PENDAHULUAN
Tingginya angka kesakitan dan kematian bayi berat lahir rendah masih
(Proverawati, 2010: 1) salah satu masalah yang timbul pada BBLR adalah
BBLR luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat
yang tinggi karena sirkulasi yang masih belum sempurna, respirasi masih
lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang belum aktif dari permukaan
tubuh yang relatif luas dan lemak subkutan yang kurang, terutama lemak
coklat (brown fat). Mekanisme kahilangan panas pada bayi dapat terjadi
oksigen, produksi asam laktat , apnea, penurunan koagulasi darah dan yang
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
badan lahir lebih dari 2500 gram (WHO, 2010), berdasarkan data Badan
Pusat Statistik di Indonesia (2011) angka kejadian BBLR yaitu 321,15 per
100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Timur tahun 2012 diketahui jumlah bayi
BBLR mencapai 19.712 bayi dari 594.461 bayi lahir hidup (3.32%) (Dinkes
angka kejadian BBLR dengan hipotermi pada tahun 2010 terdapat 515,
tahun 2011 terdapat 543, pada tahun 2012 terdapat 569 dan bulan Januari
2013 sampai dengan bulan Nopember sebanyak 425 (regester Irna Mawar).
dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak, pencegahan merupakan hal yang
terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal (Dewi, 2010: 11).
kematian bayi di Indonesia maka penanganan yang baik dan sesuai prosedur
akan membahas kasus dengan judul “Asuhan kebidanan pada bayi berat
lahir rendah dengan hipotermia di Irna Mawar RSUD dr.Iskak Tulungagung
Tahun 2013? ”
kebidanan pada bayi berat lahir rendah dengan hipotermia di Irna Mawar
1.3.1 Umum :
1.3.2 Khusus :
Hipotermia.
dengan hipotermia.