WALIKOTA BATU
PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN DAERAH KOTA BATU
NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
WALIKOTA BATU,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
BAB III
LANDASAN, ASAS, DAN PRINSIP
Pasal 3
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4
BAB V
KRITERIA
Pasal 5
BAB VI
PEMBERDAYAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
Bagian Kedua
Penumbuhan usaha baru
Pasal 7
Bagian Ketiga
Pengembangan Usaha
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Bagian Keempat
Kemitraan
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Bagian Keenam
Koordinasi
Pasal 14
BAB VII
PENGEMBANGAN USAHA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
Bagian Kedua
Pengembangan Produksi
Pasal 16
Bagian Ketiga
Pemasaran
Pasal 17
Bagian Keempat
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pasal 18
Bagian Kelima
Pengembangan Desain dan Teknologi
Pasal 19
Bagian Keenam
Pelaksanaan Pengembangan
Pasal 20
Pasal 21
BAB VIII
IKLIM USAHA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 22
Bagian Kedua
Pendanaan
Pasal 23
Bagian Ketiga
Sarana dan Prasarana
Pasal 24
Pasal 25
Bagian Kelima
Kemitraan
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Bagian Keenam
Perizinan Usaha
Paragraf 1
Bentuk Perizinan
Pasal 29
Pasal 30
Paragraf 2
Penyederhanaan Tata Cara Perizinan
Pasal 31
Bagian Ketujuh
Kesempatan Berusaha
Pasal 33
Bagian Kedelapan
Promosi Dagang
Pasal 34
Bagian Kesembilan
Perlindungan Usaha
Pasal 35
Pasal 36
BAB IX
ANGGARAN
Pasal 37
(1) Pemerintah Daerah menyediakan anggaran
perlindungan, pemberdayaan, dan pembinaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
(2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersumber dari:
a. APBD;
b. Alokasi Dana Desa atau Dana Desa; dan
c. Partisipasi masyarakat dan/atau Badan Usaha.
Pasal 38
Walikota mengoordinasikan sumber dana dan
pemanfaatan dana tanggung jawab sosial dan
lingkungan, dan/atau PKBL dari badan usaha milik
Daerah atau swasta dalam perlindungan, pemberdayaan,
dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
BAB X
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 39
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam
perlindungan, pemberdayaan, dan pembinaan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
(2) Ruang lingkup peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi perumusan
kebijakan dan penyelenggaraan pemberdayaan dan
pengembangan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah.
Pasal 40
(1) Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
(2) Dalam rangka pelaksanaan pembinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah
menunjuk SKPD yang melaksanakan tugas
pemberdayaan masyarakat dan SKPD yang
melaksanakan tugas pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah.
(3) Pembinaan yang dilakukan SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara terarah,
terpadu, dan sinergi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 41
Pemerintah Daerah melakukan pemantauan dan
evaluasi secara periodik dan melakukan penilaian secara
berkesinambungan dan terukur dalam setiap semester
terhadap program pemberdayaan dan pengembangan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pasal 42
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 43
(1) Dalam hal ditemukan dokumen dan/atau
informasi yang diberikan oleh Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah tidak benar, dengan maksud
untuk memperoleh fasilitasi dari Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah dikenakan sanksi
administrasi.
(2) Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal
29, Pasal 30 ayat (2), dan Pasal 42, dikenakan
sanksi administratif.
BAB XIII
PENYIDIKAN
Pasal 45
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai
Penyidik untuk melakukan penyidikan Tindak
Pidana di bidang pemberdayaan dan pengembangan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang
tentang adanya tindak pidana di bidang
pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah;
b. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian
perkara;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan
memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penggeledahan dan penyitaan;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan terhadap
barang bukti tindak pidana di bidang
pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah;
f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g. memanggil dan memeriksa tersangka dan/atau
saksi;
h. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan
dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
i. membuat dan menandatangani berita acara; dan
j. mengadakan penghentian penyidikan apabila
tidak terdapat cukup bukti tentang adanya di
bidang pemberdayaan dan pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 46
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 47
EDDY RUMPOKO
Diundangkan di Kota Batu
pada tanggal 17 Juni 2016
SEKRETARIS DAERAH,
TTD
WIDODO
LEMBARAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2016 NOMOR1/E
NOREG PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 140-1/2016
I. UMUM
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, keikutsertaan pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah dalam usaha meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah tetap diperlukan, mengingat bahwa "mekanisme
pasar tidak mampu menciptakan penyesuaian dengan cepat kalau
terjadi perubahan, serta tidak mampu menciptakan laju
pembangunan yang cepat".
Keikutsertaan pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah tersebut,
dimaksudkan untuk mencegah akibat buruk dari mekanisme pasar
terhadap pembangunan daerah serta menjaga agar pembangunan
dan hasil-hasilnya dapat dinikmati pelaku ekonomi daerah. Hal
tersebut sangat dimungkinkan mengingat bahwa, Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 menganut sistem otonomi seluas-luasnya,
dimana kewenangan Kabupaten/kota sebagaimana diatur dalam
Pasal 14 ayat (1) huruf i adalah “fasilitasi pengembangan
koperasi, usaha kecil dan menengah”.
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah merupakan
kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan
dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.
Selain itu Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah adalah
salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh
kesempatan utama, dukungan, perlindungan, dan pengembangan
seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang kuat kepada usaha
ekonomi rakyat, seperti halnya pada aktifitas industri rumahan dan
kelompok usaha bersama dengan tidak mengabaikan peranan Usaha
Besar dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Uasaha Milik Daerah.