Anda di halaman 1dari 7

Judul : Analisis Masalah Pembelajaran Matematika pada Materi Luas dan Volume

Tabung
Nama : Desi Susilawati
NIM : 157785433
Kelas : P2TKA

A. MASALAH
Masalah yang diangkat pada tugas ini adalah siswa menganggap materi bangun ruang
sisi lengkung sulit karena banyak yang harus dihafal. Siswa cenderung hanya
menghafal rumus bukan memahaminya dan kurang teliti dalam melakukan
perhitungan.
Standar Kompetensi : 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola, serta
menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar : 2.2. Menghitung luas dan volume tabung, kerucut
dan bola.
Indikator : Menghitung luas dan volume tabung

B. BUKTI MASALAH
Bukti masalah dalam tugas ini adalah hasil pekerjaan dari beberapa siswa yang
melakukan kesalahan.
1. Diameter sebuah bak penampungan air berbentuk tabung tanpa tutup 35 dm.. Tempat
penampungan air tersebut terbuat dari alumunium. Jika tinggi bak tersebut 20 dm,
tentukan luas alumunium yang diberlukan untuk membuat bak tersebut!

Siswa belum memahami konsep luas permukaan


tabungSiswa
2. Sebuahtabung. cenderung
memiliki hanya
panjang menghafal
jari-jari rumus
7 cm dan tinggi 10 cm. Hitunglah:
a. Luas selimut
bukan tabung
memahaminya. Apabila soal sedikit
dimodifikasi, siswa mengalami kesulitan

1
Siswa sudah mengetahui rumus luas
selimut tabung tapi belum mampu
untuk mengaplikasikannya.

Siswa sudah mengetahui rumus luas


selimut tabung dan mampu
menggunakannya, akan tetapi melakukan
kesalahan dalam perhitungannya.

b. Luas permukaan tabung

Siswa belum memahami konsep luas


permukaan tabung

Siswa sudah mengetahui rumus luas


permukaan tabung dan mampu
menggunakannya, akan tetapi melakukan
kesalahan dalam perhitungannya.

Siswa belum memahami konsep luas


permukaan tabung 2
Siswa sudah mengetahui rumus luas
permukaan tabung dan mampu
menggunakannya, akan tetapi melakukan
kesalahan dalam perhitungannya.
c. Volume tabung.

Siswa belum memahami konsep volume


tabung

Siswa sudah mengetahui rumus volume


tabung dan mampu menggunakannya, akan
tetapi melakukan kesalahan dalam
perhitungannya.
C. ANALISIS MASALAH
Prinsip belajar matematika menurut NCTM yaitu siswa belajar matematika
sabaiknya dengan pengertian atau pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan
3
baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Jadi belajar matematika tidak
hanya sekedar menghafalkan rumus-rumus. Sebagian besar siswa menganggap bahwa
matematika itu penuh dengan rumus yang membuat mereka pusing, sehingga mereka
berusaha untuk menghafal semua rumus yang telah dipelajari. Hal inilah yang
membuat matematika sulit. Jika matematika harus dihafal, maka akan sulit sekali
karena ada banyak sekali konsep matematika ditambah penerapannya untuk
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan masing-masing konsep. Hal
ini juga sejalan dengan proses pembentukan konsep yang dinyatakan oleh Richard
Skemp (1987: 9 – 21). Pemahaman konsep dibentuk melalui abstraksi yaitu aktivitas
berfikir secara sadar akan kesamaan diantara pengalaman. Esensi belajar matematika
adalah melatih siswa menggunakan nalar, bukan menghafal rumus. Menurut Bloom
(1956), menghafal merupakan proses berfikir yang paling rendah dan pemahaman
berada satu level di atasnya. Kelemahan dari hafalan adalah kurang fleksibel. Apabila
soal sedikit dimodifikasi, siswa mengalami kesulitan.

Dalam proses pembelajaran guru wajib melakukan apersepsi sebelum kegiatan inti
pembelajaran dimulai. Apersepsi dilakukan untuk mengaitkan materi yang akan kita
pelajari dengan materi sebelumnya. Sehingga hal ini akan menjadi jembatan siswa
untuk membangun pemahaman yang baru. Untuk menciptakan pembelajaran efektif,
maka seorang pendidik harus memahami dan mampu menerapkan azas-azas didaktik
dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Azas didaktik yang dimaksud sebagaimana
dikemukakan oleh Sukarman (2003:11) meliputi azas apersepsi, azas peragaan, azas
motivasi, azas belajar aktif, azas kerjasama, azas penyesuaian dengan individu peserta
didik, azas korelasi, dan azas evaluasi yang teratur. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahwa apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang
segala sesuatu di jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta
landasan untuk menerima ide baru.

