No. Dokumen :
SOP No.Revesi :
Tanggal Terbit :
Halaman :1/2
1. Pengertian Gangren pulpa yaitu kematian pulpa yang disertai dengan infasi bakteri
pembusuk. Proses kematian pulpa adalah suatu kematian yang tidak
steril. Kematian jaringan pulpa sebagian atau seluruhnya sebagai
kelanjutan proses karies.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan diagnosa
dan terapi kasus gigi gangren pulpa dengan periodontitis.
3.Kebijakan 1. SK Kepala UPTD Puskesmas
2.
4.Referensi 1. Standar Pelayanan Medis Kedokteran Gigi Indonesia 2002
2.
Bahan:
1.Kapas butir
2.Kapas gulung
3.Larutan salin
4.Aquadest
5.Cavit/Fletcher + Liquid
6.Glass inomer / Amalgam
7.Eugenol / Devitasol
8.CHKM/ TKF
6.Prosedur 1. Pasien dipersilahkan duduk di dental chair
2. Gigi dibersihkan hingga ruang pulpa menggunakan ekskavator
dan mata bur lalu irigasi menggunakan air salin atau aquadest.
3. Bila disertai periodontitis, ruang pulpa hanya diberi kapas
kemudian diresepkan antibiotik dan analgetik.
3. Kapas yang berisi chkm/ tkf secara bergantian dimasukkan ke
dalam ruang pulpa kemudian di tutup dengan Fletcher/cavit
(tumpatan sementara).
4. Jika tidak ada keluhan, ruang pulpa kemudian diisi dengan
iodoform dan dilakukan tumpatan tetap.
5.Diagram Alir
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. Pengertian Abses gigi adalah pengumpulan nanah yang telah menyebar dari sebuah gigi
kejaringan sekitarnya, biasanya bersal dasar suatu infeksi. Abses gigi yang
dimaksud adalah abses pada pulpa dan jaringan periapikal. Pengumpulan
nanah yang telah menyebar dari sebuah gigi ke jaringan di sekitarnya,
biasanya berasal dari suatu infeksi.
2.Tujuan 1. Dapat tegaknya diagnosis abses gigi.
2.Terlaksananya prosedur penatalaksanaan abses gigi.
3.Kebijakan - Persiapan peralatan dikerjakan oleh perawat gigi
- Penegakan diagnosa oleh dokter gigi dan dapat dilimpahkan kepada perawat
gigi
- Tindakan oleh dokter gigi dan dapat dilimpahkan kepada perawat gigi.
4.Referensi
5. Alat dan Alat :
Bahan
1. Kaca mulut
2. Pinset
Bahan :
1. Betadine
6.Prosedur 1.
2. Pasien dipersilahkan duduk di dental chair
3. Pemeriksaan extraoral dan intraoral , tanda –tanda klinis yang sering
ditemui
A. Pada pemeriksaan tampak pembengkakan di gigi yang sakit.
B. Bila abses terdapat di gigi depan atas pembengkakan dapat sampai ke
kelopak mata.
C. Abses pada gigi belakang atas menyebabkan bengkak sampai ke pipi.
D. Abses gigi bawah menyebabkan bengkak sampai ke dagu atau telinga
dan submaksilaris.
E. Kadang disertai demam dan trismus
F. Gigi goyang dan sakit saat mengunyah.
3. Penegakan diagnosa abses gigi
4. Berikan informed consent
5. Premedikasi : antibiotik,analgetik, antinflamsi, ruborantia dan pasien
dipersilahkan pulang.
Premedikasi :
antibiotik,analgetik,antinflamsi,ruborantia
6.Referensi
SOP No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman 1/2
1. Pengertian 1. Gingivitis adalah inflamasi gingiva marginal atau radang gusi, peradangan
gingival, kemerahan, kadang ada perubahan spontan yang disebabkan oleh
faktor lokal atau faktor sistemik.
2. Tanda dan gejala :
- Warna merah terang hingga merah kebiruan
- Konsistensi lunak kenyal
- Bentuk membulat
- Permukaan licin
- Kasar seperti kulit jeruk
- Berdarah pada waktu probing, dasar poket gingiva pada Cemento
Enamel Junction.
- Halitosis.
