Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

HERPES ZOSTER OFTALMIKUS OD

Disusun Oleh :

Franzeska Olivia Indra Putri

00000001803

Pemimbing :

dr. Karliana Taswir, SpM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE – RUMAH SAKIT UMUM SILOAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE 8 MEI – 10 JUNI 2017

TANGERANG
BAB I
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Bpk. I
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 54 Tahun
Status Perkawinan: Menikah
Agama : Islam
Alamat : Harapan Kita, Tangerang
Pekerjaan : Wiraswasta
No. Rekam medis : 00-57-05-XX
Tanggal Masuk RS: 12 Mei 2017

2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis, pada:
Hari / Tanggal : Jumat, 12 Mei 2017
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Poliklinik Mata, Rumah Sakit Siloam Gedung B
Keluhan Utama : Mata kanan gatal sejak 8 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan : Mata kanan pandangannya buram.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan gatal pada ujung mata kanan dekat hidung 8 hari yang
lalu, seperti ada debu yang masuk ke mata, karena sangat gatal pasien sering mengucek
matanya. Pasien juga merasakan bahwa kelopak matanya mulai membengkak. Keesokan
harinya (7 hari yang lalu) pasien merasakan gatal menjalar ke daerah jidat kanan sampai kulit
kepala, selain itu mata kanannya juga mulai merah. Pasien merasakan pandangannya buram,
terdapat kotoran (belek) yang lebih banyak dari biasanya, terutama pada pagi hari setelah
bangun tidur. Pasien juga merasakan panas dan nyeri pada bagian wajah kanan atas, nyeri
yang dirasakan hilang-timbul, saat timbul kira-kira berlangsung selama 1 menit. Dalam 1 hari
biasanya timbul 3-4 kali nyeri.
Pasien sudah sempat ke klinik 6 hari yang lalu karena gatal tidak kunjung hilang dan
timbul bintil-bintil di jidat, di klinik pasien didiagnosa terkena herpes dan diberikan 2 macam

1
obat, namun pasien tidak ingat nama obat. Setelah dari klinik, pasien merasa nyeri menjadi
berkurang, namun gatal menetap.
Lalu 4 hari yang lalu karena pasien masih merasa gatal dan nyeri serta mata menutup
karena bengkak, pasien ke dokter kulit, pasien diberikan obat salep, jelly (pasien lupa nama
obat) dan obat minum (acyclovir) dan pasien dirujuk ke dokter mata. Pasien mengatakan
gatal menjadi berkurang.
Pasien menggunakan kacamata dengan ukuran S (+) 1.00 pada kedua lensa. Pasien
menyangkal penggunaan obat tetes mata bebas.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien menyangkal pernah mengalami hal serupa.
Pasien pernah mengalami cacar air.
Pasien menyangkal riwayat hipertensi, diabetes melitus, kolesterol.
Pasien memiliki riwayat liver

Riwayat Penyakit Keluarga:


Ayah memiliki riwayat liver dan kolesterol.
Ibu memiliki riwayat diabetes melitus dan kolesterol.
Tidak ada yang memiliki keluhan serupa.

Riwayat Sosial/Alergi/Kebiasaan/Pola hidup:


Pasien menyangkal adanya alergi.
Pasien menyangkal riwayat merokok dan minum alkohol.

3. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4M6V5

Tanda-tanda vital:
• Suhu tubuh : 36.3 0C
• Tekanan darah : 120/70 mmHg
• Denyut nadi : 86x /min
• Laju nafas :18x /min

