Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan bahan galian (mineral processing/mineral beneficiation/mineral


dressing) adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu
preparasi, konsentrasi, dewatering dan operasi tambahan lain yang diperlukan seperti
feeding dan sampling. Proses pengolahan berlangsung secara mekanis tanpa merubah
sifat-sifat kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian dari sifat
fisik saja yang berubah. Bijih yang dilakukan pengolahan bahan galian akan dapat
ditingkatkan kadarnya, sehingga dari hasil pengolahan tersebut diharapkan diperoleh
keuntungan antara lain mengurangi ongkos transportasi dari tempat pengolahan
sampai tempat peleburan. Hal ini karena mineral pengotor (gangue mineral) sudah
dapat dipisahkan sehingga tidak ikut terangkut dan mengurangi biaya peleburan.
Dengan naiknya kadar bijih maka logam berharga semakin banyak untuk setiap berat
yang sama, sehingga dalam satuan waktu tertentu logam hasil peleburan akan lebih
banyak jika dibanding dengan peleburan bijih kadar rendah.
Bijih dari tambang umumnya masih berukuran relatif besar, sehingga mineral
berharga belum terliberasi, maka perlu dilakukan proses reduksi ukuran material
seperti crushing dan grinding, pemisahan berdasarkan ukuran seperti sieving dan
clasifying, pemisahan berdasarkan kemampuan daya tarik magnet seperti magnetic
separator, pemisahan berdasarkan kemampuan material dalam menghantarkan listrik
seperti electrostatic separation, dan pemisahan berdasarkan berat dari maretial seperti
jigging dan shaking table.
Magnetic separation adalah salah satu tahapan dalam pengolahan bahan galian
dengan cara memisahkan logam berharga dari mineral pengotornya berdasarkan sifat
kemagnetan suatu mineral. Magnetic separation adalah metode separasi yang
digunakan untuk mengekstrak logam besi pada bahan galian karena sifat kemagnetan
suatu mineral dipengaruhi oleh kandunga unsur besi (Fe) dari suatu mineral. Mineral
yang memiliki sifat kemagnetan tinggi salah satunya adalah Magnetite. Proses
pemisahan besi dalam bahan galian sangat dipengaruhi oleh peforma dari alat
pengolahan yang digunakan. Alat yang digunakan dalam proses magnetic separation
disebut magnetic separator. Magnetic separator memiliki berbagai macam tipe

1
tergantung dari perakitan dan model alat magnetic separator. Pemilihan jenis magnetic
separator perlu dilakukan agar sesuai dengan volume bahan galian yang akan diolah
dan kadar konsentrat yang diinginkan. Oleh karena itu, mahasiswa teknik
pertambangan sangat penting untuk memahami proses yang berlangsung pada
magnetic separator sehingga dapat melakukan pemilihan magnetic separator yang
tepat serta dapat melakukan proses pemisahan pada bahan galian dengan baik
sehingga menghasilkan produk dengan kadar yang tinggi dan lebih ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada laporan praktikum pengolahan bahan galian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanan proses pemisahan secara magnetic?
2. Bagaimana cara menganalisis pengaruh kecepatan putar drum terhadap
perolehan konsentrat?
3. Bagaimana cara mengkaji tingkat kehilangan umpan?

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan/praktikum pengolahan bahan galian ini adalah sebagai


berikut.
1. Mengetahui proses pemisahan secara magnetic.
2. Menganalisis pengaruh kecepatan putar drum terhadap perolehan konsentrat.
3. Mengkaji tingkat kehilangan umpan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemangnetan Mineral

