I. NO PERCOBAAN : 4 (Empat)
II. JUDUL PERCOBAAN :
Penentuan Kadar Protein dengan Metode Biuret
III. TANGGAL PERCOBAAN : Kamis,5 Oktober 2017
IV. SELESAI PERCOBAAN : Kamis,5 Oktober 2017
V. TUJUAN PERCOBAAN :
Menentukan kadar protein yang ada pada ikan mujair dengan
menggunakan cara Biuret
VI. DASAR TEORI
Protein
Protein merupakan makro molekul yang berlimpah di dalam sel dan
menyusun lebih dari setengah berat kering yang hampir pada semua
organisme (Lehninger, 1998). Molekul protein terutama tersusun oleh atom
karbon (51,0-55,0%), hidrogen (6,5-7,3%), oksigen (21,5-23,5%), nitrogen
(15,5-18,0%) dan sebagian besar mengandung sulfur (0,5-2,0%) dan fosfor
(0,0-1,5%) (Anggorodi, 1979). Protein merupakan suatu zat makanan yang
sangat penting bagi tubuh karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi
dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein yang
terdapat dalam bahan pangan mudah mengalami perubahan-perubahan,
antara lain:
1. Dapat terdenaturasi oleh perlakuan pemanasan.
2. Dapat terkoagulasi atau mengendap oleh perlakuan pengasaman.
3. Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim-enzim
proteolitik.
4. Dapat bereaksi dengan gula reduksi, sehingga menyebabkan
terjadinya warna coklat. (Winarno, 1992)
Protein apabila dihidrolisis akan menjadi asam amino. Hal ini
mebuktikan bahwa molekul penyusun protein adalah asam amino
(Lehninger, 1995).
Asam Amino
Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein
(Poedjiadi, 2006). Asam amino sendiri terjadi secara alami sebagai
penyusun protein yang mempunyai gugus amino (NH2) dan gugus
karboksilat (COOH). Masing-masing asam amino mengandung satu atom
karbon (C) yang mengikat satu atom Hidrogen (H), satu gugus amina (NH2),
satu gugus karboksil (COOH) dan gugus lain (gugius R ) (Lehninger, 1995).
Struktur asam amino:
(Lehninger, 1995)
Secara Kuantitatif
1. Metode Kjeldahl
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk
penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang
mengandung nitrogen. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis
kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung karena
senyawa yang dianalisisnya adalah kadar nitrogennya. Dengan
mengalikan hasil analisis tersebut dengan faktor konversi 6,25
diperoleh nilai protein dalam bahan makanan tersebut. Penentuan kadar
protein dengan metode ini mengandung kelemahan karena adanya
senyawa lain yang bukan protein yang mengandung N akan tertentukan
sehingga kadar protein yang diperoleh langsung dengan cara kjeldahl
ini sering disebut dengan kadar protein kasar/crude protein
(Sudarmadji, 1989).
Keuntungan dari metode Keldahl adalah:
1. Metode Kjeldahl digunakan secara luas di seluruh dunia dan
masih merupakan metode standar dibanding metode lain.
2. Dapat diaplikasikan pada semua jenis makanan
3. Tidak mahal (Jika tidak menggunakan autosistem)
4. Akurat untuk protein kasar
5. Dapat dimodifikasi untuk mengukur jumlah kecil protein
6. Sifatnya yang universal, presisi tinggi dan reprodusibilitas
baik membuat metode ini banyak digunakan untuk
penetapan kadar protein.
Kerugian dari metode Kejldahl adalah:
1. Mengukur total N organic, termasuk N yang bukan protein.
2. Memakan waktu (2 jam)
3. Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yang
berbeda karena susunan residu asam amino yang berbeda.
4. Menggunakan reagen-reagen yang sangat korosif dan
prosesnya yang lumayan berbahaya
2. Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret.