Materi bangun ruang sisi lengkung merupakan materi SMP kelas IX. Pada saat
kelas VII siswa telah mempelajari materi luas dan keliling bangun datar dan saat di
kelas VIII siswa telah mempelajari materi Volume dan luas permukaan prisma dan
balok (BSNP: 2006). Kedua materi ini merupakan prasyarat agar siswa mampu
memahami materi bangun ruang sisi lengkung. Sebelum pembelajaran mengenai

4
bangun ruang sisi lengkung, sebaiknya guru membantu siswa untuk mengingat
kembali kedua materi tersebut pada saat apersepsi.

Adapun untuk pelaksanaan pembelajaran tercakup dalam standar proses


(Permendiknas RI no.41 tahun 2007) yang mengharuskan setiap kegiatan
pembelajaran memuat kegiatan EEK (Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi).
 Eksplorasi adalah kegiatan yang melibatkan siswa untuk mencari informasi
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran;
 Elaborasi adalah kegiatan yang memberikan siswa kesempatan untuk berfikir,
menganalisis, meyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;
 Konfirmasi adalah kegiatan yang memberikan umpan balik yang positif serta
penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik.

D. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH


Alternative penyelesaian masalah yang penulis ajukan yaitu
1. Untuk masalah pemahaman siswa mengenai luas dan volume bangun ruang sisi
lengkung khususnya tabung, penulis memberikan alternative yaitu penggunaan
media pembelajaran dan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Media pembelajaran yang digunakan yaitu barang-barang bekas yang bentuknya
seperti tabung dan terbuat dari kertas agar mudah ketika di gunting.

Pada pertemuan sebelumnya guru meminta siswa untuk membawa barang-


barang bekas yang bentuknya seperti tabung dan terbuat dari kertas. Siswa diminta
untuk melepas alas dan tutup tabung kemudian menggunting selimut tabung.

5
Setelah tabung itu dibuka, siswa akan paham jika tabung itu terdiri dari alas
dan tutup yang berbentuk lingkaran dengan ukuran yang sama dan setelah
dipotong, bentuk selimut tabung menjadi persegi panjang dimana lebarnya adalah
tinggi tabung dan panjangnya merupakan keliling lingkaran. Dari sini guru bisa
membimbing siswa untuk menemukan rumus luas selimut maupun luas permukaan
tabung.

Luas selimut tabung = Luas persegi panjang


= panjang x lebar
= 2 r  t
= 2 r t
Luas permukaan tabung = Luas alas + Luas tutup + luas selimut
= r2 + r2 + 2 r t
= 2 r t  2 r t
2

Untuk menemukan rumus volume tabung, guru bisa memulainya dengan


mengingatkan siswa tentang materi volume prisma. Tabung juga merupakan prisma
karena memiliki alas dan tutup yang kongruen. Tabung merupakan prisma yang
alasnya berupa lingkaran. Siswa bisa menemukan rumus volume tabung dengan
menurunkan rumus volume prisma.

Volume tabung = Volume prisma


= Luas alas x tinggi
=r2  t
=r t 2

6
Dengan menemukan sendiri rumusnya, siswa akan lebih paham dan bisa
menemukan kembali ketika dia lupa. Dan apabila soal tersebut dimodifikasi (misal
tabung tersebut tanpa tutup) maka siswa tidak akan mengalami kesulitan karena
menentukan selimut, luas permukaan, maupun volume tabung tidak lagi hanya
sekedar hafalan rumus.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini, penulis susun sebagai alternatif
penyelesaian masalah dalam proses pembelajaran bangun ruang sisi lengkung
khususnya pada indikator menentukan luas dan volume tabung. Diharapkan RPP ini
mampu mengatasi poin-poin masalah yang penulis analisis pada bagian C. RPP
pada materi ini ada pada bagian lampiran.

2. Untuk masalah kekurangtelitian dalam menghitung, sebaiknya guru selalu


mengingatkan siswa untuk memerikasa pekerjaan mereka kembali dan
memberikan banyak latihan soal.

E. DAFTAR PUSTAKA
Bloom, B.(Ed). (1956). Taxonomy of educational objectives: Book I cognitive domain.
New York Longman Green.

BSNP (2006). Sandar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

NCTM (2000). Principles and Standard for School Mathematics. Di akses pada tanggal
19 November 2015 dari www.nctm.org

Skemp, Richard R (1987). Psychology of learning mathematics. New Jersy: Lawrence


Erlbaum Associates

Sukarman, Herry. (2003). Dasar-Dasar Didaktik dan Penerapannya dalam


Pembelajaran.Jakarta: Direktorat Tenaga kependidikan Dikdasmen Depdiknas.

Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri No 41 tahun 2007 tentang Standar


Proses. Sekretariat Negara: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai