Anda di halaman 1dari 4

SESAT PIKIR KB SEBAGAI INVESTASI STRATEGIS MASA DEPAN

Konferensi Internasional Keluarga Berencana yang ke-4 (The 4th International Conference on
Family Planning) telah berlangsung pada 25 hingga 28 Januari 2016 telah usai. Tema besar
konferensi tersebut adalah“Global Commitments, Local Action”. ICFP 2016 merupakan kerja sama
antara BKKBN, the Bill & Melinda Gates Institute for Population and Reproductive Health, dan the
Johns Hopkins Center for Communication Programs. Sebelumnya konferensi yang dijadwalkan dua
tahun sekali ini, telah diselenggarakan di Kampala, Uganda tahun 2009, di Dakar, Senegal tahun
2011, dan Addis Ababa, Ethopia pada tahun 2013. International Conference on Family Planning
(ICFP) merupakan pertemuan dua tahunan di bidang keluarga berencana dan merupakan ajang
untuk memperkuat komitmen terhadap keluarga berencana serta tukar menukar informasi,
pembelajaran dan pengetahuan tentang perkembangan teknologi kontrasepsi.

Presiden Jokowi ketika memberi sambutan pada pembukaan Konferensi Internasional tersebut
sebagaimana dikutip dari siaran pers Tim Komunikasi Presiden menegaskan bahwa investasi pada
Keluarga Berencana adalah mutlak dilakukan untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan ekonomi
di tiap negara, bahkan di tiap daerah. Bahkan Presiden Jokowi menegaskan "Keluarga Berencana
menjadi investasi strategis untuk memastikan kesehatan generasi masa depan, untuk memastikan
tercapainya tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan dan untuk mencapai keamanan global,
serta kemakmuran dunia,"

Namun, Benarkah KB menjadi investasi strategis untuk memastikan kesehatan generasi masa
depan dan tercapainya kemakmuran dunia? Atau justru membahayakan eksistensi sebagai suatu
bangsa?

Situasi Penduduk Indonesia

Menurut CIA World Factbook Tahun 2015 Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk
terbesar ke 4 di dunia setelah China, India dan Amerika serikat. Penduduk Indonesia berjumlah
255.993.674 jiwa (sekitar 255 Juta jiwa) atau sekitar 3,5% dari keseluruhan Jumlah Penduduk
Dunia.

Saat ini Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dianggap masih sangat tinggi , sehingga rawan
terjadinya ledakan penduduk. Pada tahun 2014-2015, laju pertumbuhan penduduk Indonesia
sebesar 1,32 persen, yang artinya per tahun penduduk Indonesia tumbuh sekitar 3 juta jiwa.
Rata-rata tingkat kelahiran per perempuan 2010-2015 sebanyak 2,4 anak atau dengan kata lain
setiap perempuan memiliki 2-3 anak. Sementara itu, Angka kesuburan total (total fertility
rate/TFR) selama 10 tahun terakhir tidak berubah, yaitu 2,6 per wanita usia 14 hingga 49 tahun.
Karena itu jika laju pertumbuhan penduduk tidak diredam dengan program KB, jumlah penduduk
Indonesia akan tak terkendali.
Ledakan jumlah penduduk itu akan berdampak pada kualitas kesehatan, lingkungan, dan
ketersediaan pangan. Jumlah penduduk yang terus bertambah akan berdampak pada kebutuhan
pangan yang besar pula. Artinya, beban negara untuk memberi makan rakyatnya akan semakin
besar.
Dampak yang paling terlihat jika ledakan penduduk tidak segera diatasi adalah persoalan sosial.
Angka kemiskinan dan pengangguran akan terus meningkat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjuukkan bahwa Pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk
miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di
Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang
dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen).
Pada awal tahun 2016, BPS mengumumkan terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin menjadi
28,51 juta orang pada September 2015, atau bertambah 780.000 juta orang Sementara itu, jumlah
pengangguran pada Agustus 2014 sebanyak 7,24 juta jiwa, atau berkurang sebanyak 170.000 jiwa
dibanding jumlah pengangguran pada Agustus 2013. Namun, jika dibandingkan dengan data
Februari 2014, jumlah pengangguran naik sebanyak 90.000 jiwa.

Ledakan jumlah penduduk juga berdampak pula pada kualitas pendidikan dan indeks
pembangunan manusia. United Nations Development Program (UNDP) menyebutkan, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2013 berada pada urutan 108 dari 187 negara
dengan skor 0,684 dan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pembangunan manusia
sedang. Data itu menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tak terkendali akan
menimbulkan berbagai persoalan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Apalagi Indonesia juga
diprediksi akan mendapat bonus demografi di tahun 2020-2030, di mana penduduk dengan umur
produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

Pemerintah akan semakin sulit untuk memperbaiki masalah kesehatan, pendidikan, pengangguran,
kemiskinan, pangan, dan masalah lain jika jumlah penduduk terus bertambah tanpa kendali. Jika
masalah kependudukan tidak bisa diatasi dengan baik, bukan tidak mungkin Indonesia akan
menghadapi krisis sosial atau bahkan masalah disintegrasi bangsa. Karena itu pemerintah
menganggap perlu adanya program revitalisasi KB . Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty
mengatakan bahwa International Conference on Family Planning (ICFP) tahun 2016 yang
diselenggarakan di Bali ini merupakan momentum memperbaiki program kependudukan di
Indonesia, bahkan sebagai tonggak pelaksanaan revitalisasi program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga.

Apalagi Indonesia merupakan salah satu Negara prioritas dalam Family Planning 2020 (FP2020).
suatu gerakan global yang mentargetkan memberikan akses kontrasepsi kepada 120 juta
perempuan dan remaja putri pada tahun 2020. Gerakan ini dibangun oleh UN Secretary-General’s
Global Strategy for Women’s and Children’s Health (the Global Strategy) yang diluncurkan pada
tahun 2010 yang focus pada pemberian informasi kontrasepsi, juga layanan dan penyediaan
sarana tanpa paksaan dan diskriminasi. Indonesia menyatakan komitmennya pada program global
ini pada tahun 2012 saat diselenggarakan FP2020 London Summit.

Sesat pikir KB sebagai investasi masa depan

Presiden Jokowi saat membuka ICFP 2016 menegaskan program KB sebagai investasi masa depan
yang sangat strategis dan mutlak dilakukan. Pada hari kedua konferensi, Sri Murtiningsih
Adioetomo dari Lembaga Demografi, Universitas Indonesia menyatakan, dalam ilmu ekonomi
kependudukan, program KB bukanlah suatu biaya (cost) yang perlu ditekan namun merupakan
investasi untuk generasi mendatang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Keuangan RI
Bambang PS Brodjonegoro yang menyatakan bahwa dengan adanya dukungan kebijakan
keuangan dari pemerintah yang didukung oleh presiden untuk dapat memberikan perhatian pada
persiapan bonus demografi akan dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik
dengan adanya partisipasi perempuan pada dunia kerja. Pemerintah menyediakan dana kesehatan
yang di dalamnya termasuk program KKBPK (kependudukan, keluarga berencana, dan
pembangunan keluarga) sebesar 5 persen pada anggaran 2016 ini dan akan terus ditinjau untuk
dapat memaksimalkan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atauSustainable
Development Goals (SDGs).

Program KKBPK tercantum di dalam SDGs di poin ketiga dan kelima yang menyebutkan adanya
jangkauan akses yang lebih baik ke metode kontrasepsi, pelayanan keluarga berkualitas, dan
promosi yang terus menerus pada pengurangan stigma pada perempuan dan kaum yang
termarjinalkan, dengan menjalin kemitraan global yang mempunyai aksi lokal nyata di masing-
masing wilayah.

Strategi yang dipilih oleh pemerintah untuk meningkatkan keberhasilan program KB adalah dengan
pelaksanaan Kampung KB. Pembentukan kampung KB dianggap sebagai suatu langkah tepat
sebagai upaya nyata untuk dapat meningkatkan kesertaan MKJP, memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan lebih baik, adanya penggerakan tenaga lini lapangan, utamanya
adalah para kader dan PKB/PLKB sebagai ujung tombak program, adanya sosialisasi serta edukasi
KKBPK di seluruh tanah air membutuhkan adanya kerja keras yang tulus dari para jawara program
KKBPK, baik dari tingkat pusat, provinsi sampai dengan lini lapangan.

Selain itu keberadaan kampung KB diharapkan dapat mengurangi secara signifikan angka putus
kesertaan Program Keluarga Berencana, dan dapat meningkatkan pemakaian alat kontrasepsi
jangka panjang. Hal ini akan terwujud karena di kampung KB tersedia Alat kontrasepsi jangka
panjang untuk mengurangi angka putus keluarga berencana pada alat kontrasepsi jangka pendek.
Bahkan menurut Presiden, program kesehatan yang dijalankan pemerintah juga mencakup biaya
keluarga berencana yang terjangkau atau bahkan gratis untuk pasangan KB. Pemerintah juga
akan mengadakan training untuk ribuan dokter dan ibu rumah tangga untuk edukasi masyarakat
mengenai keluarga berencana. pemerintah juga mendorong keterlibatan perempuan Indonesia
yang tergabung di dalam Gerakan PKK sebagai motor penggerak Posyandu, program KB, maupun
dalam menggerakkan program-program kesejahteraan keluarga di seluruh desa di tanah air
Indonesia.
Rupanya demikianlah yang dimaksud dengan KB sebagai investasi masa depan. Dana besar akan
disediakan pemerintah untuk mendorong keberhasilan program KB dengan memfasilitasi
penyediaan layanan dan sarana untuk mensukseskan program KB. Selain dana pemerintah, juga
ada lembaga donor internasional yang siap membantu peningkatan program KB. The Bill and
Melinda Gates Foundation akan mengucurkan tambahan dana sebesar USD 120 juta pada kurun
waktu tiga tahun mendatang untuk bisa memperbaiki akses metode kontrasepsi modern bagi lebih
dari 120 juta perempuan dan wanita di negara-negara berkembang yang kurang mempunyai akses
yang memadai ke pelayanan KB. Hal ini merupakan wujud dukungan bagi FP2020, sebuah
program kerjasama kemitraan global yang didedikasikan untuk menyelamatkan kehidupan ibu dan
peningkatan kualitas hidup perempuan dengan target pada tahun 2020 akan dapat mewujudkan
kemudahan akses metode kontrasepsi modern bagi seluruh perempuan di dunia termasuk di
Indonesia. Direktur Eksekutif UNFPA, Babatunde Osotimehin menilai program KB bisa menghindari
jutaan kehamilan tak diinginkan dan menyelamatkan ribuan nyawa. Pada 2012, diperkirakan 80
juta perempuan di negara-negara berkembang menjalani kehamilan tak diinginkan. Satu dari
empat perempuan tersebut terpaksa melakukan aborsi berisiko tinggi.

Program KB menjadi satu investasi untuk generasi yang akan datang karena diasumsikan bahwa
keberhasilan KB akan menekan laju pertumbuhan penduduk. Rendahnya pertumbuhan penduduk
berarti akan mengurangi beban Negara untuk membiayai rakyatnya. Sebagaimana dinyatakan oleh
Babatunde Osotimehin bahwa KB menjadi salah satu jalan keluarga dan bangsa keluar dari garis
kemiskinan.. Biaya pendidikan, kesehatan dan lainya akan berkurang karena menurunnya jumlah
penduduk yang membutuhkan. Hal ini selaras dengan asumsi yang dikembangkan di masyarakat,
sedikitnya jumlah anak akan membuat hidup lebih sejahtera karena beban keluarga juga menjadi
lebih sedikit. karena itu UNFPA berkomitmen untuk mendukung program KB, terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia, dengan fokus perhatian pada pemanfaatan bonus demografi
melalui pembangunan kualitas SDM

Selain itu, dengan ditingkatkannya kemudahan akses perempuan terhadap alat kontrasepsi, akan
membuat kualitas hidup bayi, anak dan anggota keluarga terjamin, karena wanita dapat
menentukan kapan, dan berapa banyak akan melahirkan anak. apalagi ketika perempuan juga
memilik hak untuk menentukan kepesertaannya dalam program KB sebagaimana yang ditargetkan
dengan adanya Hak reproduksi perempuan. Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek mendorong
program Keluarga Berencana (KB) berbasis hak, khususnya hak perempuan. Perempuan berhak
untuk menentukan waktu dan jumlah anak yang bisa dilahirkan. Hak reproduksi perempuan ini
selaras dengan apa yang ditegaskan presiden “investasi pada Keluarga Berencana adalah mutlak.
Stigma pada perempuan, diskriminasi bahkan kekerasan pada perempuan juga harus diakhiri”

Di sisi lain, program KB juga memastikan perempuan mudah mendapatkan hak untuk bekerja
dengan lebih leluasa. Apalagi yang ditawarkan adalah kontrasepsi jangka panjang. Kontrasepsi
jenis ini akan menjamin perempuan lebih sedikit meninggalkan tempat kerja guna mendapatkan
alat kontrasepsi. Dengan demikian pemberdayaan ekonomi perempuan akan lebih mudah
diwujudkan.

Sungguh sangat dangkal menjadikan program KB sebagai investasi untuk generasi masa depan.
Anggapan KB akan membuat beban Negara untuk mengurusi rakyat menjadi lebih ringan adalah
kesesatan berpikir. Karena Hal ini merupakan bentuk pengabaian peran Negara sebagai pelayan
rakyat. Negara berlepas tangan dengan menentukan kebijakan yang berdampak pada
pengurangan jumlah penduduk. Bagi satu Negara, jumlah penduduk merupakan salah satu modal
dalam pembangunan, tentu saja penduduk yang berkualitas yang dalam ukuran saat ini tercermin
dari IPM yang tinggi. IPM yang tinggi tentu hanya akan dicapai ketika Negara berorientasi kepada
kepentingan rakyat,yang tercermin pada sejahteranya rakyat, tingginya derajat kesehatan dan
meratanya akses pendidikan berkualitas. Di sisi lain pembatasan kelahiran akan memiliki resiko
pada suatu titik tertentu akan mengakibatkan struktur penduduk yang tidak seimbang, dan
menimbulkan berbagai masalah. Indonesia rupanya tidak belajar dari kebijakan China dan
Singapura yang membatasi jumlah anak rakyatnya. China berhadapan dengan masalah anak
obesitas dan banyaknya orang lanjut usia yang tidak terawat, sementara singapura kekurangan
tenaga kerja produktif dari anak bangsa sendiri.

demikian juga terwujudnya kesejahteraan keluarga dengan sedikitnya anak dan bekerjanya para
perempuan hanyalah asumsi. Kesejahteraan keluarga bahkan individu dipengaruhi oleh banyak
factor. Salah satu faktor penting adalah mekanisme distribusi kekayaan oleh Negara. Selama
distribusi kekayaan tidak dibangun atas dasar politik ekonomi yang menjamin terpenuhinya
kebutuhan individu per individu, kesejahteraan tiap individu hanyalah mimpi. Fakta tingginya
kesenjangan yang terjadi pada rakyat Indonesia menjadi bukti. Bank Dunia melaporkan bahwa
sepanjang tahun 2015 terjadi kesenjangan pendapatan yang cukup besar di Indonesia. Menurut
data Bank Dunia, Gini Ratio Indonesia hingga Desember 2015 sebesari 0,41. artinya, hanya 1
persen rumah tangga di Indonesia menguasai sekira 50 persen kekayaan bangsa. Hal itu
membuktikan bahwa telah terjadi ketimpangan besar pada pendapatan di Indonesia.
pemberdayaan ekonomi perempuan tidak akan pernah mampu meningkatkan kesejahteraan
keluarga, apalagi Negara. Sesungguhnya peempuan hanya menjadi obyek eksploitasi para
pengusaha dalam cengkeraman system ekonomi kapitalis yang menyengsarakan.

Ketahanan keluarga juga terancam dengan bekerjanya perempuan. Beban ganda terhadap
perempuan akan mengancam keutuhan rumah tangga dan kualitas generasi. Bukankah saat ini
angka perceraian di Indonesia sangat tinggi, bahkan tertinggi se Asia Pasifik, dengan 70% karena
gugat cerai pihak istri menggambarkan bagaimana rapuhnya bangunan keluarga? Demikian juga
berbagai permasalahan yang terjadi pada remaja, seperti maraknya seks bebas, tingginya kasus
narkoba, tawuran dan lain sebagainya, mencerminkan kegagalan rumah tangga membangun
generasi berkualitas.

Jelaslah menjadikan KB sebagai investasi masa depan hanya akan membawa Indonesia kepada
berbagai permasalahan dan justru akan membuat Indonesia tunduk dalam cengkeraman agenda
global. Kemandirian dan kejayaan Indonesia pun hanya tinggal angan-angan

Hanya Khilafah Islamiyyahlah yang memberikan jaminan hidup sejahtera

Islam mengharuskan negara untuk menjamin kesejahteraan individu per individu rakyatnya. Maka
khilafah Islamiyyah akan bertanggungjawab dalam menciptakan kesejahteraan rakyatnya melalui
system ekonomi Islam. Dengan politik ekonominya, negara khilafah akan mengatur distribusi
kekayaan agar semua rakyat terpenuhi kebutuhan primernya, bahkan juga memungkinkan
terpenuhinya kenutuhan sekunder dan tertiernya. Khilafah akan membuka lapangan pekerjaan
untuk para lelaki dan tidak akan membebani kaum perempuan untuk mencari nafkah. Khilafah
memiliki mekanisme tertentu untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya, termasuk keluarga yang
tidak memiliki kepala keluarga maupun yang para lelakinya memiliki kelemahan sehinnga terhalang
untuk mencari nafkah.

Pada saat yang sama khilafah menjaga dan menjamin kemuliaan perempuan dalam menunaikan
peran sebagai istri dan ibu generasi tanpa membebani dengan kewajiban mencari nafkah. khilafah
tidak akan membatasi jumlah anak pada tiap keluarga, namun menyerahkannya kepada masing-
masing keluarga.

Hidup sejahtera adalah keniscayaan dalam naungan Khilafah Islamiyyah, begitu juga dengan
terjaganya kemuliaan perempuan sebagai istri dan ibu generasi

Anda mungkin juga menyukai