2.Tujuan 1. Menyehatkan gingiva
2. Mengembalikan gingiva yang sehat yaitu berwarna pink dan menghentikan
perdarahan spontan.
3. Memperbaiki oral hygine yang buruk
4. Menghilangkan keluhan pasien
5. Menghilangkan halitosis.
3.Kebijakan 1.
2.
4.Referensi Standar Pelayanan medis Kedokteran Indonesi – Depkes RI 2002
5.Alat dan 1. Alat
Bahan - bak instrumen steril
- kaca mulut, pinset, excavator, dan sonde
- sarung tangan dan masker
2. Bahan
- kapas steril
- betadine
- tampon
DHE Scaling
Selesai
SOP No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. Pengertian 1. Defenisi : Gigi sulung belum tanggal tapi gigi pengganti sudah erupsi.
2. Patofisiologi : gangguan tumbuh kembang geligi tetap dan lengkung rahang
(maloklusi)
2.Tujuan 1. Memperbaiki fungsi/oklusi gigi.
2. Mencegah terjadinya malposisi pada gigi
3. Menghilangkan keluhan pasien.
Bahan :
1. Bahan anastesi (pehakain 2%, chlor ethyl)
2. Betadine
3. Tampon
6. Prosedur
1. Petugas mendapatkan hasil anamnesis berupa bentuk gigi berjejal karena
gigi pengganti sudah erupsi tapi gigi susu belum tanggal.
2. Gejala klinis dan pemeriksaan intra oral:
sakit (negatif/positif), gingivitis( negatif/positif).
3. Dari hasil anamenesa, gejala klinis dan pemeriksaan intra oral maka
ditegakan diagnosa persistensi gigi sulung.
4. Mengatur posisi pasien agar tidak cemas dan kooperatif.
5. Petugas melakukan anestesi lokal sesuai indikasi ( lakukan anastesi topical
terlebih dahulu, kemudian disuntik bila diperlukan )
6. Lakukan ekstraksi gigi
7. Berikan tampon berisi betadine pada luka bekas pencabutan dan digigit
tampon tersebut kurang lebih sekitar 30 menit.
5.Diagram Alir
Anamnesis didapatkan bentuk gigi berjejal karena
gigi tetap pengganti sejenis di dalam rongga mulut
Penatalaksanaan yaitu ;
-Kondisikan pasien agar tidak cemas sehingga
kooperatif.
-Anastesi topical atau local sesuia indikasi
(topical kemudian disuntik bila diperlukan.
-Ekstraksi
-Diberi tampon berisi betadine dan digigit
tampon tersebut selama 1 jam
SOP No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
UPTD Puskesmas Batui Hasri Ahmad, Amd.Kep
Nip. 19731231 199503 1 003
1. Pengertian Persiapan pelayanan gigi adalah persiapan yang dilakukan sebelum dan
sesudah pelayanan di poli gigi yang meliputi persiapan bahan, obat –obatan
dan alat yang digunakan serta sesudah pelayanan, mulai dari dental unit,
sampai alat tindakan.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memudahkan proses
pelayanan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien serta mengefisiensikan
waktu pelayanan.
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPTD Batui
4.Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter
gigi.
Bahan :
1.Bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk tindakan.
2.Gelas kumur
3.Formulir Informed Consent (persetujuan / penolakan tindakan medis).
4.Kertas resep
5.Rekam medik pasien gigi
6.Buku register harian kunjungan pasien.
6. Prosedur 1.Petugas menghidupkan semua dental chair dan mengatur posisi dental chair
dalam posisi tegak.
2. Petugas menyiapkan semua alat pemeriksaan, bahan dan obat-obatan di atas
meja dental chair.
3.Petugas menyiapkan informed consent yang akan digunakan dalam
pelayanan.
4. Petugas menyiapkan obat lainnya yang diperlukan untuk tindakan.
5. Petugas mencuci dan mensterilkan alat-alat yang telah digunakan, kecuali
gelas kumur dan alat-alat yang terbuat dari bahan plastik.
6. Petugas mematikan strillisator.
7. Petugas menyimpan alat pemeriksaan dalam lemari, agar alat steril, atau di
dalam bak instrument.
8. Petugas membersihkan dan menyikat tempat pembuangan air kumur dan
ludah.
