Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN ALTERNATIF

Disusun oleh :

KELOMPOK 6

1. ANDANG MUHAMMAD RIZKY 16504241054

2. DEO CAHYO 16504244006

3. NANJA DWI KURNIAWAN 16504244025

4. RAMADHANI 16504244004

5. ZULFA ANWARI 16504241053

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2016

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
tealah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pendidikan
alternatif.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatanmakalah ini. Untuk itu, kami sampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami sadar bahwa masih banyak


kekurangan baik dari segi materi, susunan kalimat, maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi


semua pihakdan dapat memberi banyak informasi terhadap pembaca.

Yogyakarta,17 Oktober 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................2
1.4 Metode Penulisan.......................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN...............................................................................3

2.1 Pendidikan Alternatif...................................................................3

2.2 Pelaksanaan Pendidikan Alternatif.............................................4

2.3 Dampak Pendidikan Alternatif....................................................8

BAB III. PENUTUP....................................................................................11

3.1 KESIMPULAN...........................................................................11

3.2 SARAN.....................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan untuk masyarakat telah dipenuhi oleh negara dengan


terbukanya akses bagi semua warga untuk memperoleh pendidikan wajib
9 tahun. Akan tetapi negara tidak mampu menjangkau seluruh kelompok
masyarakat dengan karakteristik yang beragam. Ada banyak anak yang
tidak bisa dijangkau oleh pendidikan dasar seperti anak-anak adat yang
tinggal di daerah yang susah dijangkau, maupun anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus. Kebutuhan ini melahirkan pendidikan alternatif yang
mucul di sejumlah wilayah, baik yang memiliki basis perkotaan, desa,
maupun komunitas adat sejak 1990-an. Kebutuhan akan pendidikan
alternatif juga muncul karena ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan,
khususnya terhadap pendidikan yang memberikan ruang yang luas pada
kemerdekaan dan kebutuhan individu anak.

Dalam perkembangannya muncul pula gerakan pendidikan alternatif


untuk kelompok masyarakat menengah dan atas atas di kota-kota besar.
Sebagian lainnya memilih menjalani pendidikan mandiri dan membentuk
komunitas-komunitas sekolah rumah (homeschooling) yang juga
berkembang di perkotaan. Pendidikan alternatif tidak lahir dari ruang
hampa, melainkan lahir dari rahim kritik atas pendidikan nasional
(mainstream) yang mengingkari fitrahnya untuk mencerdaskan anak-anak
yang merdeka. Akan tetapi kenyataannya komunitas-komunitas
pendidikan alternatif masih cenderung didiskiriminasikan dalam berbagai
kebijakan. Anak-anak yang belajar di sekolah alternatif tidak berhak
mengikuti Ujian Nasional tetapi harus mengikuti ujian persamaanî atau
kesetaraan. Diskrimasi ini juga menyebabkan anak-anak yang memilih
atau harus berada di pendidikan alternatif tidak mendapatkan hak-hak
sebagaimana yang diperoleh mereka yang bersekolah di sekolah reguler.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan alternatif ?
2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan alternatif ?
3. Bagaimana dampak pendidikan alternatif ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui tentang pendidikan alternatif
2. Dapat mengetahui tentang pelaksanaan pendidikan alternative
3. Dapat mengetahui tentang dampak dari adanya pendidikan
alternative
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan referensi dari beberapa sumber
buku, mengambil informasi dari beberapa website, dan hasil diskusi
dari kami.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Alternatif

Pendidikan Alternatif merupakan sesuatu yang secara sengaja


dirancang untuk berbagai keperluan yang belum terpenuhi dalam
pendidikan regular atau konvensional. Kalau kita telaah secara
mendalam dasar dari pendidikan alternatif dapat berupa falsafah
ataupun teori. Adapun beberapa dasar falsafah atau teori tersebut
yaitu :

A. Landasan Ontologi

Landasan Ontologi dalam pendidikan alternatif meliputi beberapa


postulat yang berlaku secara universal. Dapat berupa, manusia
dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda-beda termasuk
kemampuan dalam belajar. Terkait dengan potensi genetika dan
lingkungan yang memengaruhinya, manusia mempunyai keluwesan
untuk membentuk kepribadiannya. Dari postulat ini dapat menjelaskan
bahwa pendidikan alternatif memberikan kemungkinan pendidikan
yang sesuai dengan perbedaan kemampuan manusia.

B. Landasan Epistomologis
Pendidikan alternatif jika ditelusuri jauh kebelakang pada awal
perkembangan kebudayaan manusia, pada masa itu orang tua
mendidik sendiri anak-anaknya sesuai dengan kebutuhan hidup dan
keadaan lingkungan alam mereka dengan cara memberikan
pengalaman langsung.
Menurut Saetler (1969 : 11) awal perkembangan adanya pendidik
professional terjadi pada sekitar 500 tahun sebelum masehi pada
periode itu kaum sufi menjajakan ilmunya kepada siapa saja yang
tertarik untuk berguru. Dalam periode ini para calon siswa dan orang

3
tua mempunyai kebebasan untuk memilih kepada siapa mereka akan
berguru.

Perkembangan pendidikan alternatif di Indonesia dimulai dari


pendidikan yang dilaksanakan orang tua sendiri, komunitas tertentu
yang diberi wewenang khusus dan kemudian dikembangkan dalam
suatu kegiatan tertentu. Pada umumnya, pendidikan alternatif tidak
melibatkan tenaga pengajar (guru).

2. Pelaksanaan Pendidikan Alternatif

Pelaksanaan Pendidikan Alternatif pada masa sekarang dapat


dijumpai dalam berbagai jenis , seperti kursus diluar sekolah dan dalam
gerakan sekolah alternatf.

Sekolah negeri memiliki keunggulan seperti pusat penelitian, pusat


kurikulum, pusat perbukuan, pusat ujian dan pusat pusat lainnya.
Sekolah alternatif harus mampu berdampingan secara sistematis
sehingga mampu menggugat dan membongkar sistem formal kalau
memang sudah tidak capable, credible, efektif, efisien, serta berbiaya
tinggi.

Metode yang diterapkan pada sekolah negeri dianggap tidak tepat


untuk menangani keberagaman karakter, kecerdasan, bakat dan minat
peserta didik. Penyeragaman pada sistem pendidikan di sekolah
menyebabkan banyak siswa yang tidak dapat menyalurkan bakat dan
minatnya karena harus mengikuti aturan-aturan yang sudah sistematis
dengan ketentuan waktu yang harus dijalani. Ketentuan ini menjadi
kekhawatiran tersendiri bagi sebagain besar masyarakat khususnya
orang tua yang sangat peduli terhadap perkembangan putra-putri
mereka. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor mengapa
homeschooling atau sekolah rumah menjadi sebuah pilihan untuk
menempuh pendidikan.

4
Selain itu juga terdapat suatu sistem Pendidikan kesetaraan.
Pendidikan kesetaraan meliputi program Kejar Paket A setara SD (6
tahun) ,Paket B setara SMP (3 tahun), dan Paket C setara SMA (3 tahun).
Program ini semula ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari
masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah
dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan hidup. Tidak ada batasan usia dalam
program kesetaraan ini. Pegawai negeri, ABRI, anggota DPR, karyawan
pabrik banyak yang memanfaatkan program kesetaraan ini untuk
meningkatkan kualifikas iijazah mereka.

Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran,


pengaruh, fungsi dan kedudukan. Sebagaimana yang tercantum dalam
UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 Ayat (6)
bahwa " Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan."

Oleh karena itu, pengertian pendidikan kesetaraan adalah jalur


pendidikan nonformal dengan standar kompetensi lulusan yang sama
dengan sekolah formal, tetapi kontens, konteks, metodologi, dan
pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut lebih
memberikan konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan
permasalahan lingkungan dan melatihkan kecakapan hidup berorientasi
kerja atau berusaha sendiri. Dengan demikian pada standar kompetensi
lulusan diberi catatan khusus. Catatan khusus ini meliputi: pemilikan
keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Paket A),
pemilikan keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, dan
pemilikan keterampilan berwirausaha (Paket C).

5
Menurut Jery Mintz (1994) pendidikan alternatif dapat dikategorikan
dalam empat bentuk pengorganisasian, yaitu:

1. Sekolah / Lembaga Pendidikan Umum untuk Siswa Bermasalah


(student at risk)
2. Sekolah / Lembaga Pendidikan Swasta (Independent)
3. Pendidikan di rumah (home-based schooling).
4. Sekolah Umum

1. Sekolah/Lembaga Pendidikan Publik Siswa Bermasalah

Sekolah/lembaga pendidikan umum untuk siswa bermasalah


adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan untuk anak-anak
bermasalah. Pengertian “siswa bermasalah” di sini meliputi mereka
yang :

a. Tinggal kelas karena lambat belajar


b. Nakal atau mengganggu lingkungan (termasuk lembaga
permasyarakatan anak)
c. Korban penyalahgunaan narkoba
d. Korban trauma dalam keluarga karena perceraian orang
tua, ekonomi, etnis/budaya (termasuk bagi anak suku
terasing dan anak jalanan dan gelandangan)
e. Putus sekolah karena berbagai sebab
f. Belum pernah mengikuti program sebelumnya. Namun
tidak termasuk di dalamnya sekolah luar biasa yang
dibangun untuk penyandang kelainan fisik dan/atau
kelainan mental seperti tunarungu, tunanetra, tunadaksa,
dsb. Contoh : SLB E (tunalaras)

6
2. Sekolah/Lembaga Pendidikan Swasta

Sekolah/Lembaga Pendidikan Swasta mempunyai jenis, bentuk


dan program yang sangat beragam, termasuk di dalamnya program
pendidikan bercirikan agama seperti pesantren & sekolah Minggu:
lembaga pendidikan bercirikan keterampilan fungsional seperti kursus
atau magang: lembaga pendidikan dengan program perawatan atau
pendidikan usia dini seperti penitipan anak, kelompok bermain dan
taman kanak-kanak. Contoh : Pesantren, Sekolah Alam, Sekolah
Alternatif Qaryah Thayyib

3. Pendidikan di Rumah (Home Schooling)

Pendidikan di rumah termasuk dalam kategori ini adalah


pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap
anggota keluarganya yang masih dalam usia sekolah. Pendidikan ini
diselenggarakan sendiri oleh orang tua atau keluarga dengan
berbagai pertimbangan, seperti: menjaga anak-anak dari kontaminasi
aliran atau falsafah hidup yang bertentangan dengan tradisi keluarga
(misalnya pendidikan yang diberikan keluarga yang menganut
fundalisme agama atau kepercayaan tertentu); menjaga anak-anak
agar selamat dan aman dari pengaruh negatif lingkungan;
menyelamatkan anak-anak secara fisik maupun mental dari kelompok
sebayanya; menghemat biaya pendidikan; dan berbagai alasan
lainnya. Homeschooling (Sekolah rumah), menurut Direktur
Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
Ella Yulaelawati, adalah proses layanan Pendidikan yang secara
sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan
proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang
kondusif.

7
Tujuannya, agar setiap potensi anak yang unik dapat
berkembang secara maksimal. Rumusan yang sama juga dipegang
oleh lembaga-lembaga pendidik lain yang mulai menggiatkan sarana
penyediaan program Homeschooling.

3. Dampak Pendidikan Alternatif

Dalam pelaksanaannya, pendidikan alternatif akan menimbulkan


dampak positif maupun negatif. Untuk dampak positif/manfaat dari
proses pendidikan alternatif yaitu :

a. Peserta didik bisa lebih mandiri karena anak didik cenderung


belajar sendiri dan menemukan sesuatu sendiri dengan bantuan
pendidik.
b. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang ingin diketahuinya.
Peserta didik memilih apa yang disukainya dan apa yang tidak
disukainya.
c. Peserta didik bisa memiliki potensi yang lebih besar, karena dia
tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang diatur oleh
pemerintah.
d. Peserta didik lebih bebas berkreasi, karena peserta didik dapat
melakukan apa yang dia inginkan yang tentunya itu adalah
mendidik peserta didik tersebut dan mampu menambah wawasan
peserta didik.
Dengan cara kerja yang mendidik siswa untuk mandiri,
berkreatifitas tinggi, dan mempelajari kehidupan yang secara langsung,
maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini karena
peserta didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara langsung
menyangkut kehidupan sehari-hari.

Hal ini cenderung membuat peserta didik mampu menyesuaikan


diri dengan orang yang lebih tua dan cenderung terlindungi dari

8
pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma,
karena peserta didik belajar tidak dengan banyak orang. Peserta didik
lebih tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik belajar
secara individu dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di
luar sana. Peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang
lebih tua dari diri mereka, karena di dalam pembelajarannya peserta
didik lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua
dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai dengan apa
yang dia inginkan.
Selain itu bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan
kemampuan keluarga. Karena segala biaya dan kebutuhan diatur oleh
keluarga itu sendiri, sehingga keluarga dapat menentukan apa saja
yang mereka perlukan tidak menuntut orang tua untuk serba tahu.
Karena pembelajaran ini dapat dilakukan di mana saja, kapan saja,
dan dengan siapa saja. Anak dapat belajar tentang sesuatu yang ingin
diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut sendiri maupun dengan
bantuan orang lain.
Selain itu juga akan timbul dampak-dampak negatif atas
berlangsungnya pendidikan alternatif. Diantaranya adalah sebagai
berikut :

a. Anak Menjadi Kurang Bergaul

Dampak pertama yang akan dirasakan pada anak adalah


kurangnya sosialisasi dan bergaul pada si anak. Sehingga anak merasa
individualis dan terkadang merasa paling hebat akan mungkin
dirasakan sebab anak tidak merasakan bagaimanan berkompetisi dan
berlomba dengan oranglain untuk mendapatkan peringkat terbaik.
Sehingga pada akhirnya anak menjadi tidak dapat mengukur
kemampuan dirinya sendiri dibandingkan dengan siswa lainnya.

9
2. Menjadikan Anak Tidak Mandiri

Kebiasaan orang tua yang selalu memberikan perlindungan


berlebih pada anak dan menempatkan anak selalu pada situasi serupa
seperti dirumah akan mempengaruhi kejiwaan anak menjadi tidak baik.
Sehingga pada akhirnya akan melahirkan anak yang selalu bergantung
pada anda dan membuat mereka menjadi tidak mandiri.

3. Melahirkan Anak yang Tidak Mampu Bersaing

Keputusan memilih sistem pembelajaran alternatif terlebih untuk


jenis homeschooling akan melahirkan anak yang tidak mampu untuk
bersaing, hasilnya anak tidak akan mengetahui sampai mana batas
kemampuannya dibandingkan dengan orang lain.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan tentang pendidikan alternatif dapat


disimpulkan bahwa :

a. Dengan adanya pendidikan alternatif maka suatu proses


pembelajaran menjadi beragam dan dapat menjangkau sampai
ke daerah daerah yang sulit.
b. Jenis-jenis dari pendidikan alternatif sangat beragam.
c. Pendidikan alternatif akan menjadikan peserta didik menjadi
orang yang lebih kreatif dan mandiri
d. Akan tetapi, dapat menjadikan anak menjadi lebih individualis
dan kurang bersosialisasi

3.2 SARAN

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penyusun memberikan


saran agar :
a. Pemerintah lebih serius dalam menangani problematika tentang
pelaksanaan Pendidikan Alternatif.
b. Dalam proses belajar mengajar tetap mengadopsi kurikulum-
kurikulum yang terdapat pada sekolah formal agar pengetahuan
yang diberikan tidak terlalu berbeda.
c. Tetap mengajarkan peserta didik untuk lebih bersosialisasi

11
DAFTAR PUSTAKA

1. MS, Djohar. 2003. Pendidikan Strategik : Alternatif Untuk Pendidikan


Masa Depan. Yogyakarta: Lesfi.
2. Soedijarto. 2007. Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan
Pendidikan Alternatif. Jakarta: Kompas.
3. http://pendidikanalternatif.org/latar-belakang/
4. http://www.homeschoolingyuisha.com/2014/09/jenis-jenis-pendidikan-
alternatif-di.html
5. http://bidanku.com/dampak-positif-dan-negatif-homeschooling-untuk-
anak

12

Anda mungkin juga menyukai