ABSTRAK
Latar belakang : Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik dan mental remaja. Pada masa ini hormon
seksual yaitu estrogen dan progesterone meningkat kuat. Hormon seksual tersebut menyebabkan perubahan
dalam tubuh remaja putri seperti menstruasi pertama atau menarche. Perubahan hormonal yang dramatis dapat
mempengaruhi kondisi emosi. Hal tersebut dapat menimbulkan perasaan bingung, berbagai pertanyaan,
ketakutan dan kecemasan. Oleh karena itu diperlukan pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja (KRR)
khususnya tentang menstruasi dan salah satu caranya melalui penyuluhan. Tujuan : untuk mengetahui adanya
pengaruh penyuluhan menstruasi terhadap kecemasan menghadapi menarche pada remaja putri kelas VII
SMP N 2 Punggelan Banjarnegara. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan model
rancangan non equivalent control group. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas VII SMP N 2
Punggelan Banjarnegara tahun 2011 yang berjumlah 60 siswi, dimana kelompok perlakuan 30 siswi dan
kelompok kontrol 30 siswi yang diambil dengan cara systematic sampling. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuisioner skala tingkat kecemasan yang dibuat oleh peneliti. Analisis data menggunakan uji beda
t-test yaitu independent t-test. Hasil: Hasil penelitian dengan statistik independent t-test menunjukan t hitung
sebesar 6,377 dengan df = 58, t tabel =2,04. nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Nilai p < 0,05 (0,000 <0,05)
artinya ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
Simpulan : ada pengaruh positif penyuluhan menstruasi terhadap kecemasan menghadapi menarche pada
remaja putri kelas VII SMP N 2 Punggelan Banjarnegara.
ABSTRACT
Background: Hormone production during the puberty period makes both physical and psychological changes to
the girls. As we can see, during girls’ first menstruation period or menarche, sexual hormone increases rapidly
and so makes physical changes to theirs. During this puberty period, their physical appearances change rapidly
as they experience in their psychological changes. This condition can make them getting confused; can rise so
many questions for them; and make them being afraid and worried. Due to the facts stated above, information
about teenagers’ reproduction health (KRR), especially menstruation, needs to be given to the girls and one of
the ways is by giving them menstruation education. Objective: to find out the effects of menstruation education to
the girls’ anxiousness level in facing menarche in the grade VII of SMP 2 Punggelan Banjarnegara. Methods :
This study was quasi-experimental with non-equivalent control group. The subject of this study was 60 girls in
grade VII of SMP 2 Punggelan Banjarnegara in 2011. They were divided into two groups by using systematic
sampling technique; 30 students as the experimental group and the 30 others as the control group. The data
were taken from the “anxiousness level scale” questionnaires developed and collected by the writer. The data
were analyzed by using independent t-test. Result :The result of the analysis were t statistic= 6.377 with df = 58, t
table = 2.04; significant score (p) = 0.000. So, p score < 0.05 (0.000 <0.05). This result meant that there was
significant difference between the experimental group and the control group. Conclution : The writer concluded
that menstruation education affected positively to the girls’ anxiousness level in facing their menarche period in
the grade VII of SMP 2 Punggelan Banjarnegara.
58
Key words: menstruation education, anxiousness level, menarche.
61
HASIL DAN PEMBAHASAN mendapatkan perlakuan dengan yang
tidak.
