Anda di halaman 1dari 18

RESPIRASI ( PERNAPASAN )

METABOLISME

Gucosa  CO2 + H2O + 38 ATP ( aerob )

Energy debt

As Lactat + 2 ATP ( anaerob )

Metabolisme secara aerob memerlukan peranan oksigen, kebutuhan akan oksigen dipenuhi
oleh sistem respirasi.
Tujuan sistem respirasi :
1. Memenuhi kebutuhan oksigen untuk proses metabolisme sel
2. Mengeluarkan CO2 sebagai sisa metobisme

Proses respirasi terdiri dari 4 proses :


1. Ventilasi .
2. Difusi
3. Perfusi
4. Transportasi

Ventilasi
Proses masuk - keluarnya udara dari atmosfir menuju paru - paru ( inspirasi – expirasi )
karena perbedaan tekanan.
Kerja ventilasi dipengaruhi oleh 3 hal :
a. Status Asam – Basa dan kadar O2 dalam darah ( P02 )
b. Kerja sistem syaraf ( kemosensitif sentral dan perifer
- Kemosensitif sentral terletak pada medulla sdg kemosensitif perifer terletak
pada aorta dan badan karotis
- Kemosensitif sentral ( medulla ) hanya sensitif thd perubahan ion H + / PH,
sdg kemosensitif perifer sensitif thd sekali perubahan H +, C02 dan 02
c. Otot – otot pernafasan
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses ventilasi :
1. Kenaikan / penurunan PCO2 dan perubahan Ph dalam darah
Ph, P CO2 ↑ ( hiperkapni )
dalam darah

Kemosensitif sentral & perifer
terstimulasi

Mengirim impuls ke area
insp & eksp di otak

Diteruskan melalui N. IX ( glossopharingeal )
dan N. X ( Vagus )

Diafragma & otot pernafasan
( otot dada )

Hiperventilasi ( pe ↑ frek napas )

Kadar H + dlm darah mjd normal, CO2 menjadi banyak yg terbuang
Sebaliknya bila terjadi hipokapni ( PCO2 rendah )

2. Tahanan / Resistensi jalan napas


udara yg mengalir ke paru tertahan / mengalami hambatan untuk masuk
Tahanan jalan napas meliputi hidung, farink, larink, bronchus.
Penyebab :
- sekret / lendir
- spasme bronchus
- oedem paru
- atelectasis ( paru mengembang tdk sempurna ), kolap paru
- tumor
- bronchostriksi pd asthma
adanya tahanan / resistensi paru berakibat TV ke paru menjadi tertahan / mengalami
hambatan sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah TV yang masuk dan diper –
lukan tekanan inspirasi ( IPL ) yang tinggi. Usaha napas meningkat ( peningkatan WOB )
dan frek napas jg ikut meningkat pula ( hiperventilasi ).
3. Komplain Paru / elastisitas paru
Adalah elastisitas paru untuk mengembang saat inspirasi, sedangkan kemampuan
paru untuk mengempis / kembali ke keadaan semula dinamakan recoil.
Komplain paru menurun

vol ruang / daya tampung paru menurun

jumlah TV masuk paru menurun,

jml udara yg berdifusi sedikit,
PaO2 menurun


Hipoksemia.

DaO2 menurun

Pada keadaan normal setiap diberikan tekanan inspirasi ( P inspirasi ) sebesar 1 cm


H2O, paru - paru dapat mengembang sekitar 130 - 200 ml.
Semakin menurun komplain paru berakibat semakin sedikit udara TV masuk yg dapat
ditampung, dan konsekuensinya akan semakin besar IPL yg diperlukan untuk mengem -
bangkan paru secara optimal.
Penurunan komplain paru terjadi pd kasus :
- Edema paru
- Brpn
- Pneumothorak
- Fibrosis paru