Sifat magnetik menggambarkan perilaku zat di bawah pengaruh medan


magnet. Fenomena magnetik timbul dari gerak bermuatan listrik dalam substansi. Ada
tiga kelompok utama bahan terhadap sifat magnetik yaitu sebagai berikut (Putri,
2010).
1. Substansi Diamagnetik
Kulit elektron dari zat di bawah pengaruh medan magnet elektron berputar dan
menghasilkan magnetisasi pada arah yang berlawanan dengan medan diterapkan
sesuai dengan hukum Lenz. Atom-atom pembentuk batuan mempunyai kulit elektron
berpasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan
berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet
luar tadi. Mempunyai susceptibilitas k negatif dan kecil serta tidak tergantung dari pada
medan magnet luar. Diamagnetic merupakan sifat mineral yang ditolak sepanjang garis
gaya magnet atau dengan kata lain tidak dapat ditarik oleh medan magnet. Contohnya
adalah Garnet, Pyrite, Quartz, Calsite, dan Casiterite.
2. Substansi Paramagnetik
Terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh yakni ada elektron yang
spinnya tidak berpasangan. Jika terdapat medan magnetik luar, spin tersebut
berpresesi menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan
tersebut sehingga memperkuatnya. Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk
terorientasi acak oleh agitasi termal, sehingga susceptibilitas k positif dan lebih besar
dari 1 serta bergantung pada temperatur. Paramagnetic merupakan sifat mineral yang
tertarik sepanjang garis gaya magnet atau dengan kata lain dapat ditarik oleh medan
magnet. Hal ini disebabkan karena sifat kemagnetannya mudah menyesuaikan dengan
keadaan medan magnet sekitarnya. Contohnya adalah Hematite dan Limonite.
3. Substansi Ferromagnetik
Terdapat banyak kulit electron yang hanya diisi oleh satu elektron sehingga
mudah terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini diperkuat lagi oleh adanya kelompok-
kelompok bahan berspin searah yang membentuk dipol-dipol magnet (domain)
mempunyai arah sama, apalagi jika didalam medan magnet luar. Susceptibilitas k

3
positif dan lebih besar dari 1, serta bergantung dari temperatur. Ferromagnetic tidak
berbeda jauh dengan paramagnetic hanya saja lebih kuat bila dibandingkan dengan
paramagnetic. Contohnya adalah Magnetite, Ilmenite, dan Franklinite.
Mineral-mineral yang masuk dalam kelompok mineral magnetic misalnya
Magnetite, Hematite, Ilmenite, Siderite, dan Monazite, sedangkan mineral-mineral
yang dikelompokkan dalam mineral non-magnetic misalnya Quartz, Mika, Corundum,
Gypsum, Zircon, dan Feldspar. Kemampuan mineral dalam merespon medan magnet
disebut magnetic susceptibility. Mineral-mineral paramagnetic memiliki sifat
kemagnetan yang rendah. Artinya mineral ini hanya memberikan respon terhadap
medan magnet yang besar. Mineral-mineral diamagnetic merupakan kelompok mineral
yang tidak memiliki sifat kemagnetan. Kelompok mineral ini tidak memberikan respon
terhadap medan magnet. Mineral magnetite merupakan mineral yang memiliki sifat
kemagnetan yang tinggi. Magnetite akan tertarik oleh medan magnet yang relatif
rendah sekalipun (Putri, 2010).

2.2 Magnetic Separator

Magnetic separator adalah alat yang digunakan untuk memisahkan material


kering maupun basah dengan menggunakan prinsip gaya magnet dan gaya gravitasi.
Alat ini terdiri dari pulley yang dilapisi dengan magnet baik berupa magnet alami
maupun magnet yang berada disekitar arus listrik. Alat pemisah fase padat ini memiliki
prinsip kerja yaitu dengan melewatkan suatu material campuran (padatan non-logam
dan padatan logam) pada suatu bagian dari magnetic separator yang diberi medan
magnetik, maka padatan logam akan menempel (tertarik) pada medan magnetik oleh
karena adanya garis-garis medan magnetik sehingga padatan logam akan terpisah dari
campurannya. Menurut Ulman (2006), magnetik separator merupakan pemisahan
secara fisik untuk partikel dengan perbedaan permeability dan susceptbility
berdasarkan 3 cara, yaitu kekuatan tarikan magnet (tractive magnetic forces),
gravitasi, friksi dan inertial. Feed ke magnetik separator terpecah menjadi dua atau
lebih komponen. Jika separator digunakan untuk memproduksi magnet
konsentrat dapat digunakan paramagnetik atau diamagnetik. Setiap produk harus
ditransportasikan melewati ke dalam sepanjang magnet. Pemisahan menggunakan
magnet bergantung pada besarnya daya magnet dari bahan yang akan dipisahkan.
Efesiensi dari pemisahan menggunakan magnet dapt dilihat dengan adanya recovery
dan tingkat magnetic concentrate.

