Anda di halaman 1dari 17

REFARAT Februari 2018

“MALARIA SEREBRAL”

Nama :Ni Putu Mona Aryati


No. Stambuk :N 111 16 065

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA
PALU
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
II. TINJAUAAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI……………………………………………………………….. ........................................... 3
2.2 EPIDEMIOLOGI............................................................................ ........................ 3
2.3 ETIOLOGI………………………………………………………………............................................ 3
2.4 FAKTOR RESIKO................................................................ ................................... 4
2.5 PATOFISIOLOGI……………………………………………………….. ........................................ 4
2.6 PENULARAN..................................................................... ................................... 5
2.7 TANDA DAN GEJALA........................................................... ................................. 5
2.8 PROSEDUR DIAGNOSIS ......................................... ……………………………………………6
2.9 TATALAKSANA………………………………………...……………. .......................................... 7
2.10 PROGNOSIS……………………………........................................……………………………...10
2.11 PENCEGAHAN………………………………………………………… ........................................ 11
II. KESIMPULAN......................................................................................... ...................... 13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium


yang hidup dan berkembang biak di dalam darah. Penyakit ini secara alamiah
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun dapat mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal sebagai malaria berat.1

Penderita penyakit malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan


sebagai malaria berat didefinisikan sebagai infeksi Plasmodium Falciparum
dengan satu atau lebih kompliasi. Salah satu komplikasi yang dapat dialami oleh
penderita yaitu malaria serebral.1

Pada malaria, Plasmodium falciparum dapat sampai ke sistem saraf pusat


dengan cara menginfeksi sel darah merah kemudian menyebabkan oklusi pada
kapiler serebral. Gejala neurologis muncul beberapa minggu setelah infeksi.
Penyakit ini ditandai dengan koma yang tidak bisa dibangunkan (GCS dibawah
7). Pada kasus yang lebih ringan dapat terjadi gangguan kesadaran seperti apati,
somnolen, delirium dan perubahan tingkah laku. Pada tahap stadium akut, malaria
serebral dapat menyebabkan kejang.2

Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat


mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita, dan ibu hamil. 300-500 juta
penduduk dunia menderita malaria setiap tahunnya. 23 juta diantaranya tinggal di
daerah endemis tinggi di benua afrika. Sebanyak 1,5-2,7 juta jiwa meninggal
setiap tahunnya terutama terjadi pada anak-anak. Malaria serebral sering dijumpai
pada daerah endemis seperti jawa tengah (jepara), sulawesi utara, maluku, dan
Irian Jaya. Disulawesi utara mortilitasnya 30,5 %.1

