara juga kurang tegas dalam menangani kasus
kasus pelanggaran tesebut maka dari itu bukan semakin berkurang kasus yang terjadi tetapi
malah semakin bertambanhnya kasus pelanggaran HAM tentang kebebasan beragama, bukan
hanya tentang kebebasan beragama tapi masih banyak juga pasal lain yang masih sering
dilanggar.
-Dari pantauan Komnas HAM selama satu tahun terakhir, kasus-kasus terkait rumah ibadah
cenderung meningkat. “Pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan dalam bentuk
penutupan, perusakan, penyegelan, atau pelarangan rumah ibadah merupakan isu menonjol,"
kata Komisioner Komnas HAM Imdadun Rahmat saat konferensi pers di Kantor Komnas HAM,
Jakarta, Selasa

Beberapa kasus pengabaian pemerintah dalam menyelesaikan kasus-kasus lama pelanggaran


kebebasan beragama/berkeyakinan, di antaranya: pengabaian penyelesaian pembangunan Masjid
Nur Musafir di Batuplat, Kupang, Nusa Tenggara Timur, pengabaian penyelesaian pembangunan
gereja HKBP Filadelfia, Bekasi, Jawa Barat, serta pengabaian penyelesaian pemulangan warga
Ahmadiyah Lombok dari tempat pengungsian Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Selain itu, ada pula kasus pengabaian penyelesaian pembangunan musala Asyafiiyyah, Denpasar,
Bali, GKI Taman Yasmin Bogor, dan pengabaian penyelesaian pemulangan pengungsi warga
Syiah Sampang dari tempat pengungsian di Surabaya, Jawa Timur.

Keberadaan kebijakan diskriminatif juga dinilai menjadi penyebab tingginya tindak pelanggaran
kebebasan beragama/berkeyakinan, yaitu Penetapan Presiden RI Nomor 1/PNSP/1965 tentang
Pencegahan Penyalahdayagunaan dan/atau Penodaan Agama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hubungan antara negara dan agama dalam konteks Pancasila adalah jelas Pancasila tidak
melepaskan agama dalam mengarungi bahtera perjalanan negara, namun juga tidak menjadikan
agama tertentu sebagai landasan bernegara, artinya tidak islam dan tidak agama selain islam yang
dijadikan landasan bernegara. Kedudukan agama didalam negara indonesia jelas pancasila
mengakui akan adanya agama dan konstitusi indonesia sendiri mencantumkan pasal tentang agama
didalamnya.
B. SARAN
DPR dan Lembaga pemerintah lainnya, Diharapkan menjadi pengontrol yang efektif bagi
pelaksanaan kebebasan beragama di Indonesia; tetap bersepakat bahwa negara ini bukanlah
negara berdasarkan agama, tapi berdasarkan Pancasila seperti ditunjukkan sepanjang sejarah
parlemen Indonesia terkait isu kebebeasan beragama.Jika kita sepakat bahwa negara ini
berdasarkan Pancasila, bukan negara agama, maka sepatutnya untuk bersikap netral terhadap
setiap masalah keagamaan dan kepercayaan, khususnya menyangkut keyakinan, seperti
diamanahkan konstitusi.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_
http://arief-ayobelajar.blogspot.com/2013/07/pengertian-kebebasan-beragama.html
http://bambud_fisip-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-64137-Kebebasan%20Beragama.html
http://bayuadywijaya.blogspot.com/2013/06/makalah-tentang-hak-kebebasan-beragama.html
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/535

http://pusham.uii.ac.id/upl/article/id_ecosoc2nicola2.pdf

Anda mungkin juga menyukai