4
Magnetic separation merupakan operasi konsentrasi atau pemisahan satu
mineral atau lebih dengan mineral lainnya yang memanfaatkan perbedaan sifat
kemagnetan dari mineral-mineral yang dipisahnya. Mineral-meneral yang terdapat
dalam bijih akan memberikan respon terhadap medan magnet sesuai dengan sifat
kemagnetan yang dimilikinya. Mineral-mineral yang memiliki sifat kemagnetan tinggi
akan merespon atau terpengaruh oleh medan magnet. Mineral-mineral ini akan tertarik
oleh medan magnet dan dikelompokan sebagai mineral magnetik, sedangkan mineral-
mineral yang tidak memiliki sifat kemagnetan, tidak akan merespon atau terpengaruh
ketika dilewatkan pada medan magnet. Mineral-mineral ini tidak akan tertarik oleh
medan magnet dan dikelompokkan sebagai mineral non-magnetik (Firman, 2015).

Gambar 2.1 Magnetic Separator


2.2.1 Mekanisme Pemisahan Secara Magnetik
Pemisahan secara megnetik yang diaplikasikan untuk bijih tergantung pada
kompetisi dari gaya gaya yang dimiliki oleh tiap-tiap partikel mineral. Gaya yang
bekerja pada setiap partikel mineral tergantung separator yang dipakai. Pemisahan
bijih yang menggunakan drum separator dengan cara basah, maka partikel akan
mengalami atau memiliki empat gaya. Keempat gaya tersebut adalah gaya magnet
yang dinotasikan dengan Fm, gaya gravitasi dinotasikan dengan Fg, gaya drag
dinotasikan dengan Fd, dan gaya sentrifugal yang dinotasikan dengan Fc (Firman,
2015).

5
Gambar 2.2 Gaya-Gaya Yang Bekerja pada
Partikel Mineral
2.2.2 Macam-macam Mekanisme Pemisahan Magnetik Separator
1. Horisontal
Pada sistem ini letak kutub magnet dibuat medatar, sedangkan umpan
dijatuhkan melalui garis-garis gaya medan magnet yang posisinya horisontal. Maka
mineral yang bersifat magnetic akan tertarik ke arah kutub positif, sedangkan mineral
non magnetic akan jatuh lurus ke bawah.

Gambar 2.3 Mekanisme Pemisahan Horisontal


2. Vertikal
Pada sistem ini, letak kutub magnetnya dibuat vertikal, dimana kutub postif
terletak di atas, sedangkan yang negatif terletak di bawah. Diantara kedua kutub
tersebut diletakkan dua buah belt conveyor yang saling bersilangan. Umpan diletakkan
pada belt bagian bawah, ketika melalui medan magnet akan terjadi pemisahan antara
mineral magnetic dan non magnetic.

6
Gambar 2.4 Mekanisme Pemisahan Vertikal
3. Drum Magnetic
Pemisahan cara ini digunakan untuk material yang mempunyai kemagnetan
tinggi. Suatu drum yang berputar pada porosnya biasanya terbuat dari alumunium,
bagian dalamnya dipasang magnet namun tidak ikut berputar, sehingga mineral
magnetik dan non magnetik dapat dipisahkan.

Gambar 2.5 Mekanisme Pemisahan Drum Magnetic


4. Roll Induksi
Suatu roll yang berputar terletak diantara dua kutub positif dan negatif,
sehingga roll tersebut dipengaruhi oleh medan magnet. Apabila dimasukkan material
diantara roll dengan kutub positif maka mineral magnetic akan dapat dipisahkan
dengan non magnetic.