4. Ruang Rugi / Dead space


Ruangan yang terisi udara yg secara langsung tidak ikut mengalami difusi.
Normal dead space : 1/3 TV ( 30% ). Adanya ruang rugi secara langsung mengurangi
jml vol udara yg berdifusi, yaitu sebanyak sepertiga jml TV / MV yg ada.
5. Paralyse / kelemahan Otot Pernapasan
Paralyse / kelemahan otot dada maupun diaphragma

penurunan tekanan rongga dada

udara TV msk paru menurun

jml udara yg berdifusi sedikit,

PaO2 menurun


Hipoksemia

DaO2 menurun


Hipoksia ( kekurangan O2 dlm jaringan )


Hiperventilasi ( frek napas ↑ ).
hipoksia (kekurangan oksigen dlm jaringan ), menyebabkan terjadinya metabolisme
anaerob, sehingga terjadi penumpukan as lactat sbg hasilnya  Lactic acidosis.

Difusi
Difusi adalah Pertukaran gas dari alveoli ke pembuluh darah kapiler paru karena
perbedaan tekanan. Perpindahan molekul gas terjadi dari kosentrasi tinggi ( berteka -
nan tinggi ) menuju kosentrasi rendah / tekanan lebih rendah.
Gas Atmosfir Alveolus Arteri Vena Jaringan
PO2 160 105 105 40 40
PCO2 0,3 40 40 45 45

Normal : Kecepatan difusi gas di Alveoli - Kapiler paru adalah 0,25 dtk dari total
waktu inspirasi 0,75 dtk.
Faktor yg mempengaruhi dalam proses difusi :
1. Cardiac Output
Difusi yg baik terjadi bila jumlah ventilasi semenit sebanding dg Cardiac output yg
dihasilkan, sehingga V/ Q = 1.
laju kecepatan aliran sel darah meningkat

waktu difusi menjadi singkat

vol udara yang berdifusi menjadi berkurang

PaO2 menurun


hipoksemia ( kadar oksigen dlm drh rendah ).

Kasus – kasus yg berhubungan : VT, SVT, Sinus tachycardi.

2. Luas Permukaan Alveoli


Normal dewasa : 70 mm
Penurunan luas permukaan alveoli

( ¼ sampai dg 1/3 )dari luas permukaan normal



vol ruang / daya tampung alveoli menurun

penurunan vol udara yg berdifusi

Hipoksemia
Penurunan luas permukaan alveoli biasanya terjadi pada kasus ;
a. Masif atelectasis
b. Hidropneumothorak
c. Hematopneumothorak
d. Empisema
e. Oedema paru
3. Ketebalan membran alveoli
Penambahan ketebalan permukaan aiveoli

proses difusi menjadi terhambat dan berjalan lambat

menurunkan jml molekul udara yang berdifusi

PaO2 menurun

hipoksemia.
biasanya terjadi pada kasus: fibrosis paru

Perfusi
Perfusi adalah besarnya volume darah kapiler paru yg melewati membran alveoli,
Lambang ( Q ).
Oksigen hasil difusi diangkut oleh darah menuju sel dan CO2 hasil metabolisme

sel dibuang ke atmosfir melalui alveoli.


Dlam kondisi normal : besarnya vol darah kapiler paru yg melewati membran
alveoli adalah hampir sama dengan besarnya vol cardiac
output yg dihasilkan ventrikel kiri.
Konsep V/Q ( perbandingan ventilasi dg perfusi ) :
Ventilasi ( lambang V ) , Banyaknya vol gas yang dpt masuk – keluar melewati
jalan napas hingga sampai pada paru ( alveoli ).
Perfusi ( lambang Q ) , Banyaknya / vol darah dalam kapiler paru yang melewati
membran alveoli.
Normal : jumlah ventilasi semenit adalah sebanding dengan cardiac output yg
dihasilkan ventrikel kiri, V/Q = 1/1 = 1.
Perubahan nilai V atau Q menyebabkan rasio perbandingan V/ Q mengalami
pergeseran, dikenal dg istilah V/Q mismathcing.
Beberapa bentuk V/Q Mismathcing :
V : normal
V/ Q > 1 Ventilasi normal / adekuat tetapi perfusi
Q : menurun menurun krn adanya gangguan

V : menurun
V/ Q < 1 Ventilasi mengalami penurunan krn adanya
Q : normal gangguan, perfusi normal / adekuat.
Penyebab V/ Q mismathcing :
1. Penurunan vol ruang alveoli
Penurunan vol ruang alveoli menyebabkan vol udara ( TV ) dalam ruang alveoli
menjadi berkurang ( hipoventilasi ).
- pada kasus asthma
- bronchitis
2. Gangguan pada luas daerah untuk perfusi
Gangguan pada luas daerah untuk perfusi menyebabkan vol darah kapiler paru yg
melewati membran alveoli mengalami penurunan.
- emboli paru
- penurunan cardiac output
Beberapa penyebab terjadinya ventilasi yg menurun diantaranya :
- adanya obstruksi jalan napas ( sekret, ataupun sumbatan krn tumor )
- Bronchokontriksi
- Spasme bronchus
- Udema mukosa
- Kerusakan neuromuskular, otot pernapasan shg expansi dada mjd menurun
- Edema paru
- Pneumothorak
- Hematothorak
- Sekret alveolus
Beberapa penyebab terjadinya perfusi yg menurun ( Q  ) diantaranya :
- Emboli paru
- Pecahnya arteri pulmo
- Kontriksi kapiler paru
- Obat – obatan vasokontriksi
- Shock sehingga CO menjadi me 
- Pemberian PEEP yang terlalu besar shg menyebabkan kapiler paru mjd terjepit.

Transportasi
Oksigen dalam darah terikat / dibawa oleh plasma dan Hb ( hemoglobin ) ;
- O2 dalam plasma dalam bentuk PO2

- O2 terikat dalam Hb (oksihemoglobin ) dalam bentuk SaO2


Normal : setiap 1 gr Hb maksimal mampu mengikat 1,36 ml oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses Transportasi :
1. Saturasi Oksigen ( SaO2 )

Saturasi Oksigen ( SaO2 ) adalah kadar oksigen ( % ) yang terikat oleh Hb dalam

setiap 100 ml darah yang diedarkan ke seluruh tubuh.


Saturasi Oksigen ( SaO2 ) menunjukan afinitas Hb ( daya ikat HB terhadap O2 )

PO2 yang menurun ( hipoksemia ) menyebabkan daya ikat ( afinitas ) Hb terhadap

oksigen mengalami penurunan sehingga SaO2 menjadi menurun pula.

2. Suhu Tubuh
Suhu tubuh berpengaruh pada afinitas Hb terhadap oksigen ;
Suhu tubuh meningkat

metabolisme meningkat

oksigen lebih banyak berdifusi ke dalam plasma dibanding dg Hb
( sebaliknya )

Suhu tubuh menurun



metabolisme menurun

oksigen lebih banyak terikat ke dalam Hb dibanding dg plasma.

3. Keseimbangan Asam - Basa


Kondisi asidosis Afinitas Hb terhadap oksigen menurun
4 . Delivery oxygen / DO2 ( Oksigen Transport )
Adalah besarnya vol / banyaknya oksigen yang di suplay ke jaringan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme
5. Oksigen Content / CaO2 ( Kadar Oksigen )

Adalah banyaknya oksigen yang terkandung dalam setiap 100 ml darah.


Besarnya CaO2 dipengaruhi oleh kadar Hb dan SaO2.

