Anda di halaman 1dari 7

RAKERNAS AIPKEMA 2016

“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN DAN MOBILISASI DINI TERHADAP


PENGELUARAN KOLOSTRUM IBU POST SECTIO CAESAREA

Siti Rofi’ah1, Sri Widatiningsih2, Chrina Rahayuni3


1
Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi D III Kebidanan Magelang
email: nandasheeta@yahoo.com
2
Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi D III Kebidanan Magelang
email: s.widatiningsih@gmail.com
3
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
email: chrina_rahayuni@gmail.com

Abstrak
Kolostrum merupakan cairan emas yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein tinggi. Pengeluaran
kolostrum dipengaruhi dua hormon yaitu prolaktin dan oksitosin. Hormon oksitosin dapat dirangsang
melalui pijatan pada tulang belakang ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat
oksitosin dan mobilisasi dini terhadap pengeleluaran kolostrum pada ibu post SC di RSJ Prof Dr.
Soerojo Magelang tahun 2016. Jenis penelitian ini Pre Experimental dengan rancangan post test only
with control design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post SC pada bulan Maret-April
2016 sejumlah 42 responden. Sampel diambil berdasarkan tehnik purposive sampling sehingga
diperoleh 36 responden. Hasil Penelitian menyebutkan bahwa rata-rata waktu pengeluaran kolostrum
pada kelompok pijat oksitosin adalah 8,39 jam dengan rentang waktu 4-13 jam. Sedangkan rata-rata
waktu pengeluaran kolostrum pada kelompok mobilisasi dini adalah 24,72 jam dengan rentang waktu 15
- 30 jam Pijat oksitosin memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pengeluaran kolostrum pada
ibu post SC (p value : 0,0001). Disarankan pada Direktur RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang agar
mengesahkan prosedur tetap intervensi pijat oksitosin untuk mendampingi prosedur tetap mobilisasi dini
bagi ibu post SC sehingga bidan atu pemberi pelayanan di ruang nifas memberikan intervensi pijat
oksitosin pada ibu nifas post SC. Bagi ibu post SC agar bersedia menerima asuhan pijat oksitosin untuk
memperlancar pengeluaran kolostrrum.

Kata kunci : pijat oksitosin; mobilisasi dini; kolostrum

Abstract
Colostrum is golden liquid that rich of anti-infection agents and high protein. Releasing colostrum is
influenced by two hormones, prolactin and oxytocin. The oxytocin hormone can be stimulated through
massage of the mother's spine. This research is to know the influence of oxytocin massage and early
mobilization toward colostrum releasing on post SC mother at RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang 2016. The
type of that research is pre Experimental with post test only with control design. The population in this
study were all post SC mothers in March-April 2016 a number of 42 respondences. The sample has been
taken by purposive sampling technique in order to obtain 36 respondences. The result showed that the
average time releasing of colostrum in the massage group oxytocin is 8.39 hours with a span of 4-13
hours. While the average time releasing of colostrum in the early mobilization group was 24.72 hours
with a span of 15-30 hours. Oxytocin massage has a more significant influence to releasing colostrum on
post SC mother (p value: 0.0001). Suggested to Director of RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang in order to
ratify the fixed intervention procedur of oxytocin massage to assist the permanent procedure of earlier
mobilization for post SC mothers so the midwife or the service provider at postpartum room give
interventions oxytocin massage for post SC mothers. For post SC mothers in order to accept care
oxytocin massage for smoothing the colostrum releasing.

Keywords: oxytocin massage; early mobilization; colostrum

PENDAHULUAN memiliki komposisi gizi yang paling


Air Susu Ibu (ASI) merupakan lengkap untuk pertumbuhan dan
makanan terbaik bagi bayi, karena perkembangan bayi. Pemberian ASI