7
Gambar 2.6 Mekanisme Pemisahan Roll Induksi
2.2.3 Macam Magnetik Separator
Secara umum magnetik separator dibedakan menjadi dua tipe, yaitu sebagai
berikut (Firman, 2015).
1. Primary Magnet Type
Primary Magnet Type ini magnet yang digunakan adalah magnet langsung yang
dipasang pada alat tersebut. Yang termasuk dalam jenis ini adalah sebagai berikut.
a. Magnetic Pulleys
Mineral non magnetic akan terjatuh karena tidak tertarik oleh magnet pada
separator dan karena gaya gravitasinya sendiri. Sementara mineral
magnetic akan terus menempel pada belt conveyor sampai pada suatu titik
saat gaya magnet sudah tidak menjangkau lagi dan akhirnya akan jatuh
ditempat yang sudah tersedia.
b. Drum Type Magnetic Separator
Alat ini dipergunakan untuk mineral yang mempunyai sifat kemagnetan
yang kuat. Terdiri dari drum yang pada bagian dalamnya ditempatkan
magnet tetap (stasioner), luas magnet pada drum ini lebih kurang sepertiga
bagian dari kelilingnya. Material yang menempel adalah yang bersifat
magnetik kuat dan yang non magnetik akan jatuh karena gaya gravitasinya.
Drum yang digunakan tidak hanya satu saja, jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Drum-drum tersebut diberi magnet drngan kekuatan yang tidak

8
sama besar dari yang kekuatan besar terus mengecil. Hal ini dimaksudkan
agar material yang tertarik benar-benar mineral magnetik.
c. Belt Magnetic Separator
Alat ini dipergunakan untuk material yang gaya kemagnetanya lemah
dengan proses kering sedangkan yang gaya kemagnetannya kuat dengan
proses basah. Contoh dari alat ini adalah Wetherill Rowans Cross-Belt.
2. Secondary/Induksi Magnet Type
Alat ini terdiri dari kumparan kawat yang diberi arus listrik sehingga
menimbulkan gaya-gaya magnet, yang selanjutnya menimbulkan juga medan magnet.
Medan magnet ini yang menginduksi rotor sehingga rotor tersebut bersifat magnetik.
Alat ini digolongkan dalam induksi magnet separator/secondary magnet separator
type. Contohnya Dings Incuded-roll Separator.
2.2.4 Alat Pemisah Magnetik (Magnetic Separator)
Ditinjau dari kekuatan atau intensitas medan magnetnya, magnetic separator
dibagi dalam dua jenis separator yaitu Low Intensity Magnetic Separator atau LIM
separator dan High Intensity Magnetic Separator atau HIM separator. Baik LIM
separator maupun HIM separator dapat digunakan secara basah atau kering.
Pemisahan cara basah umumnya menggunakan LIM separator dan digunakan untuk
mineral yang memiliki suscepibilty tinggi. LIM separator mampu memisahkan bijih
dalam jumlah yang besar, sedangkan HIM separator mempunyai kapasitas rendah dan
umumnya digunakan untuk mineral yang memiliki susceptibility rendah (Firman, 2015).

Gambar 2.7 Alat Pemisah Magnetik

9
Syarat yang harus dipenuhi pada Magnetic Separator adalah sebagai berikut
(Firman, 2015).
1. Alat harus menimbulkan medan magnet yang mengumpul (konvergen)
sehingga kekuatan positif (+) besar.
2. Intensitas medan magnet harus dapat siatur dengan mudah.
3. Material umpan dalam medan magnet harus merata.
4. Ada peralatan yang dapat memisahkan mineral magnetik dan non magnetik.
5. Kecepatan bergerak material dalam medan magnet harus dapat dikendalikan.
6. Terdapat alat penampung middling.
7. Peralatan tidak banyak bergerak karena dapat mempengaruhi medan magnet.
Hal terpenting dalam pemisahan adalah partikel harus terliberasi sempurna dan
celah antara magnet dengan material tidak boleh terlalu jauh karena mempangaruhi
gaya tarik magnet dan gaya gesek. Kapasitas magnetic separator tergantung pada
ukuran butir, kekuatan magnet, kecepatan feeding, dan kecepatan putar rotor.
2.2.5 Pengaruh Variabel Operasi pada Magnetic Separation
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemisahan terdapat pada
peralatan yang tidak bisa lagi dirubah. Sehingga faktor-faktor tersebut menjadi konstan
pengaruhnya terhadap partikel mineral. Untuk separator dengan magnet permanen,
maka medan magnet tidak dapat dirubah, artinya gaya magnet akan konstan selama
pemisahan. Diameter drum merupakan salah satu variabel yang juga konstan.
Sehingga pengaruhnya juga akan tetap pada saat dipakai untuk pemisahan. Beberapa
variabel dapat diubah-ubah selama atau saat pemisahan dilakukan. Gambar di bawah
ini menunjukkan pengaruh beberapa variabel operasi untuk pemisahan secara
magnetic (Firman, 2015).

