Anda di halaman 1dari 5

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA FLAVONOID PADA KULIT

AKAR TANAMAN ARA


(Ficus racemosa, L)

Irwan Sudarmanto1, Tati Suhartati2


1
Program Studi Pasca Sarjana Jurusan Kimia, 2Fakultas MIPA, Universitas Lampung
Email: fmipa@unila.ac.id

Abstract: Flavonoid Antioxidant Activity in Ara’s root skin (Ficus racemosa, L). Identification using
KLT method indicated that fraction of chloroform (FC) consist of 3 flavonoids and fraction of etil asetat
(FE) was 1 flavonoid. Qualitative assay of antioxidant showed that flavonoid which antioxidant activity
was 1 in FC and 1 in FE (from 5 spot that positive of flavonoid). Measurenment of IC50 using DPPH
assay showed that IC50 of FC is 2,67 ppm and IC50 of FE is unidentified. Isolation of FC by colom
chromatography resulted 12 mg of yellow crystall. Elucidation process using UV-VIS and 1H-NMR
indicated that crystall is quercetin with IC50 is 1,66 ppm.

Keywords: Ficus racemosa, Linn; flavonoid; antioxidant

Abstrak: Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid pada Kulit Akar Tanaman Ara (Ficus
Racemosa, L). Identifikasi kualitatif mengindikasikan terdapat 3 jenis flavonoid dalam fraksi kloroform
(FC) dan 1 jenis dalam etil asetat (FE). Potensi antioksidan secara kualitatif menunjukkan terdapat 1
bercak positif pada FC dan 5 bercak pada FE dimana bercak positif pada FC adalah senyawa flavonoid
sedangkan dari 5 bercak pada FE yang positif hanya 1 yang merupakan flavonoid. Pengukuran nilai IC 50
kedua fraksi menghasilkan nilai IC50 2,67 ppm untuk FC sedangkan IC50 FE tak bisa diukur. Hasil isolasi
FC menghasilkan 12 mg kristal kuning yang setelah dikarakterisasi menggunakan spektroskopi UV dan
1
H-NMR menunjukkan bahwa senyawa yang berperan sebagai antioksidan tersebut adalah quercetin
dengan IC50 sebesar 1,66 ppm.

Kata kunci: Ficus racemosa, Linn; flavonoid; antioksidan

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat spesies diseluruh dunia. Di negara-negara Timur
menginaktifkan radikal bebas yang dihasilkan oleh tengah, spesies ficus yang biasa dikonsumsi adalah
berbagai proses normal tubuh, radiasi matahari, asap Ficus carica, Linn yang terbukti memiliki
rokok, asap kendaraan bermotor dan faktor-faktor kandungan flavonoid tinggi terutama pada bagian
lain (Osawa et al., 1992). Adapun radikal bebas buahnya (Solomon et al., 2006). Sementara itu
adalah suatu bahan kimia baik berupa atom maupun genus ficus yang tumbuh di Indonesia adalah jenis
molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan Ficus racemosa, Linn yang memiliki manfaat untuk
pada lapisan luarnya yang menjadikan spesies ini tujuan medis dan telah digunakan secara empiris
sangat reaktif (Droge, 2002). Karena mempunyai untuk pengobatan berbagai penyakit (Shiksharti et
energi yang sangat tinggi dan kecenderungan untuk al., 2011).
berikatan dengan elektron dari substrat lain, zat ini Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
akan merusak jaringan normal terutama jika apakah kulit akar tanaman Ara (Ficus racemosa, L)
jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat mengandung senyawa-senyawa flavonoid dan
mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada bagaimana potensi senyawa tersebut sebagai
dinding sel, mempengaruhi pembuluh darah, dan antioksidan. Potensi antioksidan dilakukan secara in
produksi prostaglandin (Droge, 2002). Dengan kata vitro menggunakan metode DPPH assay yang cukup
lain radikal bebas sangat membahayakan kesehatan efektif untuk menguji aktivitas antioksidan
manusia dalam jangka pendek maupun jangka senyawa/bahan dari alam.
panjang.
Salah satu metabolit sekunder yang dapat METODELOGI
berfungsi sebagai antioksidan adalah flavonoid.
Flavonoid dapat berlaku sebagai antioksidan karena 1. Alat dan Bahan
sifatnya sebagai akseptor yang baik terhadap radikal Bahan: Aquades, metanol, kloroform,
bebas (Sathiskumar et al., 2008). heksana, etil asetat, serbuk Mg, HCl pekat, serbuk
Salah satu tanaman yang menjadi sumber DPPH, butanol, etanol 70%, silika gel, Na asetat
flavonoid adalah genus ficus yang memiliki 750-800 anhidrat, AlCl3
137
138 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 137-141

