Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perilaku merokok masih merupakan masalah kesehatan dunia karena dapat
menyebabkan berbagai penyakit dan kematian (Lizam, 2009). Merokok
menimbulkan beban kesehatan, sosial, ekonomi dan lingkungan tidak hanya
untuk perokok tetapi juga orang lain. Persentase penduduk dunia yang
menkonsumsi tembakau sebanyak 57% penduduk Asia dan Australia, 14%
pada penduduk Eropa Timur dan Pecahan Uni Soviet, 12% penduduk
Amerika, 9% penduduk Eropa Barat dan 8% pada penduduk Timur Tengah
serta Afrika. Sementara itu ASEAN merupakan sebuah kawasan dengan 10%
dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab kematian global akibat
tembakau (WHO, 2015). Saat ini, 50% kematian akibat rokok berada di
negara berkembang. Apabila kecenderungan ini berlanjut, maka sekitar 650
juta orang akan terbunuh oleh rokok, yang setengahnya berusia produktif dan
akan kehilangan umur hidup (lost life) sebesar 20-25 tahun (Kemenkes, 2013).
Menurut Survei Kesehatan Nasional tahun 2011 oleh Badan Pusat Statistik
tentang distribusi pengeluaran di rumah tangga termiskin diperoleh data
bahwa pengeluaran untuk rokok lebih tinggi daripada pengeluaran penting
lainnya seperti pendidikan, kesehatan, telur, susu dan daging. Pengeluaran
untuk rokok 5 kali lebih tinggi dari telur dan susu, 6,5 kali lebih tinggi dari
biaya pendidikan, 6,5 kali lebih tinggi dari biaya kesehatan dan 9 kali lebih
tinggi dari pengeluaran untuk daging (Kemenkes, 2013). Prevalensi merokok
di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat dan kecenderungan
untuk merokok meningkat setiap tahunnya baik laki-laki maupun perempuan.
Prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65,8%) dan
dibandingkan perempuan (4,2%). Konsumen rokok pada umumnya mulai
merokok sejak usia muda (< 19 tahun) dan tidak mengetahui bahaya merokok.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengeluarkan program Keluarga
Sehat (KS) yang mengutamakan tindakan promotif dan preventif. Berkaitan

1
dengan tindakan promotif dan preventif, program ini dijalankan oleh Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama yaitu salah satunya Puskesmas. Program ini
mempunyai 12 indikator yang salah satunya mengenai perilaku merokok.
Berdasarkan data Rekapitulasi Cakupan Indikator Keluarga Sehat Kecamatan
Jatilawang diketahui bahwa desa Karanganyar merupakan desa dengan
presentase perokok terbanyak yaitu 70,10%. Demi menyukseskan program
tersebut, kunjungan langsung kepada konsumen rokok diperlukan agar para
tenaga kesehatan mengetahui kondisi riil dari perilaku merokok masyarakat
sehingga intervensi selanjutnya lebih optimal.

1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui perilaku merokok masyarakat secara holistik dengan
penerapan kedokteran keluarga dalam mengatasi permasalahan perilaku
merokok.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi perilaku merokok individu dan keluarga.
b. Mengidentifikasi peran lingkungan keluarga, pekerjaan, rumah,
sosial dan budaya terhadap masalah kesehatan individu atau
keluarga.
c. Mampu melakukan pendekatan keluarga dalam menangani
permasalahan perilaku merokok.
d. Mampu menyusun rencana intervensi pada pasien.
e. Mengerti pentingnya komunikasi pada pasien dan keluarga.

1.3.Manfaat
1.3.1. Manfaat untuk mahasiswa
a. Meningkatkan pengalaman dalam kedokteran klinis yang diperoleh
dari puskesmas

2
b. Menerapkan ilmu kesehatan keluarga yang didapatkan perkuliahan
kedalam masyarakat.
c. Mengerti apa tugas dan peran menjadi dokter keluarga dalam
menangani masalah kesehatan keluarga.

1.3.2. Manfaat untuk puskesmas


a. Sebagai sarana evaluasi kinerja tenaga kesehatan di puskesmas
untuk meningkatkan tindakan promotif dan preventif.
b. Sebagai sarana evaluasi program promotif dan preventif untuk
menurunkan perilaku merokok
c. Puskesmas mengetahui kendala yang dialami masyarakat dalam hal
berhenti merokok

1.3.3. Manfaat untuk masyarakat


a. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai bahaya merokok
b. Masyarakat lebih menyadari pentingnya berhenti merokok

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Rokok


Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan (Heryani, 2014).

2.2. Kandungan Rokok


Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah sebagai
berikut:
1. Nikotin
Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar
lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan
kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah
meningkat (Tawbariah et al., 2014).
2. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada
paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun, 2012).
3. Karbon monoksida (CO)
Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan
kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa oleh
sel-sel darah merah. CO juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah
dan meninggikan endapan lemak pada dinding pembuluh darah,
menyebabkan pembuluh darah tersumbat.

2.3. Dampak rokok bagi kesehatan


Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011)
merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok
menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan,seperti :

4
1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok
mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume in second (FEV1),
dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko menderita PPOK (Saleh,
2011).
2. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan
penurunan fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko
terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi dibanding
pada bukan perokok (Andina, 2012).
3. Pegaruh Rokok Terhadap Mata
Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang terjadi di
bagian tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui,
banyak logam dan bahan kimia lainnya yang terdapat dalam asap rokok
dapat merusak protein lensa (Muhibah, 2011).
4. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun
wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan
mengalami penuruan berat badan, lahir prematur, bahkan kematian janin
(Anggraini, 2013).

2.4. Perilaku merokok


Perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa
membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terisap
oleh orang-orang disekitarnya (Leavy dalam Nasution, 2007). Sedangkan
menurut Aritonang (dalam Sulistyo, 2009) merokok adalah perilaku yang
komplek, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, kondisi
psikologis, dan keadaan fisiologis.
Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang
berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas
merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

5
(Komalasari & Helmi, 2000:4). Pendapat lain menyatakan merokok adalah
menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar (Amstrong dalam Nasution, 2007).
Perilaku merokok adalah suatu aktivitas atau tindakan menghisap
gulungan tembakau yang tergulung kertas yang telah dibakar dan
menghembuskannya keluar sehingga dapat menimbulkan asap yang dapat
terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat menimbulkan dampak buruk
baik bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya (Nasution,
2007:10).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar yang dapat menimbulkan asap
yang dapat terisap oleh orang lain dan merupakan pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang berkaitan dengan rokok dan merokok.

2.5. Aspek-aspek perilaku merokok


Aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang (dalam Nasution,
2007), yaitu:
a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
Fungsi merokok dapat menggambarkan perasaan yang dialami oleh
perokok, seperti perasaan positif ataupun negatif selain itu merokok juga
berkaitan dengan masa mencari jati diri pada remaja. Perasaan positif
seperti mengalami perasaan yang tenang dan nyaman ketika
mengkonsumsi rokok.
b. Intensitas merokok Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan
banyaknya rokok yang dihisap, yaitu :
1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam
sehari.
2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari

6
c. Tempat merokok
Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua, yaitu :
1) Merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik
a) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol
mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya perokok masih
menghargai orang lain, karena itu perokok menempatkan diri di
smoking area.
b) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain
yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo dan orang sakit.
2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a) Kantor atau di kamar tidur pribadi.
Perokok memilih tempattempat seperti ini sebagai tempat merokok
digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri,
penuh rasa gelisah yang mencekam.
b) Toilet.
Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
d. Waktu merokok
Menurut Presty (dalam Smet, 1994) remaja yang merokok
dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika
sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi
orang tua.
Berdasarkan aspek-aspek perilaku merokok di atas dapat
disimpulkan bahwa aspek-aspek perilaku merokok ada empat yaitu fungsi
merokok, intensitas merokok, waktu merokok dan tempat merokok.

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok


Perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya
perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga
disebabkan oleh faktor lingkungan, Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000).

7
Faktor yang mempengaruhi seseorang merokok terbagi dua, yaitu faktor
dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal) menurut Mu’tadin dan
Hansen (dalam Nasution, 2007).
a. Faktor Dari Dalam (Internal)
1) Faktor Kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
2) Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok
merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada
ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992)
yang mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.
3) Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi,
menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul
rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan
berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan
orang lain, perilaku merokok sulit dihindari.
4) Konformitas teman sebaya
Kebutuhan untuk diterima kelompok teman sebaya seringkali
membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh
kelompoknya. Semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi
perilaku merokok (Octarina dan Rachmawati, 2008).
5) Faktor Usia
Orang yang merokok pada usia remaja semakin bertambah dan
pada usia dewasa juga semakin banyak (Smet, 1994).
6) Faktor Jenis Kelamin
Pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu
berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.

