Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang


progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal
kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan
dan memerlukan pengobatan berupa, transplantasi ginjal, dialisis peritoneal,
hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black &
Hawks, 2014).
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik
merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada
masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi pasien dan
keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara
berkembang (Syamsiah, 2011).
Menurut hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 2010,
Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di
dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Di
Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 499.800 penduduk Indonesia menderita
penyakit gagal ginjal dan sebanyak 1.499.400 penduduk menderita Batu
Ginjal (Rikesda, 2013).
Perhimpunan Nefrologi Indonesia, dikatakan bahwa terjadi
peningkatan klien Hemodialisa sebesar 5,2 %, dari 2148 orang pada
tahun 2007 menjadi 2260 orang pada tahun 2008 ( Soelaiman, 2009).
Berdasarkan data Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) wilayah
koordinator Sumsel tahun 2011, peningkatannya terbilang memprihatinkan
yaitu 10-20% per tahun. Ketua Koordinator Pernefri Sumsel, dr Ian Effendi
N, SpPD KGH menuturkan, peningkatan pasien cuci darah terus meningkat
jumlah pasien cuci tahun 2009 tercatat sebanyak 398 orang.
Di Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang terjadi peningkatan
persentase penderita gagal ginjal kronik di instalasi hemodialisa mengalami
peningkatan 10 % yaitu pada tahun 2013 penderita gagal ginjal 1.262
penderita dengan tindakan hemodialisa 10,387. Tahun 2014 1.331 penderita
dengan 10.392 tindakan hemodialisa 10.387. Tahun 2015 1.381 dengan
tindakan hemodialisa 10.868. Tahun 2016 penderita gagal ginjal 1.430
dengan tindakan hemodialisa 10.963.
Menurut (Utami, 2011) gagal ginjal kronik membutuhkan terapi
pengganti ginjal permanen berupa dialisis (Hemodialisa dan Peritoneal
Dialisis) atau transplanstasi ginjal). Salah satu terapi pengganti gagal
ginjal kronik adalah Hemodialisis (HD) yang bertujuan menggantikan
fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan
memperbaiki kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik.Tindakan ini
dapat membantu atau mengambil alih fungsi normal ginjal. Kesuksesan
hemodialisa tergantung pada kepatuhan pasien. Berbagai riset mengenai
kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang mendapat terapi hemodialisis
didapatkan hasil yang sangat bervariasi. Secara umum ketidakpatuhan
pasien dialisi meliputi 4 (empat) aspek yaitu ketidakpatuhan mengikuti
program hemodialisis (0% - 32,3%), ketidakpatuhan dalam program
pengobatan (1,2% - 81%), ketidakpatuhan terhadap restriksi cairan (3,4% -
74%) dan ketidakpatuhan mengikuti program diet (1,2% – 82,4%).
Pembatasan cairan seringkali sulit dilakukan oleh pasien, terutama
jika mereka mengkonsumsi obat-obatan yang membuat membran mukosa
kering seperti diuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan pasien
berusaha untuk minum. Hal ini karena dalam kondisi normal manusia
tidak dapat bertahan lebih lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan
makanan (Potter & Perry, 2008 dalam Kartika, 2009).
Menurut (YGDI, 2008) Pada pasien gagal ginjal kronik apabila
tidak melakukan pembatasan asupan cairan maka cairan akan menumpuk
di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh seperti
tangan, kaki dan muka. Penumpukan cairan dapat terjadi di rongga perut
disebut ascites. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan
memperberat kerja jantung. Selain itu, penumpukan cairan juga akan
masuk ke paru – paru sehingga membuat pasien mengalami sesak nafas.
Secara tidak langsung berat badan pasien juga akan mengalami
peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat
badan normal (0,5 kg /24 jam) yang dianjurkan bagi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Oleh karena itulah pasien gagal
ginjal kronik harus mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang
masuk dalam tubuh.
Perawat hemodialisis mempunyai peran penting sebagai pemberi
pendidikan kesehatan untuk membantu pasien penyakit ginjal kronis agar
patuh pada intake cairan. Peningkatan pengetahuan dan pendidikan adalah
pengalaman belajar yang dirancang untuk membantu individu dan
masyarakat dalam meningkatkan kesehatan mereka dengan meningkatkan
pendidikan dan mempengaruhi sikap mereka (WHO 2011). Selain itu konsep
pendidikan kesehatan juga proses belajar pada individu, kelompok, atau
masyarakat dari tidak mau menjadi mau, dari tidak mampu mengatasi
masalah kesehatan menjadi mampu (Notoatmodjo, 2007).
Dari hasil penelitian oleh Rifka Hanum (2015) menyatakan ada
pengaruh pendidikan kesehatan secara individual terhadap pengetahuan
tentang pembatasan cairan dan idwg (interdialytic weight gain) pada pasien
hemodialisis, serta pada penelitian lain menyatakan ada pengaruh pendidikan
kesehatan menggunakan media audiovisual terhadap kepatuhan pembatasan cairan
pada pasien hemodialisa pada kelompok eksperimen (Sri Hartati, 2016)
Pendidikan kesehatan dapat menggunakan berbagai media, salah
satunya adalah menggunakan booklet. Berdasarkan hasil penelitian oleh
Febrawati (2017), menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan adanya
pengaruh pada kelompok eksperimen baik pada pengetahuan dan tindakan
setelah diberikan penyuluhan menggunakan booklet. Beberapa penelitian lain
penyuluhan dengan menggunakan booklet mampu meningkatkan
pengetahuan dan memperbaiki tindakan responden (Mintarsih, 2007);
(Farudin 2011); (Yulianti 2013); dan (Srimiyati 2014)
Menurut Kemm dan Close dalam Aini (2010) booklet memiliki
beberapa kelebihan yaitu dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk
buku dan memuat informasi relatif lebih banyak. Keunggulan lainnya
pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagi
dengan keluarga dan teman, serta mempermudah penyampaian bahasa
pendidikan, sehingga pendidikan kesehatan dengan media booklet ini lebih
efektif.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap berat badan
interdialisis pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Siti Khodijah
Palembang tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap berat badan


interdialisis pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Siti Khodijah
Palembang Tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Berat Badan


Interdialisis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Siti
Khodijah Palembang Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden yang meliputi: usia, jenis


kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama homodialisis, dan status
pernikahan.
b. Mengetahui rata-rata penambahan berat badan diantara dua waktu
dialisis sebelum pendidikan kesehatan pada pasien hemodialisis di
Rumah Sakit Siti Khodijah Palembang.
c. Mengetahui rata-rata penambahan berat badan diantara dua waktu
dialisis sesudah pendidikan kesehatan pada pasien hemodialisis di
Rumah Sakit Siti Khodijah Palembang

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dalam bidang keperawatan medikal bedah. Dimana
penelitian ini membahas tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
berat badan interdialisis pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit
Siti Khodijah. Yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah pasien yang
menderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit
Siti Khodijah pada bulan april tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian
quassy eksperimental dengan one group pretest posttest design, dimana
penelitian ini tidak menggunakan kelompok pembanding.
E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menambah pemberdayaan ilmu pengetahuan dan


wawasan dalam bidang keperawatan terutama dalam upaya
menurunkan tekanan darah yang dilakukan dengan latihan relaksasi otot
progresif serta memberi masukan dan bahan referensi untuk penelitian
yang akan datang.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan pasien gagal ginjal kronik dengan
hemodialisa dalam pembatasan asupan cairan.
b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi D.IV
Keperawatan
Sumbang saran dari penilitian dan karya mahasiswa untuk
pengembangan keilmuan di bidang keperawatan medikal bedah.
c. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan media pembelajaran dalam menerapkan ilmu dan
pengetahuan yang didapatkan selama menempuh perkuliahan
akademik pada suatu tatanan praktek pelayanan keperawatan yang
nyata di rumah sakit dan merupakan pengalaman berharga dalam
melakukan penelitian.
F. Keaslian Skripsi
Penelitian ini melihat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
berat badan interdialisi pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Siti
Khodijah. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Rifka Hanum (2015) dan Sri Hartati (2016)
menggunakan desain penelitian quassy experimental dengan rancangan
non-equivalent control group design sedangkan peneliti menggunakan
pre-experimental dengan rancangan one group pretest posttest degin.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rifka Hanum (2015)
pendidikan kesehatan secara individual, dengan variabel dependennya
adalah pengetahuan tentang pembatasan cairan dan idwg (interdialytic
weight gain) dan penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartati (2016)
pendidikan kesehatan dengan media audiovisual, dengan variabel
dependennya adalah kepatuhan pembatasan cairan sedangkan peneliti
menggunakan metode pendidikan kesehatan dengan media booklet dengan
variabel dependennya adalah berat badan interdialisis.

Anda mungkin juga menyukai