Alat: Labu ukur, erlenmeyer, pipet, spektro diencerkan sedemikian rupa sehingga diperoleh
UV, kolom kromatografi, plat KLT GF254, lampu konsentrasi larutan quercetin 40-120 g/mL.
UV, seperangkat alat gelas, spektrofotometer Ambil 0,5 mL larutan tersebut tambahkan 1,5
1H
NMR. mL metanol; 0,1 mL AlCl3 10 %,; 0,1 mL Na asetat
anhidrat 1M dan 2,8 mL aquades. Inkubasi selama
2. Waktu dan Tempat Penelitian 30 menit ukur absorbansinya pada  415 nm. Setelah
Penelitian dilakukan pada bulan Januari- Juli absorbansi diperoleh buat persamaan regresinya
2015 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan (Chang et al., 2002).
Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Lampung. Sampel uji ekstrak kloroform dengan
konsentrasi 1000 g/mL, ekstrak etilasetat 1000
3. Sampel Uji g/mL dilarutkan dalam etanol, tambah 0,1 mL
Tanaman Ara diperoleh dari daerah AlCl3 10 %; 0,1 mL Na asetat anhidrat 1M dan 2,8
Tanggamus yang diambil pada bulan Agustus 2014 mL aquades. Inkubasi selama 30 menit ukur
berupa akar keras yang terdapat di dalam tanah. absorbansinya pada  415 nm. Setelah absorbansi
Ambil 5 kg lalu dikeringkan dengan diangin- diperoleh lalu masukkan dalam persamaan regresi
anginkan dan terlindung dari cahaya matahari secara yang dipeoleh diatas. Flavonoid total dinyatakan
langsung. Pisahkan kulit dari bagian batang sebagai quersetin equivalen per 100 gram bahan (mg
selanjutnya digiling menjadi serbuk dan diayak QE/100 g ).
dengan ukuran ayakan 65 mesh.
3. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Aktivitas
Cara Penelitian Antioksidan
Potensi antioksidan diuji dengan menyemprot
1. Ekstraksi Bahan bercak pada plat KLT dengan larutan DPPH 0,2%.
105 g bahan yang telah djadikan serbuk Apabila terjadi perubahan warna DPPH dari ungu
diayak dengan ukuran 65 mesh direndam dalam menjadi kuning maka senyawa tersebut bersifat
heksana 1000 mL selama 3 hari selanjutnya antioksidan (Molyneux, 2004). Diamati bercak mana
direndam dalam 1000 mL etanol 70% selama 4 hari. saja yang mengalami reaksi dengan DPPH. Hasil uji
Filtrat diuapkan dengan rotary evaporator hingga harus dikonfirmasi dengan hasil uji kualitatif
didapat 75 g ekstrak pekat yang selanjutnya dipartisi senyawa flavonoid karena senyawa yang bersifat
dengan corong pisah dengan pelarut heksana, antioksidan tidak terbatas hanya pada senyawa
kloroform, etil asetat dan butanol. flavonoid saja.
Hasil partisi diuji kandungan flavonoidnya Uji kuantitatif aktivitas antioksidan
dengan menggunakan reaksi warna dengan cara dinyatakan sebagai IC50 yang dilakukan dengan
mengambil 10 ml fraksi lalu mereaksikannya tahapan berikut: Buat larutan stok DPPH pada
dengan serbuk Mg lalu ditambah HCl pekat biarkan konsentrasi yang memberi serapan pada angka
beberapa saat lalu tambahkan amil alkohol. Hasil sekitar 1,0 yaitu pada konsentrasi 50-100 M
positif ditunjukkan oleh terbentuknya warna kuning (Molyneux, 2004). Lalu buat juga larutan senyawa
hingga merah kecoklatan menandakan adanya uji sehingga diperoleh konsentrasi tertentu lalu
senyawa flavonoid (Markham, 1998)
tambahkan DPPH 50 g/mL dengan perbandingan
volume sama (1:1) pada setiap seri konsentrasi dan
2. Uji Kualitatif dan Total Flavonoid
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.
Proses pemisahan fraksi menjadi komponen-
Absorbansi diukur pada 515-517 nm. Kontrol
komponenya dilakukan untuk mengetahui jumlah
positif menggunakan larutan vitamin C dengan
dan jenis flavonoid dalam fraksi yaitu dengan cara
kadar 15, 29, 30 dan 40 ppm dan diperlakukan
menotolkan fraksi pada plat KLT GF254 lalu dielusi
seperti pada larutan uji. Nilai absorbansi yang
dengan eluen terpilih hasil optimasi. Selanjutnya
diperoleh kemudian dikonversi menjadi nilai IC50
disemprot dengan pereaksi sitroborat yang spesifik
dengan cara membuat persamaan garis regresi linear,
dan selektif untuk senyawa flavonoid. Bercak positif
y=bx+a dimana y=daya hambat terhadap DPPH dan
flavonoid jika terbentuk warna kuning terang yang
x=kadar senyawa uji. Daya hambat dinyatakan
berpendar di bawah UV 366 (Markham, 1998).
sebagai % daya hambat terhadap DPPH dan dihitung
Untuk mengukur total flavonoid dalam
dengan persamaan berikut:
sampel digunakan prosedur berikut : Sebanyak 5 mg
quercetin ditimbang dan dilarutkan dalam 10 % daya hambat = 1 – Absorbansi senyawa uji/Absorbansi DPPH
metanol sebagai larutan stok (500 g/mL) lalu
x 100 %
Sudarmanto, Aktivitas Senyawa Flavonoid pada Kulit Akar Tanaman Ara 139

