Nama : JULION
Alamat : Puubenua
No. HP : 082292024126
BIODATA
Nama :
Alamat :
Asal sekolah :
1. Ayah :
2. Ibu :
No. HP :
Apa buktinya lingkungan kita rusak? Pada UU no 32 tahun 2009 pasal 21, disebutkan kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi kerusakan ekosistem dan kerusakan iklim. Yang termasuk
kerusakan ekosistem adalah kerusakan tanah, terumbu karang, mangrove, gambut, dan yang
berkaitan dengan kebakaran hutan. Sedangkan kerusakan iklim adalah kenaikan temperatur,
kenaikan air laut, badai, atau kekeringan.
Menimbang :
a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
c. bahwa semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah,
termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
d. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang sungguh sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan;
e. bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah
penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
f. bahwa agar lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan
ekosistem, perlu dilakukan pembaruan terhadap Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,
dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Mengingat :
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), serta Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
Ada dua megatrend yang terjadi dalam perekonomian Indonesia yang membuat saya
berbunga-bunga. Kebetulan kedua megatrend tersebut tonggaknya terjadi di tahun 2010.
Pertama adalah revolusi kelas menengah yang dimulai sejak tahun 2010 seiring
terlampauinya pendapatan perkapita kita USD3000 pertahun. Kedua adalah adanya fenomena
bonus demografi (demographic bonus) yang terjadi karena membengkaknya jumlah
penduduk produktif yang berpotensi menjadi engine of growth bagi perekonomian kita.
Dua megatrend ini menuntut kita untuk mengambil langkah-langkah strategis dan cerdas
untuk memanfaatkan momentum langka (kejadian seabad sekali) ini. Karena kalau tidak, kita
akan kehilangan peluang yang luar biasa. Kalau meminjam lagunya Elvis Presley, maka
pilihannya adalah: ambil peluang itu sekarang, atau tidak sama sekali untuk selamanya, “now
or never”. Di blog ini, saya telah mengulas revolusi kelas menengah (Consumer 3000)
hampir tiap minggu, maka kini giliran saya mengulas megatrend yang kedua, yaitu bonus
demografi.
Bonus
Bonus demografi adalah bonus atau peluang (window of opportunity) yang dinikmati suatu
negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64
tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Di Indonesia fenomena ini terjadi
karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh
keberhasilan kita menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan dan
suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde Baru hingga sekarang.
Maka kemudian muncul parameter yang disebut “rasio ketergantungan” (dependency ratio),
yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan non
produktif. Rasio ini sekaligus menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif yang
hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Semakin rendah angka rasio
ketergantungan suatu negara, maka negara tersebut makin berpeluang mendapatkan bonus
demografi.
Engine of Growth
Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM produktif. Ketika angka fertilitas menurun,
pertumbuhan pendapatan perkapita untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak
dapat dialihkan untuk peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang
sedikit membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang sekali lagi akan
mendongkrak produktivitas.
Kalau dipilah ke dalam kelompok desa dan kota, maka angka ketergantungan di perkotaan
sudah mencapai angka 46,6%, artinya sudah masuk dalam rentang “masa keemasan” bonus
demografi. Sementara untuk pedesaan masih bertengger di angka 56,3%. Yang juga menarik
dari data tersebut adalah bahwa sekitar 34% dari masyarakat kita berada di rentang usia
muda (15-35 tahun) yang sangat produktif. Kaum muda harapan bangsa inilah yang akan
menjadi engine of growth yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih
kencang lagi.
Kalau kita melihat di negara lain, maka negara-negara maju seperti Eropa sudah melewati
masa keemasan bonus demografi, sementara beberapa negara Asia seperti Cina kini sudah
mulai menikmatinya. Bonus demografi di negara-negara Eropa terjadi bervariasi antara
tahun 1950-2000. Cina mulai menikmati bonanza bonus demografi sejak tahun 1990 dan
akan berlangsung sampai 2015. India, hampir sama dengan kita, mendapatkan bonus
demografi sejak tahun 2010. Sementara di negara-negara Afrika, bonus demografi bakal
didapatkan hingga tahun 2045.