6. Oksigen Compsumtion / VO ( Oksigen Komsumsi )


Adalah banyaknya oksigen yang dipakai jaringan dalam setiap menit.
Pada kondisi normal ( D02 : Vo = 4 : 1 )

Jika VO : 150 ml / mnt, maka suplay O akan dipertahankan sebesar 600 ml / mnt / m
Pada kondisi peningkatan VOyang hebat maka kompensasi tubuh adalah:
a. Menigkatkan DO2 dg jalan menaikan CO ( Cardiac Output )

b. HR menjadi meningkat
c. Ventilasi meningkat ( Hiperventilasi )
d. Produk Hb ditingkatkan

Sistem syaraf Pernapasan


Pusat syaraf napas terletak pada Medulla oblongata, bekerja otomatik mengatur sistem
pernapasan. Stimulan / rangsangan yang mempengaruhi pusat napas diantaranya :
1. Wakemfulnes stimuli ( rangsang kesadaran )
Bila orang sadar maka pandangan, suara, sentuhan, nyeri, berperan 50 %
menstimulan respirasi
2 Rangsang / stimulan terhadap perubahan PCO2

Bila PCO2 di arteri naik  PCO2 cairan cerebrospinal juga naik  Ph cairan

cerebrospinal menjadi turun ( caisan bersifat asam )  Acidosis merangsang


peningkatan respirasi
3. Stimulan melalui reseptor perifer
a. Hipoksia , PO2 < 60 mmHg ( hypoxic Drive )

b. Peningkatan suhu
c. Ph ( Asam )
d. PCO2 ( Hipercarbia / Hiperkapnia )
e. Hipotensi
VENTILATOR MEKANIK

Definisi
Alat Bantu napas secara mekanik yang mampu membantu sebagian dan atau mengambil
alih (seluruh) fungsi pertukaran gas ( ventilasi paru ) untuk mempertahankan hidup.

Tujuan Penggunaan Ventilator :


1. Memenuhi kebutuhan TV/MV yang adekuat dengan tekanan puncak
( PIP ) dalam batas normal.
2. Mengembalikan asam – basa dengan nilai PaO2 dalam batas normal.

Indikasi
1. Henti jantung
2. Henti napas ( apnoe )
3. Pasien gagal napas
4. Pasien dg gangguan nps yg tdk bisa diatasi dg pemberian oksigen non invasif
5. Hipoksia yang tak dpt diatasi dengan pemberian oksigen non invasif
6. Asidosis respiratorik yg tdk dpt teratasi dg obat – obatan.
7. Pasien dengan pemberian obat Relaxan otot
8. Anestesi pada pasien OP besar.
9. Penggunaan dengan tujuan untuk menurunkan tekanan intrakranial

Kapan diputuskan pemakaian Ventilator Mekanik

Segera sebelum terjadi gagal napas, bila ditemukan gejala – gejala :


1. Napas cepat / Tachypnoe ( frek napas > 35 x / mnt ), sesak napas dan gelisah
2. Nadi cepat / Tachycardi
3. Saturasi O2 ( Sa O2 ) menurun di bawah 90 % dan tak mau naik walaupun dg

pemberian oksigen yang sudah max.


4. Dari hasil lab AGD arteri :
- PCO2 meningkat > 10 mmHg ( > 50 ) dengan PH < 7, 35

- PaO2 < 60 dengan pemberian FiO2 > 60%

5. Ratio PaO2 : FiO2 < 30

6. AaDo > 450


Prinsip utama penggunaan VM dalam memberikan bantuan :
1. Inti penggunaan VM adalah bagaimana memenuhi kebutuhan TV / MV optimal dengan
WOB yang minimal
2. Setiap pemberian Volume ke dalam paru berakibat terjadi peningkatan tekanan dlm
paru sehingga paru akan mengembang
3. Setiap pemberian tekanan ke dalam paru berakibat paru mengembang sehingga
terjadi peningkatan Volume udara masuk

Setting Ventilator
1. TV ( Tidal Volume )
Jumlah udara yang masuk paru dalam 1x inspirasi.
Ukuran normal : 10 – 12 ml / kg BB, dimana 1/3 ( 30% ) dari total TV adalah ruang rugi
sehingga tidak terlibat dalam difusi
Setting TV pd ventilator :
- Pasien dg gangguan paru dimulai dari 5 – 8 ml / kg BB
- Pasien dg ARDS dimulai dari 4 – 6 ml / kg BB
- Pasien dg PPOK dimulai dari 5 – 8 ml / kg BB
- Pasien gagal napas dg kondisi paru normal dimulai dari 10 – 12ml / kg BB