Nilai IC50 merupakan hasil ekstrapolasi dari


persamaan y=bx+a di atas, nilai ini menggambarkan
kadar suatu senyawa yang dapat menonaktifkan
separuh dari kekuatan DPPH. A B

4. Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa


Gambar 1. Kromatogram yang menunjukkan
Flavonoid
bercak positif flavonoid setelah
Isolasi dilakukan terhadap fraksi yang
disemprot sitroborat dilihat
mengandung flavonoid sebagai antioksidan
dibawah UV 366 A). Fraksi etil
menggunakan kromatografi kolom. Eluen yang
asetat B). Fraksi kloroform.
digunakan sama dengan eluen pada proses KLT.
Pengisian kolom menggunakan silika yang
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada
sebelumnya dibuat bubur dengan cara mencampur
fraksi etil asetat terkandung 1 jenis flavonoid
silika sebanyak 15 g dengan 30 ml eluen (1:2).Fraksi
sedangkan pada fraksi kloroform terdapat 3 jenis
sebelumnya diimpregnasi dengan cara
senyawa flavonoid.
menambahkan 1,2 g fraksi pekat dengan eluen dan
Hasil penetapan total flavonoid terhadap
serbuk silika hingga diperoleh 15 g hasil impregnasi.
kedua fraksi didapat persamaan regresi linear
Hasil optimasi menunjukkan bahwa untuk sekali
y=0,0278x+0,003;r2=0,995 diperoleh jumlah
proses kromatografi dengan panjang kolom 30 cm
flavonoid dalam fraksi kloroform adalah 51,33 mg
diperlukan 3 gram bahan hasil impregnasi.
QE/100 g bahan sedangkan pada fraksi etil asetat
Hasil kromatografi ditampung dalam vial-vial
adalah 33,78 mg QE/100 g bahan.
15 mL dan selalu dikontrol dengan KLT, untuk vial
Uji kualitatif aktivitas antioksidan dilakukan
yang menunjukkan bercak yang sama dapat
dengan menyemprot plat KLT menggunakan larutan
digabungkan.
DPPH 0,2 % yang hasilnya terlihat pada Gambar 2
Penentuan struktur senyawa FC1 dilakukan
yang menunjukkan terdapat 5 bercak pada fraksi etil
dengan spektroskopi UV-Vis dan 1HNMR. Hal
asetat bersifat sebagai antioksidan dan 1 bercak yang
tersebut didasarkan pada pendapat Mabry et.al
meredam aktivitas DPPH pada fraksi kloroform.
(1970) yang mengatakan bahwa senyawa flavonoid
Setelah dikonfirmasi dengan Gambar 1 ternyata dari
dapat diidentifikasi jenis dan strukturnya
3 senyawa flavonoid dalam fraksi kloroform hanya 1
menggunakan kedua metode tersebut.
yang bersifat antioksidan sedangkan satu-satunya
flavonoid dalam fraksi etil asetat bisa bersifat
HASIL DAN PEMBAHASAN
antioksidan.
HASIL

