Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS SOSIAL EKONOMI, POLA ASUH

ORANG TUA, PAPARAN MEDIA PORNOGRAFI DENGAN


PERILAKU SEKSUAL REMAJA
(Studi survey analitik di SMU Negeri Kabupaten Karawang)

CORRELATION OF KNOWLEDGE, SOCIO-ECONOMIC STATUS, PARENTING


STYLES, EXPOSURE TO PORNOGRAPHIC MEDIA WITH ADOLESCENT
SEXUAL BEHAVIOUR
(Survey analytic study in Karawang high schools)

Yuli Farida

Program Studi Kebidanan Karawang, Poltekkes Kemenkes Bandung


Email : aliya.revana@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Arus globalisasi dapat berdampak pada perubahan perilaku seksual
remaja. Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan perilaku seksual remaja,
antara lain: pengetahuan, status sosial ekonomi, pola asuh orang tua dan paparan
media pornografi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan,
status sosial ekonomi, pola asuh orang tua, paparan media pornografi dengan perilaku
seksual remaja dan menganalisis faktor manakah dari faktor-faktor tersebut yang
paling berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Metode : Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian survey analitik secara potong silang yang dilaksanakan di
SMU negeri di Kabupaten Karawang pada bulan April - Mei 2013. Jumlah sampel
sebanyak 364 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pada data yang
terkumpul dilakukan analisis statistik secara bivariabel dan multivariabel. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 14,8% responden telah melakukan hubungan seksual.
Variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah pengetahuan
(p<0,001), status sosial ekonomi (p<0,001) dan pola asuh orang tua (p<0,001).
Variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah paparan
media pornografi (p=0,265). Variabel yang paling berhubungan dengan perilaku
seksual remaja adalah pengetahuan (POR=4,35(CI 2,28 – 8,28)). Simpulan: terdapat
hubungan antara pengetahuan, status sosial ekonomi, pola asuh orang tua dengan
perilaku seksual remaja di Kabupaten Karawang sehingga pihak sekolah dan bidan
perlu meningkatkan kerjasama dalam memberikan penyuluhan baik pada siswa
maupun pada orang tua siswa.
Kata kunci: Pengetahuan, Status sosial ekonomi, Pola asuh orang tua, Paparan media
pornografi, Perilaku seksual remaja.

18
ABSTRACT

Background: Globalization may impact on adolescent sexual behaviour change. Many


factors have been correlated to adolescent sexual behaviour, among other things:
knowledge, socio-economic status, parenting styles and exposure to pornographic
media. The purpose of this research was to analyse the correlation of knowledge, socio-
economic status, parenting styles, exposure to pornographic media with adolescent
sexual behaviour and analyse the most dominant factors correlated with adolescent
sexual behaviour. Method: The type of research was analytic survey with cross
sectional approach implemented in Karawang high schools in April-May 2013. The
total samples were 364 respondents. Data collection used questionnaires. The
statistical analysis used in this research was the bivariate and multivariate model.
Result: The results showed that 14,8% respondent have had sexual intercourse.
Variables correlated with adolescent sexual behaviour were knowledge (p<0.001),
socioeconomic status (p <0.001) and parenting styles (p<0.001). The variable was not
correlating with adolescent sexual behaviour was exposure to pornographic media
(p=0.265). The most dominant variable correlating with adolescent sexual behaviour
was knowledge (POR = 4.35 (CI 2.28 to 8.28)). Conclusions: there are a correlation
between knowledge, socioeconomic status, parenting styles with adolescent sexual
behavior in Karawang. The school and midwives need to increase cooperation in
providing counseling to both students and their parents.
Keywords: Knowledge, socioeconomic status, parenting styles, exposure to
pornographic media, adolescent sexual behaviour.

PENDAHULUAN anak) menjadi seksual aktif (masa


dewasa), dengan fase-fase
Fenomena kehidupan remaja
perkembangan seksual. Remaja
yang sangat menonjol pada saat ini di
memiliki ketertarikan yang sangat
antaranya adalah pergaulan bebas.
besar terhadap
Kebebasan pergaulan antar lawan
seksualitas.(Soetjiningsih,2010)
jenis di kalangan remaja merupakan
Bentuk-bentuk perilaku seksual
salah satu dampak dari arus
remaja bisa bermacam-macam, mulai
globalisasi, di mana kebudayaan Barat
dari aktivitas berpacaran (dating)
dapat dengan mudahnya masuk ke
sampai tingkah laku berkencan,
dalam kehidupan kita, sehingga saat
bercumbu (necking atau petting), dan
ini dengan mudah dapat dilihat para
melakukan kontak
remaja yang sedang bermesraan di
seksual.(Desmita,2010) Hasil Survey
tempat-tempat umum tanpa rasa malu.
Komnas Perlindungan Anak di 33
Semua itu merupakan perubahan
provinsi tahun 2008 mendapatkan
dalam perilaku seksual
bahwa 93,7% remaja SMP dan SMA
remaja.(Sarwono,2011)
pernah berciuman, meraba alat
Masa remaja merupakan masa
kelamin, seks oral dan 62,7% pernah
peralihan dari aseksual (masa anak-
melakukan hubungan seksual.

