Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Bisnis merupakan aktivitas yang selalu ada di sekitar kita dan dikenal oleh kaum muda
hingga kaum tua. Pada era globalisasi saat ini, masyarakat indonesia khususnya para
mahasiswa masih bingung dengan manfaat dan tujuan dari bisnis tersebut. Padahal, kalau kita
memahami apa bisnis tersebut, kita akan mendapatkan keuntungan yang kita inginkan dalam
aktivitas bisnis tersebut. Bangsa Indonesia, merupakan bangsa yang memiliki kekayaan alam
yang melimpah jika kita tidak pandai mengatur itu semua, maka bangsa kita akan jatuh ke
dalam keterpurukan dalam hal perekonomian, kemiskinan dan menjadikan negeri kita gagal
atau miskin. Pasti sebagai rakyat indonesia kita mau jika hal tersebut terjadi di negara yang
kita cintai.
Dilihat dari pertumbuhan ekonomi kita saat ini, jumlah pengangguran di Indonesia
menduduki angka yang sangat fantastis. Namun, pemerintah belum bisa mengatasi problema
tersebut. Jika adanya pasar kerja yang dibuka, masyarakat berbondong-bondong untuk
menjadi pegawai negeri yang impikan, tetapi pekerjaan kita tidak hanya pegawai negeri saja
masih banyak pekerjaan yang bisa kita lakukan misalnya pewirausaha atau pengusaha.
Maka dari itu, penulis ingin membahas makalah ini yang berjudul “ Problema Bisnis
Yang Di Hadapi Saat Ini ’’ yang menjadi salah satu topik pembahasan penulis. Penulis
berusaha untuk menyusun makalah ini semenarik mungkin agar para masyarakat khusunya
mahasiswa dan pelajar lainnya dapat menyukai makalah ini. Sehingga, mahasiswa dapat
mengenal dan mengerti serta dapat menambah wawasan dalam berbisnis tentunya.

1.2. PERMASALAHAN
Penulis ingin menjabarkan atau membahas mengenai dunia bisnis dalam kehidupan kita
yang merupakan bagian dari pembahasan. Oleh sebab itu, penulis ingin membahas mengenai
:
1. Apa yang dimaksud dengan bisnis ?
2. Apa tujuan bisnis?
3. Apa fungsi menurut tokoh dan fungsi mikro dan makro dalam bisnis ?
4. Apa elemen elemen dalam bisnis?

1
5. Apa bentuk dasar kepemilikan bisnis?
6. Apa aspek-aspek dan karakteristik sistem bisnis ?
7. Apa faktor-faktor yang menentukan iklim bisnis?
8. Apa saja problema bisnis yang dihadapi saat ini ?
9. Apa saja kegiatan bisnis?

1.3. TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan dalam membuat makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi dan melengkapi tugas pengantar bisnis.
2. Mengajak para mahasiswa dalam menjalankan bisnis yang baik dan benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bisnis

Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya. Secara historis, bisnis berasal dari
kata business yang berasal dari kata dasar busy yang berarti “sibuk”. Dalam artian, sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Dalam ekonomi
kapatalis, kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan
profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya.

Secara Etimologi, bisnis adalah keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang
sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Secara luas, bisnis adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang ( organisasi) yang
menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan keuntungan yang maksimum melalui transakasi. Ada beberapa definisi bisnis
dari beberapa tokoh diantaranya :

 Menurut Brown dan Petrello : “ Business is an institution which produces goods and
services demanded by people”, yang berarti bisnis adalah suatu lembaga yang
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat sambil memperoleh
laba. ( 1976)
 Menurut Steinford : “ Business is all those activities involved in providing the goods
and services needed or desired by people”,yang berarti bisnis sebagai aktivitas yang
menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen.
(1979)
 Menurut Griffin dan Ebert : “ Business is an organization that provides goods or
services in order toearn provit”, yang berarti bisnis merupakan suatu organisasi yang
menyediakan barang dan jasa dan bertujuan untuk menghasilkan profit ( laba). (1996)
 Menurut Hughes dan Kapoor : “ Business is the organized effort of individuals to
produce and sell for a provit, the goods and services that satisfy societies needs. The
general term business refer to all such efforts within a society or within an industry”,

3
yang berarti bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dan ada dalam industri.
 Menurut Allan Afuah : Bisnis adalah sekumpulan aktivitas yang dilakukan untuk
menciptakan dengan cara menggembangkan dan mentransformasikan berbagai
sumber daya menjadi barang atau jasa yang diinginkan konsumen. (2004)
 Menurut Glos, Steade dan Lowry: Bisnis merupakan jumlah seluruh kegiatan yan
diorganisir oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan
industry yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan
memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.

2.2.Tujuan bisnis

Dalam berbisnis atau berwirausaha ,berusaha mengolah bahan untuk dijadikan produk
yang diperlukan oleh konsumen yaitu berupa barang dan jasa. Sedangkan, tujuan dari
perusahaan adalah mendapatkan laba maksimum, yakni suatu imbalan yang diperoleh
oleh perusahaan dari penyediaan suatu produk bagi para konsumen.

2.3.Fungsi bisnis

Bisnis mempunyai fungsi menurut tokoh dan fungsi dalam mikro dan makro, yakni:
Menurut Steinhoff (1979:17), fungsi yang dilakukan oleh aktivitas bisnis dapat
dikelompokkan ke dalam tiga fungsi dasar, yaitu :

1. Acquiring Raw Materials ( memperoleh bahan baku)


Dalam membuat roti kita memerlukan tepung terigu untuk membuatnya, membuat
lemari kita juga memerlukan kayu untuk membuatnya, dan dalam membuat buku tulis
kita memerlukan dahan untuk membuatnya.

2. Manufacturing Raw Materials into products


Setelah bahan baku yang kita peroleh nanti akan diolah menjadi sebuah produk. Misalnya
: Dalam membuat roti, tepung terigu diubah menjadi roti dengan berbagai rasa.

4
3. Distributing Products to Consumers
Produk yang dihasilkan lalu di distribusikan kepada konsumen.

 Fungsi mikro bisnis, yaitu :

1. Kontribusi terhadap pihak yang berperan langsung, yakni:


a) Pekerja atau Karyawan
Pekerja menginginkan gaji yang layak dari hasil kinerjanya, sedangkan
manajer menginginkan kinerja yang tinggi yang ditunjukkan dengan omzet
penjualan dan laba ( provit).
b) Dewan Komisaris
Mengawasi dan memantau kegiatan manajemen dan memastikan berjalannya
kegiatan hingga mencapai tujuan perusahaan.
c) Pemegang Saham
Investor memiliki kepentingan dan tanggung jawab tertentu terhadap suatu
perusahaan.

 Fungsi Makro Bisnis

a. Masyarakat Sekitar Perusahaan


Memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan.
b. Bangsa dan Negara
Tanggung jawab kepada bangsa dan negara diwujudkan dengan kita membayar
kewajiban pajak.

2.4. Elemen-elemen dalam sistem bisnis

Elemen dalam sistem bisnis terdiri dari empat, yaitu :


a. Modal ( Capital)
Sejumlah uang yang digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis yaitu
transaksi.
b. Bahan-bahan ( Materials )

5
Faktor produksi yang diperlukan dalam melaksanakan aktifitas bisnis untuk
diolah dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
c. Sumber Daya Manusia ( SDM)
Kualifikasi SDM, yakni memiliki kemampuan kompetitif dan berkualitas tinggi.
d. Keterampilan Manajemen ( Management Skill)
Sistem manajemen yang dijalankan berdasarkan prosedur dan tata kerja
manajemen.

2.5 Bentuk dasar kepemilikan Bisnis.

Ada beberapa bentuk kepemilikan bisnis yang dianggap umum, diantaranya :

1. Perusahaan perseorangan, yaitu bisnis yang kepemilikannya dipegang oleh satu orang
dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua resiko dan jalannya kegiatan
perusahaan.
a. Kebaikan dari perusahaan perseorangan, yaitu :
 Seluruh laba menjadi miliknya,
 Kebebasan bergerak atau fleksibelitas,
 Kepuasan pribadi,
 Lebih mudah memperoleh kredit,
 Organisasi yang mudah terbentuk,
 Ongkos organisasi yang murah,
 Bersifat kerahasiaan.

b. Keburukan dari perusahaan perseorangan, yaitu :


 Tanggung jawab pemilik tidak terbatas,
 Besar modal terbatas,
 Kecakapan pemimpin yang terbatas,
 Kerugian ditanggung sendiri,
 Kesulitan dalam manajemen,
 Kurangnya kesempatan pada para karyawan,
 Kelangsungan usaha kurang terjamin.

6
2. Persekutuan ( firma )
Adalah bentuk bisnis dimana dua orang atau lebih bekerja sama mengoperasikan
perusahaan untuk mendapatkan profit.
a. Kebaikan dari Firma, yaitu :
 Pengelolaan perusahaan dapat dibagi-bagikan
 Kebutuhan akan modal lebih mudah dipenuhi
 Setiap risiko dipikul bersama-sama.
 Keputusan yang diambil lebih baik karena pertimbangan dari seseorang
b. Keburukan dari Firma, yaitu :
 Kemungkinan timbul perselisihan
 Keputusan yang diambil kurang cepat
 Perusahaan bubar apabila seorang anggota mengundurkan diri
 Tanggung jawab pemilik tidak terbatas terhadap seluruh utang perusahaan
 Kerugian yang diakibatkan oleh seorang anggota harus ditanggung bersama oleh
anggota lain.

3. Persekutuan Komanditer ( CV)


Adalah persekutuan dua orang atau lebih untuk mendirikan usaha dimana satu atau
beberapa orang sebagai sekutu yang hanya menyerahkan modal dan sekutu lain
menjalankan perusahaan.

a. Kebaikan dari CV, yaitu :


 Modal yang dikumpulkan lebih besar,
 Mudah memperoleh kredit,
 Kemampuan manajemennya lebih besar
 Pendiriannya mudah.
b. Keburukan dari CV, yaitu :
 Sebagian anggota atau sekutu mempunya tanggung jawab tidak terbatas,
 Kelangsungan hidupnya tidak menentu
 Sulit untuk menarik kembali modalnya, terutama bagi sekutu pimpinan

4. Perseroan Terbatas ( PT)

7
Adalah bisnis yang kepemilikannya dipegang oleh beberapa orang dan diawasi oleh
dewan direktur dan dengan memperoleh modal dengan mengeluarkan sero ( saham )
dimana setiap orang dapat memiliki satu atau lebih saham.
a. Kebaikan dari PT, yaitu :
 Kebutuhan akan modal terpenuhi,
 Tanggung jawab persero terbatas,
 Keberlangsungan kehidupan PT lebih terjamin,
 Lebih mampu memperhatikan karyawan,
 Efisiensi dibidang kepemimpinan.
b. Keburukan dari PT, yaitu :
 Biaya pendirian PT besar,
 Memimpin PT lebih sulit daripada perusahaan bentuk lain,
 Perhatian persero terhadap PT kurang.

5. Koperasi
Adalah bisnis yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
a. Fungsi koperasi Indonesia, yakni :
 Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat,
 Alat pendemokrasian ekonomi nasional,
 Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia,
 Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa Indonesia, serta dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.
b. Sumber keuangan koperasi berasal dari :
 Anggota koperasi,
 Pinjaman,
 Hasil usaha,
 Penanam modal.
c. Koperasi bertujuan untuk menyejahterahkan anggotanya.
Bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan ada
9, yaitu :

8
 Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal dari barang
mentah atau komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan
keuntungan.
 Bisnis Jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan
mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka
berikan.
 Pengecer dan Distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara barang
antara produsen dengan konsumen .
 Bisnis Pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang memproduksi barang-
barang mentah .
 Bisnis Finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi
dan pengelolaan modal.
 Bisnis informasi adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan terutama dari
penjualan-kembali properti intelektual.
 Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik
dan air yang didanai oleh pemerintah.
 Bisnis Real Estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan cara
menjual, menyewakan, dan mengembangkan properti, rumah, dan bangunan.
 Bisnis transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara
mengantarkan barang atau individudari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.

2.6 Aspek-aspek Bisnis dan Karakteristik Bisnis

Bisnis memiliki empat aspek yang harus kita ketahui, yaitu :


a. Kegiatan individu dan kelompok,
b. Penciptaan nilai,
c. Penciptaan barang dan jasa,
d. Keuntungan melalui transaksi.