Dari 4 fraksi yang terbentuk, fraksi yang positif


flavonoid adalah fraksi kloroform (warna kuning) A B
dan fraksi etil asetat (warna coklat kemerahan).
Selanjutnya uapkan kedua fraksi tersebut dengan
rotary vaccum evaporator hingga diperoleh 1,2 g Gambar 2. Kromatogram yang menunjukkan
fraksi pekat kloroform dan 2,0 g fraksi pekat etil senyawa positif antioksidan setelah
asetat. disemprot larutan DPPH 0,2% A).
Selanjutnya totolkan fraksi tersebut pada plat Fraksi etil asetat (dilihat di bawah
KLT GF254 dengan eluen terpilih yaitu heksana:etil UV 254) B). Fraksi kloroform
asetat:metanol (6:3:2) untuk fraksi kloroform dan (dilihat di bawah UV 366).
heksana:etil asetat:metanol (6:4:4) untuk fraksi etil
asetat. Hasil penyemprotan sitroborat pada KLT Hasil uji potensi antioksidan menunjukkan
terlihat pada Gambar 1 berikut. bahwa IC50 fraksi kloroform adalah 2,67 ppm (Tabel
1) yang berarti memiliki potensi antioksidan tinggi
bahkan dibandingkan dengan IC50 vitamin C. Karena
dalam fraksi kloroform hanya terdapat satu senyawa
yang positif meredam aktivitas DPPH maka
dipastikan bahwa IC50 fraksi kloroform merupakan
140 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 137-141

kontribusi tunggal dari senyawa FC1. Absorbansi Tabel 1. Hasil pengukuran IC5
larutan DPPH 50 ppm=0,824.
Sampel Uji Konsentra Absorbans % IC50
si i daya
Isolasi dilakukan terhadap fraksi kloroform (ppm) hamba
yang mengandung flavonoid sebagai antioksidan t
Fraksi 15 0,315 61 2,67
menggunakan kromatografi kolom. Eluen yang kloroform 20 0,286 65
digunakan sama dengan eluen pada proses KLT, 30 0,210 74
yaitu heksana:etil asetat:metanol (6:3:2 ). Pada 40 0,154 81
50 0,067 92
penelitian ini diperlukan 80 vial untuk sekali proses. Fraksi etil 10 0,084 89 Tak dapat
Dari 5 kali proses elusi diperoleh senyawa FC1 (12 asetat 25 0,046 94 diukur
mg), FC2 (15 mg) dan FC3 (20 mg). 30 0,034 96
40 0,032 97
Identifikasi terhadap senyawa FC1 hasil isolasi 50 0,025 98
yang dilakukan dengan spektroskopi UV Vitamin C 15 0,352 57 11,34
menunjukkan peak pada 255 dan 370 nm. Panjang 25 0,268 67
30 0,260 69
gelombang ini khas untuk senyawa flavonol. Untuk 40 0,019 97
pengukuran dengan spektroskopi 1HNMR seperti 50 0,013 99
terlihat pada Gambar 3 menunjukkan bahwa senya

FC1 memberikan geseran kimia dan pola dan C dari senyawa flavonoid dapat dilihat pada
splitting berikut:6,3 ppm (singlet, 1); 6,5 ppm rentang geseran kimia 6-8 dimana pola geseran
(singlet,1); 7,0 ppm (doublet,1); 7,7 (doublet,1); 7,9 seperti diatas identik dengan senyawa quercetin
(singlet,1) dan 12 ppm (singlet, 1). Mabry et.al (Mabry et al., 1970).
mengatakan bahwa pola oksigenasi pada cincin A, B

Gambar 3. Spektrum 1 H- NMR senyawa FC1 (dalam DMSO)

Hasil uji KLT menggunakan senyawa standar Berdasarkan analisis spektroskopi 1H-NMR
quercetin seperti pada Gambar 4 memperkuat da uji KLT di atas, struktur senyawa FC1 adalah
dugaan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan seperti terlihat pada Gambar 5 berikut ini.
suatu flavonol yaitu quercetin.

