SELULITIS PRESEPTAL
Disusun Oleh:
Preseptor :
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Selulitis preseptal merupakan suatu inflamasi dan infeksi pada kelopak mata (termasuk
jaringan lunak periorbita), septum anterior orbital, yang dikategorikan sebagai eritema dan
Selulitis preseptal umumnya merupakan penyakit pada anak-anak, dengan 80% anak
Pasien dengan selulitis orbita dapat menunjukkan gejala bengkak pada kelopak mata,
nyeri pada mata, merah, hingga demam sehingga dibutuhkan terapi yang adekuat dalam
CSR ini dibatasi pada pembahasan definisi, klasifikasi, etiologi, patogenesis, diagnosis,
CSR ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai definisi, klasifikasi, etiologi,
patogenesis, diagnosis, pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi dan prognosis dari selulitis
preseptal.
Metode yang dipakai dalam penulisan CSR ini berupa laporan kasus, diskusi dan
tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur, termasuk buku teks dan artikel
ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Selulitis preseptal merupakan suatu inflamasi dan infeksi pada kelopak mata (termasuk
jaringan lunak periorbita), septum anterior orbital, yang dikategorikan sebagai eritema dan
Infeksi ini sering terjadi dan tidak separah apabila dibandingkan dengan selulitis orbita
(yang dikenal sebagai selulitis postseptal). Hal ini bisa disebabkan akibat penyebaran dari infeksi
saluran nafas bagian atas, infeksi mata luar, atau trauma kelopak mata.1
Pada selulitis preseptal, jaringan lunak anterior hingga septum orbita terkena, dan struktur
posterior orbita hingga septum tidak terinfeksi namun bisa terinfeksi akibat dari infeksi sekunder
yang disebabkan abses subperiosteal dan abses orbita. Pada kasus yang lebih parah, hal ini bisa
menyebabkan thrombosis sinus kavernosus atau meningitis. Pasien dengan edema periorbita,
eritem, dan peningkatan hiperemis local tanpa proptosis, oftalmoplegi, dan perburukan
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan National Center for Disease Statistics, pada tahun 1995, terdapat 5000
pasien di Amerika Serikat memiliki diagnosis inflamasi pada kelopak mata. Selulitis preseptal
umumnya merupakan penyakit pada anak-anak, dengan 80% anak dibawah 10 tahun dan
2.3 Etiologi
Selulitis preseptal dapat disebabkan oleh inokulasi yang diikuti oleh trauma atau infeksi
pada kulit, penyebaran dari infeksi pada sinus, saluran nafas bagian atas, dan infeksi lainnya
yang menyebar melalui darah. Termasuk gigitan serangga atau kalazion yang diikuti infeksi pada
kelopak mata.3
Lebih dari dua pertiga kasus selulitis, dilaporkan berhubungan dengan infeksi saluran
nafas bagian atas, dimana setengahnya dari sinusitis. Mikroorganisme penyebab tersering adalah
dikenal sebagai penyebab umum pada infeksi saluran nafas bagian atas dan infeksi kelopak mata
eksternal.3
dimana Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes sering disebabkan oleh trauma local.
Haemophylus influenzae B jarang, namun biasanya terjadi diikuti oleh penyebaran bakteri dai
Penurunan fungsi imun merupakan efek samping dari penggunaan antibiotic dan diabetes
mellitus, dimana dapat meningkatkan infeksi jamur, seperti aspergilosis atau mucormikosis.
Tabel 2.1 Faktor Risiko Umum Pada Selulitis Preseptal
Konjungtivitis 74,1
Infeksi Saluran Nafas Bagian Atas 34,7
Lesi fokal pada wajah atau dekat mata 25,2
Sinusitis 24,5
Infeksi gigi atau karies gigi 19,4
Trauma 10,8
Alergi 3,6
Hordeolum 3,6
Lain-lain 6,5
Selulitis preseptal
2.4 Diagnosis7,8
Pasien dengan selulitis orbita dapat menunjukkan gejala bengkak pada kelopak mata,
nyeri pada mata, merah, hingga demam. Refleks pupil, ketajaman visus, dan motilitas ocular
tidak terganggu, namun nyeri pada saat pergerakan bola mata. Infeksi fokal pada sinus juga
Khas pada anak-anak yang disebabkan oleh Haemophylus influenza memiliki riwayat
infeksi saluran nafas bagian atas dengan gejala berupa demam tinggi, iritabilitas, dan koriza.
orbita meskipun memerlukan pengamatan dan peralatan khusus. CT Scan dapat menggambarkan
tingkat keterlibatan orbita. Pada selulitis preseptal, yang ditemukan pada CT Scan adalah:
Pembengkakan kelopak mata dan jaringan lunak preseptal yang berdekatan.
Ada atau tidaknya inflamasi orbita (ini cukup sulit untuk membedakan selulitis preseptal
1. Rhabdoyosarcoma
2. Retinoblastoma
3. Orbital pseudotumor (inflamasi orbita idiopatik)
4. Perioculartinea
5. Selulitis orbita
6. Konjungtivitis
7. Dacryoadenitis
8. Hordeolum
2.6 Terapi
Anak dibawah 1 tahun harus follow up ke rumah sakit, kemungkinan akibat dari infeksi
saluran nafas bagian atas atau sinusitis. Pemberian terapi inisial antibiotic epirik untuk menutupi
flora disana. Pasien rawat jalan, diberikan pemberian sefalosporin generasi pertama.,
amoksisilin, atau seftriakson. Jika pengobatan selama 48-72 jam tidak ada respon, diberikan
terapi secara intravena. Untuk anak-anak, diberikan terapi intravena dan observasi. Untuk itu
juga diberikan sefalosporin generasi kedua atau ketiga, sefalosporin, atau penisilin. Jika kuman
penyebab anaerob disertai S. aureus, diberikan klindamisin ditambah sefalosporin. Terapi harus
2.7 Komplikasi
ILUSTRASI KASUS
Nama : Nn. S
Umur : 63 tahun
Negeri Asal : Padang
Anamnesis
Keluhan Utama :
Mata kanan nyeri dan bengkak sejak ± 5 HARI sebelum masuk RS, sebelumnya pasien sering
menggaruk mata kanannya yang gatal akibat terkena air laut di dekat rumahnya.
• Mata kanan nyeri dan bengkak sejak ± 5 hari sebelum masuk RS, sebelumnya pasien
sering menggaruk mata kanannya yang gatal akibat terkena air laut di dekat rumahnya.
• Pasien berobat ke spesialis mata 2 hari sebelum masuk RS dan diberi obat kosop ed 4x1
OD, Lfx ed tiap jam OD, ciprofloxacin 2x500 mg dan anti nyeri.
• 1 jam sebelum masuk RS, bengkak pada kelopak mata pecah dan mengeluarkan nanah.
Status Oftalmikus
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 5/5 5/5
Visus dengan koreksi - -
Refleks Fundus + +
Silia / Supersilia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Poliosis (-) Poliosis (-)
Palpebra Edem (+), Hiperemis (+), ekskoriasi Edem (-), Hiperemis (-) ekskoriasi
(+) (-)
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (+) Folikel (-) Hiperemis (-) Folikel (-) Papil (-)
Papil (-)
Aparat Lakrimal Pus (+) Dalam batas normal
Konjungtiva Fornics Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Konjungtiva Bulbii Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, Reflek cahaya + /+ Bulat, Reflek cahaya + /+
d = 3mm d = 3mm
Lensa Bening Bening
Korpus Vitreum Jernih Jernih
Fundus: -Papil Optikus c/d: 0,3-0,4, bulat, batas tegas c/d: 0,3-0,4, bulat, batas tegas
-Retina Pendarahan (-), eksudat (-) Pendarahan (-), eksudat (-)
-Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
-aa / vv retina 2:3 2:3
Tekanan Bulbus Okuli N (palpasi) N (palpasi)
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerakan Bulbus Okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Foto pasien
Diagnosa :
Selulitis Praseptal OD
Terapi :
Cefoperazone 2 x 1 gram IV
LFX ed 6x1 OD
Nonflamin 3 x 1
Follow up 1
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 5/5 5/5
Visus dengan koreksi - -
Refleks Fundus + +
Silia / Supersilia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Poliosis (-) Poliosis (-)
Palpebra Edem (+), ekskoriasi (+), Edem (-)
krusta (+) ekskoriasi (-)
Krusta (-)
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-) Folikel (-) Hiperemis (-) Folikel (-)
Papil (-) Papil (-)
Konjungtiva Fornics Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva Bulbii Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, Reflek cahaya + /+ Bulat, Reflek cahaya + /+
d = 3mm d = 3mm
Lensa Bening Bening
Korpus Vitreum Jernih Jernih
Fundus: -Papil Optikus c/d: 0,3-0,4, bulat, batas c/d: 0,3-0,4, bulat, batas
tegas tegas
-Retina Pendarahan (-), eksudat (-) Pendarahan (-), eksudat (-)
-Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
-aa / vv retina 2:3 2:3
Tekanan Bulbus Okuli N (palpasi) N (palpasi)
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerakan Bulbus Okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Foto Pasien
Terapi :
Cefoperazone 2 x 1 gram IV
LFX ed 6x1 OD
Nonflamin 3 x 1
Follow up 2
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 5/5 5/5
Visus dengan koreksi - -
Refleks Fundus + +
Silia / Supersilia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Poliosis (-) Poliosis (-)
Palpebra Edem (+), ekskoriasi (+) ekskoriasi (-)
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-) Folikel (-) Hiperemis (-) Folikel (-)
Papil (-) Papil (-)
Konjungtiva Fornics Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva Bulbii Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, Reflek cahaya + /+ Bulat, Reflek cahaya + /+
d = 3mm d = 3mm
Lensa Bening Bening
Korpus Vitreum Jernih Jernih
Fundus: -Papil
c/d: 0,3-0,4, bulat, batas tegas c/d: 0,3-0,4, bulat, batas tegas
Optikus
-Retina Pendarahan (-), eksudat (-) Pendarahan (-), eksudat (-)
-Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
-aa / vv retina 2:3 2:3
Tekanan Bulbus Okuli N (palpasi) N (palpasi)
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerakan Bulbus Okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Foto Pasien
Terapi :
Cefoperazone 2 x 1 gram IV
LFX ed 6x1 OD
Nonflamin 3 x 1
Follow up 3
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 5/5 5/5
Visus dengan koreksi - -
Refleks Fundus + +
Silia / Supersilia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Poliosis (-) Poliosis (-)
Palpebra Edem (+), ekskoriasi (+) ekskoriasi (-)
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-) Folikel (-) Hiperemis (-) Folikel (-)
Papil (-) Papil (-)
Konjungtiva Fornics Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva Bulbii Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, Reflek cahaya + /+ Bulat, Reflek cahaya + /+
d = 3mm d = 3mm
Lensa Bening Bening
Korpus Vitreum Jernih Jernih
Fundus: -Papil
c/d: 0,3-0,4, bulat, batas tegas c/d: 0,3-0,4, bulat, batas tegas
Optikus
-Retina Pendarahan (-), eksudat (-) Pendarahan (-), eksudat (-)
-Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
-aa / vv retina 2:3 2:3
Tekanan Bulbus Okuli N (palpasi) N (palpasi)
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerakan Bulbus Okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Foto Pasien
Terapi :
Cefoperazone 2 x 1 gram IV
LFX ed 6x1 OD
Nonflamin 3 x 1
BAB IV
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan berumur 63 tahun yang dirawat di
bangsal mata RSUP. Dr .M.Djamil Padang sejak tanggal 8 Juni 2016 dengan diagnosis kerja
Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik mata dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis didapatkan bahwa mata kanan pasien nyeri dan bengkak setelah
digaruk akibat gatal terkena air laut. Pasien tinggal di tepi laut dan mengatakan bahwa air laut
pasang dan membasahi beberapa peralatan rumahnya. Mata pasien kemudian gatal dan setelah
pasein menggaruk mata kanannya, mata kanan pasien semakin membengkak dan semakin hari
bertambah besar dan bernanah. Dari pemeriksaan fisik mata kanan didapatkan visus 5/5, reflek
fundus positif, palpebra mata kanan inferior edem dan hiperemis, konjuntiva mata kanan
hiperemis. Pada aparat lakrimal mata kanan juga ditemukan adanya pus.
antibiotik dan diharapakan memberikan efek sistemik. Kemudian LFX® ed 6x1 OD, LFX®
merupakan pengobatan topikal dan mengandung Levofloxacin yang memiliki efek bakterisisd
terutama pada bakteri gram negatif dan golongan Staphylococci, dan juga diberikan Nonflamin®
3 x 1. Nonflamin® mengandung Tinoridini HCl yaitu golongan non steroid sebagai antti
1. Fida, Monica, Kocinaj alma, Abazi Flora, Arjeta Grezda. Preseptal Cellulitis. Common
Preseptal Cellulitis; experience from a tertiary eye care centre. Br J Ophthalmol. 2008;
92(10) ; 1337-41
6. Babar TF, Zaman M, Khan MN, Khan MD, Risk Factor of Preseptal and Orbital
Cellulitis. J Coll Physicians Sur Pak. Jan 2009; 19 (1): pg: 39-42
7. 7. Sobol SE, Marchand J, Tewfik TL, Manoukian JJ, Schloss MD, Orbital Complication
pg; 15-20.