UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGI
MAKALAH
PENYULUHAN KESEHATAN
DAGUSIBU
OLEH
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
KATA PENGANTAR
BUang Obat” yang merupakan salah satu tugas untuk Penyuluhan Kesehatan
dalam pembuatan tugas ini. Terimakasih juga kepada teman-teman yang telah sama-
sama bekerja keras dalam penyelesaian tugas ini hingga menjadi satu bentuk
makalah.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi,
maupun penulisan. Untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas ini dimasa yang akan datang. Akhir kata,
penulis berharap bahwa mkakalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
dicanangkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang merupakan upaya untuk
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia. Mengetahui pengertian obat tersebut, maka kita harus selalu berhati-hati
dalam penggunaan obat. Dagusibu merupakan salah satu program IAI untuk
obat dapat digunakan dengan benar. Karena kenyataannya masih banyak yang belum
dengan benar.
Pada saat ini, masyarakat masih sering salah dalam hal mendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. Hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam pengobatan seperti obat
yang tidak bisa didapatkan masyarakat, obat yang salah cara penggunaannya, obat
yang tidak disimpan secara benar dan pembuangan obat secara sembarangan. Hal
yang tidak diinginkan tersebut tentu saja dapat merugikan bagi masyarakat saat
menggunakan obat.
ISI
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia.
masyarakat yang menderita karena keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu
akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit
dengan dosis dan waktu yang tepay. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam
pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan
BUang. Lebih tepatnya, slogan ini mengajak para masyarakat untuk mendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan cara yang benar. Karena
Tempat yang paling tepat untuk mendapatkan obat adalah apotek. Pastikan
apotek yang didatangi terpercaya dan memiliki izin apotek. Apotek yang berizin akan
mencantumkan nomor Surat Izin Apotek (SIA) pada plang apotek. Apotek yang
sehingga bisa dikatakan obat yang disimpan di dalam apotek terjaga kualitasnya.
fisik produk obat tersebut untuk menjamin obat tersebut masih terjamin kualitasnya.
Periksa nama dan alamat produsen, apakah tercantum dengan jelas atau tidak. Teliti
Obat Oral
Obat ora paling baik diminum bersama dengan satu gelas air putih
Perhatikan waktu minum (sebelum, bersamaan, atau sesudah makan)
Apabila obat dalam bentuk cair gunakan sendok takar dan perhatikan jumah yang
harus diminum.
Jika mendapat kesulitan dalam meminum obat dalam sediaan yang diberikan,
hubungi dokter dan apoteker untuk minta sediaan yang sesuai.
Supositoria
Cara penggunaan dimulai dengan mencuci tangan, lalu buka bungkusnya dan
lunakkan supositoria dengan air. setelah berbaring, masukkan supositoria ke
dalam anus dengan jari. Jika supositoria terlalu lunak sebelum digunakan
masukkan ke lemari es atau rendam dahulu dalam air dingin. Cucilah tangan
setelah memasukkannya.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi apoteker.
Aturan Penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di
tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan
hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak2, agar jangan dikira
sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat
tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada
bungkusbya, mis. Insulin
o Degradasi
Tanggal kadaluarsa bergantung pada kondisi penyimpanan yang spesifik dan
juga masing-masing obat memiliki kecepatan perubahan (dekomposisi) yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, obat amoksilin dalam bentuk suspensi (bubuk
yang dicairkan dengan larutan) memiliki masa kadaluarsa 14 hari bila
diletakkan pada temperature ruangan (25 derajat Celsius), sedangan tablet
kombinasi trimetroprim/sulfametoxazol memiliki ketahanan hingga 5 tahun
bila diletakkan pada suhu dibawah 30 derajat Celsius.
Yang termasuk pada proses degradasi antara lain hidrolisis, oksidasi dan
degradasi oleh cahaya. Namun demikian, meskipun semua faktor yang
menyebabkan degradasi berhasil dikontrol (obat aman dari hal-hal yang dapat
menyebabkan degradasi), pada kenyataannya degradasi pasti akan terjadi,
namun dengan lebih lambat.
o Hidrolisis
Sedangkan untuk obat injeksi (obat suntik), Setelah dibuka harus langsung
digunakan. Hal ini dikarenakan pada sirup yang telah dibuat cair telah dibuat
sedemikian rupa sehingga pH didalam sirup cair tersebut dapat meminimalisir
hidrolisis (pH buffer), sedangkan pada amoksisilin injeksi merupakan cairan
tanpa adanya pH buffer.
Pada cairan injeksi, control pada pH dan dijauhkan dari cahaya dapat
mengurangi oksidasi. Sedangkan pada obat berbentuk tablet, seperti
chlorpromazine, bentuk penyimpanan obatnya diberi warna untuk memberi
proteksi terhadap cahaya
o Kontaminasi
Beberapa obat tetes, seperti obat tetes mata, setelah dibuka berisiko untuk
terkontaminasi oleh kotoran atau bahkan bakteri/virus di udara. Oleh karena
itu, disarankan untuk sebaiknya tidak mengunakan obat tetes mata bersama-
sama dan setelah dibuka sebaiknya diletakkan di dalam refrigerator (kulkas)
dan tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi.
Tabel Kadaluarsa yang Disarankan sejak Tanggal dibuka
Obat dapat berubah kestabilannya karena waktu, untuk itu jangan digunakan
lagi bila :
Telah lewat tanggal kedaluwarsanya
Label pada obat tak terbaca lagi
Warna dan penampakannya sudah berubah
Cairan yang jernih sudah menjadi keruh.
2. Jika instruksi tidak diberikan, obat dapat dibuang ke tempat sampah. Namun,
sebelum membuang ke tempat sampah, ada beberapa hal yang harus dilakukan,
yaitu antara lain:
3. Hilangkan informasi seputar obat dan keluarkan obat dari kemasan aslinya. Hal
ini akan melindungi identitas dan privasi mengenai keadaan kesehatan kita.
Selain itu, hal tersebut juga berguna untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (misalnya
penjualan kembali obat-obatan tersebut setelah dikumpulkan oleh pemulung).
Hal yang bisa dilakukan misalnya dengan mengeluarkan tablet atau kapsul dari
strip atau blisternya (lebih baik bila obat juga dihancurkan), dan jika obat berupa
sirup atau cairan, keluarkan dari botolnya.
4. Campur obat-obat tersebut dengan air, garam, kotoran, pasir, ampas kopi, atau
bahan-bahan lain yang tidak diinginkan. Hal ini untuk menghindari terjadinya
pengambilan obat oleh orang lain (misalnya pemulung), anak kecil, hewan, dan
sebagainya.
5. Taruh semua obat tersebut dalam wadah tertutup, misalnya dalam kantung plastik
atau wadah lainnya yang ditutup rapat dan disegel dengan kuat. Hal ini dilakukan
untuk mencegah obat tersebut bocor atau keluar dari kantong sampah. Selain itu
juga untuh mencegah terjadinya penyalahgunaan.
6. Masukkan kemasan obat seperti botol yang sudah tidak terpakai dan sudah
dihilangkan semua informasinya ke dalam wadah yang tertutup (tidak tembus
pandang), seperti trash bag, lalu tutup dengan rapat dan disegel dengan kuat.
Untuk kemasan seperti strip dan blister, sebaiknya kemasan dirusak terlebih
dahulu dengan cara merobek atau menggunting-guntingnya sebelum dimasukkan
ke kantong sampah. Lagi-lagi hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
3.1. Kesimpulan
Mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat masih
menjadi masalah bagi masyarakat indonesi. Masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat
dengan benar. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya masalah yang tidak diinginkan
dalam pemakaian obat pada pasien.
3.2. Saran
Pendidikan/penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan
secara intensif kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat tentang cara
mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar agar
masyarakat dapat mendapatkan efek yang maksimal dari pengobatan yang
didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
NHS, Sheffield clinical Commisioning Group. Good Practice Guidance for Care
Homes – Expiry dates. 2013.
Bilal, S. Care Home Prescribing Support Pharmacist. In: NHS, Berkshire East Good
Practice Guidance 4: Expire Dates for Medication. Issue date: Dec 2012.
Review date: Dec 2014.2.
Dawson, M. Expiry Dates. Aust Prescr;17.1994. 46-8.
NHS, Oxfordshire Clinical Commissioning Group. Good Practice GuidanceQ:
Guidance on the Expiry Dates and Storage of Medicine in Care Homes (with
or without Nursing). Date of Review: Nov 2014
Health Quality and Safety Commision New Zealand. Medicine Expiry Dates- What
do They Mean?. In: Medication Safety Watch: Issue 5, February 2013.