Anda di halaman 1dari 3

Memadukan Metoda Penelitian Kuantitatif

dan Metoda Penelitian Kualitatif


Rossi Sanusi (27 Juni 2011)

Get your facts first, and then you can distort ‘em as much as you please.

Mark Twain

US Humorist, novelist, short story author, & wit (1835 – 1910)

Fakta (bentuk jamak dari “faktum “ – sesuatu yang dianggap benar) yang diperoleh peneliti dapat
mengalami distorsi pada tahap mengumpulkan, mengolah dan mentafsirkan fakta. Distorsi ini
mungkin tidak dilakukan dengan sengaja (seperti yang disindirkan Mark Twain di atas), untuk
menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang condong (biased) ke suatu arah yang
dikehendaki, namun peneliti sebaiknya mewaspadai kemungkinan adanya/timbulnya distorsi
atau bias. Distorsi ini dapat ditemukan/dicegah dengan memadukan metoda kuantitatif dan
metoda kualitatif di dalam setiap penelitian.

Pada tahap mengumpulkan fakta, dengan metoda penelitian kuantitatif peneliti mengumpulkan
data (= fakta yang sudah digolongkan) dan dengan metoda penelitian kualitatif peneliti
mengumpulkan fakta yang belum digolongkan tentang suatu konsep (misalnya, konsep
“kepuasan pasien”). Cara mengumpulkan fakta pada kedua jenis metoda penelitian ini sama,
yaitu menggunakan indera-indera (dengan atau tanpa alat bantu penangkap fakta). Perbedaannya
di cara mencatat atau merekam fakta yang ditangkap indera peneliti dan/atau peserta penelitian
(i.e., orang-orang yang diteliti, informan). Pada metoda penelitian kuantitatif yang direkam ialah
pilihan golongan yang diduga peneliti dan/atau peserta penelitian mengandung fakta dari suatu
konstruk (struktur dari konsep yang bersangkutan yang dibangun peneliti sehingga mempunyai
definisi operasional, dimensi-dimensi dan butir-butir daftar tilik/daftar pertanyaan atau variabel-
variabel). Misalnya, berdasarkan perilaku pasien, yang ditangkap peneliti dan/atau peserta
penelitian, fakta yang dilihat atau didengar dicatat dengan memilih golongan “puas/tidak puas
dengan pelayanan dokter”, atau “puas dengan pelayanan dokter sebesar x”. Pada penelitian
kualitatif yang dicatat adalah kata-kata dari peneliti dan/atau peserta penelitian yang diduga
menggambarkan fakta yang ditangkap indera. Bias dapat terjadi pada saat memilih golongan.
Dengan membandingkan fakta yang sudah digolongkan dengan fakta yang belum digolongkan
dapat diketahui konsistensi di antara kedua jenis metoda pengumpulan fakta tersebut. Tetapi bias
juga dapat terjadi pada saat menggunakan kata-kata untuk menggambarkan fakta yang ditangkap
indera. Untuk mengetahui/mencegah bias di tahap ini pengumpulan dan pencatatan fakta, yang
sudah digolongkan maupun yang belum digolongkan, sebaiknya diulang beberapa kali untuk
mengetahui konsistensi di dalam diri dan di antara para peneliti/peserta penelitian.
Pada tahap mengolah fakta, dengan metoda penelitian kuantitatif peneliti mengubah data
menjadi angka-angka dan diagram-diagram peringkas (dengan teknik-teknik statistik reduksi)
atau angka besar kesalahan sampling (dengan teknik statistik inferensi). Teknik-teknik statistik
ini membutuhkan fakta yang sudah digolongkan, karena pada golongan-golongan dapat
dikenakan tanda-tanda matematika. Di pihak lain, dengan penelitian kualitatif peneliti
menggolongkan kata-kata dan ungkapan-ungkapan di bawah tema-tema. Misalnya, konsep
“kepuasan pasien” dapat terdiri dari tema-tema “kepuasan dengan dokter”, “kepuasan dengan
staf penunjang”, “kepuasan dengan asuransi kesehatan”, dan “kepuasan dengan lingkungan
fisik”. Tema-tema dapat dijadikan dimensi-dimensi atau faktor-faktor dari konstruk dan kata-
kata dan ungkapan-ungkapan di bawah masing-masing tema dapat dijadikan variabel-variabel
atau butir-butir (items). Penggolongan ini digunakan untuk membedakan jenis dan derajat fakta
(= skala) dengan memberlakukan tanda-tanda matematika. Bias dapat terjadi jika peneliti
menggunakan teknik-teknik yang tidak sesuai dengan skala dan distribusi angka peringkas. Bias
juga terjadi pada waktu peneliti mengubah kata-kata menjadi konstruk-konstruk dan daftar
tilik/pertanyaan (untuk mencatat fakta pada penelitian kuantitatif), karena sangat dipengaruhi
oleh latar belakang (nilai, keyakinan, keahlian, minat, dsb) peneliti dan/atau peserta peneliti.
Untuk mengetahui/mencegah bias pada waktu membangun konstruk peneliti dapat memeriksa
besar penyimpangan konstruk a priori (sebelum mengumpulkan data) dari konstruk a posteriori
(setelah mengumpulkan data ) melalui pengkajian hipotesis-hipotesis valditas konstruk
(=triangulasi). Prosedur triangulasi juga harus dilakukan jika peneliti mengatakan menggunakan
daftar tilik/pertanyaan yang valid dari suatu sumber, terutama dari sumber dengan bahasa dan
budaya yang lain. (Contoh: Etter, JF, & Perneger, TV. Validating a satisfaction questionnaire
using multiple approaches: a case study. Soc Sci Med.45(6):879-85, 1997 Sep.; dan, Mendonça,
KMPP.& Guerra, RO. Development and validation of an instrument for measuring patient
satisfaction with physical therapy. Rev. Bras. Fisioter. 11(5), São Carlos Sept./Oct. 2007)