Gambar 2.8 Pengaruh Variabel Operasi dan Alat pada Magnetic Separation
Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi selain dari
alat itu sendiri, diantaranya (a) kecepatan drum silinder berhubungan dengan seberapa
lama mineral berinteraksi dengan magnet. Semakin cepat kecepatannya, interaksi

10
mineral dengan magnet semakin sedikit membuat pemisahan kurang maksimal. (b)
laju pengumpanan ini biasanya harus disesuaikan dengan keceptan putaran drum
silinder, agar mineral magnetik yang dimasukkan akan tepat menempel pada magnet
sehingga konsentrat yang dihasilkan akan maksimal. (c) sifat magnet berhubungan
dengan besarnya gaya magnet untuk menarik mineral bersifat magnetic, namun dalam
penggunaannya sifat magnet harus digunakan seperlunya tidak boleh terlalu berlebih.
Karena jika terlalu berlebihan maka ketika terdapat partikel dengan perbedaan
kekuatan magnet yang kecil akan sulit untuk memisahkannya. (d) semakin besar
derajat liberasi mineral akan semakin baik proses pemisahan partikel magnetik dan
non-magnetik (Firman, 2015).

2.3 Pasir Besi

Pasir besi merupakan salah satu bahan galian dari kelompok bijih besi, sejenis
pasir berwarna gelap yang mengandung partikel bijih besi (magnetit) yang terdapat di
sepanjang pantai. Umumnya, pasir besi terdiri atas mineral opak yang telah bercampur
dengan butiran-butiran dari mineral non-logam, seperti Kuarsa, Calchite, Feldspar,
Pyroksen, dan Biotite. Mineral opak yang terkandung dalam pasir besi antara lain
Magnetite, Titaniferous Magnetite, Ilmenite, Limonite, dan Hematite (Feri, 2015).
Pasir besi memiliki warna hitam, kilap logam, berat jenis 1,8 ton/m3, dan
ukuran butirnya adalah dari 116 mm sampai 2 mm. Pasir besi memiliki sifat
kemagnetan yang tinggi. Pasir besi di Indonesia termasuk salah satu bahan baku dasar
dalam industri baja. Selain itu, pasir besi dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku
untuk industri semen dalam pembuatan beton, bahan dasar tinta kering (toner), bahan
utama untuk pita kaset, pewarna serta campuran (filter) untuk cat serta bahan dasar
untuk industri magnet permanen (Feri, 2015).

Gambar 2.9 Pasir Besi

11
Berdasarkan kejadiannya, endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis
yaitu endapan besi primer yang terjadi karena adanya proses hidrotermal, endapan
besi laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan endapan pasir besi yang terbentuk
karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan
endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi
logam lainnya. Genesa endapan pasir besi yaitu sebagai berikut.
1. Jenis Batuan Induk
Sumber atau batuan induk dari endapan pasir besi ialah batuan yang sifatnya
intermediet hingga basa yang bersifat andesitik hingga basaltik dan merupakan batuan
yang berasal dari gunung api. Batuan Andesit merupakan batuan beku intermediet
yang berwarna keabu-abuan dan berbutir halus. Pada umumnya, gunung api di
Indonesia menghasilkan batuan andesit dalam bentuk lava maupun piroklastik.
Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur seperti silikat,
alumunium, besi, titanium, mangan, fosfor, kalsium, magnesium, natrium, kalium, dan
air. Batuan Basalt merupakan batuan beku basa yang berwarna gelap. Kandungan
silika pada batuan ini cukup rendah yakni 45 - 52%. Kandungan kimia pada batuan
basalt antara lain Fe2O3, MnO, TiO2, SiO2, Al2O3, CaO, MgO, P2O5, Na2O, dan K2O (Feri,
2015).