2
Status Oftalmologi
OD Inspeksi OS

Krusta

Ilustrasi
Edema
Injeksi
Konjungtiva

OD Visus OS
6/9 F-2 UCVA 6/6 F-1
Spheris (+) 2.25 D Addisi Spheris (+) 2.25 D

OD Tekanan Bola Mata OS

Tidak dilakukan Palpasi N/P

Tidak dilakukan Tonometri Non-Kontak Tidak dilakukan

OD Tes Konfrontasi OS

Tidak sama dengan Lapang Pandang Sama dengan pemeriksa


pemeriksa, namun rancu
dikarenakan mata pasien
sedang bengkak

OD Pergerakan Bola Mata OS

+ Nasal +
+ Temporal +
+ Superior +
+ Inferior +

3
+ Nasal-Superior +
+ Nasal-Inferior +
+ Temporal-Superior +
+ Temporal-Inferior +

OD Kedudukan Bola Mata OS


Ortoposisi Posisi Ortoposisi
Tidak ada Exophthalmos Tidak ada
Tidak ada Endopthalmos Tidak ada
Tidak ada Exotropia Tidak ada
Tidak ada Esotropia Tidak ada
Tidak ada Exophoria Tidak ada
Tidak ada Esophoria Tidak ada

OD Palpebra Superior OS
Ada Bengkak/Edema Tidak ada
Ada, sampai ke frontal Hiperemis Tidak ada
Ada, menjalar ke frontal Krusta Tidak ada
Tidak ada Massa Tidak ada
Tidak ada Abses/Fesikel Tidak ada
Tidak ada Ekimosis Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Ada Pseudoptosis Tidak ada
Tidak ada Lagoftalmos Tidak ada
Tidak ada Chalazion Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Blefarospasme Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Trichiasis/Distikiasis Tidak ada
Tidak ada Madarosis Tidak ada
Tidak ada Xanthelasma Tidak ada

4
OD Palpebra Inferior OS
Ada Bengkak/Edema Tidak ada
Ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Krusta Tidak ada
Tidak ada Massa Tidak ada
Tidak ada Abses/Fesikel Tidak ada
Tidak ada Ekimosis Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Pseudoptosis Tidak ada
Tidak ada Lagoftalmos Tidak ada
Tidak ada Chalazion Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Blefarospasme Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Trichiasis/Distikiasis Tidak ada
Tidak ada Madarosis Tidak ada
Tidak ada Xanthelasma Tidak ada

OD Area Lakrimal & Pungtum OS


Lakrimal
Tidak ada Bengkak Tidak ada
Tidak ada Nyeri Tidak ada
Ada Hiperemi Tidak ada
Tidak ada Fistula Tidak ada
Tidak ada Massa Tidak ada
Ada Lakrimasi Tidak ada
Tidak ada Epifora Tidak ada
Ada Sekret Tidak ada

5
OD Konjungtiva Tarsalis OS
Superior
Tidak ada Lithiasis Tidak ada
Tidak ada Kemosis Tidak ada
Tidak ada Sikatrik Tidak ada
Ada Sekret mucoid Tidak ada
Tidak ada Membran Tidak ada
Tidak ada Pseudomembran Tidak ada
Tidak ada Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel Tidak ada
Tidak ada Cobble stone Tidak ada
Tidak ada Simblefaron Tidak ada
Ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Anemis/pucat Tidak ada

OD Konjungtiva Tarsalis OS
Inferior
Tidak ada Lithiasis Tidak ada
Tidak ada Kemosis Tidak ada
Tidak ada Sikatrik Tidak ada
Ada Sekret mucoid Tidak ada
Tidak ada Membran Tidak ada
Tidak ada Pseudomembran Tidak ada
Tidak ada Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel Tidak ada
Tidak ada Cobble stone Tidak ada
Tidak ada Simblefaron Tidak ada
Ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Anemis/pucat Tidak ada

6
OD Konjungtiva Bulbi OS
Ada (Mucoid) Sekret Tidak ada
Ada Kemosis Tidak ada
Tidak ada Xerosis/ Bitot spot Tidak ada
Tidak ada Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada
Ada Injeksi Konjungtiva Tidak ada
Tidak ada Injeksi Siliar Tidak ada
Tidak ada Injeksi Episklera Tidak ada
Tidak ada Nodul Tidak ada
Tidak ada Flikten Tidak ada
Tidak ada Pterigium/ Pseudopterigium Tidak ada
Tidak ada Pinguekula Tidak ada
Tidak ada Simblefaron Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada
Tidak ada Tumor Tidak ada