Now or Never
Pertanyaannya, apakah bonus demografi by default menjadi “hak” setiap negara tanpa harus
ngapa-ngapain? Of course tidak! Kalau penduduk produktif yang berjumlah besar itu
kerjanya cuma malas-malasan, maka tentu saja mereka bukannya menjadi aset bangsa tapi
justru menjadi benalu yang menggerogoti daya saing. Kalau penduduk produktif dalam
jumlah besar itu kualitasnya payah karena cuma lulusan SD-SMP, maka mereka bukannya
menjadi engine of growth tapi sebaliknya menjadi beban karena gaji dan BBM-nya harus
disubsidi pemerintah.
Karena itu “kesempatan seabad sekali” ini harus kita manfaatkan sebaik mungkin dengan
meningkatkan kualitas SDM, terutama kita-kita yang saat ini berada di rentang usia produktif
15-64 tahun. Yang wirausahawan harus makin canggih mengintip peluang dan mengelola
sumber daya. Yang profesional harus membangun kompetensi yang makin kompetitif secara
global. Yang buruh pabrik haruslah makin terampil dan memiliki kualitas kerja excellent.
Itu dari sisi “hard aspect” (kompetensi dan kapabilitas). Dari sisi “soft aspect”, kelas
produktif kita haruslah bermental positif, optimis, kreatif. Bukannya mental negatif:
memfitnah, menjatuhkan lawan, mencari-cari kesalahan orang, atau menggali kejelekkan-
kejelekkan rekan. Seperti kata Dahlan Iskan, kini saatnya kita: kerja, kerja, dan kerja. Tak
ada ruang untuk omong doang, debat kusir ngga keruan, tanpa action. Kini saatnya kita
melakukan value-creation.
Kenapa semua hal itu itu mendesak kita lakukan? Balik lagi, persis seperti dibilang Elvis:
Kalau kita tak melakukannya sekarang, kita akan kehilangan kesempatan sekali dalam
seabad. Ingat Elvis: “now or never!” Dapat sekarang atau tidak untuk selamany
Adapun isi Undang-undang No. 32 tahun 2009 terdiri dari 17 bab dan 127 pasal yang
mengatur secara lebih menyeluruh tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Dan apabila kita cermati terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Undang-Undang ini
adalah adanya penguatan yang terdapat dalam Undang-Undang ini tentang prinsip-prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola
pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan dan penegakan hukum
mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, serta keadilan
penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
penanggulangan.
Adapun beberapa point penting yang terdapat dalam antara UU 23 tahun 1997 dan UU No.
32 Tahun 2009 antara lain:
Dari ke 23 pasal tersebut, ada pasal-pasal penting yang sebelumnya tidak termuat
dalam UU No. 23 Tahun 1997 maupun PP No.27 Tahun 1999 dan memberikan implikasi
yang besar bagi para pelaku AMDAL, termasuk pejabat pemberi ijin.
Hal-hal penting baru yang terkait dengan AMDAL yang termuat dalam UU No. 32 Tahun
2009, antara lain:
Selain ke - 5 hal tersebut di atas, ada pengaturan yang tegas yang diamanatkan dalam
UU No. 32 Tahun 2009, yaitu dikenakannya sanksi pidana dan perdata terkait pelanggaran
bidang AMDAL. Pasal-pasal yang mengatur tentang sanksi-sanksi tersebut, yaitu:
Sanksi terhadap pejabat yang memberikan izin lingkungan yang tanpa dilengkapi dengan
dokumen AMDAl atau UKL-UPL.
Investasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia : Investasi/invéstasi/ merupakan penanaman uang atau
modal suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keun-Tungan. Secara umum,
investasi dapat diartikan sebagai mengambil / penggunaan waktu, uang atau energi untuk
keuntungan / manfaat di masa depan. Dengan demikian, dapat dikatakan investasi adalah
untuk membeli sesuatu dan mengharapkan di masa depan dapat dijual kembali dengan nilai
yang lebih tinggi daripada yang asli Tinggi.
Investasi perlu mempersiapkan masa depan sedini mungkin melalui penyusunan rencana
disesuaikan dengan kebutuhan kemampuan keuangan saat ini. Salah satu alasan mengapa
perlu untuk berinvestasi adalah karena inflasi, seperti kenaikan harga barang atau jasa.
Ada 4 (empat) alasan yaitu :
Jenis investasi
Investasi
Divestasi
Di bidang ekonomi dan keuangan, divestasi adalah pengurangan beberapa jenis aset dalam
bentuk keuangan atau barang, dapat disebut bisnis penjualan yang dimiliki oleh perusahaan.