Adapun karakteristik yang dimiliki oleh bisnis yang terdiri dari tiga karakterisktik, yakni :
a. Kompleksitas dan keanekaragaman,
b. Saling ketergantungan,
c. Perubahan dan inovasi.

9
2.7 Faktor- faktor yang menentukan iklim bisnis

Ada tiga faktor yang menentukan iklim bisnis dalam berbisnis, diantaranya:
a. Investasi
Penggunaan sumber-sumber untuk menciptakan modal baru.
b. Tabungan
Jumlah yang diputuskan oleh para pekerja untuk ditabung akan menentukan kuat
lemahnya multiplier tersebut. Semakin banyak tabungan berarti semakin sedikit
pengeluaran dan semakin lemah multiplier tersebut.
c. Pemerintah
d. Pemerintah berperan sebagai pengelola sistem bisnis.

Pemerintah, memiliki dua kebijaksanaan yang dapat mempengaruhi bisnis , yaitu :


1.Kebijaksanaan Fiskal
Digunakan untuk mempengaruhi permintaan dengan meningkatkan pajak ( mengurangi
permintaan) atau meningkatkan pengeluaran pemerintah ( meningkatkan permintaan ),
2 Kebijaksanaan Moneter
Berkaitan dengan pengelolaan supply ( penawaran ) uang untuk meningkatkan atau
menurunkan permintaan.

2.8 Problema Bisnis Yang Di Hadapi Saat Ini

Ada 3 bagian Problema Bisnis Yang Di Hadapi Saat Ini yaitu:


1. Inflasi
Adalah suatu kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam
perekonomian.
Pada masa Pemerintahan orde Lama, tingkat inflasi di Indonesia cukup tinggi
yang mencapai beberapa ratus persen. Mulai tahun 1970 an keadaannya sudah
jauh lebih baik karena pemerintah waktu itu dapat menekan tingkat inflasi. Pada
tahun 1985 tingkat inflasi di Indonesia secara total hanya berkisar 16%. Inflasi
adalah suatu kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam
perekonomian

10
Para ekonom telah lama merasakan bahwa inflasi itu merupakan suatu proses
yang membatasi sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidak-seimbangan
sementara antara permintaan dengan penawaran barang dan jasa. Jika permintaan
turun atau penawaran meningkat, seharusnya tingkat inflasi lebih rendah

2. Produktivitas
Produktivitas adalah keluaran barang dan jasa per unit tenaga kerja.
Untuk meningkatkan produktivitas, orang tidak cukup hanya dengan berkerja
keras, tetapi juga memerlukan peralatan dan metode kerja yang lebih baik. Di
samping itu juga diperlukan peningkatan investasi. Riset dan pengembangan, dan
teknik-teknik manajemen yang lebih maju

3. Pengangguran

Tingkat pengnagguran di Indonesia tidak dapat ditentukan secara tepat karena


sulitnya mendapatkan data yang akurat. Bersamaan dengan resesi yang terjadi
akhir-akhir ini banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan. Pada umumnya
pemutusan hubungan kerja ini terjadi karena perusahaan tidak mampu lagi
membayar mereka sebagai akibat turunnya penghasilan (dari penjualan) secara
drastis. Namun tidak mustahil jika kondisi perekonomian membaik yang
berpengaruh juga pada kondisi perusahaan, maka pemutusan hubungan kerja ini
dapat dibatalkan. Dengan kata lain mereka ditarik kembali bekerja

2.9. Jenis –jenis kegiatan dalam bisnis

Dalam menjalankan bisnis kita dihadapi oleh tiga jenis kegiatan dalam berbisnis, yaitu
:
 Produksi adalah menghasilkan suatu barang dan jasa yang diperlukan oleh
konsumen.
 Distribusi adalah menyalurkan atau mendistribusikan barang dan jasa untuk
dikonsumsi konsumen
 Konsumsi adalah pelaku yang merasakan barang dan jasa yang ia perlukan.

11
2.10. Problema Bisnis yang Dihadapi Saat Ini

1. Masalah Bisnis

Berikut ini adalah peringkat 10 besar domain masalah bisnis berdasarkan survey
terbaru dari BMGI, salah satu firma konsultan manajemen internasional.

1. Ketidakpastian

Situasi Politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, keamanan dan kondisi alam
merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi bisnis. Perubahan-perubahan
yang cepat, dratis dan tidak terduga pada berbagai situasi tersebut tentunya dapat
menyebabkan ketidakpastian pada kondisi bisnis. Dengan demikian, pada situasi
seperti ini amatlah sulit bagi perusahaan menyusun rencana ataupun strategi jangka
panjang yang ideal. Padahal, untuk dapat berkembang dan bertahan dalam waktu yang
cukup lama di dunia bisnis, perusahaan membutuhkan kondisi yang cukup stabil guna
memproyeksikan target bisnis jangka panjangnya. Masalah yang harus dihadapi
dalam kondisi yang penuh ketidakpastian adalah bagaimana menyiapkan rencana
jangka panjang yang adaptif terhadap perubahan dan menyiapkan rencana-rencana
kontijensi jangka pendek dalam mengimplementasikan rencana jangka panjang yang
telah disusun.

2. Globalisasi

70% CEO dari 500 perusahaan TOP Fortune menyatakan sangat peduli terhadap
masalah globalisasi. Dalam pengertian yang paling sederhana, globalisasi merupakan
sesuatu yang "mendunia" dalam waktu singkat. Misalnya globalisasi ekonomi dan
globalisasi budaya, dapat dipahami sebagai kondisi ekonomi dan budaya yang dalam
waktu singkat berdampak ke seluruh atau sebagian besar masyarakat dunia. Bagi
organisasi bisnis, kondisi ini dapat memberikan efek ganda, yaitu potensi peluang
yang sangat dahsyat atau sebaliknya potensi ancaman yang juga sangat berbahaya.
Peluang bisnis dapat muncul dari potensi pasar global atau konsumen global,
sekaligus juga memberikan tantangan atau permasalahan bagi organisasi, yaitu
bagaimana mengembangkan produk dan jasa yang dapat memenuhi selera global
(yang berubah demikian cepat dan sangat beragam), dan sanggup berkompetisi

12
dengan para kompetitor global. Disamping itu, sistem ekonomi dunia yang semakin
terintegrasi berakibat meningkatnya kerentanan organisasi terhadap efek domino dari
permasalahan ekonomi dan politik dunia. Dalam hal ini masalahnya adalah
bagaimana perusahaan memahami dengan tepat kondisi global melalui informasi yang
akurat, melakukan analisis yang memadai dalam menerjemahkan konten dan konteks
informasi tersebut serta merespon dengan cepat dan akurat.

3. Inovasi

Riset menunjukan bahwa sangat sedikit perusahaan, bahkan perusahaan-perusahaan


besar sekalipun yang telah berhasil mengembangkan budaya inovasi dalam
organisasinya, meskipun para CEO terus berjuang untuk melakukan hal tersebut.
Masalahnya adalah bagaimana menghilangkan ketakutan di dalam organisasi terhadap
tuntutan untuk senantiasa berfikir dan bertindak kreatif dan inovatif. Sedangkan di sisi
lain, adalah bagaimana mengendalikan kreatifitas dan inovasi tersebut agar tidak
menimbulkan efek yang dapat merugikan perusahaan.

4. Regulasi

Dari perspektif pelaku bisnis, keberadaan suatu peraturan atau regulasi dapat
menguntungkan atau merugikan, tergantung jenis bisnis dan bagaimana respon
organisasi terhadap regulasi tersebut. Banyak perusahaan yang berkembang dengan
adanya regulasi-regulasi baru, misalnya regulasi tentang proteksi bidang usaha kecil
atau regulasi tentang kebutuhan produk dan jasa tertentu yang dapat disediakan oleh
perusahaan. Sebaliknya, tidak sedikit juga perusahaan yang hancur karena tidak
mampu memenuhi standar-standar usaha yang terdapat dalam suatu regulasi, misalnya
pemenuhan standar lingkungan, atau keliru dalam menerapkan regulasi, misalnya
salah atau tidak menerapkan regulasi perpajakan dengan benar. Akibat ketidakpatuhan
atau ketidaksanggupan dalam menerapkan regulasi dapat berakibat kepada berbagai
konsekuensi hukuman, seperti tuntutan pembayaran denda atau bahkan penghentian
operasi oleh aparat penegak hukum. Tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan
terhadap permasalahan regulasi adalah bagaimana memahami dampaknya terhadap
bisnis dan meresponnya dengan benar dan cerdas.

5. Teknologi

13
Ketika perkembangan teknologi begitu pesat pada zaman sekarang, amatlah sulit bagi
perusahaan untuk senantiasa merespon perkembangan tersebut dengan
mengadopsinya dalam operasi bisnis. Padahal, kompetitor mungkin saja
memanfaatkan perkembangan tersebut untuk menyalip bisnis perusahaan. Misalnya,
hampir setiap tahun muncul versi terbaru teknologi informasi/TI dalam berbagai
bentuk aplikasinya. Perusahaan tidak semestinya merespon perkembangan tersebut
dengan selalu mengganti aplikasi yang sedang digunakan, tanpa pertimbangan bisnis
yang memadai. Masalahnya adalah bagaimana menyusun strategi jangka panjang
dalam mengelola teknologi yang seimbang antara kebutuhan, investasi dan manfaat
yang diperoleh dari adanya suatu teknologi dapat selalu terjaga. Disamping itu,
bagaimana perusahaan dapat mengambil keuntungan dari perkembangan teknologi
yang terkadang diluar perkiraan.

6. Keberagaman

Dalam kebanyakan organisasi besar, sumberdaya manusia biasanya terdiri dari


berbagai latarbelakang pendidikan, pengetahuan, keahlian, karakter, bahkan suku
bangsa. Kondisi ini membawa konsekuensi kepada sulitnya untuk mencapai
kesepakatan dalam merumuskan dan mengeksekusi suatu keputusan. Akibatnya
adalah potensi konflik dan keterlambatan proses yang dapat merugikan perusahaan.
Di sisi lain, keberagaman pengetahuan dan lainnya merupakan kekuatan potensial
bagi perusahaan jika dapat memberdayakannya melalui mekanisme kohesi, kolaborasi
dan berbagi pengetahuan demi kepentingan perusahaan. Dengan demikian,
masalahnya adalah bagaimana mengidentifikasi, mendefinisikan dan memberdayakan
keberagaman, baik pengetahuan dan berbagai potensi lainnya guna meraih
keuntungan perusahaan.

7. Kompleksitas

Kompleksitas dapat dipahami sebagai banyaknya variabel yang mempengaruhi suatu


permasalahan. Faktanya sekarang adalah, dunia menjadi semakin kompleks, begitu
juga dengan bisnis. Ketika ekonomi dunia semakin terintegrasi secara geografis dan
juga semakin terkait dengan berbagai isu-isu non ekonomi, seperti politik dan budaya,
maka berbagai variabel ekonomi dan non ekonomi dapat mempengaruhi
pertimbangan bisnis. Kabar baiknya adalah, perkembangan TI cukup membantu

14
menyederhanakan kompleksitas bisnis. Meskipun perlu dipahami bahwa semakin
kompleks kegiatan bisnis, semakin sulit mengembangkan TI yang memiliki
kemampuan untuk menyederhanakan dan memudahkan pelaku bisnis mengelola
kegiatan mereka. Terkait dengan kompleksitas, masalahnya adalah bagaimana
organisasi bisnis dapat menerapkan pendekatan yang berorientasi sistem dalam
menganalisis, merancang dan menyederhanakan proses bisnisnya, sehingga dapat
meminimalisir kompleksitas tersebut.

8. Informasi Sampah

Dunia semakin transparan dengan perkembangan TI sehingga banyak dinamika


peristiwa dalam berbagai aspek kehidupan dan di berbagai lokasi terpapar lewat TI.
Hasilnya adalah, gunungan informasi, baik yang berguna maupun yang tidak atau
informasi sampah, akan terekam dan tersebar dalam waktu yang sangat singkat.
Sebuah laporan survey menunjukan bahwa pada bulan Maret 2010, lalu lintas internet
dunia mencapai 21 exabyte-21 juta terabyte. Pada tahun 2016, diperkirakan lalu lintas
internet global akan mencapai 1,3 zettabyte. Setiap hari, 2,5 quintillion bytes data
dihasilkan. Dengan kondisi seperti ini, masalah bagi organisasi bisnis maupun orang-
orang yang terlibat dengannya adalah bagaimana menyikapi limpahan informasi ini
dengan mengambil yang berguna dan menyaring sampahnya, kemudian mengolahnya
menjadi pengetahuan yang bernilai bagi perusahaan.