9. Petugas mematikan kompressor dan mengeluarkan angin kompressor
dengan membuka katup udara.
12. Petugas mengatur posisi dental unit pada posisi full naik dan sandaran
kursi tegak.
13. Petugas mengunci semua lemari tempat penyimpanan obat-obatan dan
tempat menyimpan alat.
14. Petugas mematikan semua aliran listrik.
6.Diagram Alir
SOP No.Revisi :
Halaman : 1/2
SOP No.Revisi :
Halaman : 1/2
1. Pengertian Pencabutan gigi sulung adalah pencabutan gigi sulung yang sudah goyang
fisiologsi derajat 2 atau lebih, persistensi dan sisa akar.
2.Tujuan 1.Sebagai acuan dalam melakukan pencabutan gigi sulung yang sudah
waktunya tanggal agar gigi penggantinya tumbuh dengan sempurna.
3.Kebijakan
4.Referensi Buku ajar praktis bedah mulut, Pederson, G.W
Bahan:
1. Chlor ethyl
2. Betadine
3. Tampon
4. Masker dan Hand scone
6. Prosedur 1.Menjelaskan kepada orang tua/ wali pasien bahwa akan dilakukan
pencabutan pada gigi sulung untuk memberi kesempatan gigi permanen
tumbuh dengan baik.
2.Menjelaskan kepada penderita bahwa sebelum pencabutan dilakukan
pembiusan dan setelah itu penderita akan merasakan dingin ( jika
menggunakan chlor ethyl)
3.Mempersiapkan alat dan obat anestesi serta tang cabut gigi untuk anak-anak.
4.Petugas memakai Sarung tangan
2.Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesi betadine.
3.Mengolesi gusi di daerah sekitar gigi yang akan dicabut dengan gerakan
searah satu kali.
4.Mengambil kapas 2 buah tampon kecil kemudian dipegang ditangan kiri.
5.Memegang tabung cholr ethyl dengan tangan kanan kemudian ujungnya
didekatkan pada kapas , tunggu sampai kapas berbuih.
6. Letakan kapas sambil ditekan pada daerah bukal dan lingual /palatinal gigi
yang akan dicabut.
7. Meletakan ujung tang pada bagian bukal lingual / palatinal gigi sampai
dengan servikal gigi .
8. Pada gigi yang mempunyai 1 akar, memutar gigi searah sambil ditarik
keluar.
9. Pada gigi yang mempunyai akar lebih dari 1, gigi digerak-gerakkan ke arah
bukal dan lingual /palatinal supaya gigi terlepas dan menariknya keluar.
6.Diagram Alir
8.Dokumen
Terkait
KRITERIA RUJUKAN PASIEN UNTUK
TINDAKAN MEDIS GIGI
No.Dokumen :
SOP No.Revisi :
Halaman : 1/2
UPTD Puskesmas Batui Hasri Ahmad, Amd.Kep
Nip. 19731231 199503 1 003
1. Pengertian
2.Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan kriteria rujukan dalam melaksanakan
tindakan medis di unit pelayanan gigi.
3.Kebijakan
4.Prosedur 1. Semua pasien yang akan dilakukan tindakan pencabutan gigi harus di
lakukan pemeriksaan tekanan darah.
2. Pencabutan gigi dapat dilakukan pada kategori normal dan high normal,
dengan catatan pasien dalam kondisi baik dan tidak mempunyai
komplikasi DM, ginjal jantung.
3. Pada kategori Grade 1 MT dan Grade II IMT dengan tekanan seperti kolom
di atas, dilakukan rujukan internal dan ikuti anjuran dari dokter yang
menerima rujukan.
4. Jika dokter menyatakan aman dilakukan tindakan medis gigi, maka
perhatikan obat yang diminum terakhir, seperti Aspilet,Ascardia dll, obat
tersebut harus dihentikan 2 hari sebelum pencabutan dan 2 hari sesudah
pencabutan untuk menghindari pendarahan.
5. Jika dicurigai DM maka dokter gigi meminta pasien untuk melakukan
pemeriksaan Glukosa darah sewaktu (GDS) atau glukosa darah puasa
(GDP) dan glukosa darah 2 jam sesuda makan.
6. Jika pasien dalam kondisi normal bukan DM, dapat dilakukan pencabutan
apabila glukosa darah sewaktu dan diantara 110 dan 200 dapat lakukan
rujukan internal pencabutan.
7. Sedangkan pasien dengan DM terkontrol dapat dilakukan pencabutan
dengan izin dokter yang merawat.
8. Semua pasien dengan kelainan jantung, dilakukan rujukan internal dulu
untuk memastikan apakash pasien tersebut ada kelainan jantung
(Diagnosanya belum pasti hanya menurut pengakuan pasien saja.
9. Sedangkan untuk pasien yang diagnosanya sudah jelas lakukan rujukan
eksternal.
10. Pasien dengan riwayat Jantung koroner.
11.Pasien mengalami syok anafilaktik, terlebih dahulu dilakukan penanganan
sesuai petunjuk kerja anafilaktik syok jika tidak ada perbaikan rujukan ke
Rumah Sakit.
12. Pasien yang mendapat pengobatan kanker dengan radiasi, 6 bulan setelah
radiasi baru dapat dilakukan tindakan pencabutan gigi, mengingat jaringan
saraf dan pembuluh darah masih rapuh.
5.Diagram Alir
6.Referensi
7.Unit Terkait
8.Dokumen
Terkait
PENCABUTAN GIGI PERMANEN
No.Dokumen : SOP/UKP/RJ/09
Halaman : 1/2
1. Pengertian Pencabutan Gigi dengan injeksi yaitu mengeluarkan gigi permanen berupa
gigi sisa akar , sisa mahkota yang tidak dapat diretorasi lagi, gigi dengan
kelainan periodontal yang tidak dapat di rawat, impaksi, supernumerary tooth,
dan fokal infeksi dari soket gigi dengan injeksi anastesi lokal dan tidak
meninggalkan masalah.
2.Tujuan -Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.
-Meningkatkan pengetahuan penderita tentang kesehatan gigi dan mulut.
-Menghilangkan fokal infeksi
3.Kebijakan Kepmenkes Nomor : 284/Menkes/SK/IV/2006 Tentang Standar Pelayanan
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut.
4.Referensi - Buku ajar praktis bedah mulut, Gordon W, Pederson.DDS,MSD
- Adyatmaka, Andreas 1998, Tata Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan gigi
dan mulut. Depkes RI.
- Prosedur Pelayanan Poli Gigi.
5. Alat dan Alat:
Bahan 1. Kaca mulut
2. Pinset
3. Tang gigi permanen
4. Bein
5. Cryer
6. Spuit 3cc
Bahan:
1. Pehacain 2%
2. Betadine
3. Tampon
4. Masker dan hand scone
6. Prosedur 1.Anamnesa
1.1 Menanyakan apakah gigi terasa sakit saat mengunyah
1.2 Menanyakan riwayat pengobatan sebelumnya jika ada, untuk pasien
pasca premedikasi ditanyakan apakah obat yang diberikan sudah
diminum sampai habis.
1.3 Apakah ada riwayat penyakit sistemik yang diderita, Riwayat alergi.
Kehamilan serta komplikasi pencabutan yang pernah dialami.
1.4 Menanyakan kondisi umum pasien; semalam tidur cukup, sudah sarapan,
tidak pusing.
2. Pemeriksaan Klinis
2.1 Gigi mati atau sisa akar dengan perkusi (-), palpasi (-)
2.2 Oral hygiene baik
3. Diagnosa
3.1 Gangren Pulpa
3.2 Sisa Akar
4.Terapi
4.1 Jelaskan pada pasien mengenai jalannya pencabutan dan resiko
komplikasi fraktur apabila gila ada kelainan.
4.2 Lakukan pengukuran tekanan darah.
4.3 Persetujuan tindakan / informed consent.
4.4 Pemilihan anastesi, isi spuit infeksi dengan obat anastesi.
4.5 Intruksikan pasien untuk berkumur. Olesi daerah yang akan dianastesi
dengan betadine.
4.6 Lakukan anastesi : blok anastesi untuk gigi posterior rahang bawah,
anaestesi infiltrasi untuk gigi anterior rahang atas dan gigi anterior
rahang bawah.
4.7 Setelah teranestes,i lakukan separasi dan longgarkan soket gigi, ke sisi
mesial dan distal dengan bein. Letakkan blade tang sejauh mungkin
sepanjang permukaan akar.