19
Pada sebagian perilaku seksual seperti yang diberitakan sebuah surat
remaja, dampaknya bisa cukup serius, kabar bahwa akhir-akhir ini
seperti perasaan bersalah, depresi, masyarakata Karawang sempat
marah, misalnya terjadi pada para digegerkan oleh beredarnya rekaman
gadis yang terpaksa menggugurkan video seorang pelajar SMU di
kandungannya. (Santrock,2007). Batujaya Kabupaten Karawang yang
Perilaku seksual pada remaja juga sedang melakukan hubungan seksual
berisiko berkembangnya infeksi di kamar mandi. Berbagai penelitian
menular seksual (IMS) pada remaja menunjukkan bahwa determinan
termasuk HIV/AIDS (human perilaku seksual remaja meliputi
immunodeficiency virus & acquired faktor pengetahuan, status sosial
immunodeficiency syndrome). ekonomi, pola asuh orang tua dan
(Desmita, 2010) paparan media pornografi.
Selain itu angka kejadian Berdasarkan latar belakang
HIV/AIDS juga mengalami diatas sehingga penelitian ini
peningkatan, termasuk pada kalangan bertujuan untuk mengetahui hubungan
remaja. Data Depkes, Maret 2009 pengetahuan, status sosial ekonomi,
secara kumulatif jumlah kasus AIDS pola asuh orang tua, paparan media
atau orang yang saat ini positif pornografi dengan perilaku seksual
terjangkit AIDS di Indonesia adalah remaja dan menganalisis faktor mana
sebesar 16.964 kasus. Sebanyak yang paling berhubungan dengan
53,58% dari jumlah tersebut adalah perilaku seksual remaja.
remaja. Dilaporkan dari data tersebut
bahwa 55% penularannya melalui METODE
heterosex. Pada tahun 2009 di Jawa Penelitian ini merupakan
Barat tercatat 4.520 kasus HIV/AIDS penelitian analitik dengan pendekatan
(2.682 AIDS & 1.838 HIV positif), potong lintang. Populasi dalam
58% didominasi oleh remaja berusia penelitian ini adalah siswa kelas XI
15-29 th. Kabupaten Karawang SMU Negeri yang ada di Kabupaten
menduduki peringkat ke-5 penderita Karawang yang memenuhi kriteria
HIV/AIDS terbanyak di Jawa Barat.9 inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
HIV/AIDS pertama kali muncul di dalam penelitian ini adalah siswa
Kabupaten Karawang pada tahun kelas XI SMU Negeri yang ada di
1992. Sesuai dengan data Dinas Kabupaten Karawang dan siswa yang
Kesehatan Kabupaten Karawang, memiliki kedua orang tua
jumlah penderita HIV/AIDS hingga kandung/salah satu orang tua kandung
akhir 2010 mencapai 213 orang. (single parent)/ seorang orang tua
Kabupaten Karawang berada kandung dan seorang orang tua tiri.
di antara dua Ibukota, yakni antara Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
Jakarta sebagai ibukota negara dan adalah siswa yang sakit dan siswa
Bandung sebagai ibukota provinsi yang tidak memiliki orang tua (yatim
Jawa Barat, juga berada di wilayah piatu). Cara pengambilan sampel
Pantura yang marak dengan praktik dalam penelitian ini menggunakan
prostitusi yang juga melibatkan PSK “Multistage Sampling” sehingga
usia remaja. Semua itu dapat sampel dalam penelitian ini berjumlah
mempengaruhi perilaku seksual 364 responden. Uji hipotesis yang
remaja di Kabupaten Karawang, digunakan adalah Chi-Kuadrat dan uji

20
regresi logistik dengan tingkat remaja (n=364)
kemaknaan p<0,05 dan interval Berpegangan tangan 321 88,2
Berciuman bibir 217 59,6
kepercayaan (IK) 95%. Penelitian ini
Meraba atau diraba 104 28,6
telah mendapatkan persetujuan dari payudara dan paha
Komite Etik Penelitian Kesehatan Meraba atau diraba 73 20,1
Fakultas Kedokteran Universitas alat kelamin di luar
Padjadjaran Bandung. baju
Meraba atau diraba 62 17
HASIL DAN PEMBAHASAN alat kelamins
Seks oral 40 11
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Melakukan hubungan 54 14,8
Karakteristik Siswa SMU Negeri Kelas seksual
XI di Kabupaten Karawang