A B
quercetin
Gambar 4. Kromatogram senyawa FC1 (A)
Gambar 5. Perkiraan struktur senyawa hasil isolasi
dibandingkan dengan standar
quercetin (B) pada plat KLT GF254 3,5,7,3,4 pentahidroksi flavon
dengan eluen metanol (teknis). Pengukuran nilai IC50 terhadap isolat FC1
dengan cara yang sama dengan prosedur di atas
menghasilkan nilai 1,66 ppm (Tabel 2) yang
Sudarmanto, Aktivitas Senyawa Flavonoid pada Kulit Akar Tanaman Ara 141

menunjukkan bahwa senyawa tersebut sangat rangkap pada C2 dan C3; gugus OH pada C3 dan
potensial sebagai antioksidan. gugus keto pada C4. Syarat tersebut terpenuhi oleh
senyawa FC1 yang merupakan suatu quercetin.
Tabel 2. Hasil pengukuran absorbansi, % daya
Hambat dan IC50 Senyawa FC1. SIMPULAN

Konsentrasi Absorbansi % daya Y = 5,977x + 40,10 Senyawa aktif flavonoid dalam fraksi kloroform
(ppm) hambat r2 = 0,984
1 0,780 43 IC50 = 1,66 ppm kulit akar tanaman Ara (Ficus racemosa, L) yang
3 0,650 62 IC50 (vitamin C ) = berpotensi sebagai antioksidan adalah quercetin
5 0,512 70 11,34 ppm dengan IC50 1,66 ppm.
IC50 fraksi kloroform
10 0,009 99 = 2,67 ppm
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Menurut Heim et al. (2002), flavonoid akan Prof Tati Suhartati atas bimbingannya selama
memberikan aktivitas antioksidan jika mempunyai penelitian berlangsung. Ucapan terima kasih juga
gugus OH pada posisi orto C3 dan C4. Ikatan disampaikan untuk Ibu Sofia dan Ibu Asih atas
bantuannya di laboratorium Balai POM.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, C.C.,Yang, M.H., Wen and H.M.Chern, Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free
J.C.2002. Estimation of Total Flavonoid Radical Diphenyl picrylhidrazyl (DPPH) for
Content in Propolis by Two Complementary Estimating Antioxidant Activity.
Colorimetric Methods. J Food Drug Anal. 10 Songklanakarin Journal of science and
(3): 178-182. technology 26 (2): 211-219.
Droge W. 2002 Free Radicals in the Physiological Osawa, T., Katsuzaki., Hagiwara., Shibamoto, T.
Control of Cell Function. Physiol Rev. 82:47- 1992. A Novel Antioxidant Isolated from
95. Young Green Barley Leaves. Journal of
Heim, K.E., Tagliaferro., A.R and Bobilya, D.J. Agricultural and Food Chemistry. 40: 1135-
2002. Flavonoid antioxidant: Chemistry, 1140.
Metabolism and Structure–Activity Solomon, A., Golubowicz, S., Yablowicz, Z,.
Relationship. J.Nutr Biochem. 10: 572-584. Grossman, S., Bergman, M., Gottlieb, H.,
Markham, K.R. 1998. Cara Mengidentifikasi Atlman, A., Kerem, Z. and Flaishman, M.A.
Flavonoid. Terjemah Kosasih Padmawinata. 2006. Antioxydan Activities and
Penerbit ITB. Bandung. Anthocyanin Content of Fresh Fruit Common
Mabry, T.J., Markham, K.R., and Thomas, M.B. of Fig (Ficus carica, Linn).
1970. The Systematic Identification of J.Agric.Food.Chem. 54: 7717-7723.
Flavonoids. Springer-Verlag. New York Inc. New Shiksharthi, A.R. and Mittal, S. 2011. Ficus
York. racemosa,Linn: Phytochemistry,
Traditional Uses and Pharmacological
Properties: A Review. International
Journal of Recent Advances in
Pharmaceutical Resarch.

Anda mungkin juga menyukai