KECACINGAN
KECACINGAN
TINJAUAN PUSTAKA
kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing kelas nematode usus khususnya
sedang berkembang khususnya pada daerah yang tropik adalah penyakit infeksi
kecacingan khususnya cacing yang ditularkan melalui tanah. Cacing umumnya tidak
memberikan gangguan kesehatan. Tetapi dalam keadaan infestasi berat atau keadaan
yang luar biasa, kecacingan cenderung memberikan analisa keliru kearah penyakit
14
lain dan tidak jarang dapat berakibat fatal.
saluran cerna yang berfungsi penuh, biasanya berbentuk silindris serta panjangnya
14
bervariasi dari beberapa milimeter hingga lebih dari satu meter.
terpisah, yang jantan biasanya lebih kecil daripada yang betina. Nematoda dapat
14
stercoralis.
Nematoda usus biasanya matang dalam usus halus, dimana sebagian besar
cacing dewasa melekat dengan kait oral atau lempeng pemotong. Cacing ini
15
alergi. Penyebaran invasif larva cacing menyebabkan infeksi bakteri sekunder.
Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides atau yang
lebih dikenal dengan nama cacing gelang dan yang penularannya dengan perantara
tanah (Soil Transmitted Helmints). Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini
16
disebut Askariasis.
1. Morfologi
Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm. Stadium
dewasa hidup dirongga usus halus. Seekor cacing betina dapat bertelur sebayak
100.000-200.000 butir perhari, dimana terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak
14
dibuahi.
Telur yang dibuahi bentuknya oval melebar, mempunyai lapisan yang tebal dan
mencapai 75 µm dan lebarnya 50 µm. Telur yang belum dibuahi umumnya lebih oval
18
benjol dapat terlihat jelas dan kadang-kadang tidak dapat dilihat.
Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang
0
mempunyai kelembaban tinggi dan pada suhu 25-30 C. Pada kondisi ini telur tumbuh
19
menjadi bentuk yang infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu.
2. Daur Hidup
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 (tiga) minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan oleh
manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju
pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan kejantung, kemudian mengikuti
aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding
14
bronkiolus dan bronkus.
Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada
faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam
esophagus, lalu menuju usus halus. Di usus halus berubah manjadi cacing dewasa.
Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang
14
lebih 2 (dua) bulan.
Gejala yang timbul pada penderita Ascariasis dapat disebabkan oleh cacing
dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi saat berada di paru. Pada
orang yang rentan terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan
pada paru yang disertai dengan batuk, demam, eosinofilia. Pada foto toraks tampak
infiltrat. Pada kasus ini sering terjadi kekeliruan diagnosis karena mirip dengan
gambaran TBC, namun infiltrat ini menghilang dalam waktu 3 (tiga) minggu, setelah
diberikan obat cacing pada penderita. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. Gangguan
14
berkurang, diare atau konstipasi.
bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa dalam usus manusia mampu
tersebut dapat di perkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh infestasi cacing
dalam jumlah yang cukup banyak sehingga dapat menimbulkan keadaan kurang
16
gizi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga
memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing ini
Infeksi cacing cambuk (Trichuris trichiura) lebih sering terjadi di daerah panas,
lembab dan sering terjadi bersama –sama dengan infeksi Ascaris. Jumlah cacing dapat
18
dengan adanya cacing ini.
1. Morfologi
cm. Bagian enterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang
seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina bentuknya
membulat tumpul, sedangkan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum.
Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum (caecum) dengan satu spikulum
dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk kedalam mukosa usus. Seekor
14
10.000 butir.
semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar
14
berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
17
Gambar 2.5. Telur Cacing Trichuris trichiura
2. Daur Hidup
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut
manjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada
tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva
dan merupakan bentuk yang infektif. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan
hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui telur dan masuk ke dalam usus
halus. Sesudah manjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke
Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina
14
menetaskan telur kira-kira 30-90 hari.
17
Gambar 2.6. Daur hidup Trichuris trichiura
Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi
dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak,
cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa
rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.
Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang
menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat
14
darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
cacingnya banyak biasanya timbul diarrhea dengan feses yang berlendir, nyeri perut,
20
dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun.
1. Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran panjang 7-11 mm x lebar 0,4-0,5 mm. Cacing
dewasa Ancylostoma cenderung lebih besar dari pada Necator. Cacing dewasa jarang
terlihat, karena melekat erat pada mukosa usus dengan bagian mulutnya yang
berkembang dengan baik (gigi pada Ancylostoma dan lempeng pemotong pada
14
Necator).
17
Gambar 2.7. Cacing Ancylostoma duodenale Dewasa
17
Gambar 2.8. Cacing Necator americanus Dewasa
Bentuknya lonjong dengan ujung bulat melebar dan berukuran kira-kira, panjang 60
µm dan lebar 40 µm. Ciri khasnya yaitu adanya ruang yang jernih diantara
14
embrio dengan kulit telur yang tipis.