2. MV ( Minute Volume )
Total jumlah udara yang masuk paru dalam waktu 1 menit.
MV = TV x RR ( frek napas )

3. RR ( frek napas )
Setting dimulai dari 12 x / mnt

4. IPL ( Inspiratory Pressure Level )


Besarnya bantuan tekanan yg diberikan mesin sehingga paru mengembang saat fase
inspirasi. Pemberian IPL bermanfaat untuk melawan tahanan jalan napas, sehingga
semakin besar nilai IPL yg diberikan semakin mudah / ringan inspirasi pasien serta makin
mudah pula TV akan tercapai.
Setting nilai : mulai dari 5 – 30 Cm H2O
Prinsip pemberian IPL :
- Besarnya IPL yg diberikan tergantung pada seberapa besar IPL yg diberikan tsb dapat
menghasilkan TV yang diinginkan.
- Batas rendah nilai IPL yg diberikan selalu di atas nilai PEEP yg diberikan.
- Batas tertinggi / maksimal nialai IPL yang diberikan jangan sampai menghasilkan
tekanan puncak inspirasi > 35 Cm H2O.

5. PIP ( Peak Inspiratory Pressure / tekanan puncak Inspirasi)


Tekanan tertinggi / maksimal di dalam paru saat ventilator memberikan bantuan volume
atau tekanan ( paru dikembangkan ).
Batas aman PIP : < 35 Cm H2O.
Beberapa penyebab terjadinya peninggian PIP yaitu TV, IPL, Flow rate, PEEP yang tinggi
pd pasien dg komplain paru yang rendah atau karena adanya obstruksi jalan napas.

6. PEEP ( Positive End Ekspiratory Pressure )


Sejumlah tekanan yang disisakan oleh ventilator saat ekspirasi pasien / paru
dikempeskan.
Setting nilai : mulai dari 5 – 20 Cm H2O
Tujuan pemberian PEEP adalah agar alveolus tetap terbuka ( paru tidak kolaps ).
Prinsip pemberian : nilai PEEP yang diberikan selalu dibawah nilai IPL
Hati – hati dg pemberian PEEP yg besar (> 10 Cm H2O ), karena akan berakibat :
- Penurunan isi sekuncup jantung ( Stroke volume )
- Penurunan Cardiac Output ( CO )
- Penurunan TD
- Penurunan CVP
- Baro trauma
- Pneumothorak

7. Trigger Sensitivity ( Picuan )


Pada setting mode bantuan sebagian kerja ventilator tergantung dari terlebih dahulu
mesin terpicu / terdeteksi adanya usaha napas pasien oleh mesin. Disinilah peran Trigger
Sensitivity sebagai pemicu kerja mesin ventilator.
Semakin tinggi nilai Trigger Sensitivity yang disetting mesin akan semakin sensitiv dan
mudah mendeteksi usaha napas pasien, sehingga bila sedikit saja adanya usaha napas dari
pasien maka dg cepat mesin akan memberikan bantuanya. Sebaliknya jika Trigger
Sensitivity disetting dg nilai rendah.
Setting nilai : mulai dari - 5 s/d - 20 Cm H2O
8. Flow Rate
Banyaknya udara inspirasi yang diberikan dalam 1 menit.
Flow rate = ( TV x 60 ) : T Inspirasi
Ex.
TV = 600 ml

RR = 10 x/mnt ( berarti siklus inpirasinya : 6 dtk )

I: E = 1 : 2 berarti jika T insp = 2 dt, maka T exp = 4 dtk

Flow rate = ( TV x 60 ) : T Inspirasi

= (600 x 60 ) : 2

= 36000 : 2
= 1800 ml ( 18 L/mnt )

