PENDAHULUAN
1
tergantung dari perakitan dan model alat magnetic separator. Pemilihan jenis magnetic
separator perlu dilakukan agar sesuai dengan volume bahan galian yang akan diolah
dan kadar konsentrat yang diinginkan. Oleh karena itu, mahasiswa teknik
pertambangan sangat penting untuk memahami proses yang berlangsung pada
magnetic separator sehingga dapat melakukan pemilihan magnetic separator yang
tepat serta dapat melakukan proses pemisahan pada bahan galian dengan baik
sehingga menghasilkan produk dengan kadar yang tinggi dan lebih ekonomis.
Rumusan masalah pada laporan praktikum pengolahan bahan galian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanan proses pemisahan secara magnetic?
2. Bagaimana cara menganalisis pengaruh kecepatan putar drum terhadap
perolehan konsentrat?
3. Bagaimana cara mengkaji tingkat kehilangan umpan?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
positif dan lebih besar dari 1, serta bergantung dari temperatur. Ferromagnetic tidak
berbeda jauh dengan paramagnetic hanya saja lebih kuat bila dibandingkan dengan
paramagnetic. Contohnya adalah Magnetite, Ilmenite, dan Franklinite.
Mineral-mineral yang masuk dalam kelompok mineral magnetic misalnya
Magnetite, Hematite, Ilmenite, Siderite, dan Monazite, sedangkan mineral-mineral
yang dikelompokkan dalam mineral non-magnetic misalnya Quartz, Mika, Corundum,
Gypsum, Zircon, dan Feldspar. Kemampuan mineral dalam merespon medan magnet
disebut magnetic susceptibility. Mineral-mineral paramagnetic memiliki sifat
kemagnetan yang rendah. Artinya mineral ini hanya memberikan respon terhadap
medan magnet yang besar. Mineral-mineral diamagnetic merupakan kelompok mineral
yang tidak memiliki sifat kemagnetan. Kelompok mineral ini tidak memberikan respon
terhadap medan magnet. Mineral magnetite merupakan mineral yang memiliki sifat
kemagnetan yang tinggi. Magnetite akan tertarik oleh medan magnet yang relatif
rendah sekalipun (Putri, 2010).
4
Magnetic separation merupakan operasi konsentrasi atau pemisahan satu
mineral atau lebih dengan mineral lainnya yang memanfaatkan perbedaan sifat
kemagnetan dari mineral-mineral yang dipisahnya. Mineral-meneral yang terdapat
dalam bijih akan memberikan respon terhadap medan magnet sesuai dengan sifat
kemagnetan yang dimilikinya. Mineral-mineral yang memiliki sifat kemagnetan tinggi
akan merespon atau terpengaruh oleh medan magnet. Mineral-mineral ini akan tertarik
oleh medan magnet dan dikelompokan sebagai mineral magnetik, sedangkan mineral-
mineral yang tidak memiliki sifat kemagnetan, tidak akan merespon atau terpengaruh
ketika dilewatkan pada medan magnet. Mineral-mineral ini tidak akan tertarik oleh
medan magnet dan dikelompokkan sebagai mineral non-magnetik (Firman, 2015).
5
Gambar 2.2 Gaya-Gaya Yang Bekerja pada
Partikel Mineral
2.2.2 Macam-macam Mekanisme Pemisahan Magnetik Separator
1. Horisontal
Pada sistem ini letak kutub magnet dibuat medatar, sedangkan umpan
dijatuhkan melalui garis-garis gaya medan magnet yang posisinya horisontal. Maka
mineral yang bersifat magnetic akan tertarik ke arah kutub positif, sedangkan mineral
non magnetic akan jatuh lurus ke bawah.
6
Gambar 2.4 Mekanisme Pemisahan Vertikal
3. Drum Magnetic
Pemisahan cara ini digunakan untuk material yang mempunyai kemagnetan
tinggi. Suatu drum yang berputar pada porosnya biasanya terbuat dari alumunium,
bagian dalamnya dipasang magnet namun tidak ikut berputar, sehingga mineral
magnetik dan non magnetik dapat dipisahkan.