Gambar 2.10 Batuan Andesit


2. Proses Pembentukan Endapan Pasir Besi
Endapan pasir besi tergolong ke dalam endapan sedimenter (placer deposit).
Endapan sedimenter adalah endapan hasil proses pelapukan, kemudian mengalami
transportasi dan terkonsentrasi secara mekanis melalui perbedaan sifat fisik dari
mineral-mineral penyusunnya. Endapan pasir besi merupakan endapan sedimenter
pantai (beach placer) (Feri, 2015).
Endapan pasir besi awalnya terbentuk karena proses pelapukan batuan
andesitik maupun basaltik. Selama proses pelapukan, batuan mengalami erosi dan

12
tertransportasi ke sungai dan terus terbawa ke laut. Selama proses transportasi,
batuan-batuan tersebut mengalami proses perubahan bentuk serta ukuran sehingga
menjadi partikel yang ukurannya lebih halus. Di laut, karena pengaruh gelombang air
laut partikel-partikel yang telah tertransportasi dihempaskan ke pantai dan air yang
kembali membawa bahan-bahan ringan. Sehingga, bagian partikel yang lebih ringan
akan terpisah dari bagian yang lebih berat. Hasilnya, partikel-partikel tersebut akan
terkonsentrasi dan terakumulasi sebagai lapisan yang membentuk batas lapisan.
Perlapisan yang dihasilkan akan menunjukkan urutan yang terbalik, yakni partikel yang
lebih halus dan memiliki kandungan mineral berat akan berada di bawah. Sedangkan,
semakin ke atas, partikel penyusun lapisan lebih kasar dan sedikit mengandung
mineral berat. Perlapisan yang terbentuk sepanjang garis pantai membentuk cebakan
dari endapan pasir besi (Feri, 2015).
3. Bentuk Endapan Pasir Besi
Endapan pasir besi memiliki bentuk endapan sekunder berupa endapan
sedimenter pantai (beach placer). Endapan sedimenter pantai memiliki beberapa
karakteristik, yakni menunjukkan variasi lapisan yang berbeda dan cebakan terbentuk
di sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang, air laut serta aktivitas angin.
Endapan sedimenter pantai juga terjadi pada kondisi topografi berbeda yang
disebabkan oleh perubahan muka air laut. Variasi lapisan pada endapan sedimenter
pantai akan membentuk perlapisan yang profil endapannya menunjukkan urutan
terbalik dari ukuran dan berat partikel. Kecenderungan perubahan ukuran berdasarkan
kedalaman ini menunjukkan bahwa pasir yang ukurannya lebih halus dan kaya mineral
berat berada di bagian bawah dan berangsur naik ke atas menjadi lebih kasar dan
sedikit mengandung mineral berat, sedangkan zona optimum pemisahan mineral berat
berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Sehingga variasi dari kadar
besi yang terambil menunjukkan tingkat yang berbeda. Secara umum, dengan
penglihatan mata telanjang dapat dilakukan dengan membedakan warna artinya warna
yang gelap akan memiliki nilai kadar besi yang tinggi dan sedikit impurities dan
sebaliknya (Feri, 2015).
Material-material yang tertransportasi dan tersedimentasi di sepanjang pantai
akan berukuran lebih kecil serta bentuknya relatif membulat, sorting dari material baik
dan tercucikan oleh gelombang air laut. Ukuran dari material pada umumnya memiliki
ukuran pasir dan sebagian berukuran lanau-lempung. Selain itu, warna mineral yang
terkandung berwarna coklat kehitaman. Karakteristik dari endapan placer pasir besi

13
memiliki area gumuk pasir atau sand dunes, longgokan pasir besi atau bukan pasir besi
yang terletak secara searah dengan pantai dan memanjang serta memiliki ketinggian
dengan rentang 4 - 5 m. Model endapan pasir besi juga beragam, salah satunya
berupa lenses structure dengan kandungan Magnetite yang beragam ke salah satu
arah (Feri, 2015).
4. Zona-zona yang Terbentuk pada Endapan Pasir Besi
Endapan pasir besi sebelum terendapkan, mengalami proses transportasi
melalui kanal-kanal sungai yang masuk ke laut atau yang dikenal dengan delta. Zona
neritic province terdiri dari splash zone dan intertidal zone. Apabila dibagi zona-zona
keterdapatan pasir besi, bagian wilayah yang sering menjadi lokasi penambangan
berada pada wilayah berm, swash zone dan surf zone. Sedangkan zona setelah bibir
pantai yakni zona nearshore zone. Wilayah-wilayah ini merupakan sumber potensi
keterdapatan pasir besi (Feri, 2015).

Gambar 2.11 Zona Perlapisan Pasir Besi


5. Endapan Pasir Besi di Indonesia
Salah satu potensi pasir besi di Indonesia merupakan di wilayah Jawa Tengah,
Pulau Jawa. Keterdapatan pasir besi di wilayah ini berada pada pantai selatan dari
Pulau Jawa. Endapan pasir besi di Kulon Progo selama masa pembentukannya tidak
lepas dari pengaruh sungai dan gunung api. Keberadaan gunung api di Pulau Jawa
berada pada zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dan Samudra Hindia,
sehingga menghasilkan batuan bersifat andesitik hasil dari partial melting. Magma
yang dihasilkan kemudian naik ke permukaan dalam bentuk intrusi dan gunung api.
Selain gunung api, sungai yang berada pada daerah Kulon Progo memberikan
pengaruh yang besar pula. Sungai tersebut ialah Sungai Progo. Sungai ini berhulu pada
Gunung api Sindoro dan Sumbing. Sedangkan, di daerah Magelang, sungai ini bersatu
dengan Sungai Elo yang berhulu pada Gunung Merbabu. Pada daerah lain yang lebih

14
jauh dari hulu, Sungai Progo menjadi muara dari beberapa sungai yang berhulu pada
Gunung Merapi. Aliran sungai yang berhulu pada gunung api inilah yang akan
mengerosi serta menjadi media transportasi dari batuan-batuan gunung api tersebut,
dimana batuan yang umum terdapat bersifat andesitik. Aliran permukaan pada sungai
ikut menyebabkan terjadinya pelapukan serta erosi pada batuan. Pelapukan yang
terjadi dapat secara fisika dan kimiawi. Pada pelapukan fisika, batuan mengalami
disintegrasi sehinga menjadi pecahan-pecahan atau fragmen. Sedangkan pada
pelapukan kimiawi, batuan mengalami perubahan susunan kimia pada mineral-mineral
penyusunnya (Feri, 2015).
Batuan gunung api memiliki kandungan besi (Fe), terlebih kandungan besi lebih
banyak terdapat pada batuan yang sifatnya andesitik. Saat batuan gunung api tersebut
mengalami pelapukan fisika, maka batuan tersebut terubah menjadi butiran-butiran
yang dapat berupa butiran mineral seperti Magnetite dan Ilmenite. Sedangkan, pada
pelapukan kimiawi, batuan tersebut berubah sususan atau terurai unsur kimianya.
Sehingga, terdapat unsur Fe yang dihasilkan dan selama transportasi dapat bereaksi
dengan oksigen menghasilkan mineral baru seperti Hematite dan Limonite (Feri, 2015).
Hasil proses-proses di atas akan tertransport dan terendapkan ketika aliran
sungai telah mencapai hilir yakni Samudra Hindia. Kemudian, dengan bantuan
gelombang air laut pada Samudra Hindia, partikel-partikel tersebut terhempaskan di
sepanjang garis pantai dan mengalami pencucian oleh air laut. Sehingga, partikel-
partikel yang berat akan terpisah oleh partikel-partikel yang lebih ringan (sedikit
mengandung mineral berat) dan membentuk pasir besi dengan mineral lain seperti
Corundum, Kuarsa dan Vanadium (Feri, 2015).

15
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

Pecobaan kali ini membahas mengenai pemisahan material dengan


menggunakan alat magnetic separator. Material yang digunakan berupa pasir besi
sebanyak 1000 gram dimana sampel tersebut diambil di daerah Tanjung Bayang.
Berikut adalah bagan alir percobaan:

Gambar 3.1 Bagan alir percobaan

3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini merupakan Pasir besi yang
terkonsentrasi di daerah Tanjung Bayang, Makassar. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara menggali lubang sekitar 5-10 cm, lalu di bagian kedalaman tertentu di
ambillah sampel. Penggalian sampel menggunakan wajan dan hasil penggalian
dimasukkan ke dalam karung. Satu karung pasir besi kemudian dibagi menjadi 6 lalu
dibagikan ke tiap kelompok dimana berat sampel per kelompok lebih besar dari 1 kg.