OD Episklera & Sklera OS


Tidak ada Nodul Tidak ada
Putih Warna Putih
Tidak ada Stafiloma Tidak ada
Tidak ada Ruptur Tidak ada

OD Kornea OS
Jernih Kejernihan Jernih
Normal Gambaran Kelainan Normal
Tidak ada Arcus Senilis Tidak ada
Bulat Bentuk Bulat
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Corpus Alineum Tidak ada
Tidak dilakukan Fluorescein Test Tidak dilakukan
+ Refleks Kornea +
Tidak ada Nebula Tidak ada
Tidak ada Makula Tidak ada
Tidak ada Leukoma Tidak ada

7
Tidak ada Stafiloma Tidak ada
Tidak ada Erosi Tidak ada
Tidak ada Ulkus Tidak ada
Tidak ada Perforasi Tidak ada
Tidak ada Vesikel/ Bula Tidak ada

OD COA OS
Dalam Kedalaman Dalam
Tidak ada Cell&Flare Tidak ada
Tidak ada Hipopion Tidak ada
Tidak ada Hifema Tidak ada

OD Pupil OS
+ Refleks Cahaya Langsung +
+ Refleks Cahaya Tidak +
Langsung
- RAPD -
Bulat, reguler Bentuk Bulat, reguler
Isokor Isokor/Anisokor Isokor
3 mm Ukuran 3 mm
Sentral Letak Sentral
Tidak ada Oklusio Tidak ada
Tidak ada Seklusio Tidak ada
Tidak ada Leukokoria Tidak ada

OD Iris OS
Coklat Warna Coklat
Tidak ada Kripta Tidak ada
Tidak ada Atrofi Tidak ada
Tidak ada Sinekae Anterior Tidak ada
Tidak ada Sinekae Posterior Tidak ada
Tidak ada Iris Tremulans Tidak ada
Tidak ada Iris Bombe Tidak ada
Tidak ada Iridodialisis Tidak ada

8
OD Lensa OS
Jernih Kejernihan Jernih
Tidak ada Letak Kekeruhan Tidak ada
- Shadow Test -
Normal Letak Lensa Normal
- Refleks Kaca -

OD Badan kaca OS
Jernih Kejernihan Jernih
Tidak ada Sel Radang Tidak ada
Tidak ada Sel Darah Merah Tidak ada
Tidak ada Fibsrosis Tidak ada

OD Funduskopi OS
+ Refleks Fundus +
Oranye Warna Papil Oranye
Tegas Batas Papil Tegas
±0.3 C/D Ratio ±0.3
2/3 A/V Ratio 2/3
Jernih, refleks (+) Makula Lutea Jernih, refleks (+)
Perdarahan (-), Eksudat (-) Retina Sentral Perdarahan (-), Eksudat (-)
Perdarahan (-), Eksudat (-) Retina Perifer Perdarahan (-), Eksudat (-)
Sulit Dinilai Gambaran Kelainan Sulit Dinilai

4. Resume

Bapak I, pria berusia 54 tahun datang ke poliklinik Mata, Rumah Sakit Siloam
Gedung B dengan keluhan mata kanan gatal dibagian ujung dekat hidung 8 hari yang lalu.
Selain itu mata kanan juga bengkak, pandangan buram, terdapat kotoran (belek). Terdapat
gatal yang menjalar di daerah jidat sampai kulit kepala kanan. Panas dan nyeri pada wajah
kanan atas, nyeri hilang-timbul. Pasien sudah ke dokter dan gejala mengalami sedikit
perbaikan. Pasien memiliki riwayat cacar air, menggunakan kacamata dengan ukuran S (+)
1.00 pada kedua lensa. Pasien menyangkal adanya alergi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum dan tanda-tanda vitalnya baik,
dengan visus OD : 6/9 F-2 dan OS : 6/6 F-1, lapang pandang OD tidak sama dengan

9
pemeriksa karena mata bengkak. Pada palpebra superior dan inferior OD ditemukan edema,
hiperemis, krusta, pseudoptosis. Pada area lakrimal dan pungktum lakrimal OD ditemukan
hiperemi, lakrimasi, dan sekret. Pada konjungtiva tarsalis dan bulbi OD ditemukan kemosis,
sekret mucoid, hiperemis, dan injeksi konjungtiva.

5. Diagnosis
Diagnosis Kerja :
Ø Presbiopi ODS
Ø Emetropia OS
Ø Herpes Zoster Oftalmika OD

Diagnosis Banding :
Ø Herpes Simplex OD

6. Tatalaksana
Tatalaksana Medikamentosa :
- Acyclovir 800 mg PO 5x1 selama 10 hari

Tatalaksana Non-Medikamentosa :
- Kompres dingin untuk kulitnya

7. Prognosis :

OD OS

Ad Vitam bonam bonam

Ad Functionam bonam bonam

Ad Sanactionam bonam bonam

10
8. Lampiran Foto Pasien

Kunjungan pertama (12/5/17) :

Kunjungan kedua (19/5/17) :

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi & Fisiologi


Palpebra
Palpebra merupakan struktur yang terdiri dari kulit, jaringan otot, dan jaringan ikat.
Kulit yang tipis dan halus dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot yang berada dibawah
sehingga kulit dapat digerakkan dari dasarnya. Sehingga edema perdarahan mudah terkumpul
dan menyebabkan pembengkakakn palpebra. Di kulit terdapat kelenjar Zeis (kelenjar
minyak) dan kelenjar Moll (kelerjar keringat). Otot-otot palpebral terdiri dari m.orbikularis
okuli (diinervasi N. VII), m.riolani, m.levator palpebral (diinervasi N.III), dan m. müller
(diinervasi saraf simpatikus). M.orbikularis okuli dan m.riolani berfungsi untuk menutup
palpebra, sedangkan m.riolani dan m.levator palpebral berfungsi untuk membuka palpebral.
Fungsi dari palperba adalah melindungi mata.
Tarsus merupakan penyokong margo palpebral. Tarsus adalah jaringan ikat yang rapat
dan sedikit terdapat jaringan elastis. Fungsinya adalah memberi bentuk palpebral. Terdapat
kelenjar sebasea (Meibom) yang terdapat 40 buah pada palpebra superior dan 20 buah pada
palpebra inferior. Fungsinya adalah untuk menutup rapat margo palpebra superior dan
inferior pada waktu berkedip, selain itu juga untuk melubrikasi margo palpebra sehingga air
mata tidak lolos dari margo dan membentuk lapisan minyak dari air mata sehingga air mata
tidak mudah menguap.
Palpebra diperdarahi oleh a.palpebra yang berasal dari a.oftalmika dan a.fasialis.
Persarafan sensorik dari palpebra diinervasi oleh N.V1 untuk palpebra superior dan N.V2
untuk palpebra inferior.1,2,3

12
Gambar anatomi palpebra4

Nervus trigeminus
Nervus trigeminus terdiri dari tiga cabang yaitu oftalikus, maxilla, dan mandibula.
Pada herpes zoster oftalmikus, nervus yang terkena adalah nervus trigeminus oftalmikus
(N.V1). Nervus trigeminus oftalmikus dibagi lagi menjadi supraorbital, lakrimal, dan
nasosiliar. Cabang nasosiliar yang menginervasi bola mata, maka jika cabang ini terkena akan
menimbulkan keterlibatan bola mata yang serius.5

Gambar anatomi nervus trigeminal 5

13
2. Definisi
Herpes zoster oftalmikus adalah penyakit pada kulit dan mata yang diakibatkan karena
keterlibatan herpes zoster (reaktivasi virus varicella-zoster pada nervus trigeminal cabang
oftalmik (N.V1). Herpes zoster oftalmika meupakan manifestasi klinis kedua kali dari virus
varicella-zoster. Sebanyak 10-25% kasus herpes zoster merupakan herpes zoster oftalmikus.
Tanda yang biasanya muncul pada herpes zoster adalah ruam yang nyeri yang muncul pada
kulit sesuai dengan dermatomal, sehingga gejala tidak akan melampaui garis median
kepala.5,6,7

3. Etiologi
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh adanya reaktivasi virus varicella-zoster yang
menginfeksi ganglion gaseri. Sehingga herpes zoster hanya dialami oleh pasien yang sudah
terkena cacar air/ varicella.7,8

4. Faktor Resiko
Faktor resiko pada herpes zoster7,9,10:
- Usia >60 tahun : pasien anak-anak jarang menderita herpes zoster karena pada
umumnya mereka akan mengalami cacar air (varicella) terlebih dahulu. Sedangkan
untuk pasien dengan usia tua, pasien sudah pernah terkena infeksi virus varicella
zoster.
- Immunocomprimised (HIV) : pasien dengan keadaan antibodi yang rendah akan
memicu munculnya atau reaktivasi dari virus varicella zoster.
- Stress psikologis : berperan dengan cara menekan sistem imun.

5. Patofisiologi
Virus varicella zoster biasanya akan ditekan oleh sistem imun, namun jika sistem imun
sedang menurun maka virus yang berada di ganglion sensori akan reaktivasi dari stase
dorman nya. Reaktivasi dipengaruhi oleh penuaan, terapi immunosuppression, dan stress
psikologis. Virus akan bereplikasi di sel saraf dan menyebarkan virion ke axon dan ke kulit
yang diinervasi oleh ganglion tersebut, maka terjadi respon imun lokal di kulit. Akibat dari
respon imun ini terbentuklah gelembung/lepuhan (blister) di kulit atau inflamasi okular jika
terkena pada daerah mata. Perineuritis menyebabkan nyeri yang hebat sepanjang distribusi
saraf.10

14
6. Manifestasi klinis
Manifestasi dari herpes zoster oftalmikus berawal dari gejala prodromal yaitu demam,
pusing, malaise, nyeri otot tulang dan mata, serta gatal dan pegal.3,8,9
• Terdapat lesi kulit berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritematosa yang
disertai nyeri, sifatnya unilateral dan dermatomal (tidak akan melewati garis tengah)
sesuai dengan persarafan. Masa aktif ini berlangsung selama 1 minggu.
• Pembesaran kelenjar getah bening
• Kelainan pada mata (mata terasa tertekan, air mata berlebih, mata merah, dan tajam
penglihatan berkurang).
• Rasa seperti ada benda asing di mata.
• Bila mengenai cabang nasosiliar N.V1 maka akan muncul vesikel di ujung hidung dan
kornea juga terkena. Jika ini terjadi maka disebut Hutchinson’s sign.

7. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan. Saat
anamnesis pasien biasanya akan mengeluhkan adanya iritasi, nyeri dan lakrimasi dari mata.
Rasanya seperti ada benda asing di mata dan pasien mengalami fotofobia. Selain itu dapat
ditanyakan juga mengenai gejala awalnya (gejala prodromal) seperti demam, mual, nyeri
pada tulang dan mata selama kurang lebih 1 minggu. Pasien juga akan mengeluhkan adanya
nyeri yang hebat.
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi, pemeriksaan visus dengan koreksi
terbaik, pemeriksaan lapang pandang, pergerakan bola mata, respon pupil, funduskopi,
tekanan intraokular, slit lamp, dan pemeriksaan kornea dengan atau tanpa pewarnaan. Pada
inspeksi dapat dilihat lesi pada kulit seperti macula, papul, vesikel, pustule, dan crusting yang
terdapat pada distribusi nervus trigeminal. Adanya Hutchinson’s sign berupa lesi di ujung,
samping, dan pangkal hidung yang mengindikasikan adanya inflamasi okular dan denervasi
kornea. Distribusi ruam dan nyeri sesuai dengan dermatom mengindikasikan herpes zoster
oftalmikus. Jika tekanan intraokular meningkat biasanya berhubungan dengan herpes zoster
oftalmikus iritis.
Pada pemeriksaan sensasi kornea dapat diperiksa apakah sensasi berkurang atau tidak.
Pemeriksaan dapat menggunakan ujung kapas yang dapat dinilai secara kualitatif atau dengan
menggunakan esthesiometry. Jika sensasi kornea berkurang maka kemungkinan terkena virus

15
herpes simplex (HSV). Pemeriksaan lainnya adalah dapat dilakukan tes fluorescent untuk
megecek apakah terdapat defek apa epitel kornea/ulkus.2,3,6,7,11

8. Tatalaksana
Tatalaksana yang diberikan dapat berupa medikamentosa dan non-medikamentosa. 3,9
Medikamentosa:
- Antiviral dapat diberikan asiklovir 5x800 mg per oral selama 7-10 hari, atau dapat
menggunakan famciclovir 3x500 mg per oral atau valacyclovir 3x1000 mg per oral
selama 7-14 hari, pemberian regimen selama 7 hari dapat mencegah komplikasi
okular dari herpes zoster oftalmikus. Antiviral sebaiknya diberikan dalam waktu 72
jam pertama setelah onset.
- Steroid topical (prednisolone acetate 1%) dapat digunakan untuk keratitis dan uveitis.
- Steroid oral dapat diberikan pada pasien diatas 60 tahun untuk mengurangi nyeri.
- Amitriptyline 4x25 mg PO dapat dibserikan untuk mengatasi nyeri neuropatik dan
dapat mengurangi insiden dari neuralgia postherpetik.

Non-medikamentosa :
- Kompres dingin untuk kelainan kulitnya

9. Komplikasi 8,9
- Bekas luka (cicatrix) dapat menyebabkan ptosis, skar pada palpebra, ektropion, dan
enteropion.
- Skleritis dapat menyebabkan atrofi sklera, limbus, dan kornea.
- Inflamasi pada kornea, nervus optikus, retina, dan koroid dapat menyebabkan hilang
penglihatan permanen.
- Neuralgia pascaherpetik : nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih
dari sebulan setelah penyakit sembuh. Biasanya timbul pada usia di atas 40 tahun.

10. Prognosis9
Prognosis pada umumnya bonam bila ditangani secara adekuat.

16
BAB III
ANALISA KASUS

Analisa Kasus
Pada kasus ini diagnosis herpes zoster oftalmikus OD ditegakkan dan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis, pasien pria dengan usia 54 tahun datang dengan keluhan
mata kanan gatal dibagian ujung dekat hidung 8 hari yang lalu. Pada mata kanan dirasakan
seperti ada debu yang masuk, kelopak mata membengkak, dan gatal mulai menjalar ke daerah
jidat kanan sampai kulit kepala. Mata juga mulai merah, pandangan pasien buram dan banyak
terdapat kotoran mata. Pasien juga merasakan panas dan nyeri pada bagian wajah kanan atas.
Pada bagian jidat kanan juga terdapat bintil-bintil. Gejala-gejala yang dirasakan pasien sesuai
dengan gejala herpes zoster dengan DDx herpes simplex. Adanya gatal dan ruam pada kulit
serta lokasinya yang hanya sebelah kanan mengindikasikan bahwa lesi tidak melewati garis
tengah dan sesuai dengan persarafan N.V cabang oftalmikus. Keterlibatan daerah mata juga
mengindikasikan bahwa yang terkena merupakan N.V cabang oftalmikus.
Pasien mengaku pernah mengalami cacar air sebelumnya, namun belum pernah
mengalami hal serupa. Riwayat ini sesuai dengan seseorang yang mengalami herpes zoster
bahwa sebelumnya pernah mengalami cacar air/ pernah mengalami infeksi virus varicella
zoster.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus mata kanan lebih buruk dari mata kiri pasien,
dengan visus OD : 6/9 F-2 dan OS : 6/6 F-1. Pemeriksaan visus ini mengkonfirmasi
mengenai keluhan buram yang dialami pasien. Pada tes lapang pandang, hasil tes pada mata
kanan menjadi rancu karena adanya edema palpebra sehingga kemungkinan besar lapang
pandang pasien tidak sama dengan pemeriksa karena adanya edema palpebra. Lalu pada
palpebra superior dan inferior OD ditemukan edema, hiperemis, krusta, pseudoptosis.
Hiperemis dan krusta juga terdapat pada bagian kulit frontal dextra. Hal ini mengindikasikan
bahwa terdapat lesi kulit yang menjalar sesuai dengan dermatom dan gejala ini sesuai dengan
gejala herpes zoster oftalmikus yaitu terdapat lesi kulit yang nyeri, unilateral dan
dermatomal. Selain itu, pada pemeriksaan refleks kornea, pada pasien ini hasilnya masih (+)
sehingga dapat menyingkirkan DDx herpes simplex.
Pada area lakrimal dan pungktum lakrimal OD ditemukan hiperemi, lakrimasi, dan
sekret. Pada konjungtiva tarsalis dan bulbi OD ditemukan kemosis, sekret mucoid, hiperemis,
dan injeksi konjungtiva. Hal ini mengindikasikan adanya konjungtivitis pada mata kanan
pasien. Dimana konjungtivitis memang sering terjadi pada pasien herpes zoster oftalmikus.

17
Analisa Tatalaksana
Pada kasus pasien ini, pemberian acyclovir 5x800 mg sudah tepat karena sesuai
dengan tatalaksana yang harus diberikan pada herpes zoster oftalmikus. Pemberian acyclovir
sebagai antiviral diberikan selama 10 hari. Pasien tidak diberikan antiviral topikal karena
antiviral topikal kurang efektif dibandingkan dengan antiviral sistemik.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Eva PR, Cunningham Jr ET. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology New York:
McGraw-Hill; 2011.

2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Ed 5 Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.

3. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata Jakarta; 1983.

4. Bashour M. MEDSCAPE. [Online].; 2015 [cited 2017 05 28. Available from:


http://emedicine.medscape.com.

5. Saad S, Christopher NT. Evaluation and Management of Herpes Zoster Ophthalmicus. Am


Fam Physician. 2002 November 1; 66(9): p. 1723-30.

6. Catron T, Hern HG. Herpes Zoster Ophthalmicus. WestJEM. 2008 August; 9(3): p. 174-76.

7. Liesegang TJ. Herpes Zoster Ophthalmicus. American Academy of Ophthalmology. 2008


February; 115(2): p. S3-S12.

8. Cason JB, Feldman BH, Woodward MA. Eyewiki American Academy of Ophthalmology.
[Online].; 2017 [cited 2017 May 28. Available from:
http://eyewiki.aao.org/Herpes_Zoster_Ophthalmicus.

9. Oentari W, Menaldi SL. Herpes Zoster. In Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA.
Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

10. Thomas SL, Hall AJ. What does epidemiology tel us about risk factor for herpes zoster?
Lancet Infect Dis. 2004 January; 4: p. 26-33.

11. Legault GL, Bernfeld E. American Academy of Ophthalmology. [Online].; 2015 [cited
2017 May 28. Available from: http://eyewiki.aao.org/Corneal_Esthesiometry.

19

Anda mungkin juga menyukai