Ini adalah kebalikan dari investasi pada aset baru.
Motif
Pertama, sebuah perusahaan akan melakukan divestasi (menjual) bisnis yang bukan
merupakan bagian dari wilayah operasional utama sehingga perusahaan dapat fokus pada
area bisnis terbaik yang dapat Anda lakukan. Misalnya, Eastman Kodak, Ford Motor
Company, dan banyak perusahaan lainnya telah menjual berbagai usaha yang tidak terkait
dengan bisnis inti.
Motif kedua untuk divestasi adalah untuk membuat keuntungan. Divestasi menghasilkan
keuntungan yang lebih baik bagi perusahaan sebagai upaya divestasi untuk menjual bisnis
untuk menghasilkan uang. Sebagai contoh, CSX Korporasi divestasi untuk berfokus pada
bisnis inti, yaitu pembangunan rel kereta api dan bertujuan untuk membuat keuntungan untuk
membayar utang saat ini.
Motif ketiga bagi divestasi adalah kadang-kadang percaya bahwa perusahaan harus
melakukan divestasi (menjual bisnis tertentu mereka) lebih tinggi dari nilai perusahaan
sebelum melakukan divestasi. Dengan kata lain, jumlah nilai likuidasi aset pribadi
perusahaan melebihi nilai pasar bila dibandingkan dengan perusahaan pada saat sebelum
melakukan divestasi. Ini memperkuat keinginan perusahaan untuk menjual apa yang
seharusnya bernilai berharga daripada dilikuidasi pada saat sebelum divestasi.
Motif keempat untuk divestasi unit bisnis yang tidak lagi menguntungkan. Semakin banyak
unit usaha yang dijalankan dari kompetensi inti perusahaan, kemungkinan kegagalan dalam
operasi yang lebih besar.
Metode divestasi
Spekulasi
Spekulasi, hal keuangan mana termasuk pembelian sempit, memiliki maju, menjual, dan
menjual saham pendek, obligasi, komoditas, mata uang, koleksi, real estate, derivatif, atau
instrumen keuangan lainnya dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari fluktuasi harga
di yang pembelian tersebut tidak digunakan sendiri atau untuk mendapatkan pendapatan yang
timbul dari dividen atau bunga.
Spekulasi atau agiotage pada pasar yang berbeda keuangan yang disebut hedging, investasi
jangka pendek atau panjang, dan arbitrase. Spekulasi dapat terjadi pada sebagian besar
perdagangan komoditas, tetapi sebagian besar berada di perdagangan berjangka dan transaksi
derivatif lainnya.
Layanan yang diberikan oleh spekulan ke pasar utama adalah untuk menempatkan modalnya
pada risiko dengan harapan mendapatkan keuntungan, mereka menambahkan likuiditas ke
pasar dan membuat lebih mudah bagi orang lain untuk mengurangi risiko, termasuk yang
diklasifikasikan sebagai hedger dan arbitraser.
Etimologi
Kata “spekulasi” berasal dari bahasa Latin speculatus, yang merupakan bentuk lampau dari
speculari, yang berarti “melihat ke depan”, mengamati dan belajar. Speculari kata itu sendiri
berasal dari kata specula, yang berasal dari makna specere “untuk melihat”, yang adalah
seorang prajurit Romawi yang mengawasi penyelesaian militer yang disebut castrum.
Dalam kata ini ditemukan persamaan etimologik yang menunjukkan aktivitas frase
“pandangan dari jauh” kontemporer dalam ruang dan waktu. Dari kalimat “Specula” Ini
adalah asal dari kata Latin “speculatio, speculationis” Kegiatan penyelidikan filosofis.
Ungkapan ini masih digunakan saat ini di dunia filsafat sebagai “suatu kegiatan berteori tanpa
didukung dengan dasar yang kuat pada kenyataannya, seperti dalam dunia keuangan modern
di mana spekulan melakukan transaksi didukung oleh dasar statistik. https://id.wikipedia.org/
GuruPendidikan.Com
Share this:
Sharer
Tweet
Add +1
Related posts:
Post navigation
Previous post Sistem Pendukung Keputusan Beserta Komponen, Manfaat Dan Tujuannya Lengkap
Recent Posts