Oleh :
KELOMPOK 4
Pemahaman yang baik terhadap pengertian serta ruang lingkup akhlak dan budi
pekerti, diharapkan bisa berfungsi dalam menumbuhkan kesadaran antara hak dan
kewajiban, sehingga kehidupan sosial akan lebih mantap dan terjalin toleransi yang teguh
di tengah masyarakat majemuk. Selain itu, akhlak dan budi pekerti, berfungsi juga dalam
menyaring budaya asing atau budaya dari dalam, dengan memilih yang baik dan menolak
yang buruk. Semua itu terjadi, disebabkan adanya interaksi lintas budaya.
Tidak dapat disangkal bahwa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
telah memberikan manfaat yang besar dalam hidup dan kehidupan manusia. Manfaat itu
berupa kemajuan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, transportsi, akomodasi,
informasi, komunikasi dan sebagainya. Sesuatu yang dulunya dianggap sulit, dengan
sentuhan ilmu dan teknologi menjadi semakin mudah. Namun demikian, kemajaun sains
dan teknologi juga mendatangkan efek samping yang merugikan manusia, seperti
pencemaran udara, penggundulan hutan, kerusakan di darat dan laut, meningkatnya
kemerosotan akhlak dan tingginya angka kriminalitas, serta berbagai efek samping
lainnya. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari ilmu pengetahuan dan teknologi
berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan dan diterapkan secara bersungguh-sungguh
adalah:
Akhlak dan budi pekerti diaplikasikan dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Pengaplikasian itu berguna bagi diri seseorang sebagai kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial, dalam kehidupan akademik dan profesi. Penerapan akhlak dan budi
pekerti, sangat penting dalam pengembangan iptek dan seni. Dalam penerapannya,
ternyata banyak dijumpai permasalahan, seperti yang terjadi dalam kehidupan sosial
budaya, akademik dan profesi, juga dalam pengembangan sains, teknologi dan seni.
Permasalahan tersebut, diharapkan dapat dihindari secara maksimal atau kalau tidak, dapat
diminimalisir melalui kesadaran individu terhadap nilai akhlak dan budi pekerti.
Salah satu tujuan dari pengembangan sains, teknologi, dan seni adalah untuk
mendatangkan kemashlahatan bersama dan kelestarian kehidupan alam semesta. Dengan
cara ini, maka sains, teknologi, dan seni dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan yang diberi amanat untuk mengkelola alam semesta bagi semua
makhluk. Peradaban yang luhur, akan dapat dilahirkan dari masyarakat yang menjunjung
tinggi kemashlahatan umum serta melestarikan nilai-nilai luhur manusia. Kemaslahatan
umum dapat terwujud dari ketaatan pada nilai-nilai etika dan kode etik profesi.
Kepentingan berbagai pihak, termasuk kepentingan antara pelaku dan pengguna jasa harus
diletakkan secara professional dan komprehensif, sehingga tidak bersifat setengah-
setengah, yang baik untuk sebagian kelompok tetapi buruk untuk kelompok lain. Karena
tujuan dari pengembangan sains, teknologi, dan seni adalah kemaslahatan umum, maka
segala hal yang mengarah pada sesuatu yang membahayakan harus dihilangkan dan
dihindari. Nilai moral selalu berkaitan dengan tanggunjawab seseorang dan sangat
menentukan apakah seorang ilmuwan berlaku baik atau buruk dari segi etis. Ilmu
pengetahuan yang baik adalah ilmu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat
dan dapat mendatangkan kemaslahatan secara menyeluruh.
IPTEK adalah sesuatu dengan sarana pemikiran manusia dan penciptaan alat-alat
yang dapat mendukung kegiatan praktis dimana fungsinya sendiri untuk membantu segala
jenis kebutuhan manusia agar sesuatu dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan IMTAQ
merupakan wahana yang akan dunia pendidikan menuju target yang dituju, yakni
menciptakan generasi beriman dan berilmu yang mampu bersaing dan beriman kepada
Allah SWT. Dalam kemaslahatan umum, terutama kehidupan mahasiswa, IPTEK dan
IMTAQ saling berkesinambungan terutama dalam arus globalisasi. Mahasiswa diharapkan
tidak hanya memiliki kemampuan di bidang IPTEK saja melainkan juga memiliki IMTAQ
yang kuat agar kemampuan SDM yang dimiliki dapat dikelola dan mempunyai karakter
budi pekerti yang luhur. Sehingga dengan keseimbangan IMTAQ dan IPTEK yang
dimilki, diharapkan mahasiswa dan para penerus bangsa ini mampu untuk memajukan
negara berdasarkan ideologi pancasila.
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan acuan tanpa dipraktikkan untuk
kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya, praktik yang tanpa
didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi membawa manusia pada masa yang berbeda dengan masa sebelumnya, bahkan
masa yang tidak pernah terbayangkan di masa lalu. Munculnya hasil-hasil teknologi dan
kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi, memungkinkan manusia untuk
mengetahui informasi dari berbagai belahan dunia dalam waktu yang singkat. Namun
demikian, kemajuan tersebut tidak hanya memunculkan dampak positif, bersamaan dengan
itu muncul pula berbagai dampak negatif yang sering membuat cemas.
Studi Kasus :
Nilai kejujuran ini adalah nilai kebaikan yang bersifat universal. Pengertian
kejujuran itu sendiri yang akar katanya jujur, dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti lurus
hati; tidak berbohong; tidak curang; tulus; ikhlas. Sehingga kejujuran diartikan sebagai
sifat (keadaan) jujur; ketulusan hati atau kelurusan hati.(Pusat Bahasa Depdiknas, 2001:
479). Berbicara mengenai kejujuran berarti kita berbicara mengenai sikap moral. Sikap
moral yang sebenarnya diistilahkan sebagai moralitas. Yang dimaksudkan dengan
moralitas di sini adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul dilakukan tanpa pamrih.
Suatu perbuatan baik yang dilakukan dengan kesadaran bahwa perbuatan itu memang baik
yang berasal dari hati nurani.
Kejujuran merupakan sikap terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin
meraih kesuksesan, baik pada masa kini maupun masa depan, termasuk para pelaku
professional. Dengan demikian tidak akan terjadi hal-hal yang merugikan antara satu
dengan yang lainnya. Antara para profesional dan kliennya, antara sesama anggota
organisasinya dan berbagai pihak yang bersentuhan langsung dengan profesionalitas yang
dikembangkan. Dengan sikap itu, tidak akan terjadi manipulasi data, pelanggaran hak
intelektual, plagiat, komersialisasi kedudukan, penekanan terhadap para pekerja secara
berlebihan dan tidak mungkin terjadi adanya pemaksaan dari pihak yang kuat kepada
pihak yang lemah. Jika kita telaah lebih jauh nilai kejujuran maka dari nilai kebaikan ini
dapat kita lihat dari beberapa bentuk, yaitu antara lain: a) kejujuran terhadap diri sendiri,
dan b) kejujuran terhadap orang lain terbagi menjadi dua, yaitu : (1). Sikap terbuka, dan
(2). Sikap wajar. Dalam arti sikap jujur atau tidak jujurnya seseorang dalam kondisi ada
atau tidaknya interaksi dengan orang lain.
Kejujuran amat dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan manusia, apalagi yang
bersentuhan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu pengetahuanm, teknologi
dan seni apabila tidak dikelola dengan kejujuran maka akan menimbulkan dampak negatif
dan bahaya yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, penyalahgunaan zat
kimia untuk pemusnahan manusia secara masal (genosida), ekploitasi tenaga kerja secara
berlebihan untuk kepentingan pemilik perusahaan, pemanfaatan kekayaan alam secara
berlebihan dan tidak dibarengi dengan usaha pelestariannya kembali. Sumber daya alam
yang melimpah di bumi Indonesia seakan tidak ada artinya melihat sebagian besar
masyarakat kita yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Pendapatan Negara tidak
dapat menutupi kemiskinan atau meningkatkan taraf hidup rakyat karena sudah begitu
banyak terjadi kebocoran pada anggaran negara akibat korupsi, yang akan dikemukakan
lebih lanjut pada uraian mengenai korupsi.
Berikut ini adalah beberapa contoh permasalahan dalam masyarakat yang berkaitan
dengan masalah kejujuran.
a. Masalah Plagiat
b. Masalah Korupsi
d. Penerapan Akhlak dan Budi Pekerti dalam Berfikir Rasional dan Filosofis dalam
IPTEK
Salah satu ciri berpikir filosofis adalah berpikir secara kritis dan argumentatif.
Berpikir kritis adalah suatu usaha berpikir yang sengaja dilakukan secara aktif, sistematis,
argumentatif, mengikuti prinsip-prinsip logika serta mempertimbangkan sudut pandang
untuk bisa memahami apakah sesuatu itu bisa diterima atau ditolak. Dengan berpikir
rasional dan filosofis, akan mengantarkan seseorang bersikap arif, dan memiliki wawasan
yang luas terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi manusia. Seseorang diharapkan
mampu memecahkan permasalahan tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar
memperoleh jawaban-jawaban yang diusahakannya secara mudah. Selanjutnya berpikir
filosofis juga dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kritis atas
pandangan hidup, ide-ide yang muncul karena keinginannya. Berpikir rasional dan
filosofis sangat diperlukan agar produk-produk pemikirannya benar-benar tepat, dapat
dipertanggung jawabkan dan memberikan manfaat yang luas.
Moral bukan sekedar sebagai deskriptif tentang sesuatu yang baik, namun sesuatu
yang mengarahkan kepribadian, budi pekerti, kelakuan dan pikiran seseorang untuk
berbuat baik. Nilai-niai budi pekerti dapat ditanamkan melalui beberapa pendekatan seperti
pendekatan analisis nilai. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan
penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara
menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan
dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya
bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah
yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi
penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan. Dari pendekatan ini hasil yang
didapat yaitu pertama, membantu seseorang untuk menggunakan kemampuan berpikir
logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yang
berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua, membantu seseorang untuk
menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan
merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka.
e. Penerapan Akhlak dan Budi Pekerti dalam Berfikir Objektif dalam IPTEK
Sikap obyektif merupakan salah satu ciri dari sikap kalangan professional, karena
itu pengembangan sains, teknologi dan seni harus diarahkan kepada kondisi yang obyektif
secara maksimal. Setiap kegiatan para professional itu harus dilakukan seobyektif
mungkin, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih menyelururh. Seorang dosen
harus menilai mahasiswanya dengan obyektif sesuai dengan kemampuaan mereka, tidak
boleh mempertimbangkan karena kedekatan mahasiswa dengna dosennya, karena
hubungan kedaerahan atau (karena sikap subyektif lainnya). Seorang dokter, pada saat ia
menuliskan resep untuk pasiennya harus bersikap obyektif dalam menentukan obat, sesuai
dengan kegunaannya, jangan mempertimbangkan tawaran dari peerusahaan-perusahaan
obat tertentu yang menawarkan imbalan materi. Seorang Hakim harus menetapkan hukum
secara obyektif tidak boleh menetapkan hukum dengan cara subyektif sehingga
keputusannya tidak adil, dan tidak diperkenankan juga untuk mengambil imbalan materi
yang tidak halal dari aktifitas profesinya.
Berpikir objektif mempunyai arti berpikir melalui sudut pandang objek yang dituju.
Dalam berpikir objektif, kita harus mengesampingkan segala pendapat pribadi. Sesuatu
akan bernilai ilmiah hanya apabila didasarkan pada fakta atau kenyataan yang ada, bukan
sesuatu yang dibuat-buat, ataupun pendapat pribadi yang tidak mempunyai dasar
pemikiran. Berpikir secara objektif juga dapat mempunyai arti memandang sesuatu sesuai
tempat, sifat, dan keadaannya. Berpikir secara objektif dapat pula diartikan sebagai
memandang sesuatu dari dua sudut pandang yang berlainan atau berkebalikan. Dalam
berpikir objektif, kita haruslah adil dalam memberikan pandangan. Tidak hanya
memandang sesuatu hanya dari sisi positif, namun juga memandang sisi negatifnya.
Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk kita.
Terkadang ada pula yang menggunakan bahan – bahan berbahaya bagi kesehatan
lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian
tersebut. Kita harus bisa memilah dan memilih ilmu pengetahuan yang mana yang baik
bagi kepentingan bersama. Kemajuan ilmu pengetahuan yang bila diterapkan tidak
merusak lingkungan disekitarnya. Dengan ilmu itu sendiri, kita bisa lebih berhati-hati
dalam menggunakan sutu produk. Dengan ilmu itu pula, kita juga bisa ikut berpartisipasi
dalam menyelamatkan sains dan teknologi agar tetap berjalan pada jalurnya.
Disinilah akhlak dan budi pekerti kita sebagai manusia bekerja, sebagai makhluk
Tuhan yang memiliki akal kita harus bisa berpikir secara objektif, berpikir objektif yaitu
berpikir sesuai dengan kondisi objektif berdasarkan acuan-acuan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Kita harus bisa memilih perkembangan ilmu pengetahuan yang
baik bagi semua golongan. Kerancuan menerapkan benar dan salah dikehidupan sehari-
hari disebab kurangnya ilmu pengetahuan tentang right dan wrong. Selain dari kebiasaan
meninggalkan ajaran agama, tidak teguh (tidak istiqamah) menjalankan right danwrong
tersebut. Untuk itulah kita harus memperbanyak ilmu kita, terus membaca mencari-cari
pengetahuan baru tetapi tetap mempertimbangkan baik dan buruknya pengetahuan-
pengetahuan tersebut terhadap lingkungan disekitarnya.
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang
obyektif.
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya
didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang
ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah mupun terhadap
alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai
kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Masyarakat dan terbentuknya sebuah bangsa
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial,
ekonomi, politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya, yaitu
bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan akan kemandirian, keunggulan, individualitas, keaslian atau kekhasan.
Contoh: menjunjung tinggi bahasa nasional yang mandiri.
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa dalam mengejar
kehormatan, pengaruh dan prestise.
1. Memiliki cita-cita yang sama yang mengikat warganegara menjadi satu kesatuan.
2. Mempunyai sejarah hidup yang sama sehingga tercipta perasaan senasib dan
sepenanggungan.
3. Memiliki adat budaya serta kebiasaan yang sama akibat pengalaman hidup
bersama.
4. Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.
5. Terorganisasi dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga mereka terikat
dalam suatu masyarakat hukum
1) Lothrop Stoddard
Bangsa, nation, natie adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sejumlah
orang yang cukup banyak, bahwa mereka merupakan suatu bangsa. Ia
merupakan suatu perasaan memiliki secara bersama sebagai suatu bangsa.
2) Otto Bauer
Suatu bangsa terbentuk karena adanya suatu persamaan, satu persatuan karakter,
watak, di mana karakter atau watak ini tumbuh dan lahir serta terjadi karena
adanya persatuan pengalaman.
3) Ernest Renan
Ia berpendapat bahwa kelompok yang membentuk suatu bangsa itu memiliki
kemauan untuk berada dalam satu himpunan (le desir d’etre ensemble).
4) Ir. Soekarno
Bangsa adalah segerombolan manusia yang besar, keras ia mem- punyai
keinginan bersatu, le desir d’etre ensemble, keras ia mempunyai character
gemeinschaft, persamaan watak, tetapi yang hidup di atas satu wilayah yang
nyata satu unit.
Pengertian bangsa juga dapat dikaji secara sosiologis dan antropologis, hukum,
serta politis. Secara sosiologis dan antropologis, bangsa diartikan sebagai persekutuan
hidup masyarakat yang berdiri sendiri. Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang
dianggap memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama,
ideologi, budaya, dan/atau sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal-usul
keturunan yang sama. Konsep bahwa semua manusia dibagi menjadi kelompok-
kelompok bangsa ini merupakan salah satu doktrin paling berpengaruh dalam
sejarah.Doktrin ini merupakan doktrin etika dan filsafat, dan merupakan awal dari
ideologi nasionalisme.
Bangsa yang memiliki jati diri dan kepribadian luhur dan memiliki nilai-nilai
Pancasila dalam berkehidupan sehari-hari. Kebudayaan nasional yang berlandaskan
Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan
keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat
sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada
pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Sesungguhnya nilai-nilai
Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan dan kerangka-acuan-
bersama dalam kehidupan berbangsa:
1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun golongan sosial
dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan,
maupun golongannya.
3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa
yang berdaulat.
4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui
musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang
mendahulukan kepentingan perorangan.
5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
contoh kasus :
bangsa Indonesia membutuhkantokoh-tokoh yang mampu memberikan keteladanan
dalam menumbuhkan karakter bangsa. Contoh kongkrit, atau keteladanan tokoh itu
melebihi semua teori. Bung Karno berupaya membangun karakter bangsa. Misalnya,
dengan menekankan kemandirian dalam ekonomi, berkepribadian dalam budaya, dan
berdaulat dalam politik. Bung Karno juga menekankan pembangunan nasionalisme dan
kebangsaan yang kuat. Penanaman karakter bangsa yang ideal harus dilakukan pada
usia dini, misalnya pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sehingga anak sudah terbiasakan
semenjak kecil. Disinilah peran orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat lebih
aktif dan dinamis. Meski demikian tetap harus dilakukan program yang terukur dan
sistemis agar pembentukan moral dan karakter Pancasila dapat berjalan sesuai rencana.
http://nadymfatwa.blogspot.com/2013/08/motivasi-islam-dalam-mempelajari-iptek.html
diunduh pada tanggal 29 pukul 20.00
http://catatan-si-boss.blogspot.com/2013/10/sikap-ilmiah-berpikir-objektif.html diunduh
pada tanggal 29 pukul 20.00