Anda di halaman 1dari 6

MASA DEPAN, TANTANGAN DAN STRATEGI DALAM BIDANG

NUTRISI TERNAK SAPI DAN KERBAU

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas ilmu nutrisi sapi potong dan
kerbau

Disusun oleh:

Khoirun Nisa
1510611060

Dosen Pembimbing:

Dr.Ir Rusmana Wijaya Setia Ningrat, M.Rur.Sc

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
BAB I

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian


penduduknya sebagian besar di sektor pertanian. Menyempitnya lahan pertanian
yang ada mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan
dengan kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan tersebut
adalah usaha pembibitan dan penggemukan sapi. Kebutuhan akan daging sapi di
Indonesia menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, demikian pula
importasi terus bertambah dengan laju yang semakin tinggi, baik impor daging
maupun impor sapi bakalan. Pembangunan bidang peternakan pada dasarnya
bertujuan meningkatkan produksi dan populasi ternak dalam rangka mencapai
swasembada protein hewani asal ternak, sekaligus memenuhi permintaan
konsumsi dalam negeri, perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan
peternak serta membuka lapangan kerja baru. Selain usaha penggemukan sapi
kegiatan lain yang bisa dilakukan petani atau masyarakat adalah pemeliharaan
kerbau atau beternak kerbau, karena di masyarakat petani, kerbau seperti halnya
ternak sapi mempunyai fungsi serupa yaitu sebagai penghasil daging (beef),
ternak kerja, tabungan, penghasil susu, sarana ritual maupun sebagai status sosial.
Di Indonesia, populasi kerbau saat ini sekitar 2,2 juta ekor (DITJENNAK, 2009).
Kerbau merupakan sumberdaya genetik ternak lokal yang kontribusinya dalam
program swasembada daging mulai diakui pada tahun 2010. Hal ini menunjukan
bahwa beternak kerbau merupakan salah satu langkah atau cara yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah swasembada daging di Indonesia.
BAB II

ISI

2.1 Potensi Ternak Potong dan Kerbau


a. Potensi Ternak Kerbau Masa Depan

Kerbau mempunyai beberapa keunggulan untuk ditingkatkan perannya terutama


berkaitan dengan potensi genetik dan aspek lingkungannya. Kerbaumempunyai
daya adaptasi yang sangat tinggi, terlihat dari penyebarannya yang luas, mulai
dari daerah iklim kering, lahan rawa, daerah pegunungan, dan daerah dataran
rendah. Kerbau juga memiliki kemampuan memanfaatkan pakan berkualitas
rendah seperti rumput kering dengan kadar nutrisi rendah dan
serat kasar tinggi, DlWYANTO dan Handiwirawan (2006) menulis kerbau
memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan sapi, yakni mampu hidup pada
kawasan yang relatif ‘sulit’ terutama bila pakan yang tersedia berkualitas rendah.
Pada kondisi kualitas pakanyang tersedia relatif jelek, setidaknya pertumbuhan
kerbau dapat menyamai ataubahkan lebih baik daripada sapi, dan masih dapat
berkembangbiak dengan baik.

b. Potensi Ternak Sapi Masa Depan

Potensi sumber daya usaha sapi potong di Indonesia seperti pakan dan bangsa
sapi local merupakan faktor yang penting sebagai sumber keunggulan komparatif
usaha sapi potong. Selain itu dilihat dari aspek pasar, maka kebutuhan permintaan
daging sapi di Indonesia yang belum sepenuhnya dipasok dari domestik
merupakan peluang untuk mengembangkan usaha sapi potong.

2.2 Tantangan atau Masalah Pengembangan Ternak Potong dan Kerbau

Permasalahan yang paling penting di hadapi dalam pengembagan ternak


potong dan kerbau adalah pakan. Kontribusi pakan sangat kuat pengaruhnya
terhadap performan reproduksi. Makanan berperan penting dalam perkembangan
umum dari tubuh dan reproduktip (Tillman et al.,1983). Peternak sapi dan kerbau
di negara kita pada dasarnya merupakan peternak tradisional dan merupakan
kegiatan yang turun menurun sehingga pemberian pakan umumnya di dapat pada
saat digembalakan. Rumput yang tumbuh di lapangan, di pematang sawah atau
pinggir-pinggir jalan adalah pakan yang tersedia pada saat digembalakan. Pakan
yang diberikan di kandang umumnya jerami kering yang kadang-kadang disiram
larutan garam dapur. Pada musim kemarau ketersediaan rumput alam akan sangat
menurun jumlahnya dan secara langsung akan berpengaruh terhadap asupan pakan
pada ternak. Pakan dengan kualitas dan kuantitas seperti ini akan berpengaruh
tidak baik terhadap performa reproduksi. Diperparah lagi oleh tugas yang harus
dilakukan pada saat musim mengolah sawah. Meskipun salah satu keunggulan
kerbau adalah mampu memanfaatkan pakan dengan kualitas rendah, namun untuk
mendapatkan performan reproduksi yang baik memerlukan makanan yang cukup,
baik kualitas maupun kuantitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Strategi Pengembangan Ternak Potong dan Kerbau

1. Setiap usaha pembibitan kerbau harus menyediakan pakan yang cukup


bagi ternaknya, baik yang berasal dari pakan hijauan, maupun pakan
konsentrat.
2. pakan hijauan dapat berasal dari rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian
dan dedaunan yang mempunyai kadar sera yang relative tinggi dan kadar
energi rendah. Kualitas pakan hijauan tergantung umur pemotongan,
palatabilitas dan ada tidaknya zat toksik (beracun) dan anti nutrisi.
3. Pakan konsentrat yaitu pakan dengan kadar serat rendah dan kadar energi
tinggi, tidak terkontaminasi mikroba, penyakit, stimulan pertumbuhan,
hormon, bahan kimia, obat- obatan, mycotoxin melebihi tingkat yang
dapat diterima oleh negara pengimpor.
4. Air minum disediakan tidak terbatas (ad-libitum).
5. Menciptakan atau meningkatakan teknologi pengolahan pakan terutama di
daerah-daerah terisolir.
6. Memberikan penyuluhan kepada peternak lokal yang minim pengetahuan
tentang pengolahan pakan dan pembuatann pakan alternatif.
7. Membuat suplemen untuk ternak potong dan kerbau dari bahan lokal yang
tersedia sesuai kebutuhan ternak.
DAFTAR PUSTAKA

DITJENNAK. 2009. Statistik Peternakan 2008. Direktorat Jenderal Peternakan,


Jakarta.

Dwiyanto, K. dan E. Handiwirawan, 2006. Strategi pengembangan ternak kerbau:


aspek penjaringan dan distribusi. Proseding, Lokakarya Nasional Usaha
Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Sumbawa,
4-5 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan Bekerjasama dengan Direktorat
Pembibitan Ditjen Peternakan, Dinas Peternakan Propinsi NTB dan Pemda
Kabupaten Sumbawa, Bogor. Hlm 2- 13.

Tillman,A.D.,T.Hartadi.,S.Reksohadiprodjo.,Prawirokusumo dan S.Lebdosoekojo.


1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gaadjah Mada University Press. Fak.
Peternakan UGM: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai