Jri 2012 32 3 138 45 PDF
Jri 2012 32 3 138 45 PDF
Abstrak
Latar belakang: Kasus resistensi menjadi masalah bagi program pencegahan dan pemberantasan tuberkulosis (TB) di dunia.
Penemuan kasus resistensi primer sering digunakan untuk mengevaluasi penularan terbaru atau tertularnya galur kuman resisten.
Oleh karena itu perlu diteliti seberapa besar angka dan pola resistensi primer di RSUP H. Adam Malik, Medan. Tujuan penelitian ini
untuk mengevaluasi seberapa besar angka kejadian dan pola resistensi primer pada penderita TB paru kategori I di RSUP H. Adam
Malik, Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang retrospektif deskriptif. Data diambil dari rekam medik dengan rentang
waktu Oktober 2010 sampai dengan Juli 2011. Subjek penelitian adalah pasien yang tidak memiliki riwayat pengobatan obat anti
tuberkulosis (OAT) atau pernah mengkonsumsi OAT kurang dari 1 bulan. Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan sputum
pewarnaan langsung, kultur dan uji kepekaan sebelum mendapat terapi OAT kemudian dikumpulkan data mengenai demografi,
keluhan utama, riwayat pemakaian OAT, serta data radiologi foto toraks.
Hasil: Dari 85 subjek penelitian yang diteliti didapat resistensi primer sebesar 35 orang (41,18%) dengan resistensi monoresisten
primer sebanyak 18 orang (21,18%), resistensi terbanyak pada jenis obat streptomisin (S) sebesar 10 orang (11,76%). Kejadian
poliresisten primer sebanyak 13 orang (15,27%), terbanyak pada jenis kombinasi streptomisin dan etambutol (SE) sebesar 4 orang
(4,70%). TB-MDR Primer sebanyak 4 orang (4,71%).
Kesimpulan: Didapatkan angka resistensi primer yang tinggi pada penderita TB paru katagori I di RSUP H. Adam Malik, Medan.
Sehingga perlu kewaspadaan dan berbagai upaya untuk mengatasi kasus resistensi primer. (J Respir Indo. 2012; 32:138-45)
Kata kunci: Monoresisten primer, poliresisten primer, TB-MDR primer.
Abstract
Background: The resistance case is a problem for TB prevention and eradication programme in the world. Therefore, it is important
to investigate the rate and the pattern of primary resistance in pulmonary tuberculosis. The aim of this study was to evaluate the
incidence and pattern of primary resistance in category I of pulmonary TB patients in H. Adam Malik Hospital-Medan, Indonesia.
Methods: This is a retrospective cross sectional descriptive study. Data retrieved from medical records with a time span of October
2010 until July 2011. Subjects were patients with no history of antituberculosis drugs treatment or ever consumed less than 1 month.
Conducted direct smear examination of sputum, cultur and sensitivity test before initiation of antituberculosis drugs. Data on
demographics, chief complaint, history of use of antituberculosis drugs, and chest X-ray radiology were collected.
Results: Of 85 subjects, 41.18% (35 subjects) has primary resistance tuberculosis. Primary mono-drug resistance tuberculosis
were found in 21.18% (18 subjects) in which resistance in streptomycin was the most frequent (10 subjects (11.8%)). Primary poly-
drug resistant tuberculosis were found in 13 subjects (15.27%). Affecting mostly streptomycin and ethambutol (SE) (4.70% / 4
subjects ) Primary MDR-TB were found in 4 subjects (4.71%).
Conclusion: The primary resistance rate is high in patients with pulmonary tuberculosis category I, H. Adam Malik Hospital-Medan,
Indonesia. So, it is necessary to improve the vigilance and efforts in primary resistance management. (J Respir Indo. 2012; 32:138-
45)
Keywords: Primary mono-drug resistance, primary poly-drug resistance, primary MDR-TB.
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu sebesar 35%.1
masalah kesehatan utama di dunia. Setiap tahun Laporan World Health Organization (WHO)
terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hampir (global reports 2010) pada tahun 2009 angka kejadian
mencapai 2 juta manusia. Di semua negara telah TB di seluruh dunia 9,4 juta (8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa)
terdapat penyakit ini, yang terbanyak di Afrika (30%), dan meningkat terus perlahan pada setiap tahunnya
Asia (55%), dan untuk China dan India secara tersendiri dan menurun lambat seiring didapati peningkatan per