HASIL
Tabel 1.4 Kategori skor skala kecemasan Dari tabel hasil uji paired t test
menghadapi menarche pada pre test dan antara post test dan pre test pada
post test kelompok kontrol kelompok perlakuan diketahui bahwa
Kategorisasi Komposisi Rerata
Kategori Jumlah Prosentase empirik thitung sebesar 6,484 menunjukan bahwa
Pre Ringan 11 36,6% t hitung > t tabel (6,484>2,04). Sedangkan
Test Sedang 4 13,3% 85,03 pembacaan singkat berdasarkan harga
Berat 15 50%
signifkansi (p), dimana nilai p = 0,000
Post Ringan 11 36,6%
test Sedang 5 16,6% 84,90 (p<0,05), maka H0 ditolak, artinya ada
Berat 14 46,6% beda rata-rata antara nilai setelah
Dari tabel tersebut, dapat terlihat penyuluhan (post test) dengan sebelum
bahwa skor kecemasan pada waktu pre penyuluhan (pre test). Dimana dengan
test sedikit lebih tinggi dari pada post harga negative (-) menunjukan skor
test dengan selisih 0,13. kecemasan setelah penyuluhan (post test
) lebih kecil dari skor kecemasan
Tabel 1.2 Kategori skor skala kecemasan sebelum penyuluhan (pre test) sehingga
menghadapi menarche pada pre test dan penyuluhan efektif untuk menurunkan
post test kelompok perlakuan kecemasan.
Kategorisasi Komposisi Rerata
Kategori Jumlah Prosentase empirik
Pre Ringan 1 3% Tabel 1.4 Hasil uji paired t test antara post test dan
Test Sedang 1 3% 95,03 pre test pada kelompok kontrol
Berat 28 93% t df p.value p.value
Post Ringan 11 36,6% independent
test Sedang 6 20% 85,10 t test
Berat 13 43,3% Post
Dari tabel tersebut, dapat terlihat test –
-1,000 29 0,326 0,000
bahwa skor kecemasan pada waktu Pre
test
sebelum penyuluhah (pre test) jauh
Dari tabel hasil uji paired t test
lebih tinggi dari pada sesudah
antara post test dan pre test pada
penyuluhan (post test) dengan selisih
kelompok kontrol diketahui bahwa thitung
10,2.
sebesar 1 menunjukan bahwa t hitung < t
Tabel 1.3 Perbedaan selisih rata-rata nilai antara pre tabel (1<2,04). Sedangkan pembacaan
test dan post test pada kelompok kontrol singkat berdasarkan harga signifkansi
dan kelompok perlakuan (p), dimana nilai p = 0,326 (p>0,05),
Kelompok Kelompok Pvalue maka H0 diterima, artinya tidak ada
Perlakuan Kontrol Paired t beda rata-rata antara post test dengan
test
pre test pada kelompok kontrol.
Selisih nilai
pre test Dari hasil uji beda pada selisih
10,2 0,13 0,000 nilai post test dan pre test pada masing-
dengan post
test masing kelompok dapat diperoleh
Dari tabel tersebut, dapat terlihat informasi sebagai berikut nilai t hitung
bahwa selisih rata-rata nilai antara pre adalah sebesar 6,377 maka dapat dilihat
test dan post test pada kelompok bahwa t hitung > t tabel (6,377 > 2,00)
perlakuan jauh lebih tinggi dari sedangkan nilai signifikansinya adalah
kelompok perlakuan, yaitu 10,2 0,000 ( p < 0,05) hal ini menunjukan H0
dibandingkan dengan 0,13. Hal tersebut ditolak, yang artinya ada pebedaan rata
menunjukan adanya perbedaan rata yang signifikan tingkat kecemasan
perolehan skor dari kelompok yang antara yang mendapatkan penyuluhan
62
dengan yang tidak mendapatkan
penyuluhan.
63
PEMBAHASAN yang menyatakan bahwa pemberian
informasi kesehatan reproduksi remaja
Rata-rata hasil skor post test (KRR) khususnya tentang menstruasi dapat
kelompok perlakuan jauh lebih rendah diberikan melalui penyuluhan, sehingga
dibandingkan rata-rata skor pre test, hal ini kecemasan remaja putri terhadap menarche
menunjukan adanya penurunan kecemasan dapat berkurang atau bahkan tidak ada.