Karakteristik Jumlah % Dari 364 responden,


(n=364) 88,2%responden telah melakukan
Jenis kelamin pegangan tangan , 59,6% berciuman
Perempuan 236 64,8 bibir, 28,6% meraba atau diraba
Laki-laki 128 35,2
Pengetahuan
bagian payudara dan paha, 20,1%
Tinggi 223 61,3 meraba atau diraba bagian alat
Rendah 141 38,7 kelamin di luar baju, 17% meraba atau
Status sosial ekonomi diraba bagian alat kelamin, 11% seks
Tinggi 229 62,9 oral dan 14,8% melakukan hubungan
Rendah 135 37,1
Pola asuh orang tua
seksual.
Otoriter 24 6,6
Demokratif 323 88,7 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku
Permisif 17 4,7 Seksual Remaja Siswa SMU Negeri
Paparan media Kelas XI di Kabupaten Karawang
pornografi berdasarkan Jenis Kelamin
Tidak Terpapar 7 1,9 Laki-laki Perempua
Terpapar 357 98,1 Perilaku (n=128) n (n=236)
Sebagian besar responden Seksual Ju % Ju %
berjenis kelamin perempuan (64,8%), Remaja mla mla
berpengetahuan tinggi (61,3%), h h
Berpegangan 120 93, 201 85,
memiliki status sosial ekonomi tinggi
tangan 8 2
(62,9%), mendapatkan pola asuh Berciuman bibir 83 134
orang tua demokratif (88,7%) dan Meraba atau 55 64, 49 56,
terpapar media pornografi (98,1%). diraba payudara 8 8
dan paha 48 43 25 20,
Meraba atau 8
diraba alat 37,
kelamin di luar 43 5 19 10,
baju 6
Meraba atau 31 9
diraba alat 39 33, 15
kelamin 6 8,1
Seks oral
Melakukan 24, 3,8
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku hubungan 2 6,4
Seksual Remaja Siswa SMU Negeri seksual 30,
Kelas XI di Kabupaten Karawang 5
Perilaku seksual Jumlah %

21
Pada responden yang berjenis Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan,
kelamin laki-laki, 93,8% melakukan Status Sosial Ekonomi, Pola Asuh
pegangan tangan, 64,8% berciuman Orang Tua, Paparan Media
bibir, 43% meraba bagian payudara Pornografi dengan Perilaku Seksual
dan paha, 37,5% meraba atau diraba Remaja
bagian alat kelamin di luar baju,
33,6% meraba atau diraba bagian alat Perilaku seksual
remaja
kelamin, 24,2% seks oral dan 30,5% Melaku Tidak Jumlah
melakukan hubungan seksual. Pada kan pernah
responden yang berjenis kelamin Variabel
hubung melakuka
X2
Nilai
an n p
perempuan, 85,2% melakukan seksual hubunga
pegangan tangan, 56,8% berciuman (n=54) n seksual
bibir, 20,8% diraba bagian payudara (n=310)
n % n % n %
dan paha, 10,6% meraba atau diraba
Pengetahu
bagian alat kelamin di luar baju, 8,1% an
meraba atau diraba bagian alat Renda 3 27 10 73 14 10 26,7 <
kelamin, 3,8% seks oral dan 6,4% h 8 7,2 3 92, 1 0 38 0,001
Tinggi 1 20 8 22 10
melakukan hubungan seksual. 6 7 3 0
Hasil analisis uji Chi Kuadrat Paparan
menunjukkan hasil bahwa variabel media
pornografi
yang memiliki hubungan bermakna Terpap 5 15, 30 84, 35 10 1,24 0,265
dengan perilaku seksual remaja adalah ar 4 1 3 9 7 0 3
pengetahuan (p<0,001), status sosial Tidak 0 0 7 100 7 10
terpap 0
ekonomi (p<0,001) dan pola asuh ar
orang tua (p<0,001) sedangkan Status
variabel yang tidak memiliki Sosial
ekonomi 3 24, 10 75, 13 10 15,6 <
hubungan bermakna dengan perilaku Renda 3 4 2 6 5 0 83 0,001
seksual remaja adalah paparan media h 2 9,2 20 90, 22 10
pornografi (p=0,265). Tinggi 1 8 8 9 0
Pola Asuh
Hasil penelitian menunjukkan Orang
bahwa terdapat hubungan bermakna Tua 1 58, 7 41, 17 10 32,8 <
antara pengetahuan dengan perilaku Permis 0 8 17 2 24 0 58 0,001
if 7 29, 28 70, 32 10
seksual remaja dengan nilai p<0,001, Otorite 3 2 6 8 3 0
berarti semakin rendah tingkat r 7 11, 88, 10
pengetahuan semakin tinggi remaja Demo 5 5 0
kratis
melakukan hubungan seksual. Hal ini Ket: X2=Uji Statistik Chi Kuadrat
sesuai dengan teori Green yang
menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan faktor predisposisi yang Santrock menyatakan bahwa
mempengaruhi perilaku seseorang. pengetahuan seksual pranikah remaja
Teori WHO juga menyatakan bahwa penting diberikan kepada remaja, baik
yang menyebabkan seseorang melalui pendidikan formal maupun
berperilaku tertentu adalah karena informal. Upaya ini perlu dilakukan
adanya empat hal pokok, dan salah untuk mencegah hal-hal yang tidak
satunya adalah diinginkan. Mengingat selama ini
pengetahuan.(Notoatmodjo,2007) banyak remaja yang memperoleh
pengetahuan seksnya dari teman