Dalam metode ini terlibat 2 pereaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-
protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana
alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan
mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-
phosphotungstat, menghasilkan heteropoly-molybdenum blue akibat
reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis
Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara
kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan
residu tryptophan dan tyrosine-nya. Reaksi ini menghasilkan warna
kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 - 750 nm, tergantung
sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di sekitar 500
nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan
konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar di sekitar 750 nm yang
dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi
rendah. Metode ini lebih sensitif untuk protein dengan konsentrasi
rendah dibanding metode biuret (Lowry, dkk, 1951).
Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali)
daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang
lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL.
Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat
kesensitifannya (Lowry, dkk, 1951).
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein
dengan metode Lowry ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau
karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa
kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam urat, guanin, xanthine,
magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat
diminimalkan dengan menghilangkan interferens tersebut. Sangat
dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk mengkoreksi absorbansi.
Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat
dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel
dengan pengendapan protein (Lowry, dkk, 1951).
Metode Lowry-Folin hanya dapat mengukur molekul peptida
pendek dan tidak dapat mengukur molekul peptida panjang (Alexander
dan Griffiths, 1992). Prinsip kerja metode Lowry adalah reduksi Cu2+
(reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan, dan sistein yang
terdapat dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan fosfotungstat dan
fosfomolibdat (reagen Lowry E) membentuk warna biru, sehingga
dapat menyerap cahaya (Lowry dkk 1951).
3. Metode Barford
Bardford untuk mengidentifikasi asam amino tertentu saja seperti pirin,
pirimidin, dan gugus amina saja. Kelebihan dan kelemahan metode
Bardford
Kelebihan
1. Cepat (2 menit), pereaksi yang digunakan sangat sederhana
dan mudah untuk disiapkan
2. Kompleks warna biru pada larutan yang diberi reagen
bardford sangat cepat terbentuk dan bersifat stabil.
3. Dapat mengukurprotein dengan BM lebih dari 4000 da.
Kelemahan :
1. Terjadi variasi warnna, sehingga dalam pemilihan standar
protein harus hati-hati.
2. Terpengaruh dengan deterjen non-ionik dan ionik.
4. Metode Biuret
Metode biuret merupakan salah satu metode yang terbaik
untuk menguji kandungan protein suatu larutan. Dalam larutan basa,
Cu2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptide sehingga
menghasilkan warna ungu dengan absorbansinya maksimal 540 nm
(Tim Dosen Biokimia, 2017). Intensitas warna tergantung pada
konsentrasi protein yang ditera. Penentuan protein cara biuret adalah
dengan mengukur optical density (OD) pada panjang gelombang 560 –
580 nm. Agar dapat menghitung banyaknya protein maka perlu lebih
dahuu dibuat kurva baku/standar yang melukiskan hubungan antara
konsentrasi protein dengan OD pada panjang gelombang terpilih.
Dibandingkan dengan cara Kjeldahl maka biuret lebih baik karena
hanya protein atau senyawa peptida yang bereaksi dengan biuret,
kecuali urea.
Dengan menggunakan Lambert-Beer menyatakan:
A=kxcxl
Dimana :
A = Absorbansi
k = koefisien ekstnksi mola sampel
l = tebal kuvet
c = konsentrasi sampel
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi dan tidak bergantung jenis protein karena
seluruh protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptide yang
sama per satuan berat (Tim Dosen Biokimia, 2017).