4.8 Pegang tulang alveolar sekitar gigi yang akan dicabut dengan tangan
kiri. Gerakkan tang kearah buccal lingual atau labiopalatal, bila sudah
terasa goyang lakukan rotasi sambil ditarik keluar dari soketnya.
4.9 Setelah pencabutan intruksikan pasien untuk sedikit berkumur. Apabila
ada tulang yang tajam lakukan pemotongan atau haluskan. Massage
soket dengan kapas yang telah diberi batadine. Beri tampon pada luka
bekas pencabutan intruksi untuk mengigit tampon selama kurang lebih
30 menit sampai 1 jam.
4.10 Instruksikan pasien untuk tidak sering berkumur dan meludah, jangan
menghisap daerah bekas pencabutan serta hindari merokok dan
mengunyah permen karet.
4.11Berikan antibiotik dan analgesik serta anti inflamasi bila perlu
pemberian antibiotik dengan dosis yang baik untuk jangka 5 hari.
6.Diagram Alir
SOP No.Revisi :
Halaman : 1/2
1. Pengertian Defenisi :
Pulpitis Revesible adalah inflamsi pulpa ringan, jika penyebabnya dihilangkan
pulpa akan pulih dan kembali sehat.
Patofisiologi :
Pulpitis awal dapat terjadi karena karies dalam, trauma tumpatan resin
komposit / amalgam / glass ionomer. Gambaran mikroskopis ditandai adanya
lapisan odontoblas rusak, vasodilatasi, udem, sel radang kronis kadang sel
radang akut.
Bahan:
1. CaOH2
2. Bahan tumpatan Glass Ionomer Cement
6.Diagram Alir
SOP No.Revisi : 00
Halaman : 1/2
1. Pengertian Pulpitis ireversible merupakan inflamasi pulpa yang menetap dan simptomatik
atau asimptomatik yang disebabkan oleh sesuatu yang tidak jelas, dimana
pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi sehingga pulpa tidak
dapat kembali kekondisi sehat.
2.Tujuan 1. Mengembalikan bentuk anatomi gigi semula / fungsi gigi.
2. Menghilangkan keluhan pasien.
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas
4.Referensi Ilmu Endodonti Gigi
Bahan :
1. Kasa Steril
2. Masker dan Hand scone
3. Cotton roll
4. Cotton pellet
5. Eugenol
6. Tambalan sementara
7.Unit Terkait
8.Dokumen
Terkait
MENERIMA PASIEN DI POLI GIGI
Nomor :
SOP Terbitke :
No.Revisi :
Tgl.Terbit :
Halaman : 1/2
1. Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Prosedur
5.Diagram
Alir
6.Referensi
7.Unit Terkait
8.Dokumen
Terkait
PELAYANAN POLI GIGI
No. Dokumen :
SOP No.Revesi : 00
Halaman :1/2
1. Pengertian Poli Gigi merupakan tempat untuk pelayanan dan konsultasi kesehatan gigi.
2.Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas poli gigi dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas
4.Referensi
6.Diagram Alir
1. Pengertian Monitoring status fisiolgi pasien selama pemberian anestesi lokal dan sedasi
adalah tindakan untuk melakukan monitoring keadaan umum, tanda - tanda
vital dan alergi pada pasien selama pemberian anestesi lokal dan sedasi.
2.Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan monitoring status fisiologis pasien
selama pemberian anestesi lokal dan sedasi
4.Referensi Chris Tanto et all. Kapitasi Selekta Kedokteran, Edisi Keempat, jilid Kedua.
Penerbit Media Aesculapius. FKUI.Jakarta.2014
1. Pengertian Pencabutan gigi posterior rahang atas adalah tindakan pemisahan gigi
posterior rahang atas dari jaringan lunak sekitarnya dan tulang yang
menyangganya.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk melakukan pencabutan gigi
posterior rahang atas.
Bahan:
1. Pehacain 2%
2. Betadine
3. Tampon
4. Masker dan Hand scone
No.Revisi :
Halaman : 1/3
1. Pengertian Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien menjadi lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal - hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan
7.Diagram Ali
8. Unit Terkait
9. Dokumen
Terkait