Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan suatu alat komunikasi digunakan manusia.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan inti atau
gagasan yang disampaikan oleh manusia dengan mengungkapkan bahasa yang
baik. Komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia terwujud secara
efektif, apabila digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dapat
dikatakan komunikasi yang baik atau berhasil, apabila gagasan dapat diterima
sebagaimana yang dimaksud atau diinginkan. Dalam kehidupan sehari-hari,
kita kerap menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang penting di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilihat
dari kedudukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa
Indonesia memiliki dua pengertian, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai
bahasa negara.
Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
didasarkan pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, terutama butir
ketiga yang berbunyi: "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia". Sementara dalam kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV,
Pasal 36 yang berbunyi, "Bahasa negara adalah bahasa Indonesia".
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi.
Pertama, sebagai lambang kebanggaan nasional. Artinya, bahwa bahasa
Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebangsaan bangsa Indonesia. Fungsi kedua dari bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang jati diri atau
identitas nasional. Artinya, bahwa bahasa Indonesia merupakan cerminan
kepribadian bangsa Indonesia secara eksistensi. Selain sebagai lambang jati
diri atau identitas nasional, bahasa Indonesia dalam kedudukannnya sebagai
bahasa nasional juga memiliki fungsi sebagai alat pemersatu berbagai
masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya.
Artinya, bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi di seluruh
pelosok Indonesia. Fungsi terakhir yang dimiliki oleh bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat perhubungan antar budaya dan
antar daerah. Artinya, bahwa dengan adanya bahasa Indonesia dan
penggunaan bahasa Indonesia bangsa Indonesia mendahulukan kepentingan
nasional ketimbang kepentingan daerah, suku ataupun golongan.
Tadi telah dipaparkan, bahwa bahasa Indonesia juga berkedudukan
sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki

1
beberapa fungsi. Pertama sebagai bahasa resmi negara. Sebagai bahasa resmi
negara, bahasa Indonesia digunakan untuk berbagai keperluan kenegaraan,
baik lisan maupun tulis, seperti pidato-pidato kenegaraan, dokumen-dokumen
resmi negara, dan sidang-sidang yang bersifat kenegaraan. Semua itu
dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantarnya.
Fungsi kedua bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara adalah sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan. Dalam fungsinya ini, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana
penyampai ilmu pengetahuan kepada anak didik di bangku pendidikan dari
tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik negri
maupun swasta.
Selain sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan, bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara, juga memiliki fungsi
sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional, baik untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk
kepentingan pemerintahan. Artinya, bahwa bahasa Indonesia tidak saja hanya
digunakan sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat luas, melainkan juga digunakan sebagai alat komunikasi penduduk
di seluruh pelosok Indonesia.
Fungsi terakhir dari bahasa Indonesia sebagai bahasa negara adalah
sebagai bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Artinya, bahwa bahasa Indonesia dipakai
sebagai alat untuk mengembangkan dan membina iptek dan kebudayaan
nasional sehingga tercipta satu ciri khas yang menandakan satu kesatuan
negara Indonesia dan bukannya kedaerahan.
Untuk dapat meraih kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara, bahasa Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Telah
diketahui bersama bahwa bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini berasal
dari bahasa Melayu.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan diangkatnya bahasa Melayu
sebagai bahasa Indonesia. Pertama, bahwa bahasa melayu merupakan lingua
franca (bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi sosial di antara
orang-orang yang berlainan bahasanya) di Indonesia. Jauh sebelum bahasa
Indonesia ada dan dipergunakan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara di
Indonesia, bahasa Melayu sudah terlebih dahulu menjadi alat komunikasi di
Indonesia. Ini dapat dilihat dari banyaknya prasasti-prasasti pada zaman
kerajaan Sriwijaya (kisaran abad VII) yang ditulis dengan menggunakan
bahasa Melayu, seperti prasasti di Talang Tuwo, Palembang yang berangka
tahun 684, prasasti di Kota Kapur, Bangka Barat yang berangka tahun 686,
ataupun prasasti Karang Brahi yang berangka tahun 686. Selain itu,
keberadaan bahasa Melayu sebagai lingua franca di Indonesia juga dapat

2
dilihat dari daftar kata-kata yang disusun oleh seorang Portugis bernama
Pigafetta pada tahun 1522. Daftar tersebut dia susun berdasarkan kata-kata
dari bahasa Melayu yang ada dan tersebar penggunaan di kepulauan Maluku.
Atau juga pada surat keputusan yang dikeluarkan oleh Pemerintah kolonial
Belanda. Surat keputusan yang bernomor K.B. 1871 No. 104 menyatakan
bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberi dalam bahasa
Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu.
Alasan kedua yang meyebabkan diangkat bahasa Melayu sebagai
bahasa Indonesia adalah kesederhanaan sistem bahasa Melayu yang tidak
memiliki tingkatan. Tidak seperti bahasa Jawa yang memiliki tingkatan seperti
kromo, kromo madya, dan ngoko, bahasa Melayu tidak mengenal sistem
tingkatan seperti itu. Bahasa Melayu tidak mengenal tingkatan-tingkatan
dalam sistem berbahasanya inilah yang menciptakan kesan bahasa Melayu
mudah untuk dipelajari.
Selain itu, diterima dan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa
Indonesia disebabkan karena kerelaan berbagai suku di Indoensia untuk
menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Bentuk
kerelaan ini puncaknya terjadi pada Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28
Oktober 1928 yang melahirkan teks Naskah Sumpah Pemuda, yang salah satu
butirnya berbunyi, "Kami putra dan putrid Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
Alasan keempat atau alasan terakhir yang menyebabkan diangkatnya
bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah kesanggupan bahasa Melayu
untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas. Kesanggupan
ini dibuktikan dengan keberadaan bahasa Melayu yang merupakan alat
perhubungan antara orang-orang yang berlainan bahasanya di Indonesia.
Sebagai alat perhubungan tersebut, bahasa Melayu telah mampu membuktikan
kemampuannya dalam menterjemahkan segala perilaku dan bentuk-bentuk
budaya yang ada di Indonesia, sehingga mereka yang berada di luar wilayah
kebudayaan Indonesia pun dapat memahami segala bentuk dan perilaku
kebudayaan yang ada di Indonesia.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan
dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman.
Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan
memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering
terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah
dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama,
kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara
atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang
sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan
oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima

3
dengan baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar serta
penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas, maka rumusan masalah yang bisa dikemukakan
antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
2. Apa ciri-ciri kalimat efektif ?
3. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif ?
4. Bagaimana struktur kalimat efektif ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penyusunan makalah
tentang kalimat efektif ini adalah:
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia sehingga
menjadi baik dan benar.
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam
berbahasa
3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia.
4. Penulis dapat lebih mengerti pembahasan mengenai konsep dasar
penggunaan kalimat efektif.

1.4 Manfaat
1. Penulis dapat mengetahui tentang gambaran umum kalimat efektif.
2. Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif.
3. Mengerti struktur kalimat efektif.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur atau penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar
atau pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat
yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan
berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat
adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam
situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut
beberapa ahli bahasa:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal
pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan
mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan
Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai
dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
(Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu
menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah
di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan dari definisi
kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi,
kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

5
2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif
1. Memiliki bentuk yang pararel.
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di
dalam kalimat. Dengan kata lain, jika bentuk kata pertama adalah nomina,
maka bentuk kedua, ketiga dan keempat, dan seterusnya juga
menggunakan nomina.
2. Memiliki struktur yang sepadan.
Kesepadanan dalam kalimat efektif bisa dilihat dari keseimbangan atau
kesamaan antar struktur bahasa yang digunakan dan gagasan yang ingin
disampaikan.
3. Kalimat efektif memiliki kehematan kata.
Yang dimaksud kehematan kata adalah kalimat efektif tidak menggunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
4. Kalimat efektif memiliki kecermatan penalaran.
Kecermatan penalaran pada kalimat efektif maksudnya adalah kalimat
tersebut tidak menimbulkan ambiguitas atau memiliki makna yang ganda.
Ambiguitas sendiri timbul akibat dari ketidaktepatan dalam hal pemilihan
kata, ketidakjelasan unsur kalimat, dan lain-lain.
5. Kalimat efektif memiliki gagasan yang padu.
Kalimat efektif ditandai dengan unsur-unsur kalimat yang tersusun dengan
baik sehingga memiliki gagasan yang padu. ketidakpaduan gagasan pada
kalimat sendiri terjadi akibat dari seringnya penggunaan unsur kalimat
berupa keterangan yang disisipkan antara subjek dan prediket.
6. Kalimat efektif memiliki bahasa yang logis.
Bahasa yang logis adalah bahasa yang dapat diterima secara akal sehat
oleh pendengar atau pembacanya.
7. Kalimat efektif memiliki ketepatan pemilihan kata.
Pemilihan kata yang salah dapat menyebabkan kalimat menjadi tidak
efektif. Biasanya kesalahan pemilikan kata terjadi pada kata-kata yang
bersinonim.

2.3 Syarat Kalimat Efektif


1. Koherensi
Koherensi yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-
unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa
memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan
tersebut.
Hal-hal yang merusak koherensi:
a. Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan
pola kalimat.
b. Kesalahan menggunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan
sebagainya.

6
c. Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya
tidak tumpang tidih, atau hakekatnya mengandung kontradiksi.
d. Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah, telah., akan, belum,
dan sebagainya) pada kata kerja tanggap.
2. Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya,
kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, atau bisa
ditambah dengan objek, keterangan, dan unsur-unsur subjek, predikat,
objek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang
merupakan cirri keutuhan kalimat.
Pada umumnya dalam sebuah kalimat terdapat satu ide yang
hendak disampaikan serta penjelasan mengenai ide tersebut. Hal ini perlu
ditata dalam kalimat secara cermat agar informasi dan maksud penulis
mencapai sasarannya. Untuk mencapai maksud ini, ada cirri kesepadanan
yang harus diperhatikan:
a. Subyek dan Predikat.
Subyek di dalam kalimat merupakan unsur inti atau pokok
pembicaraan. Subjek dapat berupa kata atau kelompok kata. Kadang-
kadang kata-kata yagn berfungsi sebagai kelompok kata ini didampingi
oleh kata-kata lain yang tugasnya memperjelas subjek.
Predikat adalah kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa,
atau bagaiman subyek itu. Sedangkan objek merupakan pelengkap
predikat. Objek hanya terdapat pada kalimat yang mempunyai predikat
kata kerja. Predikat (di, kepada, untuk, yang) yang ada sebelum subyek
atau predikat tidak dapat dikatakan kedudukannya sebagai subyek atau
predikat, karena fungsinya menjadi tidak jelas sehingga tak dapat
dikatakan sebagai kalimat yang padu.
Contoh:
1. Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.
2. Uang untuk memenuhi obat dipakai kakak.
b. Kata penghubung intra kalimat dan antar kalimat.
Konjungsi intra kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata
dengan kata dalam sebuah frase atau menghubungkan klausa dengan
klausa di dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1. Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang.
2. Jika semua anggota bekerja sesuai dengan petunjuk, proyek akan
berhasil dengan baik.

7
c. Gagasan Pokok
Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika
hendak menggabungkan dua kalimat, maka harus ditentukan mana
yang mengandung gagasan pokok yang menjadi induk kalimat.
Contoh :
1. Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
3. Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase
atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu
menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata
yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut unsur-unsur
penghematan yang harus diperhatikan:
a. Frase pada awal kalimat
Contoh : Sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa
sakit perut, menurut para ahli bedah.
b. Pengurangan subyek kalimat
4. Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan
yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verbal,
bentuk kedua juga menggunakan verbal. Jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus
menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
5. Penekanan
Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya
dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan
sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara
untuk memberikan penekanan yaitu :
a. Posisi dalam kalimat
Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan
menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian
kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah
bentuk kata dalam kalimat.
b. Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa.
Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya
tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara
kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting
atau dengan menggambarkan suatu proses.

8
6. Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan
variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau
keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a. Cara memulai
1. Subyek pada awal kalimat.
Contoh:
Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.
2. Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun
balik).
Contoh:
Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
b. Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau
efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak
menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang
seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan
menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk
setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah
dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang
utuh.
c. Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam
wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita
berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian,
semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat
berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi
informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan,
justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam
karangan.
d. Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan
setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan
menjadi bervariasi.
e. Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-
ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk
menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil
wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari
buku.

9
2.4 Struktur Kalimat Efektif
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki
kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya
kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk
dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau
kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu
pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.
Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata)
harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata
itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak
boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai
bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat Ayah. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Ayah menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Ayah.
3. Menuis saya surat buat Ayah.
4. Ayah saya buat menulis surat.
5. Saya Ayah buat menulis surat.
6. Buat Ayah surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur
kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain
tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa. Demikinlah biasanya yang terjadi akibat
penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada
umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak
terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hukum yang sudah
dibiasakan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai kalimat efektif diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
2. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
3. Kalimat efektif harus berdasarkan syarat : koherensi, kesatuan, kehematan,
keparalelan, penekanan, dan kevariasian.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan:
1. Kita harus belajar Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
2. Kita harus bisa menggunakan bahasa sesuai tempat dan dengan siapa kita
berbicara.

11

Anda mungkin juga menyukai