Figure 4.
17
Gambar 2.9. Telur Cacing Tambang
2. Daur Hidup
Telur dapat tetap hidup dan larva akan berkembang secara maksimum pada
keadaan lembab, teduh dan tanah yang hangat, telur akan menetas 1-2 hari kemudian.
Dalam 5-8 hari akan tumbuh larva infektif filariform dan dapat tetap hidup dalam
14
tanah untuk beberapa minggu.
Infeksi pada manusia didapat melalui penetrasi larva filariform yang terdapat di
tanah ke dalam kulit. Setelah masuk ke dalam kulit, pertama-tama larva di bawa aliran
darah vena ke jantung bagian kanan dan kemudian ke paru-paru. Larva menembus
alveoli, bermigrasi melalui bronki ke trakea dan faring, kemudian tertelan sampai ke
usus kecil dan hidup di sana. Mereka melekat di mukosa, mempergunakan struktur
mulut sementara, sebelum struktur mulut permanen yang khas terbentuk. Bentuk betina
14
dewasa dalam usus tanpa melalui siklus paru-paru.
17
Gambar 2.10. Daur Hidup Cacing Tambang
jumlah larva. Dapat timbul rasa gatal yang minimal sampai berat dengan kemungkinan
infeksi sekunder apabila lesi menjadi vesicular dan terbuka karena garukan.
Berkembangnya vesikel dari ruam papula eritematosa disebut sebagai ”ground itch”.
Pneumonitis yang disebabkan karena migrasi larva tergantung dari pada jumlah larva
yang ada. Gejala-gejala infeksi pada fase usus disebabkan oleh nekrosis jaringan usus
yang berada dalam mulut cacing dewasa dan kehilangan darah langsung dihisap oleh
14
cacing.
muntah, sakit perut, diare dengan tinja hitam atau merah (tergantung jumlah darah
yang keluar), lesu dan pucat. Seperti pada infeksi parasit lainnya, jumlah cacing yang
banyak pada anak-anak dapat menimbulkan gejala sisa serius dan kematian. Selama
fase usus akut dapat dijumpai peningkatan eosinofilia perifer. Pada infeksi kronik,
gejala utamanya adalah anemia defisiensi besi dengan tanda pucat, edema muka dan
kaki, lesu dan kadar hemoglobin ≤ 5g/dL . Dapat dijumpai kardiomegali, serta
14
retardasi mental dan fisik.
Manusia merupakan hospes utama cacing ini. Cacing ini dapat menyebabkan
14
subtropik sedangkan di daerah yang beriklim dingin jarang ditemukan.
1. Morfologi
Cacing betina yang hidup sebagai parasit di vilus duodenalum dan yeyunum.
Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2
14
mm.
2. Daur Hidup
1. Siklus langsung
225 x 16 mikron berubah menjadi larva filariform dengan bentuk langsing dan
merupakan bentuk yang infektif, panjangnya kira-kira 700 mikron. Bila larva
darah vena dan kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru
parasit yang mulai menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan
laring. Setelah sampai di laring terjadi refleks batuk sehingga perasit tertelan
kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina
Pada siklus tidak langsung, larva rhabditiform di tanah berubah menjadi cacing
jantan dan cacing betina bentuk bebas. Bentuk-bentuk bebas ini lebih gemuk
dari bentuk parasitik. Cacing yang betina berukuran 1mm x 0,06 mm, yang
menetas menjadi larva rhabditiform dan selama beberapa hari menjadi larva
filariform yang infektif dan masuk dalam hospes baru atau larva rhabditiform
dapat mengulangi fase hidup bebas. Siklus tidak langsung ini terjadi bilamana
3. Autoinfeksi
sekitar anus, misalnya pada pasien yang menderita obstipasi lama sehingga
rhabditiform akan menjadi filariform pada tinja yang masih melekat di sekitar
penderita.
Bila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit akan timbul kelainan
kulit yang dinamakan creeping eruption yang sering disertai dengan rasa gatal yang
hebat. Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda. Infeksi ringan
pada umumnya terjadi tanpa diketahui hospesnya karena tidak menimbulkan gejala.
epigastrium tengah dan tidak menjalar. Gejala lain adalah ada terasa mual dan muntah,
diare dan konstipas yang saling bergantian. Pada Strongiloidiasis juga terjadi
14
autoinfeksi dan hiperinfeksi .
jangka panjang, apabila pada saat-saat tertentu keseimbangan dan imunitas penderita
menurun, maka infeksinya semakin meluas dengan peningkatan produksi larva dan
larva dapat ditemukan pada setiap jaringan tubuh, sehingga terjadi kerusakan pada
18
otak dan kegagalan pernafasan.
a. Menurut Orang
Penyakit kecacingan dapat terjadi pada semua golongan umur dan jenis
21
cacing yang ditularkan melalui tanah pada anak sekolah dasar adalah 60%-80%.