Terdapat empat jenis plasmodium yang dapat menginfeksi manusia


sehingga menyebabkan penyakit malaria yaitu Plasmodium falciparum (malaria
tropika), Plasmodium vivax (mlaria tertiana), Plasmodium malariae (malaria
tertiana), dan Plasmodium ovale. Diantara semua plasmodium penyebab malaria,
P.falciparum adalah yang terpenting karena penyebarannya yang luas, angka
kesakitan yang disebabkan tinggi, bersifat ganas sehingga menyebabkan malaria
berat dan menyebabkan lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya yang terjadi
diseluruh dunia.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Malaria serebral adalah suatu infeksi akut pada serebral yang
menyebabkan disfungsi otak (ensefalopati) disebabkan oleh infeksi parasit
Plasmodium falciparum. Tiga jenis parasit malaria yang lainnya seperti
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae tidak dapat
menyebabkan malaria serebral, tapi dapat menyebabkan kejang demam pada
anak.4. Istilah "malaria cerebral" sering digunakan secara longgar dalam
literatur medis untuk menggambarkan setiap gangguan SSP dalam infeksi
malaria. 5
2.2 Epidemiologi
Malaria falciparum merupakan penyebab utama masalah kesehatan ,
neurodiasability, dan kematian di negara tropis. Sekitar 40 % populasi yang
beresiko diseluruh dunia, transmisi terbanyak terjadi di sub sahara afrika
dimana balita merupakan kelompok yang paling banyak terserang. Malaria
serebral merupakan merupakan manifestasi neurologis terperah dari semua
malaria, dengan insidensi 1.120/100.000/tahun pada daerah endemis afrika,
puncak insidensi terjadi pada anak pre sekolah yaitu 575.000 anak di afrika
berkembang menjadi malaria serebral.6
2.3 Etiologi
Malaria serebral disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium
falciparum. Tiga jenis parasit malaria yang lainnya seperti Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae tidak dapat menyebabkan
malaria serebral.4
2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko untuk berkembangnya malaria cerebral adalah tinggal
atau berkunjung ke daerah tropus dimana kejadian malaria sagat umm
terjadi. Daerah tropis yang paling sering menyebabkan malaria berat adalah
Afrika pada Sub-Sahara, Pulau Solomon, Papua New Guinea dan Haiti.
Kelompok yang paling beresiko terkena malaria berat adalah Balita dan
infant, wisatawan yang berkunjung ke daerah endemik tapi berasal dari
daerah tanpa malaria, ibu hamil dan bayi dalam kandungannya.6
2.5 Patofisiologi
Plasmodium falciparum ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles
betina. Pada manusia parasit tersebut berkembang dalam hepar, siklus
eritrosit sangat bertanggung jawab terhadap penyakit malaria cerebral.
Merozoit di keluarkan dari hepar sehingga menginvasi eritrosit dan dalam
periode 48 jam, melewati stadium pembelahan morfologi, sebelum
schizonts menghancurkan eritrosit. Stadium Ring terlihat pada apusan darah
tepi, tetapi tropozoit dan schizonts biasanya tidak tampak, tetapi mereka
terdapat dalam deep vascular beds.5
Tanda kardinal malaria serebral adalah terdapat sel darah merah
yang mengandung mature Plasmodium falciparum didalam kapiler serebral.
Perlengketan sel darah merah yang mengandung parasit ke endothelial,
dapat menginisiasi terjadinya malaria serebral. Cara parasit menginvasi
endotel pembulud darah di otak masih dalam penelitian pada level
molekular.5
Sekuestrasi sel darah merah yang mengandung bentuk matur dari
parasit (tropozoit dan schizont) dalam mikrovaskular merupakan penyebab
komplikasi utama dari malaria falciparum. Sekuestrasi merupakan spesifik
interaksi antara sel darah merah yang mengandung parasit dengan endotel
vaskular (Cytoadherence). Fenomena ini nampaknya dimediasi oleh
plasmodium derivat protein yag terdapat pada permukaan sel darah merah
yang mengandung parasit. Adhesi tersebut menyebabkan penurunan aliran
darah mikrovaskular, yang mana dapat menyebabkan disfungsi organ dan
jaringan seperti koma. 5
2.6 Penularan

Malaria dapat ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah dan bukan
alamiah 7

1. Penularan secara alamiah, melalui gigitan nyamuk Anopheles7

2. Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu:

a) Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar


darah plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada
bayi yang dikandungnya. Selain melalui plasenta penularan dari ibu
kepada bayi melalui tali pusat 7

b) Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah Infeksi


malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena
tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga dapat
diobati dengan mudah 7

2.7 Tanda dan gejala


Gejala awal malaria serebral adalah pada anak termasuk demam
tinggi (37,5-41ºc) dan tidak dapat makan dan minum. Muntah dan batuk
merupaan gejala yang umum. Kejang demam umum terjadi pada anak usia 6
bulan sampai lima tahun dan sulit untuk didiferensiasi dengan malaria
serebral.jika koma persisten lebih dari 30 menit setelah kejang pada anak
dengan falsiparum malaria , kemudian harus dicurigai malaria serebral.
Kejang dapat berlanjut setelah koma dan dapat dihubungkan dengan
tingginya morbiditas dan sequelae. 4
Gejala neurologis termasuk simetris upper motor neuron dan
terganggunya batang otak termaksud lirikan yang diskonjugat, postur
deserebrasi dan dekortikasi. Pada anak dengan koma profound, refleks
kornea dan doll eye refleks dapat tidak ada.4
2.8 Prosedur Diagnosis
A. Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:8


1. Keluhan utama: trias malaria (demam, menggigil dan berkeringat),
gangguan mental, kaku otot dan kejang umum
2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria.
3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
4. Riwayat sakit malaria.
5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
6. Riwayat mendapat transfusi darah.
B. Pemeriksaan Fisik 8
1. Demam (T ≥ 37,5°C)
2. Konjunctiva atau telapak tangan pucat.
3. Pembesaran limpa (splenomegali).
4. Pembesaran hati (hepatomegali).
C. Pemeriksaan Penunjang 8

1) Pada pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis dijumpai bentuk


aseksual dari Plasmodium falciparum.
2) Tidak ditemukan infeksi lain.
3) Analisa cairan serebrospinal  adanya peningkatan limfosit >
15/ul.
4) CT dan MRI  edema serebral.
Menurut WHO, malaria serebral dapat ditemukan pada
penderita yang mempunyai gejala:8

a. Terdapat Plasmodium falciparum pada darah tepi

b. Tidak adanya penyebab lain dari encephalopathy

Selain itu, dapat juga terjadi:


a. Riwayat demam

b. Blantyre coma score (BCS) ≤ 2

BCS menyederhanakan skala koma yang menunjukkan


nilai dari 0 sampai 5 yaitu : 8

a. Penilaian verbal :
0 = tidak menangis

1 = raungan atau tangisan yang tidak biasanya

2 = menangis biasa

b. Penilaian motoric :
0 = tidak spesifk atau tidak ada respon terhadap nyeri

1 = respon lebih lambat dari biasanya terhadap nyeri

2 = dapat merasakan atau terdapat respon terhadap nyeri

c. Penilaian mata :
0 = pergerakan mata tidak terarah

1 = pergerakan mata terarah

2.9 Tatalaksana
Malaria serebral masalah kesehatan yang emergensi dan
membutuhkan penatalaksanaan yang sesegera mungkin. Jika terdapat gejala
seperti penurunan kesadaran, konvulsi, dan gejala neurologik lainnya maka
dapat dicurigai kemungkinan suatu malaria serebral pada seseorang yang
sudah terpapar infeksi ini selama 1 tahun terakhir. Kebanyakan kasus
muncul dalam waktu 3 bulan setelah terpapar. Beberapa kasus
membutuhkan perawatan yang intensif, dimana obat antimalaria harus di
administrasikan sesegera mungkin. Komplikasi dari malaria serebral seperti
konvulsi, hipoglikemia, dan hiperpireksia harus dicegah atau dideteksi dan
ditangani sesegera mungkin. Cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam basa
membutuhkan koreksi.5
Penatalaksanaan malaria serebral sama seperti pada malaria berat
umumnya. Pertahankan oksigenasi, letakkan pada posisi tertentu,
sampingkan penyebab lain dari koma (hipoglikemi, stroke, sepsis, koma
diabetikum,uremia, gangguan elektrolit), hindari obat yang tidak
bermanfaat, intubasi bila perlu. Obat-obat yang direkomendasikan
digunakan pada malaria berat yaitu kortikosteroid dosis tinggi, heparin, anti
edema serebral (urea).10
Pengobatan malaria berat secara garis besar terbagi 3 komponen
yaitu :10
1. Pengobatan spesifik yaitu pemberian obat anti malaria (OAM) pada
malaria berat berbeda dengan malaria biasa. Pada malaria berat
dibutuhkan daya membunuh parasit yang cepat dan mampu bertahan
lama di darah untuk segera menurunkan derajat parasitemia. Oleh karena
itu dipilih pemberian secara parenteral (IV/per infus/IM) yang berefek
cepat dan kurang menyebabkan resistensi. Beberapa obat yang digunakan
yaitu :10
a. Artesunat
Untuk membuat larutan artesunat dengan mencampur 60 mg
serbuk kering artesunat dengan larutan 0,6 ml natrium bikarbonat 5 %.
Kemudian ditambahkan larutan dextrosa 5 % sebanyak 3-5 cc. Artesunat
diberikan dnegan dosis 2,4 mg/kgBB pr iv sebanyak 3 kali jam ke
0,12,24. Selanjutnya 2,4 mg/kgBB/iv setiap 24 jam sampai penderita bisa
minum obat. Pemberian secara IM dengan dosis yang sama. Jika pasien
sudah dapat minum obat diberikan dyhidroartemisin piperakuin selama 3
hari + primakuin.10
b. Artemeter

Diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgBB/IM, selanjutnya 1,6


mg/kgBB/IM satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Jika
pasien sudah dapat minum obat diberikan dyhidroartemisin piperakuin
selama 3 hari + primakuin. Dosis untuk anak tergantung berat badan
yaitu : Hari pertama : 3,2 mg/kgbb/hari. Hari II – V : 1,6
mg/kgbb/hari.10

c. Kina hidroklorida

Kina per infus masih merupakan alternatif pada malaria berat pada
darah yang tidak tersedia derivat artemisin parenteral dan pada ibu hamil
trimester pertama. Pemberian kina per IM untuk prarujukan. Loading
dose 20 mg garam/kgBB dilarutkan dalam 500 ,l dextrose 5 % diberikan
selama 4 jam. Dosis anak-anak : Kina HCL 25 % (perinfus) dosis 10
mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-8 mg/kgbb) diencerkan dengan
Dektrosa 5% atau NaCL 0,9 % sebanyak 5-10 cc/kgbb diberikan selama
4 jam,diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum
obat.10
2.10 Prognosis
Prognosis buruk dengan tingkat kematian yang tinggi bila tidak
dirawat. Walaupun dengan pengobatan, 15% dari anak – anak dan 20% dari
dewasa yang menjadi malaria serebral meninggal. Delapan puluh persen
dari kematian terjadi pada 24 jam pertama saat penatalaksanaan.
Bagaimanapun juga, bila didiagnosis sedini mungkin dan dirawat dengan
baik, prognosisnya akan baik.10

2.11 Pencegahan

Pencegahan terjadinya malaria serebral adalah dengan mencegah


terjadinya malaria itu sendiri. Untuk mencegah malaria, dilakukan tindakan
sebagai berikut :11,12

1. Mengobati penderita yang merupakan sumber infeksi (reservoir)

2. Memberantas nyamuk sebagai vector malaria

3. Perlindungan diri :

a. Mencegah gigitan nyamuk

b. Menggunakan kelambu, memakai lotion anti nyamuk

c. Profilaksis antimalaria

Profilaksis Antimalaria13

Kemopropilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi


Malaria dan apabila terinfeksi gejala klinisnya tidak berat. Obat yg dipakai
terutama bekerja pada siklus eritrositer. Sehubungan dengan laporan
tinggnya tingkat resistensi P. Falciparum terhadap klorokuin, maka tidak
lagi digunakan klorokuin sebagai kemoprofilaksis oleh karena itu
doksisiklin menjadi pilihan utama kemoprofilaksis. Doksisiklin diminum
satu hari sebelu keberangkatan denga dosis 2 mg/kgBB setiap hari selama
tidak lebih dari 12 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan pada anak <8
tahun dan ibu hamil. Doxycycline diberikan sebagai obat pilihan kedua
setelah chloroquine di daerah yang resisten chloroquine, juga apabila pasien
tidak dapat menoleransi efek samping chloroquine atau ada kontraindikasi
terhadap chloroquin. Obat ini diminum satu kali sehari memberikan
perlindungan yang sangat baik terhadap P. falciparum, walaupun di daerah
resisten multiobat. Berdasarkan rekomendasi Centers of Diseases Control
and Prevention, di negara yang resisten terhadap chloroquine,termasuk
Indonesia, obat yang digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah
atovaquone/proguanil, doxycycline, dan mefloquine. Di Indonesia telah
dilaporkan banyak terjadi resistensi terhdap mefloquine sehingga pilihan
terapinya yaitu doxycycline dan atovaquone/proguanil.13
BAB III
KESIMPULAN

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium


bentuk aseksual yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
yang infektif.
Diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium
(mikroskopik, tes diagnostik cepat) dan tanpa pemeriksaan laboratorium.
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria
berat yang menurut WHO (2000), didefenisikan sebagai infeksi Plasmodium
falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut antara lain : malaria
serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran.
Malaria serebral masalah kesehatan yang emergensi dan membutuhkan
penatalaksanaan yang sesegera mungkin. Jika terdapat gejala seperti penurunan
kesadaran, konvulsi, dan gejala neurologik lainnya maka dapat dicurigai
kemungkinan suatu malaria serebral pada seseorang yang sudah terpapar infeksi
ini selama 1 tahun terakhir. Kebanyakan kasus muncul dalam waktu 3 bulan
setelah terpapar. Beberapa kasus membutuhkan perawatan yang intensif, dimana
obat antimalaria harus di administrasikan sesegera mungkin. Komplikasi dari
malaria serebral seperti konvulsi, hipoglikemia, dan hiperpireksia harus dicegah
atau dideteksi dan ditangani sesegera mungkin. Cairan, elektrolit, dan
keseimbangan asam basa membutuhkan koreksi
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia.


Departemen Kesehatan RI. Jakarta;2005

2. Sudoyo AW. Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan


Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta;2010

3. Clyde DF. Malaria dalam : Nelson WE, behrman RE, Kliegman R, Arvin.
Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta;2000

4. Solomon T, Phillips RE. Cerebral Malaria. The Lancet. Elseiver;1990

5. Newton CRJ, Hien TT, White N. Neurological Aspects of Tropical Diseas :


Cerebral Malaria. Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry Journal. 69
(4);2012

6. Idro R,et al.Cerebral Malaria; Mechanisms of rain Injury And Strategis For
Improved Neuro-Cognitive Outcome.Pediatric Res.68(4);2010

7. Prabowo A. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Cetakan 1. Puspa Swara.


Jakarta;2004

8. Garcia LS.Diagnostik Parasitologik Kedokteran . Buku Kedokteran EGC.


Jakarta;2006

9. Gilles HM. Penatalaksanaan Malaria Berat dan Berkomplikasi. Hipokrates.


Jakarta;1995
10. Siregar ML. Malaria Berat dengan Berbagai Komplikasi. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala. 15(3);2015

11. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Erlangga Medical Series. Jakarta;2008

12. Depkes RI. Buku Saku Pengendalian dan Pencegahan Malaria : Pedoman
Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Ditjen PP & PL. Jakarta;2009

13. Wangi YS, Sumardika IW. Doxycycline sebagai Kemoprofi laksis Malaria
untuk Wisatawan. CDK-229. 426;2015

Anda mungkin juga menyukai