8
b. Faktor Dari Luar (Eksternal)
1) Pengaruh Orangtua
Menurut Baer dan Corado (dalam Nasution, 2007) individu
perokok adalah individu yang berasal dari keluarga tidak bahagia,
orang tua tidak memperhatikan anak-anaknya dibandingkan
dengan individu yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada individu
yang tinggal dengan orang tua tunggal (Single Parent). Individu
wanita yang berperilaku merokok apabila ibunya merokok
dibandingkan ayahnya yang merokok.
2) Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak individu merokok
maka semakin banyak teman-teman individu itu yang merokok,
begitu pula sebaliknya (Nasution, 2007).
3) Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour
membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
yang ada di iklan tersebut (Nasution, 2007).
4) Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan
perhatian individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok
dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. Kebiasaan budaya,
kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan akan
mempengaruhi perilaku merokok pada individu. Dalam bidang
politik, Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-
langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang
tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye- kampanye
promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok
menjadi masalah yang bertambah besar bagi negara-negara
berkembang termasuk Indonesia (Smet, 1994).

9
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok ada dua, yaitu faktor dari
dalam diri individu seperti kepribadian, biologis, psikologis, usia dan jenis
kelamin sedangkan faktor dari luar individu meliputi pengaruh orang tua,
teman, iklan, dan lingkungan sosial.

2.7. Tahapan berhenti merokok


Tahapan berhenti merokok sebagai berikut :
a. Tahapan berhenti merokok
1) Tahap pertama (memutuskan untuk berhenti) Orang yang telah berhenti
merokok mengatakan pentingnya kejelasan alasan-alasan seperti
merokok membunuh (satu dari dua orang perokok seumur hidup akan
mati karena kebiasaannya), rokok penuh racun (kandungan dalam
rokok), merokok menimbulkan berbagai macam penyakit (empisema,
penyakit paruparu, penyakit jantung, dll). Alasan lain untuk berhenti
merokok adalah:
a) Kepercayaan diri; berhenti dari merokok merupakan suatu
tantangan. Sekali perokok telah berhenti, perokok akan bertambah
yakin bahwa perokok tersebut akan berhasil mengatasi pekerjaan
yang sulit dan mengendalikan kehidupannya. Berhenti merokok
membantu rasa percaya diri.
b) Kebugaran; merokok membuat orang malas berolahraga dan
mengurangi manfaat olahraga bagi tubuh. Perokok lebih banyak
mengeluhkan batuk pilek dan memerlukan waktu yang lebih lama
untuk membaik.
c) Penampilan; kulit yang kekurangan oksigen akan menjadi kering
dan pucat. Kerut disekitar mata dan mulut akan terbentuk lebih
dini, dan tar akan membuat gigi berwarna gelap.

10
2) Tahap kedua (Bersiap untuk berhenti)
Perokok yang merencanakan proses berhentinya akan lebih berhasil
daripada perokok yang tidak merencanakannya terlebih dahulu. Ada
empat tahap untuk bersiap yaitu:
a) Pahami ketagihan nikotin
b) Ketahui apa penyebab utama merokok
c) Rencanakan cara mengatasinya
d) Tetapkan waktu untuk berhenti
3) Tahap ketiga (Berhenti)
Perokok biasanya akan membayangkan akan kesulitannya dalam
berhenti merokok. Cara berhenti merokok yang baik adalah dengan
memilih pendekatan yang akan berhasil untuk perokok tersebut.
Berhenti total, artinya adalah berhenti seketika dan langsung menjadi
bukan perokok lagi, tanpa memakai tahap mengurangi jumlah rokok
atau frekuensi merokok. Cara ini merupakan cara yang paling berhasil
untuk sebagian besar perokok. Berhenti bertahap, dengan cara
mengurangi jumlah rokok. Jika perokok memilih berhenti secara
bertahap maka perokok tersebut harus menentukan waktu dimana
perokok tersebut telah benar-benar berhenti merokok. (Priyoto, 2015)

11
BAB III
ILUSTRASI KASUS

1. Identitas Responden
a. Responden 1
Nama : Bp. Tn
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Status Perkawinan : Menikah (dua anak)
Agama : Islam
Alamat : Desa Karanganyar, Kecamatan Jatilawang,
Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa
Tengah.
Suku : Jawa
Tanggal Pelaksanaan : 17 Januari 2018
b. Responden 2
Nama : Bp. Tm
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang, Petani
Status Perkawinan : Menikah (empat anak)
Agama : Islam
Alamat : Desa Karanganyar, Kecamatan Jatilawang,
Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa
Tengah
Suku : Jawa
Tanggal Pelaksanaan : 17 Januari 2018
2. Anamnesis
a. Responden 1 mulai merokok sejak usia 17 tahun. Responden mulai
merokok karena alasan mengikuti teman. Dalam keluarga

