Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Budidaya Tanaman Cokelat.
Makalah ini dibuat atas referensi dari berbagai sumber dan bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Penulis
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia kaya akan kekayaan sumber daya alamnya. Indonesia memiliki
potensi berupa lahan potensial untuk menjadi produsen utama cokelat dunia
apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan cokelat dapat
diatasi dan agribisnis cokelat dikembangkan serta dikelola secara baik. Daerah
yang memiliki lahan potenisal untuk tanaman cokelat adalah Papua,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Sulawesi Tenggara.
Sektor agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input), proses produksi
primer (farm), pengolahan dan pemasaran. Salah satu komoditas sektor
agribisnis yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah cokelat. Cokelat
merupakan salah satu komoditas yang peranannya cukup penting bagi
perekonomian nasional dengan sebaran sentra penanaman yang cukup banyak
dan tumbuh dengan baik di Indonesia. Cokelat juga telah lama menjadi salah
satu komoditi ekspor unggulan Indonesia yang memiliki kontribusi yang
cukup besar dalam menghasilkan devisa negara. Di samping itu, kakao juga
berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan
agroindustri. Pembudidayaan cokelat dapat dilakukan dengan memerhatikan
setiap subsistemnya mulai dari hulu hingga hilir dan juga resiko yang dihadapi
dalam setiap proses budidaya berlangsung.
1.3.Tujuan
1. Menginformasikan pembaca mengenai proses berlangsungnya budidaya
cokelat pada setiap subsistem
2. Menginformasikan pembaca mengenai kendala dan resiko yang dialami
dalam proses budidaya cokelat
3. Menginformasikan pembaca mengenai olahan yang dapat dihasilkan dari
komoditas coklat
PEMBAHASAN
B. Pengadaan Bibit
Pekerjaan pembibitan harus dilakukan dengan baik dan benar karena kegiatan ini
merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan berusaha tani. Produksi
biji yang tinggi diawali dengan penggunaan bibit yang baik dari hasil seleksi yang
ketat dan pemeliharaan yang itensif. Pekerjaan di dalam pembibitan kakao secara
vegetative meliputi 3 hal, yaitu pembibitan batang bawah, pembibitan batang atas,
dan pembibitan dengan melakukan Okulasi
A. Penanaman
Dua minggu sebelum penanaman, lebih dahulu disiapkan lubang
tanam berukuran 40 cm x 40 cm 40 cm atau 60 cm x 60 cm, tergantung
pada ukuran polibag. Lubang kemudian ditaburi 1 kg pupuk Agrophos dan
ditutup lagi dengan serasah. Pemberian pupuk itu dimaksudkan untuk
menyediakan hara bagi bibit yang akan ditanam beberapa minggu
kemudian.
Bibit yang hendak ditanam sebaiknya tidak terlalu sering dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Untuk itu, diperlukan tempat
pengumpulan bibit. Polibag yang diangkat dengan cara memegang batang
bibit akan sangat merugikan bibit. Dengan menyangga polibag ke lubang
penanaman, mutu bibit akan jauh lebih terjamin.
Teknik penanamannya adalah adalah dengan terlebih dahulu
memasukkan polibag ke dalam lubang tanam. Setelah itu, dengan
menggunakan pisau tajam, polibag disayat dari bagian bawah ke arah atas.
Polibag yang terkoyak dapat dengan mudah ditarik dan lubang ditutup
kembali denga tanah galian. Pemadatannya dilaksanakan dengan bantuan
kaki, tetapi di sekitar batang di permukaan tanah haruslah lebih tinggi. Hal
itu dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air di sekitar batang yang
dapat menyebabkan pembusukkan.
B. Pemangkasan
Selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan
ditujukan kepada pembentukkan cabang yang seimbang dan pertumbuhan
vegetatif yang baik. Di samping itu, pemangkasan pohon pelindung tetap
juga dilaksanakan agar percabangan dan dedaunannya tumbuh tinggi dan
baik. Pohon pelindung sementara dipangkas sampai akhirnya dimusnahkan
sejalan dengan perumbuhan cokelat. Pohon pelindung sementara yang
dibiarkan akan membatasi pertumbuhan cokelat karena menghalangi sinar
matahari serta menimbulkan persaingan dengan tanaman utama dalam
mendapatkan air dan hara.
1. Pemangkasan pohon pelindung sementara
Pohon pelindung sementara perlu dipangkas agar tidak menutupi
tanaman cokelat. Caranya adalah merumpisnya dengan menggunakan
pisau babat tajam. Pohon pelindung sementara harus tidak lebih tinggi dari
1,5 m agar tanaman cokelat mendapatkan sinar matahari yang sesuai untuk
pertumbuhannya. Sisa pemangkasan diletakkan di pinggir tanaman cokelat
agar dapat menekan pertumbuhan gulma dan menjadi suber hara.Sesuai
dengan umur cokelat, pohon pelindung sementara dipangkas semakin
rendah.
2. Pemangkasan pohon pelindung tetap
Pohon pelindung tetap dipangkas agar dapat berfungsi untuk jangka
waktu yang lama dan dilaksanakan pada cabang-cabang yang tumbuh
rendah dan lemah. Dengan pemangkasan diharapkan paling tidak cabang
terendah pohon pelindung akan berjarak lebih dari 1 m dari tajuk tanaman
cokelat. Cabang yang dipangkas dapat digunakan sebagai bibit setek
batang untuk areal tertentu yang pohon pelindungnya telah mati.
10 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t
C. Pemupukan
Cokelat dipupuk setelah berumur dua bulan di lapangan. Pada TBM,
pemupukkan diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan
mempertahankan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Pemupukan pada TBM dilaksanakan dengan cara menabur pupuk
secara merata dengan jarak 15-50 cm (untuk umur 2-10 bulan) dan 50-75
cm (untuk umur 14-20 bulan) dari batang utama. Untuk TM penaburan
pupuk dilakukan pada jarak 50-75 cm dari batang utama.
11 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t
D. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dalam areal pertanaman cokelat biasanya
dilaksanakan pada masa TBM. Saat itu tajuk belum saling bertemu
sehingga masih ada jalur terbuka baik antar barisan maupun di dalam
barisan itu sendiri.
Paspalum sp., Axonopus compressus, Eleusine indica, dan Digitaria
sp. merupakan gulma golongan rumput-rumputan yang umum didapati
pada areal cokelat. Selain itu, Ageratum conyzoides dan Mikania sp. Juga
merupakan gulma berdaun lebar. Pengendalian gulma dapat dilakukan
secara manual dan kimiawi di pembibitan, pada saat tanaman masih muda,
maupun pada areal TM yang ditumbuhi gulma yang tahan terhadap
ketersediaan cahaya minimum.
Di bedeng pembibitan, pengendalian gulm secara kimiawi umumnya
dilakukan penyemprotan dengan herbisida pratumbuh. Penyemprotan
herbisida pratumbuh di areal pertanaman muda dapat menghambat
pertumbuhan Paspalum conjugatum dan Ageratum conyzoides selama 5-6
bulan. Bila pengendalian gulma itu dilaksanakan dengan cara manual,
diperlukan 10-15 HK per ha. Pengendalian gulma pada areal cokelat muda
terutama ditujukan untuk membersihkan piringan tanaman dengan
diameter 0,5 m. Di samping itu, pendongkelan anak kayu, anakan cokelat
yang tumbuh liar, atau pemberantasan ilalang juga harus dilaksanakan
dengan selang waktu tertentu secara teratur.
2.1.3 Subsistem Pengolahan Agribisnis Komoditas Coklat
Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang melepas
dari kulit buah dan biji yang melepas dari kulit bagian dalam. Bila buah
diguncang, biji biasanya berbunyi. Buah yang telah dipanen kemudian dipecah.
Pengolahan biji cokelat meliputi pembuangan pulp, pematian biji, pembentukan
aroma, pengeringan, dan kesesuaian kandungan biji serta berat keringnya
sehingga siap digunakan untuk berbagai kebutuhan.
12 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t
A. Panen
Ada tiga perubahan warna kulit buah pada cokelat yang telah mengalami
kematangan. Ketiga perubahan warna kulit itu juga menjadi criteria kelas
kematangan buah di kebun – kebun yang mengusahakan cokelat.
1) Tehnik memetik buah
Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila buah tinggi,
pisau disambungkan dengan bambu. Pemanenan buah cokelat
hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat
di batang / cabang yang ditumbuhi buah. Dengan demikian,
tangkai buah pun tidak tersisadi batang / cabang sehingga tidak
mengahalangi pembuangan pada periode berikutnya.
2) Organisasi pemanenan
Pada eral yang cukup luas biasanya disiapkan suatu organisasi
pemanenan dengan melibatkan tenaga kerja khusus. Dibawah
pimpinan seorang mandor, panen dilaksanakan pada areal yang
kepadatan buahnya sudah ideal untuk di panen.
3) Pemecahan Buah
Buah yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat
tertentu. Buah dikelompokkan menurut kelas kematangannya
sehingga akan memudahkan pengolahannya. Buah dipetik hingga
pukul 12.00 untuk kemudian dipecah hingga pukul 12.00
Pemecahan kulit dilaksanakan dengan menggunakan kayu bulat
yang keras. Buah yang dipecah dipegang menggunakan tangan kiri
dengan bagian pangkal menghadap ke dalam. Buah kemudian
dipukul kea rah punggung buah dengan arah miring.
Bila kulit telah terbagi dua, kulit bagian ujung dibuang dan tangan
kanan menarik biji dari plasenta. Biji kemudian ditempatkan di atas
lembaran plastic yang telah disiapkan atau di dalam keranjang
bamboo yang diberi alas lalu dibenamkan dalam areal pertanaman.
13 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t
B. Pengolahan
Biji yang diperoleh dari lapangan sudah dapat diolah. Pengolahan biji
cokelat biasanya mengikuti tahapan fermentasi (pencucian), pengeringan,
sortasi, dan penyimpanan.
1. Fermentasi
Tujuan ini untuk mematikan biji sehingga perubahan – perubahan di
dalam biji akan mudah terjadi, seperti warna keeping biji, peningkatan
aroma dan rasa, serta perbaikan konsistensi keeping biji. Tujuan
lainnya adalah untuk melepaskan pulp. Proses fermentasi biasanya
berlangsung 4 – 6 hari.
2. Pengeringan
Pengeringan biji, baik yang melalui proses pencucian maupun tanpa
pencucian, dapat dilaksanakan dengan sinar matahari atau
pengeringan buatan.
3. Sortasi dan penyimpanan
Sortasi biji yang telah dikeringkan dilaksanakan atas dasar berat biji,
kemurnian, warna, dan bahan ikutan, serta jamur. Dalam menetapkan
kualitas biji, factor – factor seperti kulit ari, kadar lemak, dan kadar air
turut diperhatikan. Sortasi biji dilakukan secara visual, dengan
membuang biji – biji yang jelek dan rendah mutunya, Untuk gudang
penyimpanan sebaiknya bersih dan memiliki lubang pergantian udara.
14 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t
produksi. KPB selanjutnya akan melakukan transaksi bersama dengan
pihak eksportir dan pabrik pengolahan biji cokelat dalam negeri.
Sedangkan produksi cokelat yang berasal dari perkebunan rakyat,
jalur tata niaganya berbeda. Hal ini disebabkan oleh volume cokelat yang
dihasilkan oleh petani masih dalam jumlah kecil dan kualitasnya belum
mencapai standar.
Pelaku tata niaga adalah pedagang pengumpul di desa, pedagang
perantara / pengumpul di kecamatan, pedagang interinsuler / eksportir di
kabupaten, dan eksportir di tingkat provinsi.
Pedagang Pengumpul
( Desa )
Keterangan :
: selalu menjual
b. Ekspor
Ekspor biji cokelat Indonesia menunjukkan kecenderungan
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini karena cokelat yang diekspor oleh
Indonesia dikategorikan Fine / Flavour Cocoa. Cokelat jenis ini biasanya
digunakan sebagai pencampur (blending) oleh negara – negara produsen
cokelat olahan. Sebagian besar cokelat Indonesia diekspor ke negara –
negara Eropa Barat, Amerika Serikat, dan juga beberapa negara di Asia.
15 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t
c. Impor
Dalam rangka pemenuhan konsumsi dan perusahaan cokelat di
dalam negeri, Indonesia masih mendatangkan biji cokelat kering dari luar
negeri. Adanya impor cokelat dari luar negeri ini, lebih banyak disebabkan
oleh harga cokelat impor lebih murah dibanding harga cokelat di dalam
negeri. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kualitas, karena biji
cokelat Indonesia kualitasnya lebih baik.
A. Hama
Terdapat ada 15 hama penggerek batang dan cabang, 11 hama penggerek
daun, 8 hama pengisap daun, dan satu hama pada buah sebagai hama
penting pada tanaman cokelat di Indonesia.
1. Helopeltis sp. (Hemiptera, Miridae)
Hama ini dapat ditemui di Sumatera Utara dan hama yang utama
menyerang tanaman coklat.Faktor yang membuat hama ini menyerang
tanaman coklat yaitu cahaya matahari, kelembapan, dan arus angin di
bawah tajuk. Hama ini senang dengan lingkungan lembap, tetap tidak
tahan angin yang kuat. Serangan Helopeltis sp. Bersifat menusuk dan
mengisap, terutama pa buah pentil (cherelle) dan pucuk – pucuk
muda. Pada pucuk muda serangannya mengakibatkan daun – daun
muda melengkung, tumbuh kecil, dan berwarna kehitaman. Pada buah
cherelle akan mati dan gugur. Sedangkan pada buah dewasa
serangannya tidak menimbulkan kerugian berarti. Pengendalian
secara kimiawi dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida. Lalu
dapat dilakukan pula pengendalian secara biologis berupa
pemanfaatan Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) sebagai hewan
yang dapat mengendalikan perkembangbiakan Helopeltis sp.
16 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t
2. Conopomorpha cramerella (Lepidoptera, Gracillariidae)
Hama ini dikenal dengan nama penggerek buah coklat (PBC), cacao
mot, atau pod borer. Serangan hama ini dapat menyebabkan coklat
mengalami perubahan warna sebelum matang dan mengakibatkan
persentase biji cacat. Pada bagian kulit buah coklat merupakan objek
yang mudah diserang oleh hama ini. Pengendalian hama ini dapat
dikendalikan dengan cara merumpis., yaitu dengan memetik seluruh
bagian yang terserang dan membenamkannya ke dalam tanah. Usaha
lain dapat dilakukan dengan membungkus buah dengan tujuan
menurunkan tingkat penyerangan hama terhadap buah cokelat.
3. Darna trima (Lepidoptera, Limacodidae)
Hama ini dikenal dengan nama ulat api. Hama ini diketahui tersebar
luas di Asia Tenggara. Serangannya mengakibatkan rontoknya daun
cokelat. Serangan hama dapat diatasi dengan pemberian insektisida
untuk meningkatkan sanitasi di bawah pohon cokelat.
B. Penyakit
Tanaman cokelat yang terserang penyakit dapat diketahui secara visual
dari penampakan daun dan buah cokelat.
1. Vascular Streak Dieback (VSD)
Di Indonesia, gejala serangan penyakit ini pernah dijumpai di Pulau
Sebatik, Kalimantan Timur, pada tahun 1983. Serangan berikutnya
terdapat di Halmahera (1984) dan Jawa Barat (1984). Penyakit ini
dapat ditandai dengan munculnya klorosis pada daun kedua dan
ketiga di bawah flush, lalu daun berwarna kunik dengan bercak
hijau, rontok dan kulit cabang disekitar bekas kedudukan daun
membengkak dan kasar. Pengendalian efektif yang dapat dilakukan
dengan cara manual, yaitu dengan memotong cabang yang
menunjukkan gejala mati pucuk dan klororsis pada daun keduan
dan ketiga di bawah flush dan menggunakan fungisida.
17 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t
2. Phytopthora sp.
Penyakit ini menyebabkan kerugian yang cukup besar pada daerah
– daerah beriklim rendah bercurah hujan tinggi. Infeksi Phytophora
sp. dapat langsung terjadi antar buah melalui percikan air hujan
dari permukaan tanah, serangga, atau vertebrata. Usaha
pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida dan
pengendalian secara biologis dalam skala laboratorium dengan
Aspergillus tamari.
3. Cocoa Swolen Shoot Virus (CSSV)
Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan panen pada tahun
pertama serangan mencapai 50% dan pada tahun kedua akan
menyebabkan kematian pohon. Gejala penyakit ini dapat dilihat
pada batang, daun, akar, dan buah. Infeksi CSSV dapat disebabkan
oleh tanah yang kurang subur dan naunnaungan yang kurang.
Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong atau
memusnahkan tanaman yang terinfeksi.
18 | B u d i d a y a T a n a m a n C o k e l a t