Ikatan peptide protein membentuk kompleks yang berwarna
ungu. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
-Ditimbang 1 gram
-Dihancurkan/ditumbuk dengan mortal alu
-Ditambahkan aquades 10 mL
-Disentrifuge
-didekantasi
Residu Filtrat
Sampel
2. Pembuatan standar
1 mL 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL
larutan larutan larutan larutan larutan
standart standart standart standart standart
protein protein protein protein protein
dengan dengan dengan dengan dengan
kadar 1 kadar 2 kadar 3 kadar 4 kadar 5
mg mg mg mg mg
-Dimasukkan ke dalam masing-
masing tabung
-Ditambahkan 5 mL reagen biuret
-Dikocok
-Diinkubasi pada suhu 37OC
selama 10 menit
-Dibiarkan pada suhu kamar
selama 30 menitsampai
terbentuk warna ungu yang
stabil
-Diukur nilai absorbansinya pada
panjang gelombang 540 nm
dengan alat spektronik 20
Nilai Absorbansi (A)
3. Penetapan absorbansi larutan blanko
1 mL aquades
-Ditambahkan 5 mL reagen biuret
-Dikocok
-Diinkubasi pada suhu 37OC selama 10
menit
-Diukur nilai absorbansinya pada panjang
gelombang 540 nm dengan alat
spektronik 20
1 mL larutan sampel
No Hasil Pengamatan
ProsedurPercobaan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perco.
Sebelum Sesudah
1. Persiapan Sampel Ikan mujair = Setelah Didapatkan filtrate
1 gram dihancurkan = ikan mujair yang
Sampel Protein (padatan) Aquades = halus berwrna berwarna putih keruh
tidak berwarna putih
-Ditimbang 1 gram
Ikan mujair = Dilarutkan
-Dihancurkan/ditumbuk dengan berwarna putih dengan
mortal alu aquades =
-Ditambahkan aquades 10 mL larutan
berwarna putih
Larutan sampel protein keruh
Disentrifuge
-Disentrifuge terbentuk 2
-didekantasi lapisan
Filtrat =
Residu Filtrat larutan
berwarna putih
keruh
Sampel
Residu =
endapan
berwarna putih
2. Pembuatan Standart Semakin tinggi
Warna reagen Larutan CuSO4.5H2O + 2 konsentrasi makan
1 mL 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL
biuret = larutan standart NaOH→ Cu(OH)2 intensitas warna
larutan larutan larutan larutan larutan berwarna biru dengan kadar 5 ungu akan
standart + Na2SO4 + 5H2O
standart standart standart standart muda mg + reagen semakin tinggi,
protein protein protein protein protein Aquades = biuret = larutan Cu(OH) →Cu2+ + begitu juga nilai
dengan dengan dengan dengan dengan larutan tidak berwarna biru OH- absorbansinya
kadar 1 kadar 2 kadar 3 kadar 4 kadar 5 berwarna keunguan akan semakin
mg mg mg mg mg Larutan (+++) tinggi pula. Dan
standar protein Larutan Nilai Absorbansi :
-Dimasukkan ke dalam masing- : tidak standart A1 = 0,078
masing tabung berwarna dengan kadar 4 A2 = 0,098
-Ditambahkan 5 mL reagen biuret mg + reagen A3 = 0,126
biuret = larutan A4 = 0,144
-Dikocok A5 = 0,219
berwarna biru
-Diinkubasi pada suhu 37OC keunguan
selama 10 menit (+++)
-Dibiarkan pada suhu kamar Larutan
selama 30 menitsampai standart
terbentuk warna ungu yang dengan kadar 3
stabil mg + reagen
biuret = larutan
-Diukur nilai absorbansinya pada
berwarna biru
panjang gelombang 540 nm keunguan (++)
dengan alat spektronik 20 Larutan
standart
dengan kadar 2
mg + reagen
Nilai Absorbansi (A) biuret = larutan
berwarna biru
keunguan (+)
Larutan
standart
dengan kadar 1
mg + reagen
biuret = larutan
berwarna biru
keunguan
Setelah
diinkubasi
selama 10
menit = tidak
terjadi
perubahan
Larutan
standart
dengan kadar 5
mg + reagen
biuret = larutan
berwarna biru
keunguan
(+++)
Larutan
standart
dengan kadar 4
mg + reagen
biuret = larutan
berwarna biru
keunguan
(+++)
Larutan
standart
dengan kadar 3
mg + reagen
biuret = larutan
berwarna biru
keunguan (++)
Larutan
standart
dengan kadar 2
mg + reagen
biuret = larutan
berwarna biru
keunguan (+)
Larutan
standart
dengan kadar 1
mg + reagen
biuret = larutan
berwarna biru
keunguan (+)
Nilai
Absorbansi :
A1 = 0,078
A2 = 0,098
A3 = 0,126
A4 = 0,144
A5 = 0,219
Y = ax + b
Y = 0,0328x +
0,0346
R2 = 0,9105
3. Penetapan Absorbansi Larutan Blanko Reagen biuret Aquades + Kadar protein secara Diperoleh nilai
= larutan reagen biuret = absorbansi larutan
teori 43.57 %
1 mL aquades berwarna biru larutan blanko sebesar 0
muda berwarna biru dalam 100 gram
-Ditambahkan 5 mL reagen biuret Aquades = Setelah CuSO4.5H2O + 2
-Dikocok larutan tidak diinkubasi =
NaOH→ Cu(OH)2
-Diinkubasi pada suhu 37OC selama 10 berwarna larutan
berwarna biru + Na2SO4 + 5H2O
menit
-Diukur nilai absorbansinya pada panjang muda
Cu(OH) →Cu2+ +
Nilai
gelombang 540 nm dengan alat OH-
absorbansinya
spektronik 20 =0
Nilai Absorbansi (A)
(Kompleks warna
ungu)
Didapatkan nilai
CuSO4.5H2O + 2
4. Penetapan Absorbansi larutan sampel Sampel = Larutan absorbansi 0.180
larutan sampel + NaOH→ Cu(OH)2 + didapatkan
1 mL larutan sampel Na2SO4 + 5H2O
berwarna putih reagen biuret = konsentrasi
keruh larutan sebesar 4.433
-Ditambahkan 5 mL reagen biuret Cu(OH) →Cu2+ +
Reagen biuret berwarna ungu mg/ml dan
-Dikocok = larutan pekat OH- didapatkan kadar
-Diinkubasi pada suhu 37OC selama 10 berwarna biru Dikocok: ungu prtein sebesar
menit muda pekat 4.433%
-Diukur nilai absorbansinya pada panjang Setelah
gelombang 540 nm dengan alat diinkubasi =
spektronik 20 warna tetap
yaitu ungu
Nilai Absorbansi (A) pekat
Nilai
absorbansinya
= 0,180
(Kompleks warna
ungu)
X. ANALISIS PEMBAHASAN
Percobaan yang diakukan bertujuan untuk menentukan kadar
protein pada sampel ikan mujair menggunakan metode Biuret. Prinsip dari
metode Biuret adalah pembentukan kompleks berwarna ungu yang berasal
dari ikatan antara Cu2+ dengan ikatan peptida yang ada di protein dalam
suasana basa dari NaOH dalam pereaksi Biuret tersebut. Sebenarnya metode
Biuret termasuk analisis kualitatif yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi ungu. Seiring berkembangnya zaman, metode Biuret dapat
dikatakan sebagai analisis kuantitif yang bertujuan untuk menentukan kadar
protein. Hal ini dikarenakan adanya penggunaan alat spektrofotometri yang
berfungsi menghasilkan nilai absorbansi dari suatu sampel.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi dan tidak bergantung jenis protein karena seluruh
protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama per
satuan berat (Tim Dosen Bikimia, 2017). Dengan mengetahui absorbansi
dari beberapa konsentrasi standar, maka dapat dibuat plot kurva antara
konsentrasi dengan absorbansi yang disebut kurva standar. Dengan
pembuatan kurva standar, maka dapat diketahui persamaan regresi sehingga
dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan memasukkan nilai
absorbansi dari sampel yang diteliti.
Alasan digunakannya metode Biuret dalam percobaan ini yaitu
lebih efektif dan efisien, waktu yang dibutuhkan lebih cepat, dan semua
ikatan peptida dalam suatu protein dapat teridentifikasi untuk menghitung
protein total. Tidak menggunakan metode lainnya seperti metode Kjeldahl
ataupun Lowry dikarenakan beberapa hal.