9. Rantai Pasokan

Permasalahan rantai pasokan sangat erat kaitannya dengan ketidakpastian yang terjadi
dalam dunia bisnis. Semakin dapat diprediksi permintaan dari pelanggan, semakin
mudah menentukan jenis dan jumlah persediaan yang harus disiapkan. Faktanya,
sangat sulit untuk memprediksi permintaan pelanggan karena persaingan yang ketat
dan selera konsumen yang berubah-ubah. Di sisi lain, ketersediaan barang dari
pemasok juga semakin sulit untuk diprediksi karena faktor kelangkaan sumber daya
dan faktor lainnya. Sementara itu, perusahaan perlu meminimalisir persediaan untuk
tujuan efiensi. Kondisi ini menimbulkan permasalahan yang harus dikelola sebaik
mungkin, yaitu bagaimana mengembangkan strategi pengadaan yang dapat
menyeimbangkan resiko antara penyediaan kebutuhan penjualan dengan ketersediaan
barang dari pemasok.

15
10. Keahlian Penanganan Masalah

Jika masalah-masalah pada nomor satu sampai dengan nomor sembilan adalah
masalah utama dalam organisasi bisnis, plus berbagai masalah lain yang tidak
termasuk dalam peringkat di atas, maka ketidakmampuan memecahkan permasalahan
dengan solusi yang tepat adalah kunci semua masalah yang dapat membawa kepada
kehancuran. Oleh karena itu, masalah terbesar bagi organisasi adalah bagaimana
mempersiapkan seluruh elemen organisasi dengan seperangkat metodologi
penanganan masalah yang membuat elemen organisasi memiliki keahlian
mengidentifikasi, mendefinisikan dan menganalisis permasalahan serta menemukan
solusi dengan cepat dan tepat, apapun jenis masalahnya.

2. Instrumen Pengelolaan Masalah

1. Sistem Pengukuran Kinerja

Mengidentifikasi masalah merupakan serangkaian kegiatan sistematis dalam


menganalisis penyimpangan-penyimpangan dari target, dan mencari tahu apa yang
menjadi penyebabnya. Setelah penyebab masalah teridentifikasi, selanjutnya adalah
mendefinisikan permasalahan dalam bentuk pernyataan masalah. Definisi atau
penyataan masalah menjelaskan dimensi-dimensi permasalahan (waktu, lokasi,
personal yang bertanggungjawab, cakupan organisasi dan lain-lain), serta apa yang
dibutuhkan untuk mengatasinya. Dengan adanya pernyataan masalah yang jelas, tim
atau personil memiliki acuan yang tegas dan terukur dalam menemukan solusi yang
akurat.

Pada usaha kecil, pemilik bisnis lazimnya mengetahui adanya permasalahan melalui
cara yang sederhana, misalnya lewat pengamatan dan pengalaman operasional sehari-
hari atau lewat interaksi dengan pelanggan. Terkadang pelanggan menyampaikan
kritik dan saran mengenai produk atau layanan yang diberikan, sehingga pemilik
mengetahui bahwa ada yang salah dengan bisnisnya. Dengan skala usaha yang masih
kecil dan kompleksitas yang rendah, sebab dan solusi permasalahan normalnya dapat
ditemukan dalam waktu yang singkat.

16
Sementara itu, pada organisasi bisnis yang besar dan modern, pemilik dan manajemen
biasanya telah merumuskan target-target capaian yang harus diraih dalam periode
tertentu. Pencapaian target-target tersebut dinilai menggunakan indikator-indikator
yang terukur atau parameter, yang dikembangkan berdasarkan praktik terbaik industri,
pengalaman perusahaan dan konsep pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.

Dalam melaksanakan kegiatan bisnis dan di akhir periode kegiatan, laporan


manajemen akan menyajikan parameter-parameter pencapaian bisnis dibandingkan
dengan target yang telah ditetapkan. Jika terdapat penyimpangan antara target dengan
pencapaian, maka hal ini dapat menjadi sinyal atau gejala mengenai adanya suatu
masalah. Sinyal-sinyal tersebut memerlukan evaluasi dan tindak lanjut untuk
membuat suatu kesimpuan apakah memang benar ada permasalahan yang serius atau
hanya penyimpangan sesaat yang dalam waktu singkat akan kembali normal dengan
sendirinya.

Kegiatan merumuskan, merencanakan, mengukur, mengevaluasi dan memperbaiki


target bisnis dikelola melalui suatu sistem manajemen kinerja. Faktor yang terpenting
pada suatu manajemen kinerja adalah kemampuan dalam merepresentasikan dan
mengukur kinerja seluruh aspek yang terlibat dalam pencapaian tujuan organisasi,
yang mencakup aspek keuangan dan non keuangan.

Sebagai entitas bisnis yang mengelola sumberdaya ekonomi dan mencari keuntungan
ekonomi, parameter keuangan merupakan indikator utama terhadap kinerjanya.
Namun demikian, perkembangan bisnis modern telah memperlihatkan bahwa
parameter keuangan semata tidak memadai untuk merepresentasikan keseluruhan
upaya dan kemampuan yang dimiliki dalam rangka mencapai target-target bisnis.
Padahal, pengukuran kinerja bertujuan untuk memberikan perspektif seluas-luasnya
bagi manajemen dalam mengevaluasi tahap-tahap pencapaian organisasi, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.

Hanya bersandar pada informasi mengenai capaian angka penjualan dalam satu tahun
menjadi relatif kurang bermakna, bahkan salah makna, jika dibandingkan apabila
informasi tersebut juga dilengkapi dengan capaian pangsa pasar per jenis produk.
Kenaikan angka penjualan yang cukup tinggi, namun dengan pangsa pasar yang

17
semakin berkurang dapat menjadi sinyal bahwa pesaing sebenarnya sedang
mengalami pertumbuhan bisnis yang lebih cepat dari perusahaan, sehingga dalam
jangka panjang sebenarnya perusahaan sedang mengalami ancaman.