7
Gambar 2.6 Mekanisme Pemisahan Roll Induksi
2.2.3 Macam Magnetik Separator
Secara umum magnetik separator dibedakan menjadi dua tipe, yaitu sebagai
berikut (Firman, 2015).
1. Primary Magnet Type
Primary Magnet Type ini magnet yang digunakan adalah magnet langsung yang
dipasang pada alat tersebut. Yang termasuk dalam jenis ini adalah sebagai berikut.
a. Magnetic Pulleys
Mineral non magnetic akan terjatuh karena tidak tertarik oleh magnet pada
separator dan karena gaya gravitasinya sendiri. Sementara mineral
magnetic akan terus menempel pada belt conveyor sampai pada suatu titik
saat gaya magnet sudah tidak menjangkau lagi dan akhirnya akan jatuh
ditempat yang sudah tersedia.
b. Drum Type Magnetic Separator
Alat ini dipergunakan untuk mineral yang mempunyai sifat kemagnetan
yang kuat. Terdiri dari drum yang pada bagian dalamnya ditempatkan
magnet tetap (stasioner), luas magnet pada drum ini lebih kurang sepertiga
bagian dari kelilingnya. Material yang menempel adalah yang bersifat
magnetik kuat dan yang non magnetik akan jatuh karena gaya gravitasinya.
Drum yang digunakan tidak hanya satu saja, jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Drum-drum tersebut diberi magnet drngan kekuatan yang tidak
8
sama besar dari yang kekuatan besar terus mengecil. Hal ini dimaksudkan
agar material yang tertarik benar-benar mineral magnetik.
c. Belt Magnetic Separator
Alat ini dipergunakan untuk material yang gaya kemagnetanya lemah
dengan proses kering sedangkan yang gaya kemagnetannya kuat dengan
proses basah. Contoh dari alat ini adalah Wetherill Rowans Cross-Belt.
2. Secondary/Induksi Magnet Type
Alat ini terdiri dari kumparan kawat yang diberi arus listrik sehingga
menimbulkan gaya-gaya magnet, yang selanjutnya menimbulkan juga medan magnet.
Medan magnet ini yang menginduksi rotor sehingga rotor tersebut bersifat magnetik.
Alat ini digolongkan dalam induksi magnet separator/secondary magnet separator
type. Contohnya Dings Incuded-roll Separator.
2.2.4 Alat Pemisah Magnetik (Magnetic Separator)
Ditinjau dari kekuatan atau intensitas medan magnetnya, magnetic separator
dibagi dalam dua jenis separator yaitu Low Intensity Magnetic Separator atau LIM
separator dan High Intensity Magnetic Separator atau HIM separator. Baik LIM
separator maupun HIM separator dapat digunakan secara basah atau kering.
Pemisahan cara basah umumnya menggunakan LIM separator dan digunakan untuk
mineral yang memiliki suscepibilty tinggi. LIM separator mampu memisahkan bijih
dalam jumlah yang besar, sedangkan HIM separator mempunyai kapasitas rendah dan
umumnya digunakan untuk mineral yang memiliki susceptibility rendah (Firman, 2015).
9
Syarat yang harus dipenuhi pada Magnetic Separator adalah sebagai berikut
(Firman, 2015).
1. Alat harus menimbulkan medan magnet yang mengumpul (konvergen)
sehingga kekuatan positif (+) besar.
2. Intensitas medan magnet harus dapat siatur dengan mudah.
3. Material umpan dalam medan magnet harus merata.
4. Ada peralatan yang dapat memisahkan mineral magnetik dan non magnetik.
5. Kecepatan bergerak material dalam medan magnet harus dapat dikendalikan.
6. Terdapat alat penampung middling.
7. Peralatan tidak banyak bergerak karena dapat mempengaruhi medan magnet.
Hal terpenting dalam pemisahan adalah partikel harus terliberasi sempurna dan
celah antara magnet dengan material tidak boleh terlalu jauh karena mempangaruhi
gaya tarik magnet dan gaya gesek. Kapasitas magnetic separator tergantung pada
ukuran butir, kekuatan magnet, kecepatan feeding, dan kecepatan putar rotor.