16
3.2 Preparasi Sampel

Preparasi sampel merupakan salah satu tahapan yang dilakukan setelah


pengambilan sampel. Preparasi sampel dilakukan untuk mempersiapkan sampel yang
akan digunakan dimana preparasi sampel yang dilakukan pada percobaan ini dengan
cara mengeringkan sampel pasir besi selama ±3 hari dibawah terik matahari.
Pengeringan sampel bertujuan untuk mengurangi kadar air dari sampel yang akan
digunakan, sebab proses pemisahan secara magnetik akan dilaksanakan dalam
keadaan kering.

3.3 Proses Pemisahan

Penimbangan sampel merupakan langkah awal yang harus dilaksanakan


sebelum melakukan prose pemisahan secara magnetik. Sebab, data berat awal sampel
sebelum dimasukkan kedalam magnetic separator merupakan salah satu variabel
dalam pengolahan data hasil percobaan. Penimbangan sampel dilakukan setelah
sampel selesai dikeringkan. Sebelum dimasukkan ke alat pemisahan material berupa
magnetic separator, sampel yang telah di preparasi kemudian ditimbang sebanyak
1000 gram dengan menggunakan alat timbangan digital dimana sampel yang
ditimbang diletakkan di wadah.

Gambar 3.2 Proses penimbangan sampel


Jika penimbangan sampel yang akan dimasukkan kedalam magnetic separator
telah selesai, langkah selanjutnya menyiapkan kardus yang dilapisi koran dengan
baskom yang bertujuan sebagai wadah atau tempat menampung keluarnya produk
yang dihasilkan nantinya. Produk yang dihasilkan pada proses pemisahan ini berupa

17
konsentrat dan tailing. Kardus berfungsi untuk menampung produk berupa konsentrat
dan baskom untuk menampung tailing. Selanjutnya, nyalakan alat magnetic separator
dengan menekan tombol on yang terletak dibagian samping dari alat pemisah
(magnetic separator).

Gambar 3.3 Proses Menyalakan Alat


Ketika magnetic separator telah nyala, kemudian naikkan intensitas magnet dan
mengatur kecepatan putar drum. Setelah alat telah siap, umpan yang sudah
ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam alat melalui lubang bukaan dan tunggu
beberapa menit hingga sampel yang dimasukkan menjadi dua bagian yang terpisah
(tailing dan konsentrat) yang keluar melalui jalurnya masing-masing pada magnetic
separator.

Gambar 3.4 Proses pengaturan alat

18
Gambar 3.5 Proses Pemisahan Berlangsung
Setelah umpan selesai dipisahkan, matikan alat dengan cara menurunkan kecepatan
putar drum, menurunkan pemacu magnet dan menekan tombol off.

Gambar 3.6 Proses Keluarnya Produk


Hasil produk pemisahan dari magnetic separator kemudian diambil lalu ditimbang
kembali menggunakan neraca/timbangan digital. Adapun produk yang ditimbang
berupa konsentrat dan tailing. Setelah proses penimbangan telah dilakukan,
selanjutnya masukkan produk pemisahan magnetic separator kedalam kantong
sampel. Kemudian data-data hasil percobaan diolah sedemikian rupa saat proses
pengolahan data.

19
Gambar 3.7 Proses Penimbangan Konsentrat

Gambar 3.8 Proses Penimbangan Tailing

Gambar 3.9 Proses Memasukkan Produk ke Kantong


Sampel

20
Gambar 3.10 Hasil Produk

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua tahapan percobaan dilakukan mulai dari
pengambilan sampel, preparasi, hingga penimbangan sampel. Data yang dihasilkan
dari percobaan ini, akan diolah lebih lanjut. Analisis data yang dilakukan meliputi
perhitungan berat dari masing-masing produk yang dihasilkan baik itu konsentrat
maupun tailing, perhitungan persen berat dari produk, perhitungan loss atau material
hilang, serta menghitung nilai recovery dari produk.

21

Anda mungkin juga menyukai