Menurut penelitian Herdiana di Deli Serdang tahun 2006 dengan desain Cross
sectional diperoleh proporsi higiene perorangan baik dengan infeksi kecacingan positif
sebesar 23,7 % dan yang higiene perorangan buruk dengan infeksi kecacingan
22
positif 47,8 %.
fluktuasi yaitu pada tahun 2002, prevalensi infeksi kecacingan adalah 33,3 % menurun
menjadi 33,0% pada tahun 2003, tahun 2004 meningkat menjadi 46,8%, kemudian
menurun lagi pada tahun 2005 yaitu 28,4%, dan pada tahun 2006
12
meningkat lagi menjadi 32,6%.
b. Menurut Tempat
lebih banyak ditemukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah
tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih
banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5-10 tahun sebagai host (penjamu) yang
17
juga menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi.
sedangkan prevalensi dengan higiene perorangan yang tidak baik seperti buang air
besar sembarangan, tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah
23
buang air besar, tidak memakai alas kaki ketika berada di luar rumah adalah 92%.
dengan tinja yang mengandung telur. Telur berkembang biak pada tanah liat,
19
lembab dan teduh.
tanah yang gembur dan berhumus sangat menguntungkan bagi cacing tambang dan
14
Srongyloides stercoralis.
c. Menurut Waktu
meningkat pada permulaan musim hujan, karena curah hujan yang tinggi
24
sebagai tempat telur cacing untuk berkembang biak.
2.2.2. Determinan
21
perorangan.
a. Faktor Lingkungan
25
tidaknya sumber air bersih dan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
pengertian ini termasuk pula upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat
26
sampai menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.
pada masa perkembangan, dengan higiene perorangan yang buruk pada masa tersebut
perorangan yang belum memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
26
tingginya prevalensi kecacingan.
cerminan kesehatan yang paling pertama memberikan kesan. Oleh karena itu perlu
memelihara kulit dengan sebaik – baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat
terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup
27
sehari – hari.
harus selalu memperhatikan hal – hal sebagai berikut, seperti : menggunakan barang –
barang keperluan sehari – hari milik sendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari – hari. Selain
indah dipandang mata, tangan, kaki dan kuku yang bersih juga dapat menghindarkan
27
kita dari berbagai penyakit.
apabila melakukan higiene perorangan harus diikuti atau didukung oleh sanitasi
lingkungan yang baik. Kaitan keduanya dapat dilihat dalam kondisi misalnya saat
mencuci tangan sebelum makan dibutuhkan air bersih, yang tentu harus berasal dari
a. Diagnosis
tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis.Selain itu,
diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri melalui mulut atau hidung
karena muntah, maupun melalui tinja. Pada migrasi larva, diagnosis dapat dibuat
14
dengan menemukan larva dalam sputum atau bilas lambung.
piperasi, pirantel pamoat, mebendazol atau albendazol. Meskipun obat-obat ini efektif
membasmi cacing dewasa, belum terdapat bukti yang meyakinkan bahwa obat-obat ini
efektif terhadap fase migrasi larva. Infestasi cacing pada bagian tubuh lainnya,
14
mungkin perlu dilakukan tindakan operasi.
28
2.4. Pencegahan Infeksi Kecacingan
oleh petugas kesehatan tentang kecacingan dan sanitasi lingkungan atau menggalakkan
atau Rumah Sakit dan memakan obat cacing tiap 6 bulan sekali
operasi.
19
2.5.1. Dampak terhadap Gizi
dan berbagai gejala penyakit perut seperti kembung dan diare. Cacing gelang (Ascaris
dan cacing cambuk (Trichuris trichiura) dapat menyebabkan anemia berat yang
yang menderita kecacingan, nafsu makannya menurun sehingga makanan yang masuk
akan berkurang dan jumlah cacing yang banyak dalam usus akan mengganggu
kemudian berakibat terhadap penurunan daya tubuh terhadap infeksi, juga berperan
sebagai faktor yang lebih memperburuk daya tahan tubuh terhadap berbagai macam
infeksi.
14
2.5.2. Dampak terhadap Intelektual dan Produktivitas
Secara umum berpengaruh pada tingkat kecerdasan, mental, dan prestasi anak
sekolah. Hasil penelitian Bundy dkk, 1992 menunjukkan bahwa anak-anak Sekolah
kemampuan berfikir. Hasil studi di Kenya oleh Stephenson tahun 1993 menunjukkan
kecerdasan di lingkungan anak sekolah Che Ghani tahun 1994. penyakit ini tidak
lemah karena kehilangan darah yang menahun sehingga menurunkan prestasi kerja.
14
2.5.3. Dampak terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia
Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat
fisik dan kecerdasan anak serta produktifitas kerja. Sampai saat ini penyakit
daerah pedesaan dan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi