Anda di halaman 1dari 2

JANGAN SALAHKAN MSG (LAGI) Grr r�

Umpatan "Jangan kebanyakan makan mecin, ntar jadi bodoh". Emangnya kenapasih dengan
mecin?

Mecin atau yg dikenal dgn Monosodiumglutamat (MSG) itu senyawa kimia yg terbentuk
dari Na dan Glutamat. Glutamat sendiri merupakan senyawa peptida pembentuk protein
dalam tubuh yg mempunyai fungsi yg penting dalam messenger syaraf (sama dgn fungsi
Adenosinmonofosfat). Dalam penggunaannya, senyawa ini memberikan cita rasa
tersendiri dalam makanan (Umami taste). Senyawa ini pada awalnya ditemukan oleh
Ilmuwan Jepang pd tahun 1909 yang kemudian Ilmuwan tersebut menemukan cara utk
membuat scr sintetik dgn menggabungkan Glutamat tsb dgn Natrium agar lebih stabil,
dan berbentuk butiran agar mudah ditabur dalam masakan.

Secara alami Glutamat ditemukan pada bahan makanan seperti keju, susu, daging, dan
beberapa sayuran. Tubuh kita juga memproduksi Glutamat. Hal ini dibuktikan oleh
American Chemical Society (Asosiasi Ilmuwan Kimia Amerika Serikat). Lalu kenapa MSG
bisa "difitnah" menyebabkan bodoh?

"Fitnah" tersebut datang pada awalnya datang dari Jurnal New England pada tahun
1968 yg memuat keluhan seorang dokter setelah makan di restoran chinese food yg
saat itu terkenal kerap kali menggunakan MSG dalam sajian makanannya. Namun
penelitian tsb hanya sebuah cocoklogi belaka dan tidak ada bukti ilmiah mengenai
efek negatif konsumsi MSG (dalam takaran normal) pada tubuh manusia. Dengan kata
lain, kekhawatiran mengkonsumsi MSG hanyalah ketakutan massal yg mengakar di
masyarakat.

MSG yg dijual di pasar diproduksi melalui fermentasi mikroba melalui tetes tebu
atau tepung tapiok, bukan limbah beracun yang berbahaya. Metode fermentasi yg
dilakukan juga sama seperti pembuatan tape, tempe dan keju. Sehingga hal tersebut
tidak perlu dikhawatirkan.

WHO merekomendasikan batas konsumsi MSG sebanyak 6 gram per hari. Faktanya orang
Indonesia rata-rata mengkonsumsi hanya 0.65 gram per hari. Sebuah jumlah yg jauh
dari yg ditetapkan, bukan? :))

Lalu kenapa MSG suka disalahkan?

Sebenarnya ini gara-gara beberapa penelitian yang keabsahannya kurang bisa


dipertanggungjawabkan. Contohnya, ada penelitian di tahun 2002 di mana tikus-tikus
percobaannya menjadi buta setelah disuntik MSG. Usut punya usut, dosis MSG yang
disuntikkan ke tikus-tikus ini sangat tinggi, yaitu 20 gram/100 gram makanan tikus.
Ada juga penelitian tahun 1969 yang mengklaim bahwa MSG merusak jaringan otak.
Lagi-lagi, MSG yang disuntikkan ke tikus-tikus percobaan oleh para peneliti sangat
banyak: 4 gram/kg berat badan.

Sebagai perbandingan: jika batas aman konsumsi MSG untuk manusia adalah 6 gram, dan
jika itu didasarkan pada asumsi bahwa manusia tersebut memiliki berat badan 50
kilogram, maka batas aman MSG per kg berat badannya adalah 0, 12 gram/kg. Kalau
tikus-tikus itu dapet 4 gram/kg berat badan, ya wajar aja aktivitas otak mereka
jadi abnormal.

Tahun 2013, rumah sakit akan menggantikan penggunaan garam dengan vetsin pada
sajian makanan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi jumlah Natrium
dalam diet dan juga mengurangi penyebab hipertensi yg sering dikaitkan dgn masalah
konsumsi Natrium pada makanan. Karena vetsin (MSG) memiliki jumlah Natrium yg lebih
sedikit daripada garam dapur.
https://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/622862/garam-akan-diganti-vetsin-
di-rumah-sakit

Semoga tulisan ini bisa sedikit membuka pandangan kita akan stigma masyarakat akan
konsumsi MSG itu tidaklah berbahaya. Jadi kalau ada yg orang lain yg lemot, jangan
salahin MSG lagi ya hahahaha Har Ha r�

Reference:

1. Kenney, R. A. 1986. The Chinese Restaurant Syndrome: An anecdote revisited. J.


Food

and Chemical Toxicolog 24(4):351-354.

2. Olney, JW. 1969. Brain lesions, obesity, and other disturbances in mice treated
with monosodium glutamate. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5778021

3. de Carvalho Papa P1, Vargas AM, da Silva JL, Nunes MT, Machado UF. 2002. GLUT4
protein is differently modulated during development of obesity in monosodium
glutamate-treated mice. Life Sci. 2002 Sep 6;71(16):1917-28.

4. WHO Toxicological evaluation of certain food additives. Food Additive Series,


22. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press, 1988

5. Prawirohardjono W., Iwan Dwiprahasto, Indwiani Astuti, Soeliadi


Hadiwandowo, Erna Kristin, Mustofa Muhammad, dan Michael F.Kelly. 2000. The
administration to indonesians of monosodium l-glutamate in Indonesian foods : an
assessment of adverse reactions in a randomized double blind, crossover, placebo-
controlled study. J. Nutr. 130, 1074S-1076S.

Anda mungkin juga menyukai