Kadar gula atau glukosa di dalam darah merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, apabila kadar gula dalam darah terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan kadar gula dalam darah terlalu tinggi. Penyakit ini memiliki tingkat komplikasi yang lebih banyak dari penyakit lain. Sehingga apabila tidak ditangani dengan tepat, akan berakibat fatal terhadap penderita diabetes melitus seperti gagal ginjal, penyakit jantung, dan kebutaan. Data World Diabetes Foundation mencatat sejak tahun 2014 hingga tahun 2016 penderita DM di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 382 juta jiwa. Kadar gula dalam darah yang terlalu rendah juga akan sangat berpengaruh terhadap tubuh manusia. Kondisi tersebut membuat manusia tidak sadarkan diri bahkan bisa saja memasuki tahapan koma. Oleh karena itu, pentingnya kontrol kadar gula darah harus selalu dilakukan. Terutama bagi penderita diabetes melitus yang sangat dianjurkan untuk memonitoring kadar gula minimal 4 kali dalam sehari. Diagnosis dini merupakan langkah awal yang dapat mencegah penyakit bertambah parah, terutama penyakit yang disebabkan kadar gula darah menurun ataupun meningkat. Pada saat ini, langkah diagnosis terhadap penderita DM bergantung kepada pengontrolan gula darah yang dapat dilakukan dengan teknink invasive, yakni dengan menusuk jari penderita DM untuk mendapatkan sampel darah yang akan diuji. kemudian darah tersebut diproses dengan suatu alat. hal tersebut yang membuat para penderita DM enggan melakukan pengontrolan kadar gula dalam darah secara rutin. selain itu, hasil pengujian menggunakan tekink Invasive memerlukan waktu sekitar 2 jam. Teknik non-invasive merupakan solusi bagi penderita DM yang enggan melakukan pengontrolan kadar gula dalam darah secara rutin karena teknik tersebut tidak memerlukan sampel darah untuk diuji. Sehingga tidak melukai anggota tubuh penderita. Dewasa ini telah dilakukan berbagai penelitian terhadap teknik non-invasive. salah satunya yaitu dengan memanfaatkan fenomena optik berupa penyerapan cahaya pada panjang gelombang spesifik gula darah (cahaya tampak 534 nm dan inframerah 939 sampai 2326 nm). Pada teknik ini, kadar gula dalam darah akan mempengaruhi besarnya penyerapan cahaya (Jonathan,2016). Adanya alat pengukur kadar gula dalam darah dengan menggunakan teknik tersebut diharapkan dapat mempermudah dalam pengontrolan kadar gulah darah secara non-invasive, terutama bagi penderita DM. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas jurnal dengan judul “SISTEM INSTRUMENTASI ALAT UKUR KADAR GULA DARAH NON INVASIVE BERBASISKAN ARDUINO”.
1.2 Rumusan Masalah
Pengukuran kadar gula darah secara invasive dinilai tidak efisien waktu. Untuk itu dibuat suatu alat pengukur kadar gula dengan teknik non-invasive. Alat ini menggunakan sensor photodiode dan LED 1600L serta dikontrol melalui sistem android.
1.3 Batasan Masalah
Pada pembuatan alat pengukur kadar gula darah secara non-invasive, akan dibatasi pada: 1. Penggunaaan sensor pada alat ini harus bisa menutup rapat jari tangan tanpa ada rongga antara sensor dan jari tangan. 2. Tidak dibahas lebih lanjut mengenai glukosa baik proses fisika maupun proses kimia. 3. Alat ini hanya mampu mendeteksi kadar gula dalam darah, dengan penyinaran pada jari tangan yang tidak tertutup oleh lapisan lain seperti cat kuku.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Membuat suatu perangkat keras optik untuk mengukur kadar gula dalam darah secara non-invasive menggunkan sensor photodiode dan arduino. 2. Mendeteksi kelainan kadar gula dalam darah dan pengaruhnya terhadap aktivitas
1.5 Manfaat Penelitian
1. Alat yang dibuat diharapkan dapat digunakan untuk mendeteksi kadar gula dalam darah pada manusia secara non-invasive dan murah. 2. Mengurangi reagen dan rasa nyeri yang dialami pasien saat pengambilan sampel darah. 3. Alat dapat mengetahui kadar gula dalam darah secara cepat.