Metode yang cukup handal untuk mengelola sistem kinerja organisasi adalah Balance
Score Card/BSC, karena metode ini menggabungkan berbagai perspektif yang
mencerminkan seluruh upaya dan kemampuan organisasi dalam mencapai target,
yaitu perspektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, pembelajaran dan
pertumbuhan, serta proses internal). Objek kinerja yang menjadi target pengukuran
dikenal dengan key performance indicators/KPI. Disamping itu, BSC juga
mengintegrasikan antara rencana strategis jangka panjang dengan aksi jangka pendek
yang dilakukan untuk merealisasikannya. Dengan demikian, hasil pengukuran kinerja
yang menggunakan metodologi BSC dapat menjadi indikator yang efektif untuk
menuntun organisasi mengidentifikasi gejala-gejala permasalahan yang sedang atau
akan dihadapi.

2. Analisis Sumber Masalah

Setelah organisasi mengidentifikasi gejala permasalahan, manajemen perlu


menganalisis penyebab terjadinya masalah. Para analis bisnis lazim menggunakan
metode Root Cause Analysis/RCA dalam mencari tahu sebab-sebab terjadinya suatu
masalah. Pada dasarnya RCA merupakan pendekatan umum yang merepresentasikan
langkah-langkah sistematis dan berkesinambungan, dalam menentukan akar suatu
masalah, melakukan koreksi dan mencegahnya agar tidak terulang pada masa depan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan sebab akibat
antara kondisi yang terjadi dengan peristiwa-peristiwa pada masa lalu. Oleh karena
itu, dekomposisi dan pengurutan perisitiwa menjadi bagian yang sangat penting ketika
melakukan RCA.

Untuk melakukan RCA, organisasi dapat memilih salah satu alat yang biasa
digunakan dalam analisis bisnis, misalnya diagram tulang ikan/fishbone diagram atau
diagram Ishikawa. Diagram ini, sebagaimana namanya memiliki bentuk yang mirip
dengan tulang ikan. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan kronologi sebab-sebab
timbulnya suatu akibat atau kondisi berdasarkan urutan kejadian, sampai dapat
disimpulkan akar atau sumber permasalahan. Sebab-sebab timbulnya suatu akibat

18
dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu atau beberapa dari lima faktor atau dikenal
sebagai 5 why's, yaitu man, material, method, machine/facilitiy dan environment.

Semua proses RCA harus didokumentasikan dengan baik. Output RCA seharusnya
dapat menjelaskan sifat, lokasi, waktu, pihak yang terlibat dan besaran dampak yang
terjadi serta faktor penyebabnya, kemudian menentukan tindakan atau kondisi yang
dibutuhkan untuk memperbaiki faktor penyebab tersebut dan upaya pencegahan agar
tidak terulang pada masa depan. Meskipun terkesan reaktif, jika manajemen
mengintegrasikan metode RCA ke dalam aktivitas operasional dan strategis secara
sistematis dan berkesinambungan, maka dapat menjadi alat yang efektif untuk
memperbaiki budaya dan pola penanganan masalah bisnis jangka pendek dan jangka
panjang

Berikut ini adalah langkah-langkah umum dalam melakukan RCA:

3. Manajemen Resiko

Pada dasarnya respon terhadap masalah adalah sebelum terjadi, ketika terjadi dan
setelah terjadinya masalah. Dalam bisnis modern, organisasi mengelola "masalah"
melalui pendekatan "resiko", yaitu segala kemungkinan terjadinya kondisi negatif
yang tidak diharapkan. Sebagaimana definisi "masalah", perspektif yang digunakan
dalam mendefinisikan "resiko" adalah perspektif pencapaian tujuan. Dengan
demikian, setiap kemungkinan terjadinya kondisi yang tidak sesuai dengan tujuan
atau target bisnis beserta besaran dampak yang diakibatkannya merupakan "resiko".
Dengan kata lain, "resiko" merupakan setiap kemungkinan "akibat" yang dapat
ditimbulkan oleh "masalah" dan besaran dampaknya. Dalam International Internal
Auditing/IIA glossary, pengertian resiko adalah; "the uncertainty of an event
occurring that could have an impact on the achievement of objectives. Risk is
measured in terms of consequences and likelihood".

Pendekatan resiko diimplementasikan melalui manajemen resiko, sistem pengendalian


internal dan audit. Manajemen resiko merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh
organisasi dalam rangka meminimalisir kemungkinan terjadinya kondisi negatif dan
berupaya merubahnya menjadi kondisi yang positif. Sederhananya, manajemen resiko
adalah upaya untuk merubah ancaman menjadi peluang. Manajemen resiko yang

19
mengintegrasikan setiap resiko yang ada pada unit atau elemen organisasi ke dalam
kerangka strategi perusahaan dikenal sebagai enterprise risk management/ERM.
Proses manajemen resiko meliputi identifikasi, penilaian, manajemen dan monitoring
resiko.

Identifikasi resiko bertujuan untuk mengenali setiap resiko yang dihadapi oleh
perusahaan. Penilaian merupakan tahapan untuk mendeskripsikan setiap resiko yang
teridentifikasi serta membuat kategori dan prioritas berdasarkan kepentingan, tingkat
ancaman, kemungkinan terjadi dan kemampuan dalam mengontrolnya. Manajemen
atau respon atau mitigasi resiko mencakup serangkaian tindakan yang dilakukan
dalam merespon resiko, seperti mentransfer, mencegah, mengurangi, menyiapkan
rencana kontijensi dan menerima resiko beserta konsekuensinya.

4. Pengendalian Internal

Antara manajemen resiko dengan pengendalian internal merupakan dua alat


organisasi yang tidak terpisahkan. Sebagaimana dipahami bahwa sistem pengendalian
internal merupakan seperangkat kebijakan, prosedur, manusia, alat dan metode yang
terlibat dalam upaya memastikan elemen-elemen organisasi bekerja sebagaimana
mestinya dalam mencapai tujuan organisasi. Maka, manajemen resiko menggunakan
sistem pengendalian internal perusahaan untuk meminimalisir atau mengendalikan
setiap resiko, dalam artian mencegah, mendeteksi dan memperbaiki dampak dari
resiko yang terjadi. Di sisi lain, kerangka pengendalian seperti committe of
sponsoring organizations/COSO control framework, mencakup proses manajemen
resiko. Kerangka pengendalian merupakan fondasi bagi sistem pengendalian internal.