9. FiO2 ( Fraksi Inspirasi Oksigen )

Konsentrasi oksigen ( % ) yang diberikan / besarnya kandungan oksigen yang diberikan


Setting nilai : mulai dari 21 - 100 %

Mode Ventilator

Bantuan Total

Aspek ketergantungan

Bantuan Sebagian

Mode Ventilator Target volume

Target yg dicapai Target tekanan

Target volume & tekanan


1. Volume Control ( VC )
Mode bantuan total dengan target volume yang digunakan jika pasien tidak sanggup lagi
memenuhi kebutuhan TV dengan usaha napas sendiri.Mesin mengambil alih seluruh
pertukaran gas / udara ke paru ( fungsi ventilasi paru ).
Sasaran mesin adalah memenuhi kebutuhan TV / MV melalui pemberian volume.
Setting :
- TV / MV
- RR
- PIP
- PEEP
- I:E
- Trigger Sensitivity
- FiO2

2. Press Control ( PC )
Mode bantuan total dengan target tekanan yang digunakan jika pasien tidak sanggup lagi
memenuhi kebutuhan TV dengan usaha napas sendiri. Mesin mengambil alih seluruh
pertukaran gas / udara ke paru ( fungsi ventilasi paru ).
Identik dengan VC hanya pada PC sasaran mesin adalah memenuhi kebutuhan TV / MV
melalui pemberian tekanan.
Setting :
- IPL - I:E
- RR - Trigger Sensitivity
- PIP - FiO2

- PEEP
3. SIMV ( SYNCHRONIZED INTERMITTEN MANDATORY VENTILATION )
Mode bantuan sebagian melalui pemberian volume ( sperti VC ) dg cara mengikuti irama
napas pasien . Pasien sudah mampu bernapas spontan ( mampu memenuhi kebutuhan TV
dengan usaha napas sendiri ) hanya belum adekuat.
SIMV memberikan bantuan ketika usaha napas spontan memicu mesin ventilator, tetapi
jika usaha napas tidak sanggup memicu mesin, ventilator akan tetap memberikan bantuan
sesuai dg jumlah frek napas ( RR ) yg sudah diatur.
Setting :
- TV / MV - PIP - Trigger Sensitivity
- RR - PEEP - FiO2
4. PS ( Press Suport )
Mode bantuan sebagian dengan target tekanan ( melalui pemberian tekanan ).
Pasien sudah mampu bernapas spontan ( mampu memenuhi kebutuhan TV dengan usaha
napas sendiri ) tetapi belum adekuat.
Mode bantuan PS identik dengan mode bantuan PC, PS memberikan bantuan ketika
usaha napas spontan memicu mesin ventilator sedangkan pada PC tidak.
Pada mode ini RR tidak perlu di setting karena frek napas ditentukan sendiri oleh pasien.
Setting :
- IPL
- PIP
- PEEP
- Trigger Sensitivity
- FiO2

5. SIMV + PS
Mode bantuan gabungan antara SIMV dan mode PS.
Pasien sudah mampu bernapas spontan ( mampu memenuhi kebutuhan TV dengan usaha
napas sendiri ) tetapi belum adekuat.
SIMV memberikan bantuan mengikuti irama napas pasien, aedangkan PS memberikan
bantuan ketika usaha napas spontan memicu mesin.
Setting :
- TV / MV - PIP - FiO2

- RR - PEEP
- IPL - Trigger Sensitivity

6. CPAP
Mode bantuan sebagian melalui pemberian PEEP.
Pasien sudah mampu bernapas spontan ( mampu memenuhi kebutuhan TV dengan usaha
napas sendiri dan komplain paru yg adekuat ).
Setting :
- PEEP
- FiO2
1. CONTROL VENTILATION / VOLUME CONTROL ( V C )
TV ( tidal vol ) : 6 - 8 ml / Kg BB
MV ( Minute Vol ) : TV x RR
RR : Mulai 12 x/mnt , sesuaikan kebutuhan
Ratio I : E : 1 : 2 atau disesuaikan dg kondisi
Trigger Sensitivity : - 2 CmH2O ( sensitive )