22
sebaya, membaca buku porno, dilakukan di pusat kota menemukan
menonton film porno, dsb. (Santrock, bahwa jumlah remaja yang berasal
2007). dari sosial ekonomi rendah yang
Hasil ini sejalan dengan melakukan hubungan di usia dini
penelitian Nursal yang menyatakan tergolong tinggi. (Santrock, 2007).
bahwa remaja dengan pengetahuan Steinberg juga menyatakan
rendah mempunyai peluang lebih bahwa remaja yang tumbuh dan hidup
besar berperilaku seksual berisiko dalam lingkungan miskin memiliki
berat dibandingkan dengan remaja kecenderungan untuk melakukan
yang berpengetahuan tinggi. aktivitas seksual lebih awal.
Penelitian Suryoputro menyatakan Soetjiningsih menyatakan bahwa
bahwa rendahnya pengetahuan salah satu faktor yang mempengaruhi
tentang kesehatan reproduksi hubungan seksual pertama remaja
merupakan salah satu faktor yang adalah status sosial ekonomi. Remaja
mempengaruhi terjadinya hubungan yang berasal dari status sosial
seksual pra nikah pada remaja. ekonomi rendah tetapi memiliki
(Suryosaputo, 2006). banyak kebutuhan dan tuntutan,
Hasilpenelitian menunjukkan cenderung untuk mencari kesempatan
bahwa terdapat hubungan bermakna untuk memanfaatkan dorongan
antara status sosial ekonomi dengan seksnya demi mendapatkan sesuatu.
perilaku seksual remaja dengan nilai (Steinberg, 2002).
p<0,001, berarti semakin rendah Hal ini sejalan dengan
status sosial ekonomi semakin tinggi penelitian Santelli yang menyatakan
remaja melakukan hubungan seksual. bahwa status sosial ekonomi
Hal ini sesuai dengan teori berhubungan dengan perilaku seksual
Notoatmodjo yang menyatakan bahwa remaja.
sosial ekonomi merupakan salah satu
determinan atau faktor eksternal yang Hasilpenelitian menunjukkan
mempengaruhi perilaku seseorang. bahwa terdapat hubungan bermakna
Menurut Green, faktor pendukung antara pola asuh orang tua dengan
yang terwujud dalam lingkungan fisik perilaku seksual remaja dengan nilai
yaitu faktor yang memungkinkan p<0,001, berarti semakin kurang baik
seseorang untuk berperilaku tertentu. pola asuh orang tua semakin tinggi
(Notoatmojo, 2007). remaja melakukan hubungan seksual.
Santrock menyatakan bahwa Hal ini sesuai dengan teori
masalah-masalah seksual pada remaja Santrock yang menyebutkan bahwa
dapat disebabkan oleh tingkat sosial aspek-aspek pengasuhan berikut ini
ekonomi. Remaja yang tinggal di berkaitan dengan berkurangnya risiko
dalam lingkungan berbahaya dan/atau kehamilan di masa remaja, yaitu:
tergolong sosio-ekonomi rendah kedekatan atau keterjalinan orang tua,
mengandung risiko untuk mengalami pengawasan atau pengaturan terhadap
kehamilan di masa remaja. Persentase aktivitas remaja dari orang tua, serta
para remaja yang secara seksual aktif nilai-nilai orang tua untuk menentang
cenderung bervariasi apabila ditinjau hubungan seksual di masa remaja.
dari segi lokasi, dimana remaja pusat Orang tua yang membimbing anak
kota memperlihatkan kecenderungan remajanya untuk menjauhi perilaku
yang lebih tinggi. Survey lain yang seksual sebelum menikah secara

23
terbuka dan tidak menutup-nutupinya sekali diberi pilihan atas apa yang
dapat mendorong remaja untuk tidak dilakukannya. Anak tidak diizinkan
melakukan perilaku pacaran yang untuk membuat keputusan walaupun
merugikan. keputusan tersebut mengenai diri
Hal ini juga sejalan dengan mereka sendiri. Anak yang berasal
penelitian yang dilakukan oleh Nursal, dari keluarga otoriter umumnya akan
bahwa remaja dengan pola asuh berperilaku mudah tersinggung,
permisif mempunyai peluang lebih penakut dan pemurung.
besar untuk berperilaku seksual (Ingersoll,1989; Yusuf, 2000)
berisiko berat dibandingkan dengan Orang tua yang menerapkan
pola asuh demokratis dan otoriter. pola asuh demokratif cenderung
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh memberikan kontrol yang tinggi,
Wulandari, menyatakan bahwa ada tetapi kontrol tersebut dilakukan
hubungan antara pola asuh dengan dengan kehangatan dan memberikan
perilaku seksual remaja. dukungan emosional yang kuat. Anak
Orang tua yang memiliki pola dilibatkan dalam proses pembuatan
asuh permisif memberikan dukungan keputusan dalam keluarga, namun
emosional yang tinggi tetapi sedikit keputusan terakhir terletak pada orang
sekali kontrol atau pengawasan dari tua. Orang tua yang demokratif
orang tua. Anak yang mendapatkan menghargai komunikasi yang saling
pola asuh permisif memiliki kebesan memberi dan menerima, memberikan
penuh untuk membuat keputusannya penjelasan tentang dampak perbuatan
sendiri. Pola asuh permisif dapat yang baik dan yang buruk, bersikap
menyebabkan anak merasa bahwa responsif terhadap kebutuhan anak,
kedua orang tuanya tidak mendorong anak untuk menyatakan
memperhatikannya dan selanjutnya pendapat atau pertanyaan tetapi juga
anak akan merasa tidak nyaman. menggunakan kekuasaan bila perlu,
Perilaku anak yang berasal dari mengharapkan anak untuk mematuhi
keluarga permisif cenderung bersikap orang dewasa tetapi juga
agresif, suka memberontak, kurang mengharapkan anak untuk mandiri
mampu mengendalikan diri, suka dan mengarahkan diri sendiri.
mendominasi, prestasinya rendah dan Perilaku anak yang berasal
cenderung berperilaku bebas (tidak dari keluarga demokratif cenderung
terkontrol). (Ingersoll,1989) untuk bersikap bersahabat, memiliki
Orang tua yang memiliki pola rasa percaya diri, mampu
asuh otoriter memberikan dukungan mengendalikan diri, bersikap sopan,
emosional yang rendah tetapi kontrol mau bekerja sama dan berorientasi
yang sangat tinggi. Komunikasi antara terhadap prestasi. Pola pengasuhan
orang tua dan anak biasanya tidak demokratif merupakan pola
terjalin dengan baik. Orang tua pengasuhan yang lebih baik
menegakkan serangkaian standar dampaknya bagi anak, anak
mutlak yang harus dipatuhi oleh anak cenderung terhindar dari perilaku
(bersikap mengomando/ memerintah nakal. (Ingersoll,1989; Widyarini,
anak untuk melakukan sesuatu tanpa 2009, Yusuf, 2000)
kompromi, sering menerapkan
hukuman fisik dan cenderung Hasilpenelitian menunjukkan
emosional). Anak tidak atau sedikit bahwa tidak terdapat hubungan

