Anda di halaman 1dari 14

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY Y.P. DENGAN

ULKUS DIABETIKUM DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH

R.S.U.D NOONGAN

1. PENGKAJIAN
A. Identifikasi
I. Klien
Nama : Ny. Y.P.
TTL : Kumelembuai, 02 Januari 1964/ 53 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak : 4 anak
Agama Suku : Protestan/minahasa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat Rumah : Wawali kec ratahan lingkungan 1

II.Penanggung Jawab
Nama : Tn. R.A.
Alamat : Wawali kec ratahan lingkungan 1
Hubungan dengan Pasien : Suami

B. DATA MEDIK
I.Dikirim oleh : IGD
II.Diagnosa Medik :
- Saat Masuk : Ulkus dan DM Tipe 2
- Saat Pengkajian: Ulkus dan DM Tipe 2
C. KEADAAN UMUM
I. Keadaan Sakit
Keluhan Utama : Ada luka di bagian punggung
kaki kanan dan sisinya dan adanya riwayat penyakit
diabetes tipe II yang dialami klien pada tahun 2010.
Riwayat Penyakit sekarang : Berawal dari punggung kaki terkena air hujan dan air
kotor selama beberapa jam pada tanggal 08-10-2017, keesokan
paginya pada saat bangun pagi, di daerah punggung kaki dan
bagian sisi kanan muncul seperti lepuhan. Keesokan harinya,
lepuhan tersebut pecah dan menjadi luka kecil, namun semakin
hari luka menjadi semakin membesar, awalnya luka yang
muncul tidak terasa sakit , namun setelah melakukan perawatan
luka modern pada tanggal 23-11-2017, luka di kaki klien mulai
terasa nyeri. klien mengatakan, nyeri sangat berat, hingga
mencapai skala 10.

D. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran : Compos Mentis
- Skala Coma Glasgow
Respon Motorik :6
Respon Bicara :5
Respon Membuka Mata :4
Jumlah : 15

Kesimpulan : Pasien sadar penuh

2. Tekanan Darah : 130/90 mmHg


Posisi : Terlentang, lengan kiri
3. Suhu badan : 36,5 °c
- Lokasi : Axilla
4. Pernapasan : 18x/menit
- Irama : Teratur
- Jenis : Dada
5. Nadi : 75x/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : Kuat

E. PENGUKURAN

1. L.L.A : tidak dikaji

2. Tinggi Badan : tidak dikaji

3. Berat Badan : tidak dikaji

4. Massa Tubuh (I.M.T) : tidak dikaji

5. Hasil IMT : tidak dikaji

F. GENOGRAM
G. PEMERIKSAAN FISIK
a) Kulit :
Pasien memiliki kulit berwarna putih pucat, turgor kulit baik, tidak ada edema.
b) Kepala dan Rambut :
Pasien memiliki bentuk kepala mesosephal (normal) warna rambut hitam dan
sedikit beruban, penyebaran rambut rata, rambut kepala berminyak, kulit
kepala tampak kotor dan sedikit berbau.
c) Mata :
Fungsi penglihatan pasien baik. Pasien mengatakan masih mampu membaca
dengan baik. Pasien tidak memakai kaca mata. Sclera pasien tidak icterik,
konjungtiva tidak anemis, reflex pupil isokor saat menggunakan pen light,
palpebra tidak edema.
d) Hidung :
Septum hidung di tengah tampak lurus, tidak terdapat secret, tidak ada
pendarahan, peradangan, polip, tidak ada nyeri tekan. Fungsi penciuman baik
saat dilakukan tes menggunakan minyak kayu putih.
e) Telinga
Daun telinga pasien simetris terdapat serumen (kotoran). Fungsi pendengaraan
baik saat di lakukan percakapan, pasien mengatakan bisa mendengarnya
dengan baik.
f) Mulut/Gigi
Mulut pasien berbau. Tidak terdapat radang, di dalam mulut banyak terdapat
karang gigi dan berlubamg, mukosa bibir kering
g) Leher/Tenggorokkan
Pasien tidak ada masalah saat menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
h) Toraks/Pernafasan
Pasien memiliki bentuk dada simetris, pernapasan 18x/menit. Suara nafas
vesikuler, tidak sionotis, dan tidak ada suara tambahan. vokal fremitus sama
getaran kiri dan kanan saat dilakukan tes dengan menggunakan kedua telapak
tangan di bagian dada samping kiri dan kanan dan pasien di instrusikkan untuk
mengucapkan 77 secara berulang.
i) Abdomen
Bentuk perut datar. tidak terlihat bayanagan vena, tidak terlihat benjolan vena,
Perut tidak defance (kencang) tidak ada benjolan pada abdomen, Peristaltic
usus 32x/menit, perut tidak kembung, tidak ada nyeri tekan dibagian abdomen,
pada ginjal tidak ada nyeri ketuk. Saat dilakukan palpasi di bagian hati tidak
ada pembesaran dan tidak ada nyeri tekan.
j) Ekstremitas atas
Pergerakkan tangan dan kekuatan otot baik, tidak ada nyeri tekan massa atau
benjolan. Klien dapat membedakan rasa sentuhan, dan temperature. Namun
pergerakan dibatasi karena terpasang infus di tangan kanan klien.
k) Ekstremitas bawah :
Uji kekuatan kedua kaki, kekuatan utuh saat dilakukan tes untuk mengangkat
kaki. Tidak di temukan atrofi otot dan tidak ada varises pada tungkai kaki.
Namun saat berjalan, pasien membutuhkan bantuan karena terdapat ulkus di
bagian punggung kaki kanan klien.
l) Genitalia dan anus
Pasien mengatakan tidak ada ambeyen dan perdarahan.

H. Pengkajian nyeri

P (Probability) : Luka di punggung kaki sebelah kanan


Q (Quantiti) : seperti berdenyut-denyut
R(Region) : punggung kaki sebelah kanan
S (Skala) : 5 (0-10)
T (Time) : Saat berjalan

I. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


1. Kajian Persepsi Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan
Riwayat Penyakit :
Pasien pernah dirawat di RS kurang lebih 4 tahun lalu dan kurang lebih 7 tahun
lalu dikarenakan penyakit DM
a. Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mempunyai usaha RM. klien mengatakan suka makan makanan yang
manis-manis. Pola makan klien tidak teratur dan ketika sibuk klien terkadang
lupa makan.
b. Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan setelah sakit mengalami luka dibagian kaki dia masuk
rumah sakit, dan pasien pernah dioperasi untuk pengangkatan jaringan mati di
bagian kaki. Pasien merasa tidak nyaman dan sulit beraktivitas dikarenakan
luka dikaki nya dan tangan nya yang di infus sehingga di bantu oleh keluarga.

2. Kajian Nutrisi Metabolik


a. Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari, tidak ada pantangan
makanan serta minum air putih kuran lebih 8 gelas/hari.

b. Keadaan Setelah Sakit :


Pasien mengatakan setelah sakit makan 3x sehari dengan jenis makanan nasi
tetapi dibatasi dikarenakan menyesuaikan dengan diet DM, ikan, buah. Minum
air putih kurang lebih 6 gelas/hari.

3. Kajian Pola Eliminasi


a. Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 2-4 hari sekali dengan konsistensi
normal, warna kuning kecoklatan. BAK 6x sehari
b. Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan setelah sakit BAB 1x sehari dengan konsistensi normal,
warna kuning kecoklatan. BAK 6x sehari

4. Kajian Pola Aktivitas Dan Latihan


a. Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sendiri.
b. Keadaan setelah sakit :
Pasien mengatakan setelah sakit sudah tidak lagi beraktifitas seperti biasanya
saat ini aktivitas pasien di bantu oleh keluarga contohnya seperti aktivitasi
toileting dan berpakaian. Aktivitas makan dan minum tidak dibantu.

5. Kajian Pola Tidur Dan Istirahat


a. Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur malam 8 jam dari pukul 22.00-06.00
WITA. Pasien mengatakan kadang-kadang pasien tidur siang selama 1 jam,
terkadang jika pasien kecapean pasien susah untuk tidur.
b. Keadaan Setelah Sakit
Pasien mengatakan setelah sakit tidur malam selama 7 jam dari pukul 22.00-
05.00 WITA. Pasien mengatakan pasien sering tidur siang selama 1 jam.

6. Kajian Pola Persepsi Dan Konsep Diri


a. Keadaan Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit sangat percaya diri dalam melakukan
sesuatu.
b. Keadaan Setelah Sakit
Pasien mengatakan setelah sakit ia tetap percaya diri masih optimis meskipun
pasien di bantu oleh keluarga. Karena keluarganya selalu menemani dan selalu
memberikan dukungan kepadanya.

7. Kajian Pola Peran Dan Hubungan Dengan Sesama


a. Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mempunyai hubungan yang baik
dengan keluarga, tetangga dan mampu bersosialisasi.
b. Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan setelah sakit pasien memiliki hubungan baik dengan
perawat, dokter.

8. Kajian Pola Reproduksi Dan Seksualitas


a. Keadaan Sebelum Sakit : -
b. Keadaan Setelah Sakit : -

9. Kajian Pola Mekanisme Koping Dan Toleransi Terhadap Stres


a. Keadaan Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit jika ada masalah pasien selalu
mendiskusikan dengan suaminya. Mereka bersama-sama mencari jalan
keluarnya
b. Keadaan Setelah Sakit
Pasien mengatakan setelah sakit merasa cemas dengan keadaanya.

10. Kajian Pola Sistem Kepercayaan


a. Keadaan Sebelum Sakit
Pasien mengatakan beragama kristen protestan dan rajin mengikuti ibadah
b. Keadaan Setelah Sakit
Pasien mengatakan setelah sakit ia hanya bisa berdoa di tempat tidur, dan
percaya bahwa Tuhan akan memberikan kesembuhan.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
5 - 12 - 2017
Leukosit : 9.300
Limphosit : 30.5
Monosit : 6.2
Granulosit : 63,3
Hemoglobin : 11,8
Eritrosit : 3,88
MCV : 79,4
MCH : 30,4
MCHC : 38,3
Hematrokit : 30,8
Trombosit : 216.000
1 – 12 – 2017
GDS : 323
2 – 12 – 2017
GDS : 260

K. TERAPI
1. IVFD Nacl 0,9% 20 gtt per menit.
2. Ranitidine 2 x 1 mg
3. Cefobactam 2 x 1 gr
4. Insuline Novorapid 3 x 6
5. Metronidazole 3 x 1

L. INDIKASI/ KEGUNAAN

1. Ranitidine:Kegunaan ranitidine adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :

- Gastroesophageal reflux disease (GERD) : suatu penyakit yang


disebabkan oleh iritasi oleh asam lambung. Penderita biasanya
mengalami sensasi terbakar pada area dada dan kerongkongan.
- Untuk mengobati tukak lambung dan tukak usus duabelas jari.
- Ranitidine digunakan juga untuk menangani erosif esophagitis,
meskipun dibandingkan obat-obat golongan penghambat pompa
proton seperti omeprazole atau lansoprazole, efektivitasnya lebih
rendah.
- Zollinger ellison syndrome : penyakit langka akibat adanya tumor di
pankreas atau karena usus duabelas jari melepaskan hormon yang
menyebabkan kelebihan sekresi asam lambung. Saat ini, obat-obat
penghambat pompa proton (PPI) lebih dipilih untuk tujuan ini.
- Untuk mengobati penyakit maag, obat-obat antagonis H2 seperti
ranitidine lebih banyak dipilih dibandingkan antasida, karena durasi
kerjanya lebih lama dan efektivitasnya lebih tinggi.
- Pencegahan tukak lambung yang disebabkan oleh pemakaian obat-
obat NSAID.
- Mengurangi resiko aspirasi pneumonitis pada pasien sebelum
menjalani operasi bedah. Untuk tujuan ini ranitidine lebih efektif
dibandingkan obat-obat golongan penghambat pompa proton.
- Pengobatan dispepsia pada pasien berusia muda dengan antagonis
reseptor-H2 dapat diterima, namun perhatian khusus harus dilakukan
jika obat diberikan kepada pasien dewasa atau usia lanjut karena obat-
obat golongan antagonis reseptor-H2 dapat menutupi gejala kanker
lambung.

Kontraindikasi :
- Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang diketahui memiliki
riwayat hipersensitif pada ranitidine atau obat golongan antagonis
reseptor H2 lainnya.
- Jangan diberikan untuk penderita dengan riwayat porfiria akut

Efek Samping :

Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan baik. Berikut adalah beberapa
efek samping ranitidine yang mungkin terjadi :

- Efek samping ranitidine yang umum terjadi misalnya diare dan


gangguan saluran cerna lainnya , konstipasi, nyeri otot, pusing,
merasa letih, dan timbul ruam pada kulit.
- Efek samping obat golongan antagonis reseptor H2 pada saluran
kardiovaskular misalnya takikardia, bradikardia, hipotensi,
perpanjangan interval QT, telah dilaporkan terjadi. Efek samping ini
lebih sering terjadi pada penggunaan secara intravena. Sedangkan
penggunaan secara oral maupun infus lebih jarang terjadi.
- Efek samping hematologi seperti diskrasia darah termasuk
agranulositosis, leukopenia, pansitopenia, trombositopenia kadang
terjadi pada pemakaian obat ini. Jika pasien mengalami demam,
menggigil, sakit tenggorokan, mudah memar, dan gejala lain dari
diskrasia darah, pemakaian obat ini harus dihentikan.
- Efek samping ranitidine pada organ hati secara umum jarang, namun
tetap harus diwaspadai. Jika ciri-ciri toksisitas hati terjadi seperti
demam, ruam, eosinofilia, dan ciri-ciri hipersensitivitas lainnya
terjadi, obat ini harus dihentikan pemakaiannya.
- Pasien yang pernah mengalami toksisitas hati akibat pemakaian
antagonis reseptro H2 lain, harus hati-hati menggunakan obat ini.
- Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang,
namun jika terjadi bisa menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat
fatal.
- Dilaporkan juga kasus ginekomastia dan impotensi, namun jarang
terjadi.
2. Cefobactam
- Indikasi:
Infeksi saluran nafas atas dan bawah, infeksi saluran kemih;
peritonitis, kolesistitis, kolangitis dan infeksi intra abdominal, kulit
dan jaringan lunak.
- Dosis:
Dewasa 2-4 g dalam 2 dosis terbagi, diberikan tiap 12 jam, pada
infeksi berat atau refrakter dapat ditingkatkan hingga 8 g/hr. Anak 40-
80 mg/kg/hr dalam dosis terbagi, diberikan tiap 6-12 jam, pada infeksi
berat atau refrakter dapat ditingkatkan hingga 160 mg.
- Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap penisilin, sulbaktam dan sefalosporin.
- Perhatian:
Gangguan fungsi hati, gangguan ginjal, pertumbuhan berlebihan dari
organisme yang tidak sensitif.
- Efek Samping:
Diare, mual, muntah, ruam makulopapular, urtikaria, eosinofilia,
demam akibat obat (drug fever).
3. Insuline Novorapid

Indikasi obat novorapid (obat penyakit diabetes)

Obat Novorapid adalah obat insulin atau obat injeksi untuk mengobati
penyakit diabetes melitus atau kencing manis. Selain itu, obat Novorapid juga
dapat digunakan untuk terapi penyakit diabetes melitus tipe 1 .

Kontra Indikasi Obat Novorapid

Kontra indikasi dari obat Novorapid ini sebaiknya tidak diberikan pada
penderita dengan riwayat: Hipoglikemia, Alergi atau hipersensitivitas pada
kandungan obat atau insulin aspart

Dosis dan Pemberian Obat Novorapid

Obat Novorapid sebaiknya diberikan bersama dengan makanan. Dapat


diberikan sesaat sebelum makan dan juga segera setelah makan. Adapun dosis
yang dianjurkan antara lain adalah : 5 hingga 1 u/kg berat badan/hari
Efek Samping Obat Novorapid

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat penggunaan obat


antara lain seperti :

 Hipoglikemia
 Reaksi alergi seperti gatal dan ruam pada kulit
 Gangguan saluran pencernaan dan pernapasan
 Keringat berlebih
 Penurunan tekanan darah
 Reaksi alergi lokal seperti kemerahan, gatal, hinga
bengkak di area suntik/tempat pemberian obat

Perhatian

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan obat


Novorapid yakni :

1. Pengurangan jadwal makan.


2. Aktivitas fisik yang berlebihan atau berat.
3. Penggunaan preparat yang memiliki kandungan metacresol
dapat menyebabkan alergi.
4. Dapat mengganggu kemampuan ketika menjalankan mesin atau
mengemudi.
5. Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui sebaiknya dibawah
pengawasan ahli medis atau dokter.
6. Obat Novorapid sebaiknya tidak diberikan pada anak dengan
kisaran usia dibawah 2 tahun.
4. Metronidazole
Sebagai obat anti bakteri dan anti protozoa fungsi obat metroidazol adalah untuk :
- mengatasi penyakit Infeksi menular seksual
- mengatasi penyakit Infeksi yang disebabkan bakteri anaerob
- mengatasi penyakit Infeksi bakterial vaginosis pada vagina
- mengatasi penyakit Infeksi parasit amoeba seperti pada diare
- mengatasi penyakit Infeksi parasit trichomonas
Kontraindikasi :
metronidazol tidak dianjurkan untuk dipakai oleh pasien yang diketahui :
- memiliki riwayat alergi Metronidazol atau komponen metronidazol
- sedang memiliki usia kehamilan trimester pertama yaitu 0 – 3 bulan

Dosis

Dosis Metronidazol Obat Metronidazol di apotik tersedia dalam bentuk


kapsul, tablet, dan botol infus. Dosis metronidazol kapsul tersedia dalam
komposisi 375 mg, Metronidazol tablet tersedia dalam komposisi 250 mg dan 500
mg, sedangkan untuk metronidazol botol infus tersedia dalam komposisi 500
mg/100ml. Adapun dosis obat metronidazol yang dianjurkan adalah sebagai
berikut :

- Pada penderita yang mengalami penyakit Infeksi yang disebabkan


bakteri anaerob dosis metronidazol yang dianjurkan adalah 500 mg
yang diminum sebanyak 3 sampai 4 kali sehari selama 7 sampai 10
hari
- Pada penderita yang mengalami penyakit infeksi parasit trikomonas,
pasangan suami istri harus melakukan pengobatan pada saat yang
bersamaan dengan dosis metronidazol yang dianjurkan adalah 500 mg
yang dimium sebanyak 2 sampai 3 kali sehari selama 5 sampai 10 hari
- Pada penderita yang mengatasi penyakit Infeksi parasit amoeba
seperti pada diare, dosis metronidazol yang dianjurkan adalah 750 mg
yang diminum sebanyak 3 kali sehari selama 10 hari
- Pada anak – anak, dosis metronidazole yang dianjurkan adalah 15
mg/Kg berat badan per hari yang terbagi menjadi tiga kali pemberian,
sedangkan untuk pengobatan diare pada anak – anak dosis
metronidazol yang dianjurkan adalah 35 sampai 50 mg/Kg berat
badan per hari yang tebagi menjadi tiga kali pemberian
- Pada bayi yang usianya kurang dari 7 hari dosis metronidazol yang
dianjurkan adalah 7,5 mg/Kg berat badan per hari.

Efek Samping

Metronidazol Obat metronidazol pernah dilaporkan mempunyai efek samping di


antaranya :
- Alergi seperti biduran dan kulit kemerahan
- Perasaan mual dan muntah
- Penurunan nafsu makan
- Merasakan pusing pada kepala
- Mengalami infeksi infeksi jamur oportunis
- Mengalami diare akibat antibiotik Urin yang bewarna lebih gelap
- Efek samping yang berat dapat menimbulkan kejang

Anda mungkin juga menyukai