PENDAHULUAN
2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi Pada Kurun Waktu 1950 – 1965
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan
dan diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan disatukannya
kembali Negara-negara bagian ke dalam wadah kesatuan RI, jawatan-jawatan koperasi di
Negara-negara bagian tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya digabungkan dalam satu
bentuk organisasi jawatan koperasi yang bernaung dalam Negara RI, segala sesuatunya
diseragamkan dan disesuaikan dengan semangat dan nilai-nilai perjuangan 1945, semangat
Pancasila dan semangat UUD 1945.
Pada kurun waktu tesebut, sementara koperasi tengah mengadakan penyempurnaan di
dalam, situasi dalam negeri berubah di mana persatuan dan kekeluargaan antara sesama
rakyat Indonesia secara lambat tengah dibawa kearah keretakan yang dikarenakan sistem
liberalisme. Sistem ini sangat mengabaikan cara-cara musyawarah dan mufakat, merusak
terjalinnya persatuan antara sesama warga Negara, liberalisme menimbulkan pengkotak-
kotakan dalam masyarakat yang masing-masing menggunakan cara mutlak-mutlakan dalam
mewujudkan segala sesuatu yang menjadi cita-citanya. Jadi liberalisme sangat bertentangan
dengan gotong royong dan kekeluargaan yang menjadi kepribadian bangsa kita.
2.5 Perkembangan Koperasi Pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi
Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan Soekarno
yang telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan Pancasila, maka
terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Soeharto yang melakukan
pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan dan badan-badan kemasyarakatan.
Tampilnya Orde Baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru
bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan perkoperasian nasional.
Pada masa orde baru terdapat Undang-Undang Koperasi yang baru yaitu Undang-
undang nomor 12 tahun 1967 (tentang pokok-pokok perkoperasian) telah disahkan oleh
Presiden pada tanggal 18 Desember 1967 dan berlaku sampai sekarang. Dengan adanya UU
koperasi yang baru ini maka terpenuhilah keinginan masyarakat khususnya para pecinta
koperasi untuk memiliki landasan pokok untuk mengatur perkoperasian yang sesuai dengan
jiwa dan semangat orde baru, berdasarkan Pancasila serta undang-undang Dasar 1945,
terutama pasal 33 ayat 1.
Sejak saat Jenderal Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan pemerintahan
sesuai dengan SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret 1966), perbaikan demi perbaikan
mulai dilakukan. Tanpa terkecuali bidang perkoperasian untuk dikembalikan sesuai denga
fungsinya yang sesungguhnya. Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang
perkoperasian nasional, dimana urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada
Kementerian Perdagangan melalui Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan
kekeliruan yang terjadi di zaman Orde Lama, yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Timbulnya cita-cita ke arah pembentukan koperasi berawal dari E. Sieburgh (pejabat
tertinggi/kepala daerah di Purwokerto) dan De Wolf van Westerrede (pengganti Sieburgh)
merupakan orang Belanda yang banyak kaitannya dengan perintisan koperasi yang pertama-
tama di tanah air kita, yaitu di Purwokerto. Masalahnya di dahului oleh Raden Aria
Wirjaatmadja (patih purwokerto) sebagai seorang yang rasa sosialnya tebal. Dengan
mendapat bantuan moril atau dorongan-dorongan dari E. Sieburgh pada tahun 1891 didirikan
Bank penolong dan Penyimpanan di Purwokerto, yang maksud utamanya membebaskan para
pegawai dari segala tekanan utang. Pada tahun 1898 E. Sieburgh digantikan oleh De Wolf
van Westerrede yang mengharapkan terbentuknya koperasi simpan pinjam untuk para petani.
Realisasi pembentukan koperasi di tanah air kita dipelopori oleh Budi Utomo (sebuah
pergerakan kebangsaan yang lahir tahun 1908 di bawah pimpinan Sutomo dan Gunawan
Mangunkusumo), inilah yang menjadi pelopor dalam pembentukan koperasi industri kecil
dan kerajinan. Dalam kongres Budi Utomo di Yogyakarta telah diputuskan, bahwa Budi
Utomo akan berdaya upaya untuk:
a. Memperbaiki dan meningkatkan kecerdasan rakyat melalui bidang pendidikan;
b. Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui koperasi-koperasi
yang segera dibentuk.
Akhir tahun 1946 jumlah koperasi yang didirikan melonjak cepat. Di Pulau Jawa saja
tercatat ada 2500 perkumpulan koperasi yang diawasi pemerintah. Menjamurnya koperasi
ketika itu memancing kaum partai untuk memanfaatkan keberadaan mereka demi tujuan
partai. Dan banyak koperasi yang kemudiaan diperalat oleh para pimpinan partai itu. Ini
berarti secara sadar telah melanggar prinsip-prinsip berkoperasi. Berbagai upaya dilakukan
oleh para pemimpin gerakan koperasi untuk meluruskan keadaan yang menyesatkan itu. Pada
akhir tahun 1946 itu gerakan koperasi Jawa Barat sepakat mengadakan konferensi.
Pelaksanaan konferensi yang berlangsung di Ciparay itu berhasil membentuk ”Pusat Koperasi
Primer”.
Akibat liberalisme yang akarnya makin hari makin kuat, sehingga Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit (5 Juli 1959) untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Ini
mendapatkan sambutan yang hangat dari rakyat Indonesia karena sejalan dengan kepribadian