24
bermakna antara paparan media menerima aktivitas seksual adalah
pornografi dengan perilaku seksual sesuatu yang biasa, maka remaja akan
remaja dengan nilai p=0,265. didorong untuk melakukannya juga.
Hasil penelitian ini tidak Faktor lain yang juga sering
sesuai dengan teori Santrock yang dihubungkan dengan perilaku seksual
mengungkapkan bahwa media remaja adalah faktor agama.
berperan dalam membentuk perilaku (Sarwono, 2011). Sebuah wawancara
remaja.5 yang dilakukan di rumah, melibatkan
Hal ini juga tidak sejalan 1.253 remaja Afrika dan Amerika
dengan hasil penelitian Nursal yang (usia rata-rata 15 tahun) dan orang
menyatakan bahwa remaja yang tuanya. Para remaja yang belum
terpapar media pornografi mempunyai pernah melakukan hubungan seksual
peluang lebih besar dibandingkan cenderung memiliki model-model
dengan remaja yang tidak terpapar. peran selain orang tua yang positif dan
Hasil penelitian Collins menyatakan model-model teman sebaya yang
bahwa remaja yang lebih banyak positif, remaja yang terlibat dalam
menonton pertunjukkan TV yang yang aktivitas agama.(Santrock, 2007)
secara eksplisit mengandung adegan- Remaja yang terpapar media
adegan seksual, cenderung melakukan pornografi tetapi mereka memiliki
hubungan seksual lebih awal. pengetahuan yang baik tentang
Hasil uji statistik menyatakan kesehatan reproduksi, HIV/AIDS atau
bahwa tidak terdapat hubungan IMS lainya, dampak perilaku seksual
bermakna antara paparan media remaja lainya dan bergaul dalam
pornografi dengan perilaku seksual kelompok teman sebaya yang
remaja. Hal ini berarti bahwa remaja menjauhi perilaku seksual, serta aktif
yang terpapar media pornografi dan terlibat dalam kegiatan – kegiatan
yang tidak terpapar media pornografi keagamaan maka mereka akan
sama-sama tidak pernah melakukan memilih untuk tidak melakukan
hubungan seksual ataupun sebaliknya. hubungan seksual pranikah.
Kemungkinan ada faktor lain yang
memiliki pengaruh lebih besar Tabel 4.5 Analisis regresi logistik
terhadap perilaku seksual remaja ganda dari berbagai variabel bebas
seperti pengetahuan, teman sebaya yang berhubungan dengan perilaku
dan ketaatan beragama. seksual remaja
Pengetahuan seksual remaja Variabel Koe S.E Nila PO
penting diberikan kepada remaja baik f β (β) iP R
formal maupun informal.5 faktor (95
teman sebaya juga dapat %
mempengaruhi perilaku seksual CI)
a. Pengetah 1,47 0,32 0,00 4,35
remaja. Steinberg menyatakan bahwa uan 0 9 0 (2,2
remaja yang suka melakukan aktivitas rendah 8-
seksual memiliki teman sebaya yang 8,28
juga suka melakukan hubungan b. Status 1,12 0,32 0,00 )
seksual. Kelompok teman sebaya Sosial 0 1 0
Ekonomi 3,07
memiliki kekuatan yang besar rendah (1,6
terhadap remaja. Ketika norma di 3-
dalam kelompok teman sebaya c. Pola asuh 0,80 0,40 0,04 5,75

25
orang tua 9 0 3 ) satu hal yang menyebabkan seseorang
permisf itu berperilaku tertentu, pemikiran
2,25
seseorang itu dapat terwujud dalam
(1,0 bentuk pengetahuan.
3- Santrock menyatakan bahwa
4,91 sebagian remaja tidak mengetahui
) dalam tahap apa dari siklus menstruasi
Ket: Paparan media pornografi p=0,999
SE= Standar Error perempuan yang dapat menyebabkan
POR=Prevalence Odds Ratio kehamilan. Dalam sebuah penelitian
95%CI= 95% Confidence Interval yang dilakukan Heichinger
menyatakan bahwa 23 persen dari
Hasil analisis regresi logistik 8000 remaja beranggapan bahwa
menunjukkan bahwa, variabel yang mereka dapat mengetahui apakah
secara simultan berhubungan dengan calon rekan kencannya terinfeksi HIV
perilaku seksual remaja adalah atau tidak hanya dengan sekadar
pengetahuan (p=0,000), status sosial melihatnya. Pengetahuan remaja
ekonomi (p=0,000) dan pola asuh mengenai seksualitas yang rendah
orang tua (p=0,043). Pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi perilaku
merupakan faktor yang paling seksualnya.
berhubungan dengan perilaku seksual Pengetahuan seksual pranikah
remaja dengan nilai Prevalence Odds penting diberikan kepada remaja, baik
Ratio (POR) = 4,35 (CI 2,28-8,28) pendidikan formal maupun
yang berarti bahwa remaja yang pendidikan informal. Upaya ini perlu
berpengetahuan rendah memiliki dilakukan untuk mencegah hal-hal
peluang 4,35 kali untuk melakukan yang tidak diinginkan. Pengetahuan
hubungan seksual pranikah seksual pranikah remaja terdiri dari
dibandingkan dengan remaja yang pengetahuan tentang fungsi hubungan
berpengetahuan tinggi. seksual, akibat hubungan seksual
Hasil penelitian ini pranikah dan faktor yang mendorong
menunjukkan bahwa pengetahuan seksual pranikah.(Santrock, 2011)
merupakan faktor yang paling
dominan berhubungan dengan Simpulan
perilaku seksual remaja. Hasil uji
statistik didapatkan hasil bahwa nilai Pengetahuan, status sosial
Prevalence Odds Rasio (POR) untuk ekonomi, pola asuh orang tua
tingkat pengetahuan adalah sebesar berhubungan dengan perilaku seksual
4,35 (CI 2,28-8,28) yang berarti remaja. Sedangkan Paparan media
bahwa remaja yang berpengetahuan pornografi tidak berhubungan dengan
rendah memiliki peluang 4,35 kali perilaku seksual remaja. Pengetahuan
untuk melakukan hubungan seksual merupakan faktor yang paling
pranikah dibandingkan dengan remaja berhubungan dengan perilaku seksual
yang berpengetahuan tinggi. remaja dimana remaja yang
Green menyatakan bahwa berpengetahuan rendah memiliki
pengetahuan merupakan salah satu peluang 4,35 kali untuk melakukan
faktor penentu perilaku seseorang. hubungan seksual pranikah
WHO juga menyatakan bahwa dibandingkan dengan remaja yang
pemikiran seseorang merupakan salah berpengetahuan tinggi.

26
DAFTAR PUSTAKA Guza A. 2008. Undang-Undang
Pornografi. Jakarta: Asa
Adi R. 2004. Metodologi Penelitian mandiri
Sosial dan Hukum [e-book]. Hassani KF, Kosunen MS, Fix DDA,
edisi 1. Jakarta: Granit. Kuehl TJ.2005. Impact of an
[diunduh 15 Januari 2013] adolescent sex education
Tersedia dari: ebookgoogle program that was
collection. implemented by an
BkkbN. 2007. Ulasan Ringkas: Hasil academic medical center.
Pendataan Keluarga Jurnal AJOG.
Provinsi Jawa Barat. Ingersoll GM. 1989. Adolescents.
Desmita. 2010. Psikologi Second edition. Englewood
Perkembangan. Bandung: cliff (NJ): Prentice Hall.
PT Remaja Rosdakarya Martiniuk ALC, Connor KS, King
Depkes RI. 2007. Survei Kesehatan WD. 2003. A cluster
Reproduksi Remaja. randomized trial of a sex
education programme in
Departemen Pendidikan Nasional. Belize, Central America.
2005. Kamus besar bahasa International Jounal of
Indonesia. Jakarta: Balai Epidemiolagy.
Pustaka.
Muadz M, Syaefuddin, Indrawarman,
Dr tim hebat Unpad. Hebat (hidup Muin E, Nuranti A, Ekasari
sehat bersama sahabat). F dkk. 2011. Penyiapan
2011. Buku Pegangan Guru, Kehidupan Berkeluarga bagi
Pendidikan Kesehatan Remaja. Bandung: BKKBN.
Reproduksi: Unpad,
Bandung Nafidah S. 2010. Jabar (masih)
darurat HIV/AIDS dan seks
Dahlan MS. 2010. Besar Sampel dan bebas. [diunduh 17 juni
Cara Pengambilan Sampel 2012]. Tersedia dari:
dalam penelitian kedokteran http://jabar.bkkbn.go.id.
dan kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika Nourkinan. 2011. 213 Penderita
HIV/AIDS di Karawang.
Dahlan MS. 2011. Statistik untuk Poskota [surat kabar di
kedokteran dan kesehatan. internet]. (diunduh 12
Jakarta: Salemba Medika Februari 2013). Tersedia
dari: http://poskota.co.id.

27
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Santrock JW. 2007. Remaja. Edisi 11.
kesehatan & Ilmu perilaku. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sulak PJ, Herbelin MS, Fix DDA,
Nursal DGA. 2008. Faktor-faktor Kuehl TJ. 2006. Impact of an
yang berhubungan dengan adolescent sex education
perilaku seksual siswa SMU program that was
Negeri di Kota Padang. implemented by an academic
Junal Kesehatan Masyarakat. medical center. Jurnal
AJOG.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi
penelitian kesehatan. Steinberg L. 2002. Adolescence. Sixth
Jakarta: Rineka Cipta. Edition. New York (NY):
The McGrew-Hill
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Companies.
Cetakan 3. Jakarta: Ghalia
Indonesia. Sadock BJ, Kaplan HI, Freedman
AM. 1976. The sexual
Padila. 2012. Keperawatan Keluarga. experience. Baltimore: The
Yogyakarta: nuMed. Williams & Wilkins
Pemerintah Daerah Kabupaten company.
Karawang. 2010. Kondisi, Suryosaputro A, Ford NJ, Shaluhiyah
Analisis dan Prediksi Z. 2006. Faktor-faktor yang
Kondisi Umum Daerah. mempengaruhi perilaku
Raka. 2013. Pelajar Batujaya Zina di seksual remaja di jawa
Kamar Mandi. Radar- tengah: Implikasinya
Karawang [surat kabar di terhadap kebijakan dan
internet] (diunduh 16 januari layanan kesehatan seksual
2013). Tersedia dari: dan reproduksi. Jurnal
http://www.radar- Makara Kesehatan.
karawang.com Song Y, Ye ji C. 2010. Sexual
Sarwono SW. 2011. Psikologi intercourse and high-risk
Remaja. Edisi revisi. Jakarta: sexual behavior among a
PT Raja Grafindo Persada. national sample of urban
adolescent in China. Journal
Soetjiningsih. 2010. Tumbuh of Public Health.
Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: Santelli JS, Lowry R, Brener ND,
CV Sagung Seto. Robin L. 2000. The
association of sexual
behavior with socioeconomic

28
status, family structure and remaja. Bandung: Remaja
race/ethnicity among US Rosda karya.
adolescent. American
Journal of Public Health.

Soebagijo A. 2008. Pornografi:


dilarang tapi dicari [e-
book]. Jakarta: Gema Insani.
[diunduh 18 Januari 2013]
Tersedia dari: ebookgoogle
collection.

Sastrawinata S. 1983. Obstetri


Fisiologi. Unpad. Bandung:
Eleman.

Wahyuni D, Rahmadewi. 2011.


Kajian Profil Penduduk
Remaja. Jakarta: BKKBN.

Widyarini N. 2009. Psikologi


popular: Relasi orang tua
dan anak [e-book]. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
[diunduh 18 Januari 2013]
Tersedia dari: ebookgoogle
collection.

Wulandari I. 2010. Hubungan pola


asuh dengan perilaku
seksual remaja. Thesis.
[diunduh 8 Juli 2012].
Tersedia dari:
http://digilib.uin-
suka.ac.id/4298/

Widoyoko SEP. 2012. Tehnik


Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Yusuf S. 2000. Psikologi


perkembangan anak &

29

Anda mungkin juga menyukai

  • Policy Based Routing
    Policy Based Routing
    Dokumen20 halaman
    Policy Based Routing
    Velicia Vera
    0% (1)
  • 1088 2286 1 SM
    1088 2286 1 SM
    Dokumen6 halaman
    1088 2286 1 SM
    Ilzia Ciil
    Belum ada peringkat
  • Ipi 161519
    Ipi 161519
    Dokumen7 halaman
    Ipi 161519
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 161527
    Ipi 161527
    Dokumen7 halaman
    Ipi 161527
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Jurnal HPI Vol 23 No 1 - April 2010
    Jurnal HPI Vol 23 No 1 - April 2010
    Dokumen52 halaman
    Jurnal HPI Vol 23 No 1 - April 2010
    Iklimatul Khoeriah
    Belum ada peringkat
  • Ipi 161527
    Ipi 161527
    Dokumen7 halaman
    Ipi 161527
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 314037
    Ipi 314037
    Dokumen8 halaman
    Ipi 314037
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 144883
    Ipi 144883
    Dokumen6 halaman
    Ipi 144883
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • 1021 2149 1 SM
    1021 2149 1 SM
    Dokumen5 halaman
    1021 2149 1 SM
    robby_94
    Belum ada peringkat
  • 1383 2875 1 SM
    1383 2875 1 SM
    Dokumen10 halaman
    1383 2875 1 SM
    Margo Outsiders
    Belum ada peringkat
  • Tali Pusat PDF
    Tali Pusat PDF
    Dokumen6 halaman
    Tali Pusat PDF
    Yoedie Oedie'oedien Yoegoem
    Belum ada peringkat
  • Ipi 144882
    Ipi 144882
    Dokumen4 halaman
    Ipi 144882
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 144868
    Ipi 144868
    Dokumen7 halaman
    Ipi 144868
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 161505
    Ipi 161505
    Dokumen7 halaman
    Ipi 161505
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 144870
    Ipi 144870
    Dokumen9 halaman
    Ipi 144870
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 98424
    Ipi 98424
    Dokumen7 halaman
    Ipi 98424
    Anonymous nz9rhH
    Belum ada peringkat
  • Ipi144881 PDF
    Ipi144881 PDF
    Dokumen6 halaman
    Ipi144881 PDF
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Jpkebidanandd 150034
    Jpkebidanandd 150034
    Dokumen7 halaman
    Jpkebidanandd 150034
    nurul habiba
    Belum ada peringkat
  • Ipi3328 PDF
    Ipi3328 PDF
    Dokumen10 halaman
    Ipi3328 PDF
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 144878
    Ipi 144878
    Dokumen7 halaman
    Ipi 144878
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Jurnal 5
    Jurnal 5
    Dokumen3 halaman
    Jurnal 5
    Rika Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Ipi 161518
    Ipi 161518
    Dokumen9 halaman
    Ipi 161518
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 356669
    Ipi 356669
    Dokumen3 halaman
    Ipi 356669
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 418817
    Ipi 418817
    Dokumen7 halaman
    Ipi 418817
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Dalilah Ukhriyati Fu
    Dalilah Ukhriyati Fu
    Dokumen95 halaman
    Dalilah Ukhriyati Fu
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 418847
    Ipi 418847
    Dokumen4 halaman
    Ipi 418847
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Ipi 356663
    Ipi 356663
    Dokumen10 halaman
    Ipi 356663
    Nofiardi
    Belum ada peringkat
  • Dalilah Ukhriyati Fu
    Dalilah Ukhriyati Fu
    Dokumen95 halaman
    Dalilah Ukhriyati Fu
    Nofiardi
    Belum ada peringkat