2.2.5 Pengaruh Variabel Operasi pada Magnetic Separation
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemisahan terdapat pada
peralatan yang tidak bisa lagi dirubah. Sehingga faktor-faktor tersebut menjadi konstan
pengaruhnya terhadap partikel mineral. Untuk separator dengan magnet permanen,
maka medan magnet tidak dapat dirubah, artinya gaya magnet akan konstan selama
pemisahan. Diameter drum merupakan salah satu variabel yang juga konstan.
Sehingga pengaruhnya juga akan tetap pada saat dipakai untuk pemisahan. Beberapa
variabel dapat diubah-ubah selama atau saat pemisahan dilakukan. Gambar di bawah
ini menunjukkan pengaruh beberapa variabel operasi untuk pemisahan secara
magnetic (Firman, 2015).
Gambar 2.8 Pengaruh Variabel Operasi dan Alat pada Magnetic Separation
Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi selain dari
alat itu sendiri, diantaranya (a) kecepatan drum silinder berhubungan dengan seberapa
lama mineral berinteraksi dengan magnet. Semakin cepat kecepatannya, interaksi
10
mineral dengan magnet semakin sedikit membuat pemisahan kurang maksimal. (b)
laju pengumpanan ini biasanya harus disesuaikan dengan keceptan putaran drum
silinder, agar mineral magnetik yang dimasukkan akan tepat menempel pada magnet
sehingga konsentrat yang dihasilkan akan maksimal. (c) sifat magnet berhubungan
dengan besarnya gaya magnet untuk menarik mineral bersifat magnetic, namun dalam
penggunaannya sifat magnet harus digunakan seperlunya tidak boleh terlalu berlebih.
Karena jika terlalu berlebihan maka ketika terdapat partikel dengan perbedaan
kekuatan magnet yang kecil akan sulit untuk memisahkannya. (d) semakin besar
derajat liberasi mineral akan semakin baik proses pemisahan partikel magnetik dan
non-magnetik (Firman, 2015).
Pasir besi merupakan salah satu bahan galian dari kelompok bijih besi, sejenis
pasir berwarna gelap yang mengandung partikel bijih besi (magnetit) yang terdapat di
sepanjang pantai. Umumnya, pasir besi terdiri atas mineral opak yang telah bercampur
dengan butiran-butiran dari mineral non-logam, seperti Kuarsa, Calchite, Feldspar,
Pyroksen, dan Biotite. Mineral opak yang terkandung dalam pasir besi antara lain
Magnetite, Titaniferous Magnetite, Ilmenite, Limonite, dan Hematite (Feri, 2015).
Pasir besi memiliki warna hitam, kilap logam, berat jenis 1,8 ton/m3, dan
ukuran butirnya adalah dari 116 mm sampai 2 mm. Pasir besi memiliki sifat
kemagnetan yang tinggi. Pasir besi di Indonesia termasuk salah satu bahan baku dasar
dalam industri baja. Selain itu, pasir besi dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku
untuk industri semen dalam pembuatan beton, bahan dasar tinta kering (toner), bahan
utama untuk pita kaset, pewarna serta campuran (filter) untuk cat serta bahan dasar
untuk industri magnet permanen (Feri, 2015).
11
Berdasarkan kejadiannya, endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis
yaitu endapan besi primer yang terjadi karena adanya proses hidrotermal, endapan
besi laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan endapan pasir besi yang terbentuk
karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan
endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi
logam lainnya. Genesa endapan pasir besi yaitu sebagai berikut.
1. Jenis Batuan Induk
Sumber atau batuan induk dari endapan pasir besi ialah batuan yang sifatnya
intermediet hingga basa yang bersifat andesitik hingga basaltik dan merupakan batuan
yang berasal dari gunung api. Batuan Andesit merupakan batuan beku intermediet
yang berwarna keabu-abuan dan berbutir halus. Pada umumnya, gunung api di
Indonesia menghasilkan batuan andesit dalam bentuk lava maupun piroklastik.
Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur seperti silikat,
alumunium, besi, titanium, mangan, fosfor, kalsium, magnesium, natrium, kalium, dan
air. Batuan Basalt merupakan batuan beku basa yang berwarna gelap. Kandungan
silika pada batuan ini cukup rendah yakni 45 - 52%. Kandungan kimia pada batuan
basalt antara lain Fe2O3, MnO, TiO2, SiO2, Al2O3, CaO, MgO, P2O5, Na2O, dan K2O (Feri,
2015).
12
tertransportasi ke sungai dan terus terbawa ke laut. Selama proses transportasi,
batuan-batuan tersebut mengalami proses perubahan bentuk serta ukuran sehingga
menjadi partikel yang ukurannya lebih halus. Di laut, karena pengaruh gelombang air
laut partikel-partikel yang telah tertransportasi dihempaskan ke pantai dan air yang
kembali membawa bahan-bahan ringan. Sehingga, bagian partikel yang lebih ringan
akan terpisah dari bagian yang lebih berat. Hasilnya, partikel-partikel tersebut akan
terkonsentrasi dan terakumulasi sebagai lapisan yang membentuk batas lapisan.
Perlapisan yang dihasilkan akan menunjukkan urutan yang terbalik, yakni partikel yang
lebih halus dan memiliki kandungan mineral berat akan berada di bawah. Sedangkan,
semakin ke atas, partikel penyusun lapisan lebih kasar dan sedikit mengandung
mineral berat. Perlapisan yang terbentuk sepanjang garis pantai membentuk cebakan
dari endapan pasir besi (Feri, 2015).
3. Bentuk Endapan Pasir Besi
Endapan pasir besi memiliki bentuk endapan sekunder berupa endapan
sedimenter pantai (beach placer). Endapan sedimenter pantai memiliki beberapa
karakteristik, yakni menunjukkan variasi lapisan yang berbeda dan cebakan terbentuk
di sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang, air laut serta aktivitas angin.
Endapan sedimenter pantai juga terjadi pada kondisi topografi berbeda yang
disebabkan oleh perubahan muka air laut. Variasi lapisan pada endapan sedimenter
pantai akan membentuk perlapisan yang profil endapannya menunjukkan urutan
terbalik dari ukuran dan berat partikel. Kecenderungan perubahan ukuran berdasarkan
kedalaman ini menunjukkan bahwa pasir yang ukurannya lebih halus dan kaya mineral
berat berada di bagian bawah dan berangsur naik ke atas menjadi lebih kasar dan
sedikit mengandung mineral berat, sedangkan zona optimum pemisahan mineral berat
berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Sehingga variasi dari kadar
besi yang terambil menunjukkan tingkat yang berbeda. Secara umum, dengan
penglihatan mata telanjang dapat dilakukan dengan membedakan warna artinya warna
yang gelap akan memiliki nilai kadar besi yang tinggi dan sedikit impurities dan
sebaliknya (Feri, 2015).
Material-material yang tertransportasi dan tersedimentasi di sepanjang pantai
akan berukuran lebih kecil serta bentuknya relatif membulat, sorting dari material baik
dan tercucikan oleh gelombang air laut. Ukuran dari material pada umumnya memiliki
ukuran pasir dan sebagian berukuran lanau-lempung. Selain itu, warna mineral yang
terkandung berwarna coklat kehitaman. Karakteristik dari endapan placer pasir besi
13
memiliki area gumuk pasir atau sand dunes, longgokan pasir besi atau bukan pasir besi
yang terletak secara searah dengan pantai dan memanjang serta memiliki ketinggian
dengan rentang 4 - 5 m. Model endapan pasir besi juga beragam, salah satunya
berupa lenses structure dengan kandungan Magnetite yang beragam ke salah satu
arah (Feri, 2015).
4. Zona-zona yang Terbentuk pada Endapan Pasir Besi
Endapan pasir besi sebelum terendapkan, mengalami proses transportasi
melalui kanal-kanal sungai yang masuk ke laut atau yang dikenal dengan delta. Zona
neritic province terdiri dari splash zone dan intertidal zone. Apabila dibagi zona-zona
keterdapatan pasir besi, bagian wilayah yang sering menjadi lokasi penambangan
berada pada wilayah berm, swash zone dan surf zone. Sedangkan zona setelah bibir
pantai yakni zona nearshore zone. Wilayah-wilayah ini merupakan sumber potensi
keterdapatan pasir besi (Feri, 2015).
14
jauh dari hulu, Sungai Progo menjadi muara dari beberapa sungai yang berhulu pada
Gunung Merapi. Aliran sungai yang berhulu pada gunung api inilah yang akan
mengerosi serta menjadi media transportasi dari batuan-batuan gunung api tersebut,
dimana batuan yang umum terdapat bersifat andesitik. Aliran permukaan pada sungai
ikut menyebabkan terjadinya pelapukan serta erosi pada batuan. Pelapukan yang
terjadi dapat secara fisika dan kimiawi. Pada pelapukan fisika, batuan mengalami
disintegrasi sehinga menjadi pecahan-pecahan atau fragmen. Sedangkan pada
pelapukan kimiawi, batuan mengalami perubahan susunan kimia pada mineral-mineral
penyusunnya (Feri, 2015).
Batuan gunung api memiliki kandungan besi (Fe), terlebih kandungan besi lebih
banyak terdapat pada batuan yang sifatnya andesitik. Saat batuan gunung api tersebut
mengalami pelapukan fisika, maka batuan tersebut terubah menjadi butiran-butiran
yang dapat berupa butiran mineral seperti Magnetite dan Ilmenite. Sedangkan, pada
pelapukan kimiawi, batuan tersebut berubah sususan atau terurai unsur kimianya.
Sehingga, terdapat unsur Fe yang dihasilkan dan selama transportasi dapat bereaksi
dengan oksigen menghasilkan mineral baru seperti Hematite dan Limonite (Feri, 2015).
Hasil proses-proses di atas akan tertransport dan terendapkan ketika aliran
sungai telah mencapai hilir yakni Samudra Hindia. Kemudian, dengan bantuan
gelombang air laut pada Samudra Hindia, partikel-partikel tersebut terhempaskan di
sepanjang garis pantai dan mengalami pencucian oleh air laut. Sehingga, partikel-
partikel yang berat akan terpisah oleh partikel-partikel yang lebih ringan (sedikit
mengandung mineral berat) dan membentuk pasir besi dengan mineral lain seperti
Corundum, Kuarsa dan Vanadium (Feri, 2015).
15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini merupakan Pasir besi yang
terkonsentrasi di daerah Tanjung Bayang, Makassar. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara menggali lubang sekitar 5-10 cm, lalu di bagian kedalaman tertentu di
ambillah sampel. Penggalian sampel menggunakan wajan dan hasil penggalian
dimasukkan ke dalam karung. Satu karung pasir besi kemudian dibagi menjadi 6 lalu
dibagikan ke tiap kelompok dimana berat sampel per kelompok lebih besar dari 1 kg.
16
3.2 Preparasi Sampel
17
konsentrat dan tailing. Kardus berfungsi untuk menampung produk berupa konsentrat
dan baskom untuk menampung tailing. Selanjutnya, nyalakan alat magnetic separator
dengan menekan tombol on yang terletak dibagian samping dari alat pemisah
(magnetic separator).
18
Gambar 3.5 Proses Pemisahan Berlangsung
Setelah umpan selesai dipisahkan, matikan alat dengan cara menurunkan kecepatan
putar drum, menurunkan pemacu magnet dan menekan tombol off.
19
Gambar 3.7 Proses Penimbangan Konsentrat
20
Gambar 3.10 Hasil Produk
Analisis data dilakukan setelah semua tahapan percobaan dilakukan mulai dari
pengambilan sampel, preparasi, hingga penimbangan sampel. Data yang dihasilkan
dari percobaan ini, akan diolah lebih lanjut. Analisis data yang dilakukan meliputi
perhitungan berat dari masing-masing produk yang dihasilkan baik itu konsentrat
maupun tailing, perhitungan persen berat dari produk, perhitungan loss atau material
hilang, serta menghitung nilai recovery dari produk.
21