Fungsi pencegahan yang terdapat pada pengendalian internal dapat dilakukan dengan
mempekerjakan staf yang berkompeten di bidangnya dan memiliki integritas moral
yang baik, melakukan pemisahan fungsi dan tugas. Pengendalian akses terhadap
sistem informasi dan fasilitas fisik dengan penggunaan password, pengaturan hak
akses dan penggunaan ruangan penyimpanan yang terkunci dengan baik. Jika
dianalogikan dengan resiko terjadinya kebakaran, maka salah satu upaya pencegahan
dapat dilakukan melalui pembatasan penggunaan peralatan elektronik yang melebihi
kapasitas daya listrik.
Fungsi deteksi dirancang untuk merespon resiko atau kesalahan yang tidak dapat

20
dicegah dengan fungsi pencegahan atau baru saja terjadi masalah namun belum jelas
profil masalahnya. Misalnya, kesalahan melakukan transaksi masih mungkin terjadi
meskipun staf telah dilatih dan diberikan instruksi kerja yang memadai. Untuk itu,
diperlukan langkah-langkah seperti reviu oleh supervisor, pengecekan dan
pengecekan ulang, laporan penyimpangan, inspeksi mendadak dan rekonsiliasi.
Dalam hal resiko kebakaran, berfungsinya alarm kebakaran ketika muncul api atau
asap merupakan bentuk fungsi deteksi dari sistem pengendalian.

Apabila resiko tidak dapat dicegah sehingga terjadi "masalah" dan akibatnya, maka
sistem pengendalian harus memastikan bahwa organisasi dapat menerapkan kebijakan
dan prosedur yang tepat untuk mengatasi dan memperbaiki masalah tersebut beserta
dampak yang ditimbulkannya. Kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk merespon
suatu masalah termasuk dalam kategori ini. Misalnya, kebijakan untuk menyediakan,
menggunakan serta prosedur penggunaan alat pemadam kebakaran pada saat
terjadinya kebakaran.

5. Audit

Audit merupakan salah satu alat bagi manajemen dan pemilik dalam melakukan
pengawasan dan pengendalian terhadap organisasi. Audit membantu manajemen dan
pemilik meyakini bahwa seluruh organisasi beserta komponennya telah berjalan
sebagaimana mestinya dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain, jika komponen
organisasi ada yang menyimpang dari yang semestinya atau mengalami "masalah",
maka "masalah" tersebut seharusnya dapat terungkap melalui aktivitas audit. Lebih
daripada itu, audit seharusnya juga menghasilkan saran atau rekomendasi mengenai
solusi untuk suatu masalah. Secara umum, audit merupakan langkah-langkah
sistematis untuk memeriksa dan membandingkan objek audit dengan seperangkat
kriteria atau standar yang telah ditetapkan. Objek audit dapat berupa orang,
organisasi, sistem, proses, perusahaan, proyek atau produk.

Dalam perusahaan besar dan modern yang sistem pelaporannya sudah memadai,
laporan manajemen yang menyajikan informasi kinerja perusahaan merupakan
langkah awal untuk mengetahui berbagai gejala permasalahan yang sedang dialami
maupun potensi masalah yang mungkin terjadi. Syaratnya adalah laporan tersebut
menyajikan informasi yang benar, lengkap dan dapat dipercaya. Untuk itu, organisasi

21
perlu mengevaluasi sejauh mana kebenaran, kelengkapan dan kebenaran informasi
yang disajikan. Agar hasil evaluasi lebih dapat dipercaya, maka sebaiknya dilakukan
oleh pihak yang tidak berkepentingan langsung dengan laporan manajemen tersebut
atau bersifat independen terhadap pihak yang memberikan laporan. Kegiatan evaluasi
ini adalah salah satu bentuk dari audit.
Keberadaan suatu informasi yang dapat dipercaya berkaitan erat dengan sejauh mana
informasi tersebut dapat diyakini kebenarannya. Pengertian "benar" yang melekat
pada suatu informasi ditentukan oleh seperangkat kriteria atau standar yang telah
ditentukan atau disepakati oleh pihak yang berkepentingan, atau oleh regulator
tertentu. Informasi yang berbeda akan menggunakan kriteria yang berbeda dalam
mengevaluasi kebenarannya. Misalnya: untuk menilai kebenaran informasi mengenai
kinerja operasional perusahaan, dapat menggunakan seperangkat kriteria yang telah
ditetapkan oleh menajemen puncak. Untuk menilai kebenaran informasi perpajakan
yang disajikan oleh Pembayar Pajak, menggunakan ketentuan perpajakan sebagai
kriteria penilaian.

Ketika auditor melakukan audit terhadap objek audit, prioritas perhatian perlu
diarahkan terhadap objek atau area audit berdasarkan signifikansi dampak yang
ditimbulkannya atau berdasarkan area yang terkena dampak masalah terbesar.
Pendekatan seperti ini dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi audit, karena
auditor dan sumberdaya audit akan lebih fokus pada area-area yang bermasalah besar.
Dalam hal ini, manajemen resiko akan membantu auditor mengidentifikasi,
mengelompokan dan merangking resiko atau masalah yang terdapat pada objek-objek
audit. Sejalan dengan itu, auditor juga akan lebih mudah untuk mengevaluasi
kecukupan pengendalian internal yang terkait dengan resiko tersebut. Pendekatan
audit ini dikenal dengan audit berbasis resiko.

Dari sisi pelaksana audit atau auditor, audit dapat dilakukan oleh pihak internal
organisasi atau audit internal dan yang dilaksanakan oleh pihak eksternal atau audit
eksternal. Fungsi pengawasan dan pengendalian di dalam suatu organisasi menjadi
dasar bagi para auditor internal dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Di sisi lain,
para auditor eksternal berperan menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian
bagi pihak-pihak di luar organisasi, misalnya para investor, kreditur dan pemerintah.
Mereka bertugas mengevaluasi kondisi internal organisasi atau informasi yang

22
merepresentasikan kondisi tersebut bagi pihak-pihak eksternal dengan menggunakan
seperangkat kriteria tertentu.