pada kelompok perlakuan. Lain halnya Dalam bukunya Notoatmodjo (2007)
dengan kelompok kontrol, rata-rata hasil mengemukakan bahwa penyuluhan dapat
skor post test tidak berbeda jauh dengan meningkatkan pengetahuan dan dapat
rata-rata hasil skor pre test. Hal ini menyebabkan perubahan persepsi
menunjukan tidak terjadi penurunan sedangkan menurut Proverawati (2009)
kecemasan pada kelompok kontrol. pengetahuan tentang menstruasi dapat
Hasil dari analisis uji hipotesis mengurangi kecemasan dalam menghadapi
yang dilakukan dengan uji t test, diperoleh menstruasi pertama atau menarche. Kedua
hasil uji paired t test pada pre test dan pernyataan tersebut dapat memperkuat
post test kelompok perlakuan didapatkan hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini
hasil bahwa terdapat perbedaan yang juga diperkuat dengan penelitian yang
bermakna antara kecemasan pada waktu dilakukan oleh Hardiningsih (2009)
pre test dan post test. Hal tersebut dapat dengan judul Pengaruh Penyuluhan
dilihat dari hasil perhitungan statistik yang Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat
menyatakan nilai t hitung > t tabel ( 6.484 > Kecemasan Menghadapi Menarche Pada
2.04 ). Harga negative (-) pada perhitungan Remaja Putri Kelas VI di SDN
t menunjukan skor kecemasan setelah Mangkubumen Lor No. 15 Surakarta
penyuluhan (post test) lebih kecil dari skor dimana penelitian tersebut menunjukan ada
kecemasan sebelum penyuluhan (pre test), pengaruh positif antara penyuluhan tentang
sehingga dapat dikatakan bahwa menstruasi terhadap tingkat kecemasan
penyuluhan efektif menurunkan menghadapai menarche, penyuluhan
kecemasan. Sedangkan pada kelompok menstruasi dapat mengurangi kecemasan
kontrol tidak ada perbedaan yang dalam menghadapi menarche. Penelitian
bermakna antara kecemasan pada waktu serupa dilakukan oleh Muryati (2010)
pre test dan post test. Hal tersebut dapat dengan judul Pengaruh Pendidikan
dilihat dari hasil perhitungan statistik yang Kesehatan Tentang Menarche terhadap
menyatakan nilai t hitung < t tabel ( 1 < 2.04 ). Kecemasan Menghadapi Menarche Pada
Kemudian kedua kelompok diuji dengan Siswi Usia 10-11 Tahun di SD Adabiah
Independent t test untuk selisih nilai pre Padang, penelitian tersebut menunjukan
test dan post pest kelompok perlakuan adanya penurunan kecemasan pada siswi
dengan selisih nilai pre test dan post test dan terdapat pengaruh pemberian
kelompok kontrol. Uji independent t tes pendidikan kesehatan tentang menarche
mendapatkan hasil signifikasi p = 0,000 yang bermakna terhadap kecemasan
(nilai p < 0,05) atau t hitung > t tabel ( 6.377 > menghadapi menarche. Penelitian lain
2,04), hal ini menunjukkan bahwa ada dilakukan oleh Agustini (2009) dengan
perbedaan yang signifikan antara tingkat judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan
kecemasan kelompok remaja putri yang Tentang Menstruasi Terhadap Kecemasan
diberi penyuluhan (kelompok perlakuan) Menghadapi Menarche di SD N Giwangan
dengan kelompok remaja putri yang tidak Yogyakarta, hasil dari penelitian tersebut
diberi penyuluhan (kelompok kontrol). adalah terdapat pengaruh yang signifikan
sehingga dapat dikatakan bahwa (positif) antara kecemasan menghadapi
penyuluhan menstruasi mempengaruhi menarche sebelum dan sesudah diberikan
kecemasan remaja putri dalam menghadapi pendidikan kesehatan tentang menstruasi
menarche. Sesuai dengan Dariyo (2004)
64
pada siswi kelas V di SD N Giwangan perlakuan) dengan kelompok yang
Yogyakarta. tidak diberikan penyuluhan (kelompok
Kecemasan yang terjadi pada kontrol) pada remaja putri kelas VII
remaja putri tersebut dapat terjadi karena SMPN 2 Punggelan Banjarnegara.
