Anda di halaman 1dari 14

Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6 - 8 Juni 1983

PEMANFAATAN TEKNOLOGI RADIASI UNTUK PENGAWETAN


MAKANAN

Mohammad Ridwan *

ABSTRAK - ABSTRACT

Pemanfaatan teknologi radiasi untuk pengawetan makanan. Dengan mulai dicapainya sa-
saran swasembada pangan di Indonesia, maka langkah-Iangkah penyelamatan pangan dari ke-
rusakan selama penyimpanan perlu mendapat penekanan yang lebih besar. Masalah pengawetan
pangan dalam arti yang sangat luas, dari keinginan untuk menyimpan makanan yang berlebih,
yang telah dikenal sejak zaman purba, sampai keinginan untuk menyelamatkan makanan dari
kerusakan karena faktor-faktor luar, telah membuat para ahli untuk mengembangkan berbagai
teknologi pengawetan pangan, yang telah kita kenai dewasa ini dan telah banyak dimanfaatkan
masyarakat luas. Teknologi radiasi yang telah diintroduksikan ke dunia industri dan masyarakat
seperempat abad yang silam kini telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai industri dengan
memberikan keuntungan bermilyar-milyar rupiah. Proses pengawetan panganpun telah lama
memanfaatkannya untuk berbagai bahan pangan dan makanan dan telah dilepaskan ke ma-
syarakat luas seperti berbagai jenis buah-buahan, berbagai jenis sayuran, berbagai jenis rempah-
rempah dan bumbu masak, berbagai jenis hasil laut, berbagai jenis daging, masakan jadi,
gandum dan kentang. Dalam era dengan .;adangan energi yang harus selalu diperhitungkan,
maka teknologi radiasi sebagai suatu teknologi modern yang hemat energi makin digemari.
Dibandingkan dengan pasteurisasi panas misalnya, teknologi radiasi menghemat praktis 99%
energi yang dipakai oleh cara panas tersebut. Keuntungan lain dari teknologi radiasi ialah
mudah dikontrol, daiat dipakai dalam keadaan sudah terbungkus, menghemat bahan-bahan,
prod uk dengan kualitas lebih baik (nilai tambah) dan mengurangi pencemaran. Biaya radiasi
banyak ditentukan oleh kapasitas iradiator yang akan dibangun dan dosis iradiasi yang akan
digunakan. Untuk iradiator dengan kapasitas iradiasi 8 ton bahan tiap jam dengan dosis 30
krad (0,3 kGy) dan dengan operasi 8.000 jam tiap tahun maka biaya iradiasi sekitar Rp. 4,-/
kg bahan.
The application of radiation technology for food preservation. As the aim for self-support
in the field of food in Indonesia is beginning to be accomplished, steps to secure food from
spoilage during storage should receive more attention. The problems of food preservation in a .
broad sense, ranging from the desire to preserve excessive food supply known from ancient
times, to the need of saving food from spoilage due to extraneous factors, cause expertsJo de-
velop v3fious food preservation techniques which are now known and widely applied by the
people. Radiation technology which was first introduced to the industry and society a quarter
of a century ago, is now widely utilized by various industries with profits amounting trillions
of rupiah. Food preservation had for a long time been touched also by this radiation technolo-
gy, and many countries of five continents have already utilized this technique on various food
commodities and foods, which have then been released to be consumed by the society, such as
fruits, vegetables, spices, marine products, meat, prepared food, wheat and potatoes. In an era
where energy supply should be always taken into consideration, radiation as a modern, low
energy technology is gaining attention. Compared with heat pasteurization, this technology
practically saves 99% of energy. The technology gives many other benefits, i.e., it is easier to be
controled, it can be applied when the commodity is already packed, does not need extensive
material" and gives a better quality of products (higher value), while on the other hand mini-
mized pollution. Irradiation cost is largely determined by the capacity of the irradiator to be
built and the irradiation dose to· be applied. For an irradiator with the capacity of 8 tons of
commodity/hour, and a dose of 30 krad (0,3 kGy) and an operation time of 8,000 hours/year,
the radiation cost is approximately Rp 4,-/kg commodity.

Badan Tenaga Atom Nasional

59
PENDAHULUAN

Menjelang akhir abad keduapuluh ini empat masalah utama dihadapi dunia
yaitu masalah kependudukan, masalah lingkungan dan pemukiman, masalah energi
dan masalah pangan. Untuk bidang yang terakhir ini telah dikembangkan berbagai
teknologi untuk meningkatkan pengadaan pangan dan begitu pula berbagai tekno-
logi telah dikembangkan untuk mengawetkan dan menyimpan bahan pangan dan
makanan. Dewasa ini dikenal berbagai teknologi pengawetan, dari teknologi yang
paling kuno, yaitu pengeringan sampai ke teknologi yang paling mutakhir, yaitu
fumigasi. Beberapa teknologi pengawetan, seperti teknologi dengan penggunaan
bahan pengawet dan teknologi fumigasi, memberikan dampak negatif terhadap pe-
makai maupun lingkungan.
Teknologi radiasi yang mulai diintroduksikan ke dunia industri dan masyarakat
luas seperempat abad yang lalu (1), telah menunjukkan kenaikan kurang lebih 20%
tiap tahun, dengan nilai keuntungan beberapa milyar rupiah.
Industri pemakai teknologi radiasi ini antara lain ialah:
I. Sterilisasi alat-alat kedokteran dan bahan-bahan farmasi.
2. Pelapisan permukaan produk kayu, kertas maupun logam.
3. Pengikatan sHang (cross-linking) isolasi kabel dan kawat untuk memperbaiki
sifat-sifat ketahanan terhadap panas.
4. Pengikatan silang ballan-bahan plastik pembungkus.
5. Pembuatan plastik busa.
6. Komposit kayu plastik.
Keuntungan-keuntungan penggunaan teknologi radiasi antara lain ialah:
I. Penghematan energi
2. Penghematan bahan
3. Mudah dikontrol
4. Dapat dilakukan dalam keadaan terbungkus rapi
5. Tidak menimbulkan residu dan mengurangi pencemaran
6. Didapatkan produk dengan kualitas lebih (nilai tambah).
Sebagai contoh misalnya, sterilisasi radiasi memerlukan energi sebesar 6,3 kWh/
ton, sedang sterilisasi panas memerlukan energi sebesar 310 kWh/ton. Suatu peng-
hematan energi sebesar 98%. Contoh lain pasteurisasi radiasi memerlukan energi
sebesar 0,76 kWh/ton sedang pasteurisasi panas memerlukan energi sebesar 230
kWh/ton. Di sini terjadi penghematan energi hampir 100% (2). Sejak beberapa
tahun teknologi radiasi telah juga mulai dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan peng-
awetan pangan.

TEKNIK RADIASI

Dalam teknologi radiasi sumber radiasi yang dipakai dapat berupa sumber ra-
diasi sinar gamma, yaitu 60Co atau 137 Cs dan dapat pula berupa sinar elektron,
yang dihasilkan oleh akselerator elektron.
Akibat interaksi radiasi dengan materi, dapat terjadi berbagai proses kimia yang
diantaranya dapat menghambat sintesa DNA dalam sel hid up yang selanjutnya ber-
akibat proses pembelahan sel terganggu.

60
Bergantung pada dosis iradiasi yang dipakai maka penggunaan teknologi radiasi
untuk mengawetkan makanan dapat dibagi at as berbagai tujuan seperti tertera pada
Tabel1 (3).

STATUS DEW ASA INI

Sejak Uni Soviet di tahun 1958 melepaskan ke masyarakat makanan yang dia-
wetkan dengan iradiasi, maka kemudian banyak negara te1ah mengikuti 1angkahnya.
Berbagai negara kemudian melepaskan makanan yang diiradiasi ke masyarakat se-
perti yang tertera pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 terse but terlihat bahwa sebanyak 39 jenis makanan yang diiradiasi
telah diizinkan untuk dilepaskan ke masyarakat oleh sebanyak 22 negara. Setelah
makin yakin, bahwa teknologi radiasi ini memberikan keuntungan-keuntungan, ter-
masuk juga keuntungan ekonomis, beberapa negara kini sedang merencanakan, me-
me san dan membangun berbagai fasilitas iradiasi seperti yang tertera pada Tabel 3
(3).

BIA Y A PROSES RADIASI

Biaya proses radiasi tiap satuan berat dengan dosis iradiasi tertentu untuk suatu
jenis bahan tertentu dapat dihitung dengan mengetahui faktor-faktor yang ikut
menentukan yaitu (4)
1. Total investasi
2. Biaya operasi yang· terdiri dari harga operasi langsung (gaji pegawai dan pe-
meliharaan), harga operasi tak langsung ("overhead", dan lain sebagainya),
dan biaya operasi tetap (depresiasi, pajak dan asuransi).
3. Modal kerja dan
4. Keuntungan yang diperkirakan.
Sebagai ilustrasi dapat dilihat perhitungan berikut ini, berdasarkan penga1aman
pembangunaan dan operasi iradiator di BATAN, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi.
Sebuah iradiator yang akan dibangun, dan direncanakan untuk dosis disinfes-
tasi serangga 0,3 kGy, dan iradiator itu hams mempunyai kapasitas iradiasi sebesar
8 ton/jam, dengan faktor efisiensi 60Co yang direncanakan 80% (efisiensi ada1ah
perbandingan energi terserap dan energi terpancar) maka besarnya iradiator yang
perlu dibangun ialah (5 - 7):

W = ~1O x 6 x 103 X~x ~,3 x 67.480 Ci

w= ~lOX8X103X%txd,3 x67.480Ci
150.000 Ci

Dengan menggunakan harga sekarang 60Co = 0,97 US $/Ci maka didapatkan


perhitungan sebagai berikut:
1. Total investasi:
a. Harga 60Co (CIF) Rp. 225 juta
b. Perala tan mekanik Rp. 273 juta
c. Gedung dan tanah Rp. 400 juta

61
Q. On~mlo[~l U~. 10jub
e. "Direct plant cost" (25% dari a + b + C + d) Rp. 227 juta
f. Tak terduga (10% dari a + b + C + d + e) Rp. 113 juta
Jumlah total investasi : Rp. 1.248 juta
2. Biaya operasi Rp. 122 juta
(terdiri dari gaji karyawan, supervisi,
perawatan, depresiasi, asuransi, pajak dan overhead)
3. Modal kerja Rp. 30 juta

Dengan data tersebut maka dapat dihitung biaya proses radiasi, dengan asumsi
bahwa selama setahun iradiator beroperasi 8.000 jam, seperti yang terlihat pada
Tabel4.
Perhitungan ini diambil dari harga-harga yang dipakai da1am pembangunan
gedung iradiator 6°(0 300.000 Ci di BATAN-PAIR, yang sedang berjalan dan di-
harapkan mulai beroperasi pada tanggal1 Agustus 1983.
Sebagai perbandingan, dapat dilihat data dari iradiator 60Co yang dibangun di
PAIR tahun 1978 sebesar 75.000 Ci, dengan asumsi tingkat inflasi 10% tiap tahun.
Dengan mempergunakan formula seperti yang ada di halaman terdahu1u, dapat
dihitung bahwa iradiator ini mempunyai kapasitas iradiasi 3,3 ton/jam untuk dosis
iradiasi 0,3 kGy. Mengingat sistemnya yang lebih sederhana, maka biaya investasi
total hanya akan mencapai Rp. 750 juta. Dengan inenggunakan perhitungan yang
sarna didapatkan biaya proses radiasi sebesar Rp. 7,5-/kg bahan untuk dosis radiasi
disinfestasi sebesar 0,3 kGy.
Dengan melihat data pada tabel terse but terlihat bahwa biaya proses radiasi
sangat murah dan masih akan lebih murah jika biaya investasi dapat ditekan.
Seperti halnya untuk pembangunan fasilitas-fasilitas nuklir lainnya, maka biaya
investasi di sinipun cukup tinggi. Tentunya tidak perlu setiap perusahaan mendiri·
kan iradiator sendiri-sendiri (in plant), tapi sebuah perusahaan layanan Gasa) bisa
saja mendirikan sebuah iradiator (out plant) dan memberikan jasa iradiasi.

PROSPEK PENGA WETAN PANGAN DENGAN RADIASI DI INDONESIA


Secara hukum makanan yang diiradiasi dapat dilegalisasi pelepasannya ke ma·
syarakat, jika dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat dibuktikan
bahwa makanan terse but am an untuk dikonsumsi manusia. Penelitian untuk mem-
buktikan bahwa makanan itu aman untuk dikonsumsi I ("wholesomeness test") di-
lakukan terhadap binatang. Penelitian ini cukup banyak makan waktu dan maha!.
Karena itu pada tahun 1971 dibentuk suatu proyek penelitian internasional "whole-
someness" di Karlsruhe, Jerman Barat yang bertugas melakukan penelitian dan me-
ngumpulkan informasi tentang makanan yang diiradiasi. Dari hasil-hasil berbagai
penelitian, maka komisi gabungilll para ahli F AO/WHO/IAEA pada bulan November
1980 telah menyimpulkan dan merekomendasikan bahwa semua bahan pangan dan
makanan yang diiradiasi dengan dosis tidak melebihi 10 kGy aman untuk dimakan
(8).
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia selama ini terhadap
berbagai komoditi seperti hasil laut (9 - 18), beras (19), gandum (20), rempah-

62
rempah (21, 22) dan makanan ternak (23) memberikan gambaran tentang telah di-
kuasainya teknologi pengawetan dengan iradiasi ini dengan prospek ekonomi yang
dapat diperhitungkan. Komoditi ekspor hasil pertanian dan perkebunan (komoditi
non-migas) yang digalakkan dewasa ini oleh Pemerintah dapat menggunakan tekno-
logi radiasi ini untuk memperbaiki mutu dan mengurangi kerusakan karena pe-
nyimpanan dan pengiriman yang makan waktu lama. Komoditi lainpun dapat meng-
gunakannya dalam rangka penyimpanan dan pengawetan untuk memenuhi penye-
diaan pangan jangka panjang di Indonesia, dengan mematikan serangga perusak,
kapang, mencegah pertunasan dan lain sebagainya. Karantina buah-buahan: mau-
pun pencegahan pembusukan dapat pula diarahkan untuk menggunakan teknologi
radiasi ini.
Dalam perjalanan penelitian dan pengembangan pengawetan makanan dengan
radiasi yang selama ini dilakukan di Indonesia, penelitian "wholesomeness" tidak
pernah dilakukan, mengingat jangka waktu yang panjang dan biaya yang cukup
mahal, dan selama ini diikuti pula oleh negara-negara berkembang dan beberapa
negara maju yang hanya berorientasi pada hasil-hasil penelitian yang dikeluarkan
oleh proyek penelitian internasional "wholesomeness" di Karlsruhe Jerman Barat
atau negara-negara maju lainnya.
Dengan segala macam pertimbangan ini, kini tinggal terserah pada masyarakat
dan pihak yang berwewenang untuk mempertimbangkan pemanfaatannya bagi ke-
sejahteraan masyarakat Indonesia.
llmuwan dengan beroreintasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tek-
nologi yang dialaminya selalu mencari konsep-konsep, metode-metode dan tekno-
logi-teknologi baru yang lebih menguntungkan manusia dalam rangka memanfaat-
kan alam sekitar.
Ilmuwan meminimalkan risiko at au dampak yang mungkin ada dan memaksi-
malkan keuntungan/benefit dari konsep, metode dan teknologi yang dihasilkannya.
Terpulang pada manusia jugalah untuk mengkaji dan memanfaatkannya.

63
1. UNDP-IAEA, Dokumen RAS/79/063/C/OI/18, "Revised Proposal", Part I (1980) ll-12.
2. MOH. RIDWAN, "Radiasi dalam proses industri", Almanak Nubika 1982, PUSNUBIKA
AD (1982) 301-310.
3. MUNSIAH MAHA, Prospek penggunaan tenaga nuklir dalam bidang teknologi pangan,
Bulletin BATAN 3 2 (1982) 19 - 28.
3. MOH. RIDW AN, Co-60 plant for radiation vulcanization of natural rubber latex, Makalah
untuk Technology Transfer Meeting, Jakarta, November 1982.
5. MOH. RIDWAN, Irradiator sinar gamma, akselerator elektron dan biaya proses radiasi
serta penggunaannya dalam industri. Makalah untuk Seminar Penggunaan Isotop dan Ra-
diasi Dalam Industri, Jakarta, Maret 1977.
6. BRYNJOLFSON, A., "Faktor influencing Economic Evaluation of Irradiation Processing"
in Factor Influencing the Economical Application of Food Irradiation, Proceeding of A.
Panel, IAEA, Vienna (1973) 13 - 35.
7. BRYNJOLFSON, A., "Machine irradiation sources and irradiation technology", in Che-
mical and Food Application of Radiation, Nuclear Engineering, part XIX, American Insti-
tute of Chemical Engineers (1968) 71 - 86.
8. ----- Wholesomeness of Irradiated Food, Report of Joint FAO/IAEAfWHO Expert
Committee, Technical Report Series 659, WHO, Geneva (1981).
9. MARTOJUDO, l.W., Mikroorganisme patogen pada ikan laut sebelum dan sesudah radiasi,
BAT AN , PPPJ/T.25/74.
10. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., SIAGlAN, E.G., CHOSDU, R., Combined gamma
irradiation and potassium sorbate treatment to extend the shelf-life of pre cooked chub
mackerel (Rastrelliger sp), BAT AN, PPPJ /G.38/1978.
II. ROCHESTRI SOFY AN, Pengaruh radiasi sinar gamma dan "blanching" pada beberapa
sifat protein dan aktivitas enzi'1la proteolitik ikan, BATAN, PPPJ/PA/1979.
12. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., CHOSDU, R., SIAGIAN, E.G., NASRAN, S.,
Pengawetan bandeng asap dengan perIakuan kombinasi k&licm sorbat dan iradiasi, BA-
TAN, PPPJ/P.8/1979.
13. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., CHOSDU, R., SIAGIAN, E.G.,'NASRAN, S.,
Combination of potassium sorb ate and irradiation treatments to extend the shelf-life of
cured fish products, BATAN, PAIR/P.24/1980.
14. MUNSIAH MAHA, PURWANTO, Z.I., KICKY, L.T.K., Studies on bulk packaging of ir·
radiated dried fish, BATAN, PAIR/PAO/1981.
IS. ROCHESTRI SOFY AN, Pengaruh radiasi sinar gamma pada Iipida ikan, BATAN, PAIR/G.
80/1981.
16. MUNSIAH MAHA, HARSOYO, Penggunaan iradiasi untuk mencegah gangguan 'kapang
pada ikan asap kering, BATAN, PAIR/P.55/1982.
17. HARIY ADI, R.S., MUNSIAH, M., Disinfestasi serangga ikan asap dengan iradiasi, BAT AN
PAIR/P.70/1982.
18. MUNSIAH MAHA, PURWANTO, Z.I., NASRAN, S., Transportation and consumer accep-
tance studies of irradiated dried fish, BA TAN, PAIR/P. 78/1983.
19. SOEGIARTO, C.l., Hubungan an tara peningkatan jumlah serangga hama beras dan susut
beras dalam penyimpanan, BATAN, PPPJ/G.35/1977. '
20. RAHA YU CHOSDU, MUNSIAH, M., 'Pengaruh radiasi disinfestasi pada beberapa sifat
fisik dan kimia tepung gandum, BAT AN, PAIR/G.63/1980.
21. SAPUTRA, T.S., SOEDARMAN,.H., Gamma irradiation of spices, BATAN, PAIR/P. 74/
1982.
22. SAPUTRA, T.S., MAHA, M., PURW ANTO, Z.I., Quality changes of irradiated spices
stored in various packaging materials, BATAN, PAIR/P. 77/1983.
23. SIAGIAN, E.G., SUSIANA., Radiasi Makanan Ternak, BAT AN, PAIR/P.66/1982.

64
Tabell. Besarnya dosis iradiasi untuk berbagai tujuan pengawetan (3).

Menunda
1,25 kematangan
Membunuh
Menghilangkan
MenghiIangkan
Menurunkan
Disinfestasi
Menghambat semua mikroba
serangga
kandungan
parasit
mikroba
pertunasan buah-buahan
dalamyang ada
patogen
mikroba 0,50
25,00
3,00
0,10
0,20
0,05 10,00
-- 60,00
Besarnya0,80
3,00
0,12
dosis (KGy)
No. Tujuan pengawetan
daging segar

Tabel 2. Jenis makanan yang diiradiasi yang dilepaskan ke masyarakat dan negara
pelepasnya serta tahun pelepasannya (3).

Negara pemakai serta tahun


Nama produk
pemberian izin

Kentang Rusia (1958), Kanada (1960),


Amerika Serikat (1964), Israel
(1967), Hongaria (1969), Spa-
nyol (1969), Denmark (1970),
Uruguai (1970), Belanda
(1970), Bulgaria (1972), Peran-
cis (1972), Philipina (1972),
Jepang (1972), Italia (1973),
Chili (1974), Jerman (1974),
Cekoslowakia (1976), Afrika
Selatan (1977) dan Belgia
(1980).
Bawang Bombay Kanada (1965), Rusia (1967/
1973), Israel (1968), Belanda
(1971/1975), Bulgaria (1972)
Hongaria (1973), Thailand
(1973), Italia (1973), Spanyol
(1975), Cekoslowakia (1976),
Perancis (1977), Afrika Selatan
(1978) dan Jepang (1980).
Bawang Putih Bulgaria (1972), Italia (1973),
Perancis (1977) dan Afrika Se-
latan (1978).

65
Lanjutan Tabel 2

Nama produk Negara pemakai serta tahun


pemberian izin
Buah-buahan kering Rusia (1964) dan Bulgaria
(1972).
Buah-buahan dan sayuran segar Rusia (1964) dan Bulgaria
(1972)
Jamur merang Belanda (1969) dan Cekoslo-
wakia (1976).
Asparagus Belanda (1969)
Arbei Belanda (1969), Hongaria
(1973), Afrika Selatan (1978)
dan Belgia (1980).
Mangga Afrika Selatan (1978).
Biji coklat Belanda (1969).
Sayuran pengisi kroket Belanda (1974).
Tepung campuran adonan Belanda (1974)
Andevi Belanda (1975).
Rempah-rempah dan sambal Belanda (1971) dan Hongaria
(1974)
Bebijian Rusia (1959) dan Bulgaria
(1972).
Gandum dan tepung gandum Amerika Serikat (1963) dan
Kanada (1969).
Daging setengah masak Rusia (1964)
Daging ayam Rusia (1964), Belanda (1971/
1976), Kanada (1973) dan
Afrika Selatan (1978).
Masakan daging Rusia (1967).
Udang Belanda (1970).
Daging ikan "cod".dan "haddock". Kanada (1973) dan Belanda
(1976).
Masakan pekatan kering Rusia (1966) dan Bulgaria
(1972).
Makanan untuk pasien rumah sakit Inggris (1969).
Makanan beku untuk rumah sakit Belanda (1969) dan Jerman
(1972).
Makanan cair segar yang dikalengkan Belanda (1972)
Bawang merah Perancis (1977) dan Belgia
(1980).
Bumbu campuran Hongaria (1974).
Campuran bumbu kering untuk daging
cincang kaleng Hongaria (1978).

66
Lanjutan Tabel 2

Negara pemakai serta tahun


Belanda
Australia
Afrika (1976).
BelandaSelatan
Selatan
(1979).
(1978).
(1978).
(1977).
(1980). (1978).
(1977).
aubeku
g("rye
asiluntuk sup"whiting"
"coalfish"
olahannya
bread") dan "plaice" izinNama Produk
pemberian
s

67
Tabel 3. Pembangunan irradiator Co-60 di berbagai negara (3).

.sedang
Penelitian
Gammaster
Pilot
Industri1982
1981
1980
Iradiator
lradiator
Industri
JS
Irradiator RT
(100)
9000
(60)
Semi-industri
Gamma-cell
Pilot
Jenis (20)
(50)
sumberdan
industri dirancang
4101
untuk
(500)
(100)
(300) Pe-
Munich
November
Ede
dirancang/1981
berja1an 1980
sayuran
bawang
dipertimbangkan
dirancang
untuk
sedang
sedang
(USA
sedang500
(100)
3)(kCibawang
(30)
dirancang/1980/1982.
dirancang/1980
dipesan
dipesan/1983
dipesan/1981
dibangun
dibangun
dipesan
Status/tahun . / 1983
Co-60)
penggunaan
2 buah iradiator industri Negara
agkat
n
derasi JS Ghana
9000Taiwan
ngembangan
Industri (300)~
(1000)
Smim-industri
Pakistan (100)
(100) . sayuran
(150)
("mobile") untuk

68
Tabel 4. Perhitungan biaya proses radiasi untuk iradiator dengan aktivitas 150.000
Ci, kapasitas 8 ton/jam untuk dosis 0,3 kGy dengan faktor efisiensi 30%.

investasi 20%
25%
10%
15% kerja
+ modal 5,9
3,9
4,9
6,9 Harga
Dosis radiasi/kg
(Rp.) 0.3 kGy bahan
! Rencana keuntungan dari total

69
DISKUSI

P. LOAHARANU:
Indonesia is a major exporter of spices and more countries in Europe have approved
irradiated spices for consumption. Is BATAN ready to serve the need of the spice
industry by treating commercial quantities of spices?
MOH. RIDWAN:
Yes, BATAN is ready now. For small amount BATAN can offer radiation services
just now. For a higher amount, or for very high amount, we have to wait a little
bit until 1st August 1983 after commissioning our big irradiation facility.

NELLY:
Bagaimana orang awam dapat mengetahui bila suatu industri telah mengiradiasi pro-
duk-produknya sehingga hargapun lebih tinggi daripada yang tidak diiradiasi bila
tidak diberi label Gaminan mutu).
MOH. RIDWAN:
Tanpa label tidak akan ketahuan bahwa produk-produk tadi telah diiradiasi. Pe-
labelan tergantung Ditjen POM/Depkes. Orang sekarang ingin dapat kualitas/mutu
yang baik. Jadi kalau harga naik - tapi dapat dipertanggungjawabkan masyarakat
tentunya dapat menerima.

HARIY AD! :
Mohon komentar tentang aspek sosial dari penggunaan iradiasi, misalnya penyem-
pitan ruang kerja akibat digunakannya teknik ini.
MOH. RIDWAN:
Teknologi ini adalah teknologi komplementer dan lanjutan teknologi proses yang
ada. Justrujika sekarang ini diterima, akan memberikan kemungkinan perluasan
lapangan kerja.

HUSNAINI:
Apakah suatu produk yang sudah diradiasi dapat diidentifikasi secara laboratories
untuk dapat membedakannya dengan yang belum diiradiasi.
MOH. RIDWAN:
Sulit sekali bahkan boleh dikatakan dengan peralatan-peralatan sederhana tidak
mungkin.

SIn RAHA YU:


Apakah ada alat/cara untuk mendeteksi makanan yang telah diiradiasi dan sehu-
bungan dengan pengawasan dosis aman apakah dapat diketahui pula telah diiradiasi
berapa krad?
MOH. RIDWAN:
Tidak. Dosis berapa juga sulit dideteksi kalau sudah dilakukan. Dosis diketahui oleh
pelaksana iradiasi, dengan alat ukur atau perhitungan.

70
SUNARY A:
Bagaimana halnya dengan masalah keresahan pada pembuangan sampah radiasi yang
dikaitkan dengan isi prasaran yang menyatakan bahwa iradiasi akan mengurangi
pencemaran.
MOH. RIDWAN:
Sampah radioaktifjsampah nuklir anan memberikan pencemaran kalau dibuang di
sembarang temp at dan susah dikontrol. Dengan proses radiasi tidak akan ada sam-
pah yang terbuang, bahkan prosesnya menguntungkan karena mengurangi pen-
cemaran.

MONANG MANULLANG :
1. Bagaimana pendapat Pak Ridwan tentang kemungkinan bertambahnya dosis ra-
diasi yang diterima tiap orang per hari sebagai bertambah banyaknya makanan
yang dikonsumsi dengan proses iradiasi ditambah dengan radiasi dari lingkung-
an.
2. Sudah adakah penelitian dari BATAN tentang berapa jumlah radiasi yang di-
terima setiap orangjtahun berasal dari lingkungan di Indonesia.
MOH. RIDWAN:
1. Makanan yang diiradiasi tidak menimbulkan radiasi sarna sekali, sehingga tidak
mungkin akan ada pertambahan dosis radiasi yang diterima masyarakat, kecuali
dari lingkungan.
2. Radiasi yang diterima setiap orangjtahun di Indonesia tidak diteliti, karena hal
ini normal namun data dosis yang diterima para pekerja radiasi di Indonesia di
manapun ia bekerja, kecuali DepkesjRumah Sakit ada pada BATAN.

YAY ASAN LEMBAGA KONSUMEN:


1. Melihat keuntungan-keuntungan dari teknologi radiasi yang Bapak kemukakan
tadi, sejauh mana animo dari industri yang sedang berkembang pesat di Indone-
sia?
2. Dari inventarisasi kemungkinan aplikasi radiasi oleh industri-industri terse but
mungkin sudah dapat diperkirakan kapan bisa direalisasi di Indonesia bila
sudah ada legalisasi.
MOH. RIDWAN:
1. Seminar ini justru ingin mengundang respon dan animo industri setelah BA-
TAN, yakin teknologi ini sudah dikuasai baik dari segi teknik, ekonomis, dan
keamanan.
2. Hari inipun bisa dalam jumlah terbatas. Dalam jumlah besar, menunggu selesai-
nya iradiator BATAN yang besar, yang akan mulai beroperasi tanggall Agustus
1983.

71

Anda mungkin juga menyukai