Anda di halaman 1dari 18

RESUME ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

Oleh :

KELOMPOK 4

Veri Yulianto 26020210141003


Ayu Dwi Ningrum 26020210130076
Pratama Bijak L 26020210130112
Annisa Takarina S 26020210130090
Ardyan T 26020210141008
Puji Prasetyaningsih K2E009083
Bara Yanwar 26020210130098
Ratih Wulan Bani 26020210141004
Arraya Eritha B 26020210130080
Afriza Aziz 26020210110002
Thesyandra Mira 26020210120061
Adi Nugroho 26020210120023
Dany Hertanti P 26020210130088

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Penerapan Akhlak dan Budi Pekerti

Pemahaman yang baik terhadap pengertian serta ruang lingkup akhlak dan budi
pekerti, diharapkan bisa berfungsi dalam menumbuhkan kesadaran antara hak dan
kewajiban, sehingga kehidupan sosial akan lebih mantap dan terjalin toleransi yang teguh
di tengah masyarakat majemuk. Selain itu, akhlak dan budi pekerti, berfungsi juga dalam
menyaring budaya asing atau budaya dari dalam, dengan memilih yang baik dan menolak
yang buruk. Semua itu terjadi, disebabkan adanya interaksi lintas budaya.

Pembahasan mengenai akhlak dan budi pekerti, dicoba dengan mengangkat


berbagai kasus yang muncul dalam kehidupan masyarakat dengan menawarkan berbagai
alternatif untuk mengatasinya. Materi dalam pembahasan ini, bersifat sederhana, hanya
berfungsi sebagai contoh, karena permasalahan penerapan akhlak dan budi pekerti akan
didapati dalam kehidupan sehari-hari dan berkembang terus sepanjang sejarah kehidupan
manusia.

Tidak dapat disangkal bahwa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
telah memberikan manfaat yang besar dalam hidup dan kehidupan manusia. Manfaat itu
berupa kemajuan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, transportsi, akomodasi,
informasi, komunikasi dan sebagainya. Sesuatu yang dulunya dianggap sulit, dengan
sentuhan ilmu dan teknologi menjadi semakin mudah. Namun demikian, kemajaun sains
dan teknologi juga mendatangkan efek samping yang merugikan manusia, seperti
pencemaran udara, penggundulan hutan, kerusakan di darat dan laut, meningkatnya
kemerosotan akhlak dan tingginya angka kriminalitas, serta berbagai efek samping
lainnya. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari ilmu pengetahuan dan teknologi
berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan dan diterapkan secara bersungguh-sungguh
adalah:

a. Penerapan Akhlak dan Budi Pekerti dalam Kehidupan Profesi

Akhlak dan budi pekerti diaplikasikan dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Pengaplikasian itu berguna bagi diri seseorang sebagai kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial, dalam kehidupan akademik dan profesi. Penerapan akhlak dan budi
pekerti, sangat penting dalam pengembangan iptek dan seni. Dalam penerapannya,
ternyata banyak dijumpai permasalahan, seperti yang terjadi dalam kehidupan sosial
budaya, akademik dan profesi, juga dalam pengembangan sains, teknologi dan seni.
Permasalahan tersebut, diharapkan dapat dihindari secara maksimal atau kalau tidak, dapat
diminimalisir melalui kesadaran individu terhadap nilai akhlak dan budi pekerti.

Pengembangan profesi yang dimiliki seseorang, merupakan suatu kegiatan yang


terus menerus dilakukan dan berkesinambungan. Dalam pengembangan profesi yang
dimiliki seseorang ditentukan juga oleh etika profesi. Etika ini akan sangat menentukan
hasil dari profesi yang di kembangkan seseorang, apakah akan mendatangkan hasil yang
baik atau kurang baik. Di samping ditentukan oleh SDM yang berkualitas, terampil dalam
mengolah dan menguasai teknologi, tetap memerlukan pijakan dalam mengarahkan dan
mengembangkan profesinya yang berkaitan dengan pengembangan moral dan sikap yang
tepat serta bijaksana. Etika profesi merupakan bagian etika secara umum yang membahas
secara khusus tentang etika yang berkaitan dengan profesi tertentu, misalnya profesi
wartawan, insinyur, dokter, ahli sastra, ahli hukum, dan sebagainya. Dari profesi tersebut,
sebagai suatu pekerjaan yang tetap, akan menghasilkan keuangan yang digunakan untuk
kepentingannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengembangan selanjutnya, dari etika profesi adalah dirumuskanya mengenai


kode etik profesi, sebagai kelanjutan etika profesi yang berlaku pada komunitas tertentu
yang memiliki keahlian yang sama. Misalnya: kode etik kedokteran, kode etik jurnalistik,
kode etik guru dan dosen, dan sebagainya. Kode etik profesi merupakan aturan-aturan
yang jelas dan detail yang berkaitan dengan nilai dan norma yang diterapkan dalam profesi
itu, termasuk persyaratan dan keterikatan yang bersifaat etis, yang harus ditaati oleh
anggotanya. Apabila terjadi pelanggaran terhadap kode etik profesi, maka pelanggarnya
dikenakan sanksi sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam kode etik itu. Pengenaan sangsi
terhadap para pelanggar kode etik, merupakan penegakkan disiplin dan
pertanggungjawaban moral dalam dunia profesinya.

Etika profesi menetapkan beberapa tujuan, diantaranya: (1) memberikan bimbingan


pada anggota dalam suatu profesi tentang hal-hal yang baik, yang harus dilakukan dan hal-
hal buruk yang harus ditinggalkan. (2) mengarahkan tumbuhnya kepedulian etis yang
mendalam dan luas tentang perkembangan manusia yang terus berhadapan dengaan
kemajuan ilmu dan teknologi. (3) memperluas wawasan para tenaga professional yang
terikat pada profesi itu dalam pengambilan keputusan dan memperluas layanan umum,
sesuai dengan profesi yang dikembangkannya.
b. Penerapan Akhlak dan Budi Pekerti dalam Kemaslahatan Umum dalam IPTEK

Salah satu tujuan dari pengembangan sains, teknologi, dan seni adalah untuk
mendatangkan kemashlahatan bersama dan kelestarian kehidupan alam semesta. Dengan
cara ini, maka sains, teknologi, dan seni dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan yang diberi amanat untuk mengkelola alam semesta bagi semua
makhluk. Peradaban yang luhur, akan dapat dilahirkan dari masyarakat yang menjunjung
tinggi kemashlahatan umum serta melestarikan nilai-nilai luhur manusia. Kemaslahatan
umum dapat terwujud dari ketaatan pada nilai-nilai etika dan kode etik profesi.
Kepentingan berbagai pihak, termasuk kepentingan antara pelaku dan pengguna jasa harus
diletakkan secara professional dan komprehensif, sehingga tidak bersifat setengah-
setengah, yang baik untuk sebagian kelompok tetapi buruk untuk kelompok lain. Karena
tujuan dari pengembangan sains, teknologi, dan seni adalah kemaslahatan umum, maka
segala hal yang mengarah pada sesuatu yang membahayakan harus dihilangkan dan
dihindari. Nilai moral selalu berkaitan dengan tanggunjawab seseorang dan sangat
menentukan apakah seorang ilmuwan berlaku baik atau buruk dari segi etis. Ilmu
pengetahuan yang baik adalah ilmu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat
dan dapat mendatangkan kemaslahatan secara menyeluruh.

IPTEK adalah sesuatu dengan sarana pemikiran manusia dan penciptaan alat-alat
yang dapat mendukung kegiatan praktis dimana fungsinya sendiri untuk membantu segala
jenis kebutuhan manusia agar sesuatu dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan IMTAQ
merupakan wahana yang akan dunia pendidikan menuju target yang dituju, yakni
menciptakan generasi beriman dan berilmu yang mampu bersaing dan beriman kepada
Allah SWT. Dalam kemaslahatan umum, terutama kehidupan mahasiswa, IPTEK dan
IMTAQ saling berkesinambungan terutama dalam arus globalisasi. Mahasiswa diharapkan
tidak hanya memiliki kemampuan di bidang IPTEK saja melainkan juga memiliki IMTAQ
yang kuat agar kemampuan SDM yang dimiliki dapat dikelola dan mempunyai karakter
budi pekerti yang luhur. Sehingga dengan keseimbangan IMTAQ dan IPTEK yang
dimilki, diharapkan mahasiswa dan para penerus bangsa ini mampu untuk memajukan
negara berdasarkan ideologi pancasila.

Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan acuan tanpa dipraktikkan untuk
kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya, praktik yang tanpa
didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi membawa manusia pada masa yang berbeda dengan masa sebelumnya, bahkan
masa yang tidak pernah terbayangkan di masa lalu. Munculnya hasil-hasil teknologi dan
kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi, memungkinkan manusia untuk
mengetahui informasi dari berbagai belahan dunia dalam waktu yang singkat. Namun
demikian, kemajuan tersebut tidak hanya memunculkan dampak positif, bersamaan dengan
itu muncul pula berbagai dampak negatif yang sering membuat cemas.

IPTEK dimilki seluruh bangsa dan senantiasa berkembang mengikuti


perkembangan masyarakatnya. Perkembangan IPTEK memiliki pengaruh yang cukup luas
meliputi segala bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan,
keamanan, pendidikan, dll. Perkembangan IPTEK perlu diarahkan agar bisa menuju pada
perubahan yang bersifat positif.

Studi Kasus :

 Undang-undang IT (informasi dan Teknologi), dimana setiap tindakan yang berkaitan


dengan TI seperti penggunaan Media Sosial dan internet sudah ada yang mengaturnya.
Sehingga ketika terjadi pelanggaran terhadap hal – hal yang bersifat merugikan sesuatu
pihak, maka akan ada pasal yang siap untuk mengusutnya ke jalan hukum.
 Pemblokiran situs – situs pornografi untuk menghindari kebebasan dalam hal
pornografi agar generasi muda dan anak usia dini tidak bisa mengakses situs-situs
pornografi secara bebas.
 Pelacakan IP Address suatu jaringan internet yang melakukan Hacking yang dapat
merugikan suatu pihak tertentu

c. Penerapan Akhlak dan Budi Pekerti dalam Kejujuran dalam IPTEK

Nilai kejujuran ini adalah nilai kebaikan yang bersifat universal. Pengertian
kejujuran itu sendiri yang akar katanya jujur, dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti lurus
hati; tidak berbohong; tidak curang; tulus; ikhlas. Sehingga kejujuran diartikan sebagai
sifat (keadaan) jujur; ketulusan hati atau kelurusan hati.(Pusat Bahasa Depdiknas, 2001:
479). Berbicara mengenai kejujuran berarti kita berbicara mengenai sikap moral. Sikap
moral yang sebenarnya diistilahkan sebagai moralitas. Yang dimaksudkan dengan
moralitas di sini adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul dilakukan tanpa pamrih.
Suatu perbuatan baik yang dilakukan dengan kesadaran bahwa perbuatan itu memang baik
yang berasal dari hati nurani.

Kejujuran merupakan sikap terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin
meraih kesuksesan, baik pada masa kini maupun masa depan, termasuk para pelaku
professional. Dengan demikian tidak akan terjadi hal-hal yang merugikan antara satu
dengan yang lainnya. Antara para profesional dan kliennya, antara sesama anggota
organisasinya dan berbagai pihak yang bersentuhan langsung dengan profesionalitas yang
dikembangkan. Dengan sikap itu, tidak akan terjadi manipulasi data, pelanggaran hak
intelektual, plagiat, komersialisasi kedudukan, penekanan terhadap para pekerja secara
berlebihan dan tidak mungkin terjadi adanya pemaksaan dari pihak yang kuat kepada
pihak yang lemah. Jika kita telaah lebih jauh nilai kejujuran maka dari nilai kebaikan ini
dapat kita lihat dari beberapa bentuk, yaitu antara lain: a) kejujuran terhadap diri sendiri,
dan b) kejujuran terhadap orang lain terbagi menjadi dua, yaitu : (1). Sikap terbuka, dan
(2). Sikap wajar. Dalam arti sikap jujur atau tidak jujurnya seseorang dalam kondisi ada
atau tidaknya interaksi dengan orang lain.

Kejujuran amat dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan manusia, apalagi yang
bersentuhan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu pengetahuanm, teknologi
dan seni apabila tidak dikelola dengan kejujuran maka akan menimbulkan dampak negatif
dan bahaya yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, penyalahgunaan zat
kimia untuk pemusnahan manusia secara masal (genosida), ekploitasi tenaga kerja secara
berlebihan untuk kepentingan pemilik perusahaan, pemanfaatan kekayaan alam secara
berlebihan dan tidak dibarengi dengan usaha pelestariannya kembali. Sumber daya alam
yang melimpah di bumi Indonesia seakan tidak ada artinya melihat sebagian besar
masyarakat kita yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Pendapatan Negara tidak
dapat menutupi kemiskinan atau meningkatkan taraf hidup rakyat karena sudah begitu
banyak terjadi kebocoran pada anggaran negara akibat korupsi, yang akan dikemukakan
lebih lanjut pada uraian mengenai korupsi.

Berikut ini adalah beberapa contoh permasalahan dalam masyarakat yang berkaitan
dengan masalah kejujuran.

a. Masalah Plagiat
b. Masalah Korupsi
d. Penerapan Akhlak dan Budi Pekerti dalam Berfikir Rasional dan Filosofis dalam
IPTEK

Salah satu ciri berpikir filosofis adalah berpikir secara kritis dan argumentatif.
Berpikir kritis adalah suatu usaha berpikir yang sengaja dilakukan secara aktif, sistematis,
argumentatif, mengikuti prinsip-prinsip logika serta mempertimbangkan sudut pandang
untuk bisa memahami apakah sesuatu itu bisa diterima atau ditolak. Dengan berpikir
rasional dan filosofis, akan mengantarkan seseorang bersikap arif, dan memiliki wawasan
yang luas terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi manusia. Seseorang diharapkan
mampu memecahkan permasalahan tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar
memperoleh jawaban-jawaban yang diusahakannya secara mudah. Selanjutnya berpikir
filosofis juga dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kritis atas
pandangan hidup, ide-ide yang muncul karena keinginannya. Berpikir rasional dan
filosofis sangat diperlukan agar produk-produk pemikirannya benar-benar tepat, dapat
dipertanggung jawabkan dan memberikan manfaat yang luas.

Moral bukan sekedar sebagai deskriptif tentang sesuatu yang baik, namun sesuatu
yang mengarahkan kepribadian, budi pekerti, kelakuan dan pikiran seseorang untuk
berbuat baik. Nilai-niai budi pekerti dapat ditanamkan melalui beberapa pendekatan seperti
pendekatan analisis nilai. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan
penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara
menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan
dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya
bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah
yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi
penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan. Dari pendekatan ini hasil yang
didapat yaitu pertama, membantu seseorang untuk menggunakan kemampuan berpikir
logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yang
berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua, membantu seseorang untuk
menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan
merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka.
e. Penerapan Akhlak dan Budi Pekerti dalam Berfikir Objektif dalam IPTEK

Sikap obyektif merupakan salah satu ciri dari sikap kalangan professional, karena
itu pengembangan sains, teknologi dan seni harus diarahkan kepada kondisi yang obyektif
secara maksimal. Setiap kegiatan para professional itu harus dilakukan seobyektif
mungkin, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih menyelururh. Seorang dosen
harus menilai mahasiswanya dengan obyektif sesuai dengan kemampuaan mereka, tidak
boleh mempertimbangkan karena kedekatan mahasiswa dengna dosennya, karena
hubungan kedaerahan atau (karena sikap subyektif lainnya). Seorang dokter, pada saat ia
menuliskan resep untuk pasiennya harus bersikap obyektif dalam menentukan obat, sesuai
dengan kegunaannya, jangan mempertimbangkan tawaran dari peerusahaan-perusahaan
obat tertentu yang menawarkan imbalan materi. Seorang Hakim harus menetapkan hukum
secara obyektif tidak boleh menetapkan hukum dengan cara subyektif sehingga
keputusannya tidak adil, dan tidak diperkenankan juga untuk mengambil imbalan materi
yang tidak halal dari aktifitas profesinya.

Berpikir objektif mempunyai arti berpikir melalui sudut pandang objek yang dituju.
Dalam berpikir objektif, kita harus mengesampingkan segala pendapat pribadi. Sesuatu
akan bernilai ilmiah hanya apabila didasarkan pada fakta atau kenyataan yang ada, bukan
sesuatu yang dibuat-buat, ataupun pendapat pribadi yang tidak mempunyai dasar
pemikiran. Berpikir secara objektif juga dapat mempunyai arti memandang sesuatu sesuai
tempat, sifat, dan keadaannya. Berpikir secara objektif dapat pula diartikan sebagai
memandang sesuatu dari dua sudut pandang yang berlainan atau berkebalikan. Dalam
berpikir objektif, kita haruslah adil dalam memberikan pandangan. Tidak hanya
memandang sesuatu hanya dari sisi positif, namun juga memandang sisi negatifnya.

Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk kita.
Terkadang ada pula yang menggunakan bahan – bahan berbahaya bagi kesehatan
lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian
tersebut. Kita harus bisa memilah dan memilih ilmu pengetahuan yang mana yang baik
bagi kepentingan bersama. Kemajuan ilmu pengetahuan yang bila diterapkan tidak
merusak lingkungan disekitarnya. Dengan ilmu itu sendiri, kita bisa lebih berhati-hati
dalam menggunakan sutu produk. Dengan ilmu itu pula, kita juga bisa ikut berpartisipasi
dalam menyelamatkan sains dan teknologi agar tetap berjalan pada jalurnya.
Disinilah akhlak dan budi pekerti kita sebagai manusia bekerja, sebagai makhluk
Tuhan yang memiliki akal kita harus bisa berpikir secara objektif, berpikir objektif yaitu
berpikir sesuai dengan kondisi objektif berdasarkan acuan-acuan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Kita harus bisa memilih perkembangan ilmu pengetahuan yang
baik bagi semua golongan. Kerancuan menerapkan benar dan salah dikehidupan sehari-
hari disebab kurangnya ilmu pengetahuan tentang right dan wrong. Selain dari kebiasaan
meninggalkan ajaran agama, tidak teguh (tidak istiqamah) menjalankan right danwrong
tersebut. Untuk itulah kita harus memperbanyak ilmu kita, terus membaca mencari-cari
pengetahuan baru tetapi tetap mempertimbangkan baik dan buruknya pengetahuan-
pengetahuan tersebut terhadap lingkungan disekitarnya.

Contohnya seperti dalam kehidupan kita sehari-hari. Teknologi internet,


merupakan contoh kemajuan teknologi yang sangat baik. Bila kita menggunakannya
dengan bijak internet merupakan salah satu perkembangan teknologi yang sangat
membantu kita dalam berhubungan dan bersosialisasi dengan orang lain bahkan dari
negara lain yang jauh. Kita dapat saling bertukar informasi dengan sangat cepat dan tepat.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang
bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam mencapai
tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang
bersifat subyektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat hal:

1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang
obyektif.
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya
didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang
ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah mupun terhadap
alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai
kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Masyarakat dan terbentuknya sebuah bangsa

a. Kriteria Masyarakat Bangsa.

Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat yang terdiri dari kumpulan-


kumpulan keluarga, tumbuh semakin luas menjadi suatu bangsa. Bangsa merupakan
kumpulan dari masyarakat yang bersatu dalam rangka melindungi kepentingan-
kepentingannya yang tidak mungkin dapat di atasi oleh suatu kelompok saja. Manusia
yang merupakan bagian dari masyarakat, tidak bisa terlepas dari kondisi wilayah yang
didiaminya. Tata cara kehidupan manusia, seperti cara berpikir, cara bergaul dan cara
hidupnya, akan selalu dipengauruhi oleh konstalasi wilayah, seperti bentuk, letak, iklim,
dan sumber daya alam yang ada. Bangsa dan negara melindungi warga dengan berbagai
budaya, adat, kebiasaan, agama, karakter dan sebagainya.
Menurut Friederich Hertz, ada 4 hal yang berpengaruh dalam suatu masyarakat dalam
berbangsa, yaitu :

1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial,
ekonomi, politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya, yaitu
bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan akan kemandirian, keunggulan, individualitas, keaslian atau kekhasan.
Contoh: menjunjung tinggi bahasa nasional yang mandiri.
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa dalam mengejar
kehormatan, pengaruh dan prestise.

Kriteria masyarakat suatu bangsa adalah masyarakat tersebut memiliki keinginan


untuk membentuk suatu bangsa karena adanya berbagai kesamaan ras, bahasa, agama,
ideologi, budaya, dan/atau sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal-usul
keturunan yang sama. Berdasarkan pendapat para ahli kenegaraan mengenai pengertian
bangsa, pada hakikatnya bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai unsur-
unsur sebagai berikut:

1. Memiliki cita-cita yang sama yang mengikat warganegara menjadi satu kesatuan.
2. Mempunyai sejarah hidup yang sama sehingga tercipta perasaan senasib dan
sepenanggungan.
3. Memiliki adat budaya serta kebiasaan yang sama akibat pengalaman hidup
bersama.
4. Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.
5. Terorganisasi dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga mereka terikat
dalam suatu masyarakat hukum

b. Bangsa dan kebangsaan

Timbul beberapa pengertian bangsa dan kebangsaan yang berkembang sejak


akhir abad XIX dan kini menjadi bahan acuan dalam pembahasan tentang bangsa dan
kebangsaan. Istilah natie (nation) atau bangsa mulai populer sekitar tahun 1835. Pada
saat itu istilah bangsa mulai sering diperdebatkan dan dipertanyakan. Hal ini
menimbulkan munculnya berbagai teori tentang pengertian bangsa. Pengertian bangsa
disampaikan oleh tokoh-tokoh berikut.

1) Lothrop Stoddard
Bangsa, nation, natie adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sejumlah
orang yang cukup banyak, bahwa mereka merupakan suatu bangsa. Ia
merupakan suatu perasaan memiliki secara bersama sebagai suatu bangsa.
2) Otto Bauer
Suatu bangsa terbentuk karena adanya suatu persamaan, satu persatuan karakter,
watak, di mana karakter atau watak ini tumbuh dan lahir serta terjadi karena
adanya persatuan pengalaman.
3) Ernest Renan
Ia berpendapat bahwa kelompok yang membentuk suatu bangsa itu memiliki
kemauan untuk berada dalam satu himpunan (le desir d’etre ensemble).
4) Ir. Soekarno
Bangsa adalah segerombolan manusia yang besar, keras ia mem- punyai
keinginan bersatu, le desir d’etre ensemble, keras ia mempunyai character
gemeinschaft, persamaan watak, tetapi yang hidup di atas satu wilayah yang
nyata satu unit.

Pengertian bangsa juga dapat dikaji secara sosiologis dan antropologis, hukum,
serta politis. Secara sosiologis dan antropologis, bangsa diartikan sebagai persekutuan
hidup masyarakat yang berdiri sendiri. Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang
dianggap memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama,
ideologi, budaya, dan/atau sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal-usul
keturunan yang sama. Konsep bahwa semua manusia dibagi menjadi kelompok-
kelompok bangsa ini merupakan salah satu doktrin paling berpengaruh dalam
sejarah.Doktrin ini merupakan doktrin etika dan filsafat, dan merupakan awal dari
ideologi nasionalisme.

Kebangsaan merupakan identitas suatu masyarakat secara hukum.


Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (nationality). Yang
membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan.Ada kemungkinan untuk
memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum
merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak
berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi
anggota bangsa dari suatu negara. Jadi rakyat memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam
Negara. Pengertian kevangsaan menunjukkan seberapa besar yang diberikan oleh seorang
warga Negara, tanpa merendahkan bangsa lain.

c. Bangsa menurut Pancasila

Bangsa dalam konsep Pancasila, (Kaelan, 2002:213) Dikatakan bangsa karena


adanya unsur masyarakat yang membentuk bangsa yaitu : berbagai suku, adat istiadat,
kebudayaan, agama serta berdiam suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau.
Bangsa juga mempunyai kepentingan yang sama dengan individu, keluarga maupun
masyarakat yaitu tetap eksis dan sejahtera. Salah satu persoalan yang timbul dari bangsa
adalah ancaman disintegrasi, dan yang menjadi penyebab utama biasanya perbedaan
persepsi pada upaya masyarakat yang ingin “merekatkan diri lebih ke dalam”, yaitu ingin
mempertahankan pola. Oleh karena itu pada bangsa yang baru merdeka atau berdiri
diupayakan memiliki alat perekat yang berasal dari budaya masyarakat. Pada
perkembangannya alat perekat itu dikenal sebagai ideologi yang hendak dipahami oleh
bangsa itu sendiri.

Kebangkitan bangsa pada masyarakat terjajah sebenarnya tidak saja dimulai


dengan upaya membangkitkan semangat egaliter oleh para pemimpin pergerakan tetapi
oleh para pemimpin dinasti yang memaksakan masyarakat menggunakan budaya para
penguasa. Para pemimpin pergerakan mengupayakan perlawanan terhadap dominasi ras
Eropa dengan membangun sekolah agar masyarakat nusantara mampu membaca dan
menulis huruf latin. Masyarakat nusantara mulai gemar membaca dan menulis serta
berusaha menerjemahkan kara asing kedalamm bahasa melayu dan jawa. Karya-karya itu
akhirnya membangkitkan semangat egaliter dan selanjutnya membangkitkan semangat
kebangsaan. Kebangsaan diatikan sebagai cirri cirri yang menandai bangsa (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2002: 102).

Bangsa yang memiliki jati diri dan kepribadian luhur dan memiliki nilai-nilai
Pancasila dalam berkehidupan sehari-hari. Kebudayaan nasional yang berlandaskan
Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan
keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat
sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada
pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Sesungguhnya nilai-nilai
Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan dan kerangka-acuan-
bersama dalam kehidupan berbangsa:

1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun golongan sosial
dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan,
maupun golongannya.
3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa
yang berdaulat.
4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui
musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang
mendahulukan kepentingan perorangan.
5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.

contoh kasus :
bangsa Indonesia membutuhkantokoh-tokoh yang mampu memberikan keteladanan
dalam menumbuhkan karakter bangsa. Contoh kongkrit, atau keteladanan tokoh itu
melebihi semua teori. Bung Karno berupaya membangun karakter bangsa. Misalnya,
dengan menekankan kemandirian dalam ekonomi, berkepribadian dalam budaya, dan
berdaulat dalam politik. Bung Karno juga menekankan pembangunan nasionalisme dan

kebangsaan yang kuat. Penanaman karakter bangsa yang ideal harus dilakukan pada
usia dini, misalnya pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sehingga anak sudah terbiasakan
semenjak kecil. Disinilah peran orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat lebih
aktif dan dinamis. Meski demikian tetap harus dilakukan program yang terukur dan
sistemis agar pembentukan moral dan karakter Pancasila dapat berjalan sesuai rencana.

d. Permasalahan Berbangsa Terhadap Sosial Budaya


1) Disorientasi dan belum Dihayatinya Nilai-nilai Pancasila sebagai Filosofi dan
Ideologi Bangsa

Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai kehidupan masyarakat yang


bersumber dari budaya Indonesia telah menjadi ideologi dan pandangan
hidup.Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 merupakan ideologi negara dan sebagai dasar negara. Pancasila sebagai
pandangan hidup mengandung makna bahwa hakikat hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dijiwai oleh moral dan etika yang dimanifestasikan dalam
sikap perilaku dan kepribadian manusia Indonesia yang proporsional baik dalam
hubungan manusia dengan yang maha pencipta, dan hubungan antara manusia
dengan manusia, serta hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Namun
dalam kehidupan masyarakat prinsip tersebut tampak belum terlaksana dengan
baik.Kekerasan (domestik maupun nasional) dan hempasan globalisasi sampai
kepada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih belum dapat diatasi.

Masalah tersebut muncul karena telah terjadi disorientasi dan belum


dihayatinya nilai-nilai Pancasila yang diakui kebenarannya secara universal.
Pancasila sebagai sumber karakter bangsa yang dimaksudkan adalah keseluruhan
sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi,
nilai-nilai, dan pola pikir yang dimiliki oleh sekelompok manusia yang mau
bersatu, merasa dirinya bersatu, memiliki kesamaan nasib, asal, keturunan, bahasa,
adat dan sejarah Indonesia.

2) Memudarnya Kesadaran terhadap Nilai-nilai Budaya Bangsa

Pembangunan di bidang budaya telah mengalami kemajuan yang ditandai


dengan meningkatnya pemahaman terhadap keberagaman nilai-nilai budaya
bangsa. Namun arus budaya global yang sering dikaitkan dengan kemajuan di
bidang komunikasi mencakup juga penyebaran informasi secara mendunia melalui
media cetak dan elektronika berdampak tehadap ideologi, agama, budaya dan
nilai-nilai yang dianut manyarakat Indonesia. Pengaruh arus deras budaya global
yang negatif menyebabkan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa dirasakan
semakin memudar. Hal ini tercermin dari perilaku masyarakat Indonesia yang lebih
menghargai budaya asing dibandingkan budaya bangsa, baik dalam cara
berpakaian, bertutur kata, pergaulan bebas, dan pola hidup konsumtif, serta
kurangnya penghargaan terhadap produk dalam negeri.

Berdasarkan indikasi di atas, globalisasi telah membawa perubahan


terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama
masyarakat kalangan generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-
nilai dan budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa
Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya dan strategi yang tepat agar masyarakat
Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa sehingga tidak
kehilangan kepribadian sebagai bangsa Indonesia.

3) Melemahnya Kemandirian Bangsa


Kemampuan bangsa yang berdaya saing tinggi adalah kunci untuk
membangun kemandirian bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan
Indonesia siap menghadapi tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan
peluang yang ada. Kemandirian suatu bangsa tercermin, antara lain pada
ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi
tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan, kemandirian aparatur
pemerintahan dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya,
pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri yang semakin kukuh,
dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok. Namun hingga saat ini sikap
ketergantungan masyarakat dan bangsa Indonesia masih cukup tinggi terhadap
bangsa lain. Konsekuensinya bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kurang
memiliki posisi tawar yang kuat sehingga tidak jarang menerima kehendak negara
donor meskipun secara ekonomi kurang menguntungkan. Kurangnya kemandirian,
juga tercermin dari sikap masyarakat yang menjadikan produk asing sebagai
primadona, etos kerja yang masih perlu ditingkatkan, serta produk bangsa
Indonesia dalam beberapa bidang pertanian belum kompetitif di dunia
internasional.

Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa ini dimaksudkan


sebagai acuan dalam merancang, mengembangkan, dan melaksanakan Rencana
Aksi Nasional (RAN) Pembangunan Karakter Bangsa yang menggalang partisipasi
aktif keluarga; satuan pendidikan; masyarakat; pemerintah; generasi muda; lanjut
usia; media massa; pramuka; organisasi kemasyarakatan; organisasi politik;
organisasi profesi; organisasi masyarakat pemberdayaan perempuan, lembaga
swadaya masyarakat termasuk kelompok strategis seperti elite struktural, elite
politik, wartawan, budayawan, pemuka agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat.

Keberhasilan pembangunan karakter bangsa diarahkan menjadi bagian yang


tidak terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional, yaitu
mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan
berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Mengingat penting dan luasnya cakupan pembangunan karakter bangsa


dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka diperlukan
komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara negara, dunia usaha dan
industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya untuk
menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar terjadi
sinergi yang kokoh untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta. Rineke Cipta


Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka.

Kaelan, HM. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Muhaimin, M.A. 2005. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAI.


Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

http://nadymfatwa.blogspot.com/2013/08/motivasi-islam-dalam-mempelajari-iptek.html
diunduh pada tanggal 29 pukul 20.00

http://catatan-si-boss.blogspot.com/2013/10/sikap-ilmiah-berpikir-objektif.html diunduh
pada tanggal 29 pukul 20.00

http://www.pelaiharipost.com/Berita/?DoShow=69 diunduh pada tanggal 29 pukul 20.00

www.slideshare.net/nurfaizatulhilmiyah diunduh pada tanggal 29 pukul 20.00

www.hewati.blogspot.com diunduh pada tanggal 29 pukul 20.00

Anda mungkin juga menyukai