Pada metode Kjeldahl untuk menganalisis kadar protein kasar
dalam bahan makanan secara tidak langsung karena senyawa yang
dianalisisnya adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis
tersebut dengan faktor konversi 6,25 diperoleh nilai protein dalam bahan
makanan tersebut. Penentuan kadar protein dengan metode ini mengandung
kelemahan karena adanya senyawa lain yang bukan protein yang
mengandung N akan tertentukan sehingga kadar protein yang diperoleh
langsung dengan cara kjeldahl ini sering disebut dengan kadar protein
kasar/crude protein (Sudarmadji, 1989).
Sedangkan pada metode Lowry merupakan pengembangan dari
metode Biuret tetap tidak digunakan karena dalam metode ini terlibat 2
pereaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana
metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi
Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks
phosphomolibdat-phosphotungstat. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan
yang bisa dibaca di antara 500 - 750 nm, tergantung sensitivitas yang
dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat
digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi tinggi dan sebuah
puncak besar di sekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk menentukan
kadar protein dengan konsentrasi rendah. Metode ini lebih sensitif untuk
protein dengan konsentrasi rendah dibanding metode biuret (Lowry, dkk,
1951).
Percobaan ini dilakukan secara 4 tahap yang pertama yaitu
persiapan sampel yang bertujuan untuk memperoleh filtrat sampel yang
akan diidentifikasi. Tahap kedua pembuatan larutan standar yang tujuannya
adalah untuk mengetahui persamaan regresi sehingga dapat digunakan
untuk menentukan kadar protein dengan memasukkan nilai absorbansi dari
sampel yang diteliti. Tahap ketiga adalah penetapan absorbansi blanko yang
tujuannya sebagai faktor pengurang absorbansi dari larutan standard dan
sampel. Terakhir penetapan absorbansi sampel yang tujuannya untuk
menentukan kadar protein dalam sampel ikan mujair
1. Persiapan sampel
Sebelum memulai percobaan, siapkan alat berupa kaca arloji,
mortar, alu, tabung sentrifuge, gelas ukur, spatula dan bahan berupa
aquades dan sampel protein dari ikan mujair. Sebelum melakukan
percobaan, semua alat dibersihkan menggunakan air kemudian
dikeringkan agar tidak terkontaminasi dengan zat lain. Sampel yang
digunakan dalam percobaan adalah ikan mujair yang ditimbang
menggunakan neraca ohauss sebanyak 1 gram.
Setelah penimbangan, ikan mujair tersebut ditumbuk dengan
alu dalam mortar sehingga didapatkan ikan mujair halus. ikan mujair
yang telah halus, ditambah aquades sebanyak 10 mL dan disentrifuge
dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Hasil sentrifuge adalah
endapan putih sebagai residu, dan larutan berwarna bening dengan
sedikit keruh sebagai filtrat. Dilakukan dekantasi untuk memisahkan
filtrat dan residu tersebut. Sehingga didapatkan filtrat larutan bening
sedikit keruh sebagai sampel ikan mujair yang nantinya dilakukan
pengujian kadar proteinnya.
2. Pembutan larutan standar
Percobaan yang kedua yaitu pembuatan larutan standar.
Tujuannya untuk membuat kurva standar. Kurva standar dibuat dari
hubungan antara konsentrasi larutan dengan absorbansinya. Dengan
pembuatan kurva standar, maka dapat diketahui persamaan regresi
sehingga dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan
memasukkan nilai absorbansi dari sampel yang diteliti. Pembuatan
larutan standar dengan konsentrasi 1 mg/ml, 2 mg/ml, 3 mg/ml, 4 mg/ml
dan 5 mg/ml. Larutan standar dibuat dari pengenceran larutan induk
protein dengan konsentrasi 10 mg/ml yang berupa larutan jernih tidak
berwarna. Pengenceran dapat dihitung dengan persamaan:
M1 x V1 = M2 x V2
Larutan induk 10 mg/ml (larutan tidak bewarna) diencerkan
menggunakan aqudes (tidak bewarna) pada labu ukur 10 ml. Berikut
adalah tabel pengenceran saat pembuatan larutan standar pada protein:
H H H
HO C C N C C NH2
+ CuSO4 (aq) + NaOH(aq)
R
R
O R R
H H
HO C C N C C NH2
H H
Cu
O O
H H H
HO C C N C C NH2
H
R R
0.15 0.126
0.098
0.1 0.078 Absrobansi
Linear (Absrobansi)
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi (mg/mL)
H H H
HO C C N C C NH2
+ CuSO4 (aq) + NaOH(aq)
R
R
O R R
H H
HO C C N C C NH2
H H
Cu
O O
H H H
HO C C N C C NH2
H
R R
XI. DISKUSI
Pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh nilai
persentase dari ikan mujair nila sebesar 4,433% hal ini tidak sesuai
dengan teoritis yang ada yaitu sebesar 43,57%. Hal yang menyebabkan
ketidaksesuaian dengan teoritis antara lain pada saat pengambilan
sampel, sampel yang digunakan terlalu sedikit sehingga mempengaruhi
pada larutan sampel yang akan diuji. Kemudian dapat juga dikarenakan
oleh faktor pengenceran. Pengenceran pada sampel protein mujair ini
yaitu berfungsi agar larutan sampel yang digunakan tidak terlalu pekat
sehingga dilakukan pengenceran 20x dan larutan menjadi tidak
berwarna. Kemudian praktikan melakukan kurang telitinya dalam
volume sampel sehingga ini semua dapat mempengaruhi hasil kadar
protein ikan mujair nila tidak sesuai dengan teoritis.
XII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1. Konsentrasi protein berbanding lurus dengan absorbansi pada panjang
gelombang maksimum. Semakin besar konsentrasi larutan maka
semakin pekat warna ungu yang dihasilkan, hal ini mengakibatkan
cahaya yang diserap lebih tinggi yang menyebabkan nilai
absorbansinya lebih tinggi.
Persamaan kurva standar y = 0,0328x + 0,0346, dan R2 = 0,9105
2. Hasil absorbansi larutan blanko digunakan sebagai faktor pengurang
dari absorbansi standar dan sampel.
3. Sampel mujair positif terhadap uji biuret ditandai dengan larutan yang
berubah warna menjadi ungu
4. Absorbansi larutan sampel ikan mujair sebesar 0,180, maka konsentrasi
protein pada sampel ikan mujair sebesar 4,433 mg/ml
5. Menurut teori (Djaeni,Ahmad.2008), bahwa uji penetapan kadar protein
pada 100 gram pada mujair sebesar 43,57%, hal ini tidak sesuai dengan
data percobaan yang dilakukan didapatkan kadar protein sampel mujair
sebesar 4,433%.
XIII. JAWABAN PERTANYAAN
1. Buatlah kurva standar konsentrasi vs absorbansi. Dengan bantuan kurva
standar tersebut tentukan kadar protein sampel !
Jawab:
0.15 0.126
0.098
0.1 0.078 Absrobansi
Linear (Absrobansi)
0.05
0
0 2 4 6
Konsentrasi (mg/mL)
y = 0.0328x + 0.0346
0.180-0.0346 = 0.0328x
0.1454 = 0.0328 x
X = 4.433
massa sampel =
1. Pengenceran pertama
2. Pengenceran kedua
3. Pengenceran ketiga
4. Pengenceran keempat
5. Pengenceran kelima
Penentuan kadar protein sampel ikan mujair :
y = 0.0328x + 0.0346
0.180-0.0346 = 0.0328x
0.1454 = 0.0328 x
X = 4.433
massa sampel =
0.15 0.126
0.098
0.078 Absrobansi
0.1
Linear (Absrobansi)
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi (mg/mL)
XVII. LAMPIRAN FOTO
No Gambar Keterangan
1 Alat-alat praktikum