12
responden yang merokok hanya responden saja sebagai kepala
keluarga. Sebelumnya responden pernah berhenti merokok selama
5 tahun kemudian mulai merokok lagi karena mengikuti teman.
Responden tidak pernah merokok di dalam rumah. Responden
hanya merokok ketika sedang di luar rumah dan ketika ada
perkumpulan dengan warga sekitar. Responden tidak ada masalah
di keluarga, keluarga juga tidak mempermasalahkan responden
karena merokok. Hubungan responden dengan tetangga juga baik.
Responden mempunyai keinginan untuk berhenti merokok.
Responden merasakan perbedaan ketika merokok dan tidak
merokok, responden merasa lebih produktif dan merasa lebih sehat
ketika tidak merokok. Berdasarkan kuisioner tingkat
ketergantungan nikotin didapatkan hasil:
Indikator Keterangan Nilai Hasil
Berapa lama setelah 5 menit 3 0
bangun tidur anda 6-30 menit 2
merokok? 30-60 menit 1
>60 menit 0
Apakah anda sulit Iya 1 0
menahan diri untuk Tidak 0
merokok?
Waktu merokok apa Makan 1 0
yang sulit anda Bukan makan 0
tinggalkan
Berapa jumlah batang >31 3 0
yang anda komsumsi? 21-30 2
11-21 1
<10 0
Apakah anda lebih Ya 1 0
banyak merokok ketika Tidak 0
bangun tidur daripada
waktu lain?
Apakah anda tetap Ya 1 0
merokok ketika anda Tidak 0
sakit?
Total 0 (rendah)

Keterangan:
0-5 : Ketergantungan rendah
6-10 : Ketergantungan sedang
11-15 : Ketergantungan berat

13
b. Responden 2 mulai merokok sejak usia 15 tahun. Keluarga
responden juga merokok yaitu ayah dan kakak. Responden
merokok karena mengikuti teman yang merokok dan adanya
keinginan untuk mencoba merokok. Responden merasa pusing dan
lidah terasa masam jika tidak merokok. Responden merokok baik
di luar maupun di dalam rumah. Responden lebih banyak merokok
ketika responden tidak memiliki banyak kegiatan. Keluarga tidak
memiliki masalah karena pasien merokok atau terkesan kurang
peduli. Tetangga responden juga tidak bermasalah dengan
responden merokok karena menurut responden tetangganya juga
merokok. Responden tidak memiliki keinginan untuk berhenti
merokok karena merasa masih memiliki dana untuk membeli rokok
dan merasa masih sehat. Responden tidak ingin berhenti merokok
walaupun responden merasa lebih produktif dan merasa badannya
lebih bugar ketika tidak merokok. Berdasarkan tingkat
ketergantungan nikotin didapatkan hasil:
Indikator Keterangan Nilai Hasil
Berapa lama setelah 5 menit 3 2
bangun tidur anda 6-30 menit 2
merokok? 30-60 menit 1
>60 menit 0
Apakah anda sulit Ya 1 1
menahan diri untuk Tidak 0
merokok?
Waktu merokok apa Makan 1 1
yang sulit anda Bukan makan 0
tinggalkan
Berapa jumlah >31 3 3
batang yang anda 21-30 2
komsumsi? 11-21 1
<10 0
Apakah anda lebih Ya 1 1
banyak merokok Tidak 0
ketika bangun tidur
daripada waktu lain?
Apakah anda tetap Ya 1 1
merokok ketika Tidak 0
anda sakit?
Total 9 (sedang)

14
3. Identifikasi Fungsi Keluarga
a. Responden 1
1) Fungsi biologi
Keluarga ini terdiri dari suami, istri dan dua anak. Bapak Tn
sebagai kepala keluarga dan tulang pungggung keluarga.
2) Fungsi psikologis
Hubungan antara Bapak Tn dan istri sangat baik, dalam keluarga
selalu saling memperhatikan. Ibu juga sangat mengerti jika
bapak hanya merokok di luar rumah saat berkumpul dengan
tetangga. Bapak juga jarang merokok jika tidak ada teman yang
mengajak untuk merokok.
3) Fungsi sosial
Dalam kehidupan sehari hari Bapak Tn sangat baik dengan
tetangganya dan aktif dalam kegiatan dengan masyarakat
misalnya karang taruna saat remaja.
4) Fungsi ekonomi
Bapak Tn dan istri bekerja sebagai pedagang. Istri bapak Tn
bekerja di rumah dan mengasuh kedua anaknya. Semua anggota
keluarga telah mempunyai kartu BPJS.
b. Responden 2
1) Fungsi biologi
Keluarga ini terdiri dari suami, istri dan lima anak. Bapak Tn
sebagai kepala keluarga dan tulang punggung keluarga. Salah
satu anak telah menikah.
2) Fungsi psikologis
Hubungan antara bapak dan ibu baik, dalam keluarga selalu
saling memperhatikan. Ibu menerima jika bapak merokok di
dalam rumah ataupun merokok banyak jika membeli rokok
menggunakan uang sendiri. Walaupun Bapak Tm dan istri telah
mengetahui bahaya merokok, istri terkesan kurang peduli
dengan perilaku merokok bapak Tm. Bapak lebih banyak

15
merokok bila tidak ada pekerjaan, dalam sehari bisa menghabis
kan 3 bungkus rokok.
3) Fungsi sosial
Dalam kehidupan sehari hari bapak Tm sangat baik dengan
tetangganya dan cukup aktif dalam kegiatan dengan masyarakat.
4) Fungsi ekonomi
Bapak dan ibu bekerja sebagai pedagang. Ibu bekerja di rumah
dengan membuka warung. Bapak selain sebagai pedagang juga
bekerja sebagai petani. Semua anggota keluarga telah
mempunyai kartu BPJS.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Bapak Tn, 30 tahun merupakan seorang perokok yang sudah mulai


merokok pada usia 17 tahun. Pada 5 tahun yang lalu responden sudah berhenti
merokok, tetapi beberapa bulan yang lalu responden mulai merokok lagi karena
mengikuti teman. Responden merokok hanya diluar rumah ketika kumpul dengan
warga sekitar. Di dalam keluarga responden tidak ada masalah dengan
keluarganya, responden mengaku sudah ada niatan untuk berhenti merokok. Pada
tingkat ketergantungan nikotin yang ditanyakan oleh praktikan, responden
mendapatkan hasil ketergantungan nikotin yang rendah dikarenakan responden
mendapatkan nilai 0. Hasil ini sesuai dengan apa yang responden katakan karena
responden mengaku tidak sering merokok, responden juga mengaku merokok jika
kumpul dengan teman atau warga. Responden merasakan ada perbedaan ketika
merokok dan tidak merokok, responden merasa lebih produktif dan merasa lebih
sehat ketika tidak merokok.

Istri bapak Tn sangat mendukung suaminya untuk berhenti merokok, hal


tersebut dibuktikan dengan adanya larangan dari istri untuk merokok di dalam
rumah. Selain itu, kesadaran dari bapak Tn sendiri juga sudah ada untuk berhenti
merokok. Beliau juga semakin termotivasi untuk berhenti merokok karena uang
untuk membeli rokok dapat ditabung untuk kebutuhan lain yang jauh lebih
penting.

Responden yang kedua Bapak Tm, 44 tahun merupakan seorang perokok


aktif yang sudah merokok sejak usia 15 tahun. Responden memulai merokok
karena mengikuti teman dan keluarganya yang merokok. Bapak Tm juga
beranggapan bahwa laki-laki tidak dianggap lelaki sejati jika tidak merokok.
Dalam sehari responden mengaku menghabiskan 3 bungkus rokok, terutama jika
sedang tidak melakukan kegiatan seperti berbincang-bincang dengan temannya di
pos ronda. Berdasarkan tingkat ketergantungan nikotin yang ditanyakan oleh
praktikan, responden merupakan perokok dengan ketergantungan rokok yang

17
sedang. Bapak Tm tidak mempunyai masalah dalam keluarganya. Keluarga
responden terkesan tidak peduli dengan perilaku responden yang merokok. Hal
tersebut terbukti dengan istri memperbolehkan merokok di dalam ataupun di luar
rumah asalkan tidak mengambil rokok di warung sendiri. Responden sebenarnya
sudah mengathui jika merokok akan menghabiskan uang, akan tetapi karena
responden merasa masih mempunyai uang sehingga responden masih ingin
merokok. Kesadaran untuk berhenti merokok dari responden masih sangat rendah,
responden punya keinginan berhenti merokok jika suatu hari sakit berat karena
pada saat responden sakit ringan, responden masih merokok.

Perbedaan responden pertama dan kedua yaitu responden mempunyai


keinginan yang kuat untuk berhenti merokok, sedangkan pada responden kedua
responden tidak mempunyai keinginan untuk berhenti merokok dengan alasan
keluarga tidak mempermasalahkan perilaku merokoknya. Responden mengatakan
bahwa akan mengurangi jumlah rokok jika mempunyai kesibukan seperti
menjemur padi atau bekerja di sawah. Responden dapat menghabiskan 3 bungkus
rokok jika tidak beraktifitas, sedangkan jika melakukan aktifitas responden
mengaku hanya menghabiskan 1 bungkus rokok.

18
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Bapak Tn adalah seorang perokok yang tinggal bersama istri dan
kedua anaknya. Responden merupakan seorang perokok ringan yang sudah
berhenti 5 tahun yang lalu akan tetapi beberapa bulan terahir responden
mengaku memulai merokok lagi, responden mempunyai niatan untuk
berhenti merokok karena merasakan perbedaan jika merokok dan tidak
merokok dan mendapat dukungan dari keluarga untuk berhenti merokok.
Bapak Tm merupakan seorang perokok sedang yang setiap hari
menghabiskan 3 bungkus rokok. Responden mengaku sudah merokok sejak
usia 15 tahun karena lingkungan responden merupakan seorang perokok.
Responden mengaku belum mempunyai keinginan untuk berhenti merokok.
Dukungan dari keluarga juga belum optimal dalam membantu bapak Tm
untuk berhenti merokok.
Dukungan dari keluarga dan lingkungan serta kesadaran diri sendiri
memegang peran penting dalam menghilangkan kebiasaan merokok. Jika
keluarga dan lingkungan tidak mendukung serta kesadaran diri sendiri
rendah maka akan sulit untuk menghilangkan kebiasaan merokok.
5.2.Saran
1. Para tenaga kesehatan sebaiknya lebih sering menyelenggarakan
penyuluhan tentang rokok.
2. Pemerintah desa dan jajarannya menyediakan kegiatan yang positif serta
berkesinambungan untuk menambah kesibukan para pecandu rokok.
3. Puskesmas dapat menyediakan poliklinik konseling berhenti merokok.
4. Responden harus lebih sadar tentang bahaya merokok.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F.D. 2013. Hubungan Larangan Merokok di Tempat Kerja dan


Tahapan Smoking Cessation Terhadap Intensitas Merokok pada Kepala
Keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13
Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung Tahun 2012.
(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Aritonang, M.R. (1997). Fenomena Wanita Merokok. Jurnal Psikologi


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

Heryani, R. 2014. Kumpulan Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Khusus Kesehatan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Kemenkes. 2013. Infodatin: Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia


Berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI

Komalasari, D & Helmi A F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok


Pada Remaja. Jurnal Psikologi.

Lizam, C.T. 2009. Meningkatkan sikap positif terhadap perilaku tidak merokok
dan kecenderungan untuk berhenti merokok melalui pelatihan
kecerdasan emosional pada mahasiswa SMA di Kabupaten Aceh Barat
Daya – Nanggroe Aceh Darussalam. (Thesis). Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Mardjun, Y. 2012. Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar Antara Perokok dan


Bukan Perokok. (Skripsi). Universitas Hasannudin. Makasar.

Muhibah, F.A.B. 2011. Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah Sains


Hulu Selangor Mengenaik Efek Rokok Terhadap Kesehatan. (KTI).
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nasution, I. K. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi. Medan: UNSU

Octafrida M, D. 2011. Hubungan Merokok dengan Katarak di Poliklinik Mata


Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. (KTI). Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Octarina, M. & Rachmawati, M. A. 2008. Hubungan Antara Konformitas dengan


Perilaku Merokok. Yogyakarta: Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Priyoto. 2015. Nursing Intervention Classification NIC dalam Keperawatan


Geronik. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

20
Saleh, K.N.B. 2011. Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember
2009. (KTI). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Tawbarial, L., Apriliana, E., Wintoko R., dan Sukohar A. 2014. Hubungan
Konsumsi Rokok dengan Perubahan Tekanan Darah Pada Masyarakat di
Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur
Bandar Lampung. J of Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

WHO. 2015. Global Youth Tobacco Survey (GYTS): Indonesia report 2014,
Available at: http://www.searo.who.in
t/tobacco/documents/ino_gyts_report _2014.pdf.

21
LAMPIRAN

Gambar 1. Responden 1

Gambar 2. Responden 2

22

Anda mungkin juga menyukai