Pada saat mentafsirkan fakta, dengan metoda penelitian kuantitatif peneliti mentafsirkan
apakah angka peringkas korelasi antara fakta penyebab dan akibat atau angka peringkas selisih
pada fakta akibat (yang dipengaruhi fakta penyebab yang berbeda) mempunyai besar yang
bermakna (melebihi/sama dengan besar yang dipatok a-priori) dan tidak semu. Angka peringkas
korelasi atau selisih dapat semu jika fakta-fakta perancu (confounding) diabaikan. Untuk
mencegah distorsi dalam pentafsiran angka peringkas korelasi atau angka peringkas selisih ini
peneliti dapat memanipulasi, menyetarakan atau mengamati (ikut memperhitungkan) fakta
perancu. Memanipulasi dan menyetarakan fakta perancu lebih mudah dibandingkan
mengamatinya, tetapi akan lebih membatasi di dalam pentafsiran generalisasi angka-angka
tersebut ke konteks yang lain. Dengan metoda penelitian kualitatif peneliti mentafsirkan fakta-
fakta sebagai penyebab, akibat atau perancu, yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang
peneliti. Manfaat sesungguhnya dari penelitian ialah penyangkalan (refutation) hipotesis
penelitian, yang menyatakan ada hubungan kausal antara fakta yang diduga sebagai penyebab
dan akibat. Peneliti yang berhasil menyangkal hipotesis penelitian mempunyai alasan untuk
mengusulkan penyempurnaan proposisi/teori yang mendasarinya. Jika penolakan hipotesis
kausasi ingin dicapai ada kriteria lain yang harus dipenuhi selain korelasi atau selisih yang
besarnya bermakna dan tidak semu. Kriteria lain, seperti plausibilitas, temporalitas, konsistensi,
spesifisitas, juga dapat dipenuhi melalui pentafsiran fakta dengan metoda penelitian kuantitatitif
dan kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai