Anda di halaman 1dari 21

SISTEM DISTRIBUSI

BAMBANG DWI SULO

TEKNIK ELEKTRO
UNISMA
2014
Sistem Distribusi
1. Pendahuluan

Dalam sistem tenaga listrik, sistem distribusi merupakan salah satu bagian komponen

yang membentuknya. Secara keseluruhan sistem tenaga listrik dapat digambarkan seperti gambar

1 dibawah.

Gambar 1. Sistem Tenaga Listrik.


Sumber : Holmes,EJ and Lekervi,E., “Electrcity distribution network design”, IEE Power
Engineering series 9. Peter Peregrinus 1989.
Dari gambar 1 diatas dan sesuai dengan kondisi beban pada area yang dilayaninya maka

terdapat beberapa jenis/bentuk jaringan distribusi diantaranya bentuk :

a.Jaringan radial.

b.Jaringan terutup / ring.

1.1. Sistem Distribusi Radial.

Sistem distribusi radial adalah bentuk sistem distribusi yang paling sederhana dan murah

dibanding sistem yang lain. Dengan kelebihan semacam ini sistem radial juga mempunyai

kelemahan, yaitu keandalanya rendah. Sehingga sistem cocok digunakan pada beban-beban yang

tak memerlukan kontinyuitas tinggi.

150 KV
PMT 150 KV

TRAFO DAYA

PMT 20 KV

20 KV

PMT 20 KV

TRAFO DIST

TRAFO DIST
TRAFO DIST

TRAFO DIST

TRAFO DIST
TRAFO DIST

Gambar 2 : Sistem Distribusi Radial


Sumber : Electric Power Distribution Handbook,
T.A.Short, 2004.
1.2. Sistem Distribusi Tertutup/Loop.

Dalam sistem loop, bentuk distribusi dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain :

1.Sistem Radial Open Loop.

2.Sistem Loop/Ring.

3.Sistem Cluster.

4.Sistem Flower.

Sistem-sistem diatas secara diagram garis tunggal diganbarkan seperti rangkaian dibawah

150 KV
PMT 150 KV

TRAFO DAYA

PMT 20 KV

20 KV

PMT 20 KV PMT 20 KV

TRAFO DIST
SSO TREEBRANCH
SSO TREEBRANCH

TRAFO DIST

SSO TREEBRANCH
SSO TREEBRANCH

LBS NORMALY OPEN

a b

Gambar 3 : Sistem Distribusi Tertutup.


a. Sistem Open Loop. b.Sistem Loop.
Sumber : Electric Power Distribution Handbook,
T.A.Short, 2004.
Sistem loop/ring digunakan untuk beban-beban atau daerah-daerah yang memerlukan

tingkat kontinyuitas atau keandalan tinggi, seperti daerah industri, rumah sakit, pusat

perdagangan, pusat pemerintahan maupun instalasi-instalasi penting lainya.

Dilihat dari gambar diatas karena beban mendapat pasok lebih dari satu sumber/penyulang

maka jika terjadi gangguan pada salah satu penyulang maka beban masih mendapat pasok daya

dari penyulang lainya.

Bentuk sistem distribusi lainya adalah sistem cluster dan sistem flower sebagaimana

digambarkan dibawah.

150 KV 150 KV
PMT 150 KV PMT 150 KV

TRAFO DAYA TRAFO DAYA

PMT 20 KV PMT 20 KV

20 KV 20 KV

PMT 20 KV PMT 20 KV
EXPR ESS F EED ER

K A B EL C A D A N G A N

SKB (BUKA)
SKB (BUKA)

Spindel Cluster

Gambar 4 : Sistem Distribusi bentuk Spindel dan cluster.


Sumber : Electric Power Distribution Handbook,
T.A.Short, 2004.
2. Komponen Sistem Distribusi.

Dalam pembahasan masalah komponen sistem distribusi, maka terlebih dahulu perlu

diberikan tentang definisi sistem. Yaitu sistem adalah bekerjanya beberapa komponen yang

saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan adanya batasan arti sistem ini

maka dapat diketahui arti penting setiap komponen dalam suatu kesatuan sistem.

Dalam sistem distribusi komponen-komponen utamanya antara lain adalah :

a.Saluran atau konduktor.

b.Transformator (distribusi).

c.Peralatan pengaman.

2.1. Saluran atau Konduktor.

Saluran pada sistem distribusi diawali dari sisi sekunder trafo daya pada gardu induk dan

diakhiri pada sisi primer trafo distribusi. Dimensi dari saluran ini tergantung dari kapasitas

beban yang mampu ditanggungnya dan rugi tegangan maksimum yang diijinkan. Saluran ini

dapat berupa saluran udara atau kabel dengan jumlah tiga buah saluran untuk setiap rangkaian

atau circuit. Material dari konduktor umumnya adalah tembaga atau aluminium. Mingingat

bahwa daya yang harus disalurkan sampai dengan orde MVA maka sistem tegangan yang

dipakai berorde kilo volt atau KV. Sedang konstruksi dari konduktor itu sendiri sesuai dengan

besar dayanya berbentuk kawat kecil yang dipilin hingga mencapai luas penampang sesuai

kapasitas daya yang mampu ditanggumgnya. Contoh konstruksi konduktor seperti pada gambar

berikut.
Gambar 5 : Konstruksi konduktor.
Sumber : Electric Power Distribution Handbook,
T.A.Short, 2004.

2.2. Transformator Distribusi

Transformator Distribusi berfungsi menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan

rendah dan sebagai sumber pasokan daya bagi beban. Trafo ini dapat berupa trafo tiang atau trafo

permukaan (tanah). Konstruksi trafo ini dapat berbentuk satu trafo tunggal 3 phasa ( 1 x 3 phasa )

atau tiga buah trafo satu phasa yang disatukan menjadi tiga phasa ( 3 x 1 phasa ).

Berdasarkan tipenya, terdapat dua jenis trafo distribusi yaitu trafo konvensional dan trafo

CSP.

Gambar 6 : Trafo Distribusi.


Sumber : Transformer Engineering, Kulkarni, 2005
Penggunaan trafo tipe CSP mempunyai karakteristik khusus. Trafo tipe ini agak berbeda dengan

trafo lain dalam model pembebananya. Keistimewaan trafo ini adalah mampu menanggung

beban hingga 150% selama kurang lebih 4 jam. Kapasitas trafo CSP terbesar yang ada adalah 3

X 50 kVA. Jadi untuk pelayanan beban puncak sebesar 200 kVA selama 4 jam dapat dipenuhi

oleh trafo jenis ini dengan kapasitas 150 kVA. Hal ini dapat memberikan tingkat penghematan

lagi. Menerapkan trafo ini terdapat persaratan tertentu menyangkut situasi beban. Susunan atau

kelompok beban harus sedemikian rupa dimana radius pelayanan trafo ini sangat pendek. Jadi

trafo ini cocok untuk beban-beban yang sifatnya mengelompok.

2.3. Peralatan Pengaman.

Peralatan pengaman pada sistem distribusi berfungsi diantaranya adalah untuk :

1.Mengamankan komponen lain yaitu konduktor maupun beban terhadap kondisi abnormal

yang mungkin timbul.

2.Melokalisir daerah gangguan.

3.Memperkecil rugi kWh yang tak tersalurkan akibat adanya gangguan (bila sifat gangguan

adalah temporer ).

Dengan adanya peralatan pemgaman ini maka kerugian yang dapat ditimbulkan oleh salah

satu dari tiga kejadian diatas dapat diminimalisir.

Beberapa jenis peralatan pengaman yang lazim dipergunakan pada sistem distribusi adalah

-Pemutus rangkaian atau Circuit Breaker (CB)

-Cut-out fuse

-Pengaman balik otomatis (PBO) atau sering disebut Recloser

-Seksionaliser
Peralatan-peralatan tsb. dapat bekerja akibat adanya arus lebih, tegangan naik atau turun

melebihi toleransi baik dari sisi besaran/magnitude maupun waktu. Dan pengendali kerja

peralatan tsb. adalah relai-relai sesuai dengan jenis gangguan yang diamankan.

3. Aliran Daya

Dalam sistem distribusi, besar aliran daya berhubungan dengan komponen-komponen daya

terutama tegangan dan impedansi saluran. Sedang arah aliran daya disamping berhubungan

dengan kedua komponen diatas juga berkaitan dengan model atau jenis rangkaian sistem.

Aliran daya dalam sistem distribusi umumnya berhubungan dengan kepentingan kapabilitas

sistem distribusi terutama erat hubunganya dengan kondisi pembebanan dan konfigurasi

rangkaian sistem distribusi.

Selain itu dengan aliran daya ini akan dapat pula diketahui rugi-rugi daya yang timbul

pada saluran.

4. Rugi-Rugi Daya.

Jika arus maksimum atau aliran daya nyata dan daya reaktif telah ditentukan, rugi daya

aktif dan reaktif seri pada rangkaian 3 phasa, Pl dan Ql dapat dihitung dengan formula sbb. :

Pl = 3 . I2. Rl (1)

Atau Pl = [P/V]2.Rl + [Q/V]2.Rl (2)

Dan Ql = 3I2 . Xl (3)

Atau Ql = [P/V]2.Xl + [Q/V]2.Xl (4)

Dimana Rl dan Xl adalah resistansi dan reaktansi seri seperti ditunjukkan gambar.7.
Rs Xs

½. ( R + Xp ) ½.( R + Xp)

Gambar 7 : Rangkaian Pengganti Saluran Distribusi.

Dari gambar diatas impedansi shunt ditunjukkan dengan (Rp + jXp) dan rugi-rugi shunt dapat

dihitung dengan :

(V/√3)
Ip = —―—―—— (5)
√(Rp2 + Xp2)

Atau rugi-rugi shunt dapat dihitung dengan :

Pp = 3.G . [V/√3]2 = G.V2 (6)

Qp = 3.B . [V/√3]2 = B.V2 (7)

dimana G dan B adalah susceptance capacitance dan leakage conductance jika saluran

menggunakan kabel.

Rugi-rugi resistif shunt Pp untuk saluran biasanya sangat kecil sedang rugu-rugi reakif Qp

adalah negative, dan pada umumnya kapasitansi shunt memberikan daya reaktif ke sistem.

5. Rugi-rugi Tegangan

Salah satu hal yang perlu diperhatikan pada sistem distribusi dalam hubunganya dengan

beban adalah tingkat tegangan pada titik sambung beban. Tingkat tegangan pada titik ini
merupakan tegangan yang dipakai oleh beban. Adanya impedasi saluran, tegangan pada titik

sambung beban akan mengalami penurunan. Magnitudo Prosentase penurunan tegangan ini

mengindikasikan kualitas dari sistem distribusi dan dikatakan sebagai rugi-rugi tegangan.

Rugi tegangan pada suatu seksi saluran distribusi yang mempunyai impedansi Z dan

mengalirkan arus sebesar I diberikan sbb. :

Vd = I.Z (8)

dimana Vd adalah rugi tegangan.

Dalam sistem distribusi Vd secara aritmatik merupakan perbedaan antara tegangan sisi

kirim dan sisi terima. Secara sederhana hal ini dapat ditunjukan dengan rangkaian equivalent

berikut dimana rangkaian mempunyai resistansi R, reaktansi X, tegangan sisi terimn Vr dan

tegangan sisi kirim Vs. Arus yang mengalir sebesar I dan tertinggal sebesar sudut Ø terhadap Vr.

Phasor diagram equivalent adalah sbb. :

VS I R + JX VR

ZL

Gambar 8 : Hubungan tegangan sisi kirim dan sisi terima.

I.JX I.R

VS

Ө VR

Gambar 9 : Phasor Diagram Tegangan Saluran Distribusi.


Selama kondisi aliran normal sudut antara tegangan sisi terima Vr dan sisi kirim Vs hanya

beberapa derajad. Pada kebanyakan kasus dalam praktek biasanya Ø ≈ ØI sehingga hubunganya

secara phasor adalah :

Vs ≈ Vr + IR.Cos Ø + IX.Sin Ø (9)

Rugi tegangan Vd pada saluran :

Vd = │Vs│ - │Vr│ (10)

≈ Vr + IR.Cos Ø + IX.Sin Ø (11)

= Ip.R + Iq.X Vd

Untuk sistem 3 phasa :

Vd ≈ √3 (Ip.R + Iq.X) = P/V(R + X.tg Ø ) (12)

Perhitungan diatas dipakai memperhitungkan rugi tegangan sepanjang saluran dimana

faktor seperti resistan,reaktan dan faktor daya diketahui dan beban diasumsikan terdistribusi

secara homogeny sepanjang saluran. Dlam sistem phasa tunggal atau ganda / double rugi

tegangan lebih besar daripada sisten 3 phasa simetri untuk ukuran konduktor yang sama

6. Beban

Sebagai alat bantu dalam analisa dan perhitungan beban dapat diklasifikasikan kedalam

beberapa kategori yang biasanya dinyatakan dalam padat daya, yaitu VA per satuan luas.

Dibawah ini diberikan tabel ikhtisar dari klasifikasi tsb. dimana untuk wilayah Indonesia

biasanya diambil setengah dari nilai pada tabel tsb.


Tabel 1 : Klasifikasi beban
Sumber : Sistem Distribusi dan Utulity, Abdul Kadir. 1987.

Jenis konsumen Padat daya

kVA/km2

Perumahan

1.Pusat kota,apartemen,hotel 10 – 100.000

2.Perkotaan,pinggir kota :

- Perumahan besar 1 – 15.000

- Perumahan sedang 1 - 10.000

- Perumahan kecil 1 – 5.000

3.Pedesaan 0,1 – 10

Komersial

1.Pertokoan,pusat belanja 10 – 100.000

2.Perkantoran,rumah sakit 10 – 100.000

3.Sekolah 1 – 100

Industri

Industri besar,kecil Variasi sangat luas.Perlu di -

pandang sebagai konsentrasi beban


Dari tabel diatas guna mempermudah jika hendak dilakukan analisa-analisa maka perlu

difahami beberapa hal tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan beban.

Adapun faktor-faktor dimaksud adalah :

-Demand faktor

Yaitu rasio antara permintaan maksimum terhadap beban tersambung.Yang mana

merupakan cara mudah untuk menyatakan hubungan antara beban tersambung dan permintaan.

Nilai-nilai ini penting untuk menentukan ukuran yang akan dipasang/direncanakan.

-Faktor beban

Menyatakan rasio antara beban rata-rata selama jangka waktu tertentu terhadap permintaan

maksimum atau beban puncak selama jangka waktu periode itu. Hal ini merupakan suatu cara

untuk memperkirakan permintaan maksimum dari beban , atas kelompok beban.

Faktor Diversitas

Merupakan rasio antara jumlah permintaan maksimum masing-masing pelanggan terhadap

beban maksimum atas beban puncak dari seluruh sistem.

Faktor Koinsiden

Faktor ini merupakan rasio antara permintaan koinsidensi maksimum suatu kelompok

pemakai terhadap jumlah permintaan maksimum dari tiap pemakai.

Faktor Utilisasi

Faktor Utilisasi merupakan rasio antara permintaan maksimum suatu sistem terhadap

kapasitas atau daya nominal sistem itu.

Baik permintaan maksimum maupun kapasitas nominal dinyatakan dalam satuan yang

sama. Faktor ini menyatakan tingkat pembebanan sistem selama beban puncak dibandingkan

dengan kemampuanya. Kapasitas nominal suatu sistem biasanya ditentukan oleh kapasitas
termalnya, akan tetapi dapat juga ditentukan oleh pembatasan penurunan tegangan. Yang terkecil

antara kedua cara diatas menentukan besarnya kapasitas.

Faktor Daya

Merupakan rasio antara daya (dalam watt) terhadap produk tegangan dan arus (dalam VA)

yang berbeda fase disebabkan reaktansi rangkaian, termasuk alat yang merupakan beban. Karena

fasilitas sistemperlu dirancang untuk dapat menyalurkan arus listrik dan memikul rugi-rugi yang

berbanding pangkat dua dari arus, serta pula untuk turun tegangan yang kira-kira berbanding

lurus dengan arus, maka perlu bahwa nilai-nilai arus diketahui. Semua fasilitas sistem, berupa

transformator, saluran, pengaman, penghubung dan sebagainya, semua didasarkan pada nilai-

nilai arus yang harus dialirkan secara aman dan ekonomis.

Selanjutnya selain faktor-faktor diatas terdapat hubungan lain yang juga perlu

dipertimbangkan dalam melakukan setiap analisa yaitu tentang karakteristik beban. Berikut ini

diberikan tipikal karakteristik beban pada sistem distribusi.

Gambar 10 : Tipikal karakteristik beban perumahan dan komersial


Sumber:Electric Power Distribution Sistem Engineering, Turan Gonen .
Gambar 11 : Tipikal karakteristik beban komersial dan industri.
Sumber:Electric Power Distribution Sistem Engineering, Turan Gonen .

7. Jenis Unit Beban / Peralatan

Beban/peralatan pengguna energy listrik secara gari besar dapat dikelompokan menjadi

dua bagian utama yaitu beban penerangan dan beban tenaga.

7.1. Jenis beban penerangan.

Baban penerangan merupakan peralatan yang mengubah energy listrik menjadi cahaya /

sinar dan berfungsi sebagai penerangan atau disebut dengan lampu.

Diantara sekian banyak lampu, maka lampu-lampu tsb.dapat dikoelompokan menjadi :

-Lampu pijar

-Lampu pelepas gas

-Lampu PL atau lampu hemat energy.

Lampu-lampu diatas dalam hubunganya dengan daya mempunyai sifat yang berbeda.

Daya pada lampu pijar mempunyai satuan watt, mengartikan bahwa kuat cahaya yang

dihasilkan setara dengan daya dalam satuan tsb. sedang input daya yang diperlukan mempunyai
satuan VA. Dalam lampu pijar kuat cahaya yang dihasilkan / watt yang dihasilkan besarnya sama

dengan daya yang diinputkan.

Pada lampu pelepas gas, seperti lampu mercury, lampu TL (tube lamp) atau lampu neon adalah

lampu yang berisi gas mercury maupun gas neon sebagai media penghasil sinar. Lampu jenis ini

memerlukan inductor dalam proses konversi dari energy listrik menjadi sinar. Karena itu daya

setara yang dihasilkan tidak sama dengan daya input yang diperlukan. Akibat inductor ini

magnitude VA input lebih besar dari magnitude watt output serta terjadi pergeseran phasa antara

tegangan dan arus input.

Sedang pada lampu PL, dengan daya yang sama dengan kedua lampu diatas jumlah cahaya

/ lumen yang dihasilkan jauh lebih banyak sehingga cahaya yang dihasilkan lebih terang. Dengan

kelebihan ini terdapat kekurangan pada lampu PL yaitu menyebabkan timbulnya cacat sinusoida

pada bentuk gelombang tegangan input. Dan cacat ini dapat berpengaruh pada beban lain pada

saluran tsb. sehingga akan timbul rugi-rugi yang lain.

7.2. Jenis beban tenaga.

Beban tenaga dapat berupa motor-listrik, peralatan welding (pengelasan), peralatan

melting (peleburan besi / baja). Peralatan seperti ini mempunyai daya yang jauh lebih besar

dibanding daya pada penerangan. Sehingga perlu memperhitungkan rugi-rugi daya dan pola

operasi peralatan tsb. mengingat bahwa peralatan seperti ini mempunyai daya starting yang

sangat besar. Dengan adanya kondisi starting ini maka magnitude tegangan dapat berfluktuasi

maupun berkedip. Hal ini perlu dijaga batas-batas toleransinya karena kondisi ini besar

pengaruhnya terhadap unjuk kerja peralatan lain. Terlebih lagi jika beban-beban ini berphasa
tunggal maka dapat berpengaruh terhadap keseimbangan phasa pemasok / feeder. Dibawah ini

diilustrasikan pengaruh beban tenaga seperti gambar berikut .

8. Keandalan.

Beberapa faktor paling berpengaruh terhadap keandalan antara lain :

• Panjang saluran dan kerapatan beban

• Konfigurasi jaringan

• Tegangan sistem

• Tren keandalan jangka panjang

Faktor-faktor diatas berhubungan dengan parameter dasar keandalan yaitu :

- Laju kegagalan/angka keluar/failure rate () – gangguan per tahun

- Waktu keluar rata-rata/average outage time (r) – jam per gangguan

- Waktu keluar tahunan rata-rata/average annual outage time (U) – jam

U=r (13)

Selain itu terdapat beberapa faktor indek keandalan yang mana adalah :

• Merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan dalam suatu besaran probabilitas

• Terdiri dari indeks titik beban dan indeks sistem

• Dipakai untuk mengetahui tingkat keandalan suatu sistem yang akan dievaluasi.

8.1. Indek keandalan titik beban.

Adalah merupakan :

• Laju pemutusan beban rata-rata f (pemutusan beban/tahun),

• Waktu keluar rata-rata r (jam/pemutusan beban)


• Lama pemutusan beban rata-rata U (jam/tahun)

Menghitung laju pemutusan beban masing-masing komponen digunakan rumus :

n
f s   Ci X i i pemutusan beban
i 1 (14)
tahun

Ci = Jumlah konsumen per unit yang mengalami pemutusan beban


Xi = Panjang penyulang atau unit komponen ( km atau unit)
λi = Perkiraan angka keluar komponen ( kali/km/tahun atau kali/unit/tahun )
n = Banyaknya komponen yang keluar, menyebabkan pemutusan beban
Lama pemutusan beban rata-rata Us (jam/tahun)

Menurut SPLN 59, 1985, lama pemutusan beban rata-rata pada sistem radial adalah :

n  m  jam
U s   X i i   Ci tij 
i 1  j 1  tahun (15)

Waktu keluar rata-rata rs (jam/pemutusan beban) :


Us jam
rs  pemutusan beban (16)
fs

Us = Lama pemutusan beban rata-rata (jam/tahun)


fs = Laju pemutusan beban rata-rata (pemutusan beban/tahun)

8.2. Indeks keandalan sistem.

• Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI),

• Sistem Average Interruption Duration Index (SAIDI),

• Customer Average Interruption Duration Index (CAIDI),


• Average Service Unavailability Index (ASUI),

• Average Service Availability Index (ASAI),

• Energy Not Supplied Index (ENS),

• Average Energy Not Supplied (AENS).

Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI)

• jumlah rata-rata gangguan yang terjadi per pelanggan yang dilayani oleh sistem per

satuan waktu (umumnya per tahun).

• ditentukan dengan membagi jumlah semua gangguan pelanggan dalam satu tahun dengan

jumlah pelanggan yang dilayani oleh sistem tersebut

Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI) :

Total GangguanPada Pelanggan


JumlahSeluruhPelanggan

fN i i
pemutusan pelanggan tahun
N i
(17)

Merupakan laju pemutusan beban komponen I, jumlah seluruh pelanggan pada titik beban i .

Sistem Average Interruption Duration Index (SAIDI)

• nilai rata-rata dari lamanya gangguan untuk setiap konsumen selama satu tahun

• ditentukan dengan selama periode waktu yang telah ditentukan dengan jumlah

pelanggan yang dilayani selama tahun itu.

Jumlah
Lamanya
Gangguan
PadaPelanggan
Jumlah
Seluruh
Pelanggan

U Ni i
jam pelanggan tahun
N i
(18)
Merupakan lama pemutusan beban komponen I, jumlah seluruh pelanggan pada titik beban i .

Customer Average Interruption Duration Index (CAIDI)

Jumlah LamanyaGangguanPada Pelanggan


Jumlah PelangganYang MengalamiGangguan

U Ni i

fN i i
jam pelanggan pemutusan
(19)

Merupakan :

Laju pemutusan beban komponen I, lama pemutusan beban komponen i jumlah seluruh

pelanggan pada titik beban i

Average Service Availability (Unavailability) Index, ASAI (ASUI

ASAI

 N x8760  U N
i i i

 N x8760 i
(20)

ASUI = 1 – ASAI =

U N i i

 N x 8760i (21)

Merupakan : Laju pemutusan beban komponen I, lama pemutusan beban komponen i jumlah

seluruh pelanggan pada titik beban i.

Energy Not Supplied Index, (ENS)

ENS = Jumlah energi yang tidak tersuplai

L Ui
a (i ) MWh tahun
(22)

Merupakan beban rata-rata terkoneksi ke titik beban i.

Anda mungkin juga menyukai