Peak Inspiratory Pressure : 30 - 35 cmH2O


( PIP )
PEEP : 5 – 20 CmH2O, normal 5 CmH2O

Upper MV : 25% di atas MV yang telah ditentukan


Lower MV : 25% di bawah MV yang telah ditentukan
FiO2 : 1jam pertama 100 %, selanjutnya dise
suaikan dg kebutuhan
3. PRESSURE CONTROL ( P C )
Inspiratory Pressure Level ( IPL ) : 5 - 30 CmH2O, normal 5 CmH2O

RR : Mulai 12 x/mnt , sesuaikan kebutuhan


Ratio I : E : 1 : 2 atau disesuaikan dg kondisi
Trigger Sensitivity : - 2 CmH2O ( sensitive )

Peak Inspiratory Pressure ( PIP ) : 30 - 35 cmH2O

PEEP : 5 – 20 CmH2O, normal 5 CmH2O

Upper MV : 25% di atas MV yang telah ditentukan


Lower MV : 25% di bawah MV yang telah ditentukan
FiO2 : 1jam pertama 100 %,selanjutnya disesuaikan
dg kebutuhan

4. PRESSURE SUPORT ( PS )
Inspiratory Pressure Level ( IPL ) : 5 - 30 CmH2O, normal 5 CmH2O

RR : menyesuaikan / mengikuti RR pasien


Ratio I : E : 1 : 2 atau disesuaikan dg kondisi
Trigger Sensitivity : - 2 CmH2O ( sensitive )

Peak Inspiratory Pressure ( PIP ) : 30 - 35 cmH2O

PEEP : 5 – 20 CmH2O, normal 5 CmH2O

Upper MV : 25% di atas MV yang telah ditentukan


Lower MV : 25% di bawah MV yang telah ditentukan
FiO2 : 1jam pertama 100 % ,selanjutnya disesuaikan dg
kebutuhan
5. SIMV
TV ( tidal vol ) : 6 - 8 ml / Kg BB
MV ( Minute Vol ) : TV x RR
RR : sesuaikan kebutuhan sbg tambahan
Ratio I : E : 1 : 2 atau disesuaikan dg kondisi
Trigger Sensitivity : - 2 CmH2O ( sensitive )

Peak Inspiratory Pressure ( PIP ) : 30 - 35 cmH2O

PEEP : 5 – 20 CmH2O, normal 5 CmH2O

Upper MV : 25% di atas MV yang telah ditentukan


Lower MV : 25% di bawah MV yg telah ditentukan
FiO2 : 1jam pertama 100 % ,selanjutnya disesuaikan
dg kebutuhan
6. SIMV + PS
TV ( tidal vol ) : 6 - 8 ml / Kg BB
MV ( Minute Vol ) : TV x RR
RR : Sesuaikan kebutuhan sbg tambahan
Ratio I : E : 1 : 2 atau disesuaikan dg kondisi
Trigger Sensitivity : - 2 CmH2O ( sensitive )

Peak Inspiratory Pressure ( PIP ) : 30 - 35 cmH2O

PEEP : 5 – 20 CmH2O, normal 5 CmH2O

Upper MV : 25% di atas MV yang telah ditentukan


Lower MV : 25% di bawah MV yang telah ditentukan
FiO2 : 1jam pertama 100 % ,selanjutnya disesuaikan
dg kebutuhan
Inspiratory Pressure Level ( IPL ) : 5 - 30 CmH2O, normal 5 CmH2O

7. CPAP
PEEP : 5 – 20 CmH2O, normal 5 CmH2O

FiO2 : 1jam pertama 100 % ,selanjutnya disesuaikan


dg kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai