KLARIFIKASI ISTILAH
1. Audit
Audit medis sebagai upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam
medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis (Kepmenkes, 2005).
2. Fraud
Fraud adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
mendapatkan keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan curang yang tidak sesuai
dengan ketentuan (Sulastomo, 2007).
3. Moral Hazard
Moral hazard merupakan perilaku tidak jujur dalam memberikan
informasi
kepada pihak lain yang membuat kontrak kerjasama, demi untuk memenuhi
keinginannya(Sulastomo, 2007).
1
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2
BAB III
ANALISIS MASALAH
3
Melakukan perpanjangan masa rawat di faskes, biasanya diruangan ICU
dengan ventilator kurang dari 36 jam tapi masa rawat inapnya dibuat lebih
lama lebih 72 jam agar mendapatkan tarif yang lebih tinggi.
j. Keystroke Mistake
Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja dalam penginputan penagihan
pasien dalam sistem tarif untuk mencapai penggantian tarif yang lebih
tinggi (Merriam-Webster's online dictionary).
2. Rawat Inap
Rawat inap merupakan proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan
professional akibat penyakit tertentu dimana pasien diinapkan disuatu ruangan
di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. BPJS dalam menjalankan
regulasinya terdapat alur yang harus di patuhi dari setiap pesertanya, salah
satunya meliputi rawat inap. Terdapat dua macam rawat inap, yaitu rawat inap
tingkat pertama dan rawat inap tingkat lanjutan.
a. Rawat Inap Tingkat Pertama
Definisi
Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi,
perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya,
dimana peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap paling
singkat 1 (satu) hari.
Pelayanan kesehatan di Rawat Inap Tingkat I :
- Rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat
diselesaikan secara tuntas di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
- Pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi
- Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit
pervaginam bagi Puskesmas PONED
- Pertolongan neonatal dengan komplikasi
- Pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas Kesehatan
dan/atau kebutuhan medis.
b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan
4
Definisi
Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah
upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau
sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap
tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus.
Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan meliputi :
- Administrasi pelayanan;
- Rehabilitasi medis;
- Pelayanan darah;
5
Kecurangan JKN adalah tindakan yang dilakukan dengan
sengaja oleh peserta, petugas BPJS Kesehatan, pemberi pelayanan
kesehatan, serta penyedia obat dan alat kesehatan untuk mendapatkan
keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan curang yang tidak sesuai
dengan ketentuan (PMK NO 36, 2015).
Bentuk Tindakan Kecurangan
- Peserta
o Membuat pernyataan yang tidak benar dalam hal
eligibilitas (memalsukan status kepesertaan) untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
o Memanfaatkan haknya untuk pelayanan yang tidak perlu
(unneccesary services) dengan cara memalsukan kondisi
kesehatan
o Memberikan gratifikasi kepada pemberi pelayanan agar
bersedia memberi pelayanan yang tidak sesuai/tidak
ditanggung
o Memanipulasi penghasilan agar tidak perlu membayar
iuran terlalu besar
o Melakukan kerjasama dengan pemberi pelayanan untuk
mengajukan klaim palsu
o Memperoleh obat dan/atau alat kesehatan yang
diresepkan untuk dijual kembali.
- Petugas BPJS Kesehatan
o Melakukan kerjasama dengan peserta dan/atau fasilitas
kesehatan untuk mengajukan Klaim yang palsu
o Memanipulasi manfaat yang seharusnya tidak dijamin agar
dapat dijamin
o Menahan pembayaran ke fasilitas kesehatan/rekanan dengan
tujuan memperoleh keuntungan pribadi
o Membayarkan dana kapitasi tidak sesuai dengan ketentuan
- Pemberi pelayanan kesehatan
o Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
6
Memanipulasi klaim pada pelayanan yang dibayar
secara nonkapitasi
Menerima komisi atas rujukan ke FKTRL
Menarik biaya dari peserta yang seharusnya telah
dijamin dalam biaya kapitasi dan/atau nonkapitasi
sesuai dengan standar tarif yang ditetapkan
Melakukan rujukan pasien yang tidak sesuai dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan tertentu;
dan/atau
o Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL)
Penulisan kode diagnosis yang berlebihan/upcoding;
Penjiplakan klaim dari pasien lain/cloning
Klaim palsu/phantom billing
Penggelembungan tagihan obat dan alkes/inflated
bills
Pemecahan episode pelayanan/services unbundling
or fragmentation
Rujukan semu/selfs-referals
Tagihan berulang/repeat billing
Memperpanjang lama perawatan/ prolonged length
of stay
Memanipulasi kelas perawatan/type of room charge
Membatalkan tindakan yang wajib
dilakukan/cancelled services
Melakukan tindakan yang tidak perlu/no medical
value
Penyimpangan terhadap standar pelayanan/standard
of care
Melakukan tindakan pengobatan yang tidak
perlu/unnecessary treatment
Menambah panjang waktu penggunaan ventilator
7
Tidak melakukan visitasi yang seharusnya/phantom
visit
Tidak melakukan prosedur yang
seharusnya/phantom procedures
Admisi yang berulang/readmisi
Melakukan rujukan pasien yang tidak sesuai dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan tertentu
Meminta cost sharing tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
- Penyedia obat dan alat kesehatan
o Tidak memenuhi kebutuhan obat dan/atau alat kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
o Melakukan kerjasama dengan pihak lain mengubah obat
dan/atau alat kesehatan yang tercantum dalam e-catalog
dengan harga tidak sesuai dengan e-catalog.
Sanksi administratif berupa :
- Teguran lisan
- Teguran tertulis; dan/atau
- perintah pengembalian kerugian akibat Kecurangan JKN kepada
pihak yang dirugikan.
4. Penyebab perlu di lakukan audit
a. Tujuan
Tujuan diadakan audit adalah Appraisal of control (penilaian
pengendalian)
1) Appraisal if performance (penilaian keefektifan)
2) Assistant of manajement (rekomendasi manajemen)
b. Manfaat audit adalah
1) Menambah kredibilitas laporan keuangan
2) Mencgah menemukan fraud yang dilakukaan oleh pihak terkait
3) Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter (Hartono, 2008)
c. Standar pelayana sesuai dengan :
1) Standar profesi adalah : standar dari organisasi profesi kedokteran
yang diberlakukan di rumah sakit
8
2) Standar pelayanan medis adalah standar lainnya dalam bidang
keilmuan kedokteran baik yang dibuat sendiri maupun yang dibuat
pihak lain diluar rumah sakit dan diberlakukan dirumah sakit.
d. Hal yang dilakukan saat audit:
1) Audit internal ( termasuk audit medis ) adalah kegiatan untuk menilai
apakah staf medis telah memberikan pelayanan sesuai standar –
standar tersebut yang dibuktikan dengan adanya dokumen – dokumen
audit .
2) Management review adalah kegiatan manajemen dalam mengevaluasi
hasil temuan audit internal dan mengevaluasi standar – standar yang
berlaku yang dibuktikan dengan adanya risalah rapat
3) Tindak lanjut adalah kegiatan menyelesaikan penyebab masalah –
masalah ( akar penyebab) yang ditemukan pada audit internal dan
Management review dibuktikan dengan adanya dokumen tindak lanjut
hasil audit dan risalah rapat Management review.
5. Cara menanggulangi kecurangan
a. Cost sharing
Moral hazard terjadi bila marginal cost (biaya marjinal) yang harus
ditanggung insured adalah 0 yang biasanya terjadi pada kontrak asuransi
yang lengkap (full-insurance contract). Cost sharing merupakan metode
yang standar digunakan oleh perusahaan asuransi kesehatan dan disebut
juga partial-insurance contract. Dengan cost sharing diharapkan insured
ikut “membiayai” harga pelayanan kesehatan.
b. Deductible
Istilah “deductible” berasal dari akar kata “deduct” yang berarti
mengurangi, sehingga dalam konteks ini artinya mengurangi biaya yang
ditanggung oleh insurer. Pada kontrak dengan deductible, pihak insurer
menentukan batas minimal pembiayaan yang dapat ditanggung atau
diberikan untuk menggantikan biaya pelayanan kesehatan kepada insured.
Semakin tinggi nilai deductible, kemungkinan terjadi moral hazard
semakin kecil.
c. Monitoring dan Gatekeeping
9
Cara ini merupakan metode mengurangi moral hazard dengan secara
langsung “melawan” asymmetric information. Perbedaan monitoring dan
gatekeeping terdapat pada waktu pelaksanaannya. Monitoring dilakukan
saat pelayanan kesehatan telah dilakukan, sedangkan gatekeeping saat
pelayanan kesehatan akan/belum dilakukan Bhattacharya, Hyde & Tu
(2014).
6. Moral hazard di RS
(Fradin, 2010)
7. Adverse selection
Adverse selection yaitu hanya peserta risiko tinggi yang membeli asuransi. Hal
ini dapat dihindari dengan cara :
a. Compulsory Health Insurance (asuransi kesehatan wajib) seperti Askes
untuk PNS
b. Tidak wajib tetapi ada minimal keanggotaan
c. Open Enrollment yaitu semua calon peserta harus mendaftar pada satu
waktu tertentu, di luar waktu tersebut tidak dapat diterima.
Pemeriksaan medis dan lebih menanggung keadaan sakit yang ditemukan
(Fradin, 2010).
10
STEP IV
KERANGKA KONSEP
11
BAB V
LEARNING OBJECTIVE
12
BAB VI
BELAJAR MANDIRI
13
BAB VII
BERBAGI INFORMASI
14
2. Faktor yang menimbulkan moral hazard
- reward = hadiah/keuntungan
- penalty = hukuman
- likehood of being successful = kemungkikan sukses
- likehood of being caught = kemungkinan gagal
- urgency of need/greed = kebutuhan yang mendesak/keserahkahan
- personal moral ethic = moral dasar seseorang (sifat pribadi )
15
melakukan moral hazard. Hal ini sangat bergantung dari mekanisme
kontrol dari perusahaan. Pada perusahaan asuransi, mekanisme kontrol
yang dapat dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi tindakan moral
hazard pada saat tertanggung melakukan klaim antara lain dengan
melakukan survey dan interview (wawancara) yang dapat menggali
penyebab sebenarnya klaim yang diajukan, sehingga dapat digali apakah
kejadian klaim tersebut diindikasikan sebagai tindakan moral hazard atau
tidak. Kejelasan Standard Operation Procedure pada perusahaan asuransi
dan kecakapan para petugas yang menangani klaim tertanggung sangat
berperan dalam menghindari kejadian moral hazard.
Komponen ketiga adalah moral dasar seseorang, dimana
keserakahan dan kebutuhan yang mendesak sewaktu-waktu dapat memicu
seseorang melakukan tindakan moral hazard. Tentunya hal ini hanya dapat
dikontrol oleh diri masing-masing individu. Penanaman nilai-nilai yang
baik, budi pekerti, dan integritas dari dini memungkinkan seseorang untuk
mampu menjaga dirinya dari berbuat yang tidak dibenarkan oleh agama
dan secara universal.
16
kepentingannya dengan pihak lain yang tidak dapat memperoleh informasi
yang sama (Scott 2000).
Moral hazard terjadi ketika pasien menyakini segalanya pasti akan
ditanggung oleh pihak asuransi, sehingga menyebabkan mereka cendrung
memilki gaya hidup yang tidak baik,seperti : kurang berolahraga (exercise
less), makan berlebih (over eating) dan makanan yang tidak memenuhi
standard (David 2012).
Objek asuransi adalah zat & risiko finansial Objek asuransi tanpa melihat
personal yang halal unsur halal haramnya zat
17
Menganut prinsip pemisahan entitas Tidak menganut prinsip pemisahan
dana kelolaan. dana, semua dana dianggap satu entitas
kepemilikan
Sumber keuntungan berasal dari fee, Sumber keuntungan berasal dari biaya
bagi hasil, pembagian dari surplus yang dibebankan, selisih bunga teknis,
underwriting dan biaya yang komisi reas, mortality gain, surrender
dibebankan. gain, dan biaya administrasi lain.
18
BAB VIII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fraud merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh
peserta, petugas BPJS kesehatan, pemberi layanan kesehatan, serta
penyedia obat dan alat kesehatan dengan tujuan mendapat keuntungan
finansial. Bentuk fraud dapat di kelompokan menjadi tindakan
pemalsuan, penggelapan dan kecurangan computer. Skenario kali ini
membahas mengenai seorang perempuan yang menderita kanker kolon
dan dirawat inap selama 10 hari, namun pihak rumah sakit melaporkan
pasien dirawat inap selama 15 hari. Tindakan yang dilakukan oleh pihak
rumah sakit merupaka salah satu contoh bentuk fraud yang dilakukan
oleh petugas pemberi layanan kesehatan (pihak rumah sakit) dengan
tujuan mendapatkan keuntungan finansial.
A. SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Bhattacharya, Jay, Timothy Hyde, dan Peter Tu. 2014. Health Economics.
David Chandler Thomas., 2012. Advisor Induced demand and Moral hazards in
The
20
Peraturan Menteri Kesehatan (Pmk) Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013.
Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional
21