Meskipun aktifitas audit secara umum dapat ditinjau dari dua perspektif, internal dan
eksternal, keduanya saling berkaitan dalam menjamin pencapaian tujuan organisasi
seoptimal mungkin. Pengawasan dan pengendalian yang efektif di dalam organisasi
akan meningkatkan kualitas informasi yang disajikan bagi pihak eksternal, begitu juga
sebaliknya, pengawasan dan pengendalian yang efektif dari pihak eksternal dapat
mendorong fungsi pengawasan dan pengendalian internal menjadi lebih efektif.

Apapun bentuknya, paling tidak ada tiga pihak yang terlibat dalam suatu aktifitas
audit, yaitu:

1. Pihak pertama: auditor, misalnya Akuntan Publik atau satuan audit internal
2. Pihak kedua: entitas yang diaudit (auditee), misalnya manajemen atau unit
tertentu dalam suatu organisasi
3. Pihak ketiga: entitas yang memerlukan pertanggungjawaban dari entitas yang
diaudit, misalnya pemegang saham atau manajemen puncak

Pola hubungan kerja yang terjadi antara ketiga pihak tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

6. Perbaikan Proses Bisnis

Baiklah, setelah membahas dengan singkat tentang instrumen-instrumen yang dapat


digunakan untuk mengelola permasalahan bisnis, selanjutnya kita perlu merangkai
bagaimana implementasinya secara kolaboratif. Tahapan paling awal adalah
menangkap sinyal-sinyal masalah melalui pengukuran kinerja, misalnya
menggunakan metode balance score card/BSC.

Capaian kinerja yang menyimpang dari standar atau target bisnis merupakan gejala
masalah yang perlu ditindaklanjuti dengan root cause analysis/RCA. Dalam hal ini
perlu ditentukan prioritas penyimpangan yang akan ditindaklanjuti berdasarkan
tingkat kepentingan dan peranannya terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Output RCA adalah sejumlah kondisi atau kejadian yang menjadi penyebab terjadinya
masalah beserta waktu, lokasi dan frekuensi terjadinya, dampak ekonomi yang

23
ditimbulkan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi dan mencegahnya
agar masalah tersebut tidak terjadi lagi pada masa depan.

Output RCA merupakan salah satu sumber yang digunakan untuk mengidentifikasi
dan menganalisis resiko, disamping sumber lainnya, seperti profil resiko pada
perusahaan sejenis dan referensi-referensi bisnis yang dapat dipertangungjawabkan.
Seluruh resiko tersebut kemudian dimasukan dalam register atau daftar resiko, dan
dilanjutkan ke tahap-tahapan manajemen resiko berikutnya. Untuk meyakini
kebenaran laporan manajemen yang dihasilkan dari sistem pengukuran kinerja, sistem
manajemen resiko dan pengendalian internal, manajemen perlu melakukan verifikasi
dan validasi terhadap semua instrumen tersebut melalui kegiatan audit, khususnya
audit yang berbasis resiko.

Setelah dilakukan audit terhadap laporan-laporan manajemen, seharusnya manajemen


telah memperoleh profil masalah yang jelas dan alternatif-alternatif solusinya.
Selanjutnya adalah melakukan langkah-langkah perbaikan yang menjadi solusi bagi
suatu permasalahan bisnis serta memastikan bahwa persoalan tersebut tidak akan
terjadi lagi pada masa depan. Manajemen dapat melakukan tindakan perbaikan
terhadap akar masalah dan dampak yang ditimbulkannya dengan menggunakan
pendekatan proses, yang menjadi fokus utama dalam buku ini.

24
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Bisnis adalah suatu usaha untuk mendapatkan keuntungan/laba. Organisasi bisnis
yang dijalankan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan Untuk berhasil
dalam bisnis, masalah adalah tantangan yang harus diatasi. Setiap organisasi bisnis
hampir pasti selalu berhadapan dengan berbagai permasalahan. Sebagian gagal
menghadapinya, namun tidak sedikit yang mampu mengatasi dan bahkan menjadikan
berbagai permasalahan sebagai momentum untuk berkembang lebih cepat dan
tangguh pada masa yang akan datang. Berbagai pengetahpasar konsumen untuk
mendapatkan keuntungan, dikenal dengan istilah perusahaan. Selain mencari
keuntungan, organisasi bisnis juga berkepentingan untuk menjaga kelangsungan
hidup sumber daya alam dan lingkungan social. Selain dari pesaing, bisnis juga
disaingi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.
Mempelajari bisnis berarti mempelajari cara mengelola kebutuhan dan keinginan
yang tak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Di era globalisasi ini, bisnis
dituntut untuk bisa fleksibel karena apabila organisasi bisnis itu kaku/rigid, maka
organisasi itu tidak bisa bertahan dari lingkkungannya dan akhirnya tamat/hancur.
Bisnis merupakan subsistem dari sebuah sistem ekonomi. . Subsistem dari suatu
organisasi bisnis terdiri dari suatu input, proses dan output. Masing-masing subsistem
itu juga merupakan sistem yang mandiri atas beberapa subsistem didalamnya.
Kebijakan-kebijakan dalam skala mikro akan memiliki implikasi secara langsung atau
tidak lanngsung atas kelangsungan bisnis.

3.2.Saran
Adapun saran yang penulis berikan kepada pembaca, diantaranya :
1. Memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat lebih memahami dan memaknai
pentingnya mengetahui maksud dan tujuan Bisnis.
2.Sebaiknya menjalankan bisnis sesuai dengan kemampuan yang ia miliki jangan
dengan modal nekat saja dan berharap untuk mendapatkan keuntungan.
3.Sabar lah dalam berbinis dan mau mencoba walaupun mulai dari awal dengan
usaha kecil-kecilan

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Widyatmini. 1996. Diktat Pengantar Bisnis. Gunadarma : Jakarta.


2. DH Basu Swastha DR. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Liberty : Yogyakarta.
3. Solihin Ismail. 2006 . Pengantar Bisnis. Prenada Media : Jakarta
4. Zamroni M. 2009. Buku Kantong Ekonomi IPS. Pustaka Widyatama : Yogyakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai