Anda di halaman 1dari 2

B.

Sejarah Perkembangan Astronomi Modern

Perkembangan ilmu astronomi modern berawal dari seorang murid dari Yohanes
Muller di Universitas Wina yang bernama, Purbach (1423-1461). Yohannes Muller bersama
temannya yang bernama Walther (1430-1504) belajar tentang astronomi yang merupakan
karya asli Ptolemeus di Italia.
Muller dan Walther melakukan pembuatan penanggalan yang banyak dipakai para
pelaut Spanyol dan Portugis, berdasarkan benda-benda langit. Kemudian, Muller memiliki
niat untuk melanjutkan pembaruan penanggalananya dengan pergi ke Roma. Namun, ia
meninggal sebelum melaksanakan niatnya. Kemudian Walther dan Albrecht Durer
melanjutkan pengamatan Muller.
Pada (1473-1543) Nicolas Copernicus memulai karyanya tentang astronomi.
Copernicus mengeluarkan teori yang ditulis tangan dan diedarkan pada tahun 1530 tentang
alam semesta, yang disebut “Sistem Copernicus”. Copernicus menempatkan matahari sebagai
pusat alam semesta dan terdapat tiga jenis gerakan bumi, antara lain: a) gerak rotasi bumi
(perputaran bumi pada porosnya), b) gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi matahari), c)
perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang dan malam sama panjangnya.
Dibawah supervisi Rheticus dan Andreas Osiander, buku Copernicus di cetak di
Nuremburg.
Copernicus memiliki pendapat lain atas pernyataan yang dikemukakan Ptolemous
tentang gerakan benda-benda langit. Ptolemous mengacu pada kelompok Phytagoras, yang
menganggap bahwa benda-benda langit bergerak melingkar dengan ketidaksamaan relatif
pada kecepatan angular terhadap pusatnya. Sehingga Copernicus menganggap bahwa yang
dikemukakan Prolemous ‘tidak cukup tepat, tidak cukup memuaskan pikiran’.
Menurut Copernicus para leluhur sebelumnya, melalui pengamatan mereka
menambahkan tiga gerakan pada bumi untuk setiap benda-benda langit didalam sistem
geometris supaya dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa bumi berada diam di pusat putaran.
Berdasarkan sistem yang dikemukakan oleh Copernicus, sistem tersebut menjawab
pertanyaan dengan sederhana, yang diajukan oleh bangsa Yunani tentang bagaimana
menjelaskan gerakan dari benda-benda langit dalam gerakan yang melingkar dan seragam.
Sebenarnya pernyataan dan hal ini teleah digunakan oleh para Astronom sejak jaman
Phytagoras, sehingga bukan suatu metode yang baru untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Dimana melalui konsepsi yang dipakai oleh Pythagoras, Copernicus mampu mengalahkan
sistem yang dikembangkan oleh bangsa Yunani. Namun di lain hal, ada salah satu konsep
yang tidak digunakan oleh Copernicus, yaitu bahwa benda-benda langit adalah mulia.
Mengacu pada sistem Copernicus, bumi berputar mengitari matahari sama sperti
planet lainnya. Bumi mengalami gerakan yang seragam dan melingkar, gerakan sempurna
sebagai benda langit. Dalam hal ini, Copernicus menekankan kesamaan antara bumi dengan
benda-benda langit lainnya bahwa semua benda-benda langit memiliki gravitasi. Akan tetapi,
gravitasi yang bekerja hanya pada materi, seperti bumi dan benda-benda langit yang memiliki
gaya ikat serta ketahanannya dalam suatu lingkaran yang sempurna.
Jika dibandingkan antara Sistem Ptolemeus dan Sistem Copernicus, maka Sistem
Copernicus lebih sederhana dan bagus. Sehingga dari pernyataan sistem Copernicus, matahari
yang menjadi pusat diantara bintang-bintang dan diposisikan diluar tatasurya dan
keberadaanya tetap pada tempatnya.
Dengan sistem Copernicus, untuk melakukan perhitungan astronomi sangatlah
mudah, karena jumlah lingkaran yang sangat sedikit dapat diperhitungkan. Namun yang
menjadi prakriaan posisi planet menjadikan perhitungan lainnya tidak menemukan hasil yang
tepat untuk dihitung selain menggunakan sistem Ptolemous. Karena kedua sistem tersebut
masih memiliki kesalahan relatif sebesar 1%.

Anda mungkin juga menyukai