faktor lingkungan. Menurut Carnegie 2. Terdapat pengaruh positif penyuluhan
dalam Mursyidi (2010) Kecemasan dapat menstruasi terhadap tingkat
timbul dari faktor lingkungan seperti kecemasan menghadapi menarche
hubungan-hubungan dan kondisi di pada remaja putri kelas VII SMPN 2
masyarakat. Suasana agamis yang kuat Punggelan Banjarnegara. Penyuluhan
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat menstruasi dapat menurunkan tingkat
membuat perasaan tabu untuk membahas kecemasan dalam menghadapi
hal-hal yang berkaitan dengan organ menarche pada remaja putri kelas VII
reproduksi, hal tersebut dapat membuat SMPN 2 Punggelan Banjarnegara, dari
minimnya pengetahuan remaja putri 93 % menjadi 43.3% siswi yang
tentang menstruasi sehingga dapat mengalami tingkat kecemasan berat
menyebabkan kecemasan. dalam menghadapi menarche. t hitung >
Dalam penelitian ini, penyuluhan t tabel (6.484 > 2.04) .
menstruasi dapat menurunkan kecemasan
menghadapi menarche. Menurut Fitriani DAFTAR PUSTAKA
(2011) , faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan penyuluhan Dariyo A. 2004. Psikologi Perkembangan
terdiri dari tiga faktor, antara lain faktor Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia pp.
penyuluh, faktor sasaran dan juga faktor 14 - 39
proses jalannya penyuluhan. Dari ketiga Durand, Mark V. 2006. Intisari Psikologi
faktor tersebut yang kurang mendukung Abnormal. Yogyakarta : Pustaka
dalam penyuluhan ini adalah dari segi Pelajar pp. 158-63
proses penyuluhan, penyuluhan dilakukan Fitriyani, S. 2011. Promosi Kesehatan.
satu kali pada tanggal 20 Mei pukul 09.00 Yogyakarta: Graha Ilmu pp. 69-81 :
WIB di Aula SMP N 2 Punggelan. 193
Pemilihan ruang aula diharapkan dapat Isaacs A. 2004. Panduan Belajar
menumbuhkan suasana yang nyaman bagi Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
30 peserta sehingga materi yang Psikiatrik. Jakarta : EGC pp. 156
disampaikan dapat dengan mudah diterima Kaplan H, Saddock. 2005. Diagnosa
oleh seluruh peserta, namun kenyamanan Keperawatan Jiwa. 2005. Jakarta :
tersebut terganggu karena adanya renovasi EGC.
sekolah. Mochtar R. 2007. Sinopsis Obstetri Jilid 1.
Secara umum hasil penelitian Jakarta : EGC pp.13
menunjukan ada pengaruh yang signifikan Murti B. 2008. Validitas dan Reliabilitas
antara penyuluhan terhadap kecemasan Pengukuran. Makalah Workshop
menghadapi menarche pada siswi kelas Peningkatan Kemampuan Tenaga
VII SMPN 2 Punggelan Banjarnegara. Kesehatan dalam Penelitian
Kesehatan - Surakarta, 28-29
SIMPULAN Oktober 2008 – BBKPM Surakarta &
Bagian IKM FK-UNS.
Berdasarkan hasil penelitian yang Muryati. 2010. Pengaruh Pendidikan
telah dilakukan, maka penulis dapat Kesehatan Tentang Menarche
menyimpulkan bahwa: terhadap Kecemasan Menghadapi
1. Terdapat perbedaan kecemasan yang Menarche Pada Siswi Usia 10-11
bermakna antara kelompok yang Tahun di SD Adabiah Padang.
diberikan penyuluhan (kelompok Padang : Skripsi Program Studi Ilmu
65
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Nevid J, Rathus S, Greene B. 2005.
Psikologi Abnormal. Jakarta :
Erlangga pp. 96-101
Proverawati A, Misaroh S. 2009 .
Menarche, Menstruasi Pertama
Penuh Makna . Jogjakarta : Nuha
Medika pp. 1-11, 58 -77
Sasongko B. 2009. Tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi menarche.
Banyuwangi : Skripsi Universitas
Bakti Indonesia Banyuwangi.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta. pp. 78, 84, 151
Videbeck S. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC. pp.307-11.
66