330
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

sangat penting bagi tumbuh kembang produksi ASI ketika ibu dan bayi
yang optimal baik fisik maupun sakit.
mental dan kecerdasan bayi. Faktor Pijatan atau rangsangan pada
keberhasilan dalam pemberian ASI tulang belakang akan merangsang
adalah komitmen ibu untuk hipofise posterior mengeluarkan
memberikan ASI, dilaksanakan secara hormon oksitosin, selanjutnya akan
dini (early initiation), posisi menyusui merangsang kontraksi sel mioepitel di
yang benar, menyusukan atas payudara untuk mengeluarkan air
permintaan bayi (on demand), dan susu. Pijatan ini juga akan
diberikan secara eksklusif. memberikan efek relaksasi,
Pemberian ASI segera setelah menghilangkan ketegangan dan stress
lahir merupakan suatu upaya untuk sehingga hormon oksitosin keluar dan
merangsang pengeluaran ASI. ASI akan membantu pengeluaran ASI2.
yang keluar pada hari-hari pertama Kegagalan dalam pengeluaran ASI
post partum disebut kolostrum. seringkali terjadi akibat ketegangan
Kolostrum merupakan cairan emas dan stress karena nyeri saat persalinan
yang encer dan seringkali berwarna dan setelahnya.
kuning atau dapat pula jernih lebih Persalinan merupakan suatu
menyerupai darah daripada susu, proses yang sangat dinantikan oleh
sebab mengandung sel hidup yang setiap calon ibu dengan penuh rasa
menyerupai “sel darah putih” yang harap dan kebahagiaan. Namun,
dapat membunuh kuman penyakit. beberapa persalinan tidak dapat
Keberhasilan dalam pemberian berlangsung secara spontan dan harus
ASI merupakan suatu reaksi kompleks dilakukan dengan tindakan Sectio
antara rangsangan mekanik, saraf serta Caesarea (SC). Sectio Caesarea (SC)
rangsangan hormonal yaitu hormon adalah suatu tindakan untuk
prolaktin dan oksitosin. Hormon melahirkan bayi dengan berat diatas
prolaktin berpengaruh terhadap 500 gram, melalui sayatan pada
produksi ASI, sedangkan oksitosin dinding uterus yang masih utuh. Rasa
berpengaruh terhadap pengeluaran nyeri pada luka bekas sayatan dapat
ASI. Hisapan bayi pada puting susu mengganggu kenyamanan ibu
ibu akan merangsang pengeluaran sehingga merasa belum mampu untuk
hormon oksitosin, selain itu menyusui bayinya. Menyusui adalah
pengeluaran hormon ini dipengaruhi suatu hal yang mudah dapat terlaksana
oleh reseptor yang terletak pada sistem dengan baik apabila ibu sudah siap
duktus. Apabila duktus melebar atau baik secara fisik maupun mentalnya.
menjadi lunak maka secara reflektoris Namun, pada ibu nifas post SC ada
dikeluarkan oksitosin oleh hipofise kecenderungan untuk takut bergerak
posterior yang berperan untuk dan melakukan mobilisasi. Mobilisasi
memeras air susu dari alveoli. Selain dini adalah suatu upaya untuk
itu, hormon oksitosin dapat dirangsang mempertahankan kemandirian sedini
melalui pijatan pada tulang belakang mungkin dengan cara membimbing
ibu bayi. Pijat pada tulang belakang penderita untuk mempertahankan
akan memberikan kenyamanan pada fungsi fisiologis. Mobilisasi dini pada
ibu, mengurangi bengkak ibu post partum bertujuan untuk
(engorgement), mengurangi sumbatan membantu memperlancar pengeluaran
ASI, merangsang pelepasan hormon lokia, mengurangi infeksi puerperium,
oksitosin, serta mempertahankan mempercepat involusi alat kandungan,
331
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

melancarkan fungsi alat status gizi baik (kadar Hb > 11 gr%).


gastrointestinal dan alat perkemihan, Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh
melancarkan peredaran darah sehingga sampel sejumlah 36 orang. Penelitian
mempercepat fungsi ASI dan ini menggunakan instrumen lembar
pengeluaran sisa metabolisme. observasi intervensi dan catatan waktu
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr. pengeluaran kolostrum.
Soerojo Magelang merupakan salah Penelitian diawali dengan
satu rumah sakit rujukan di wilayah pengajuan permohonan ijin ke pihak
Magelang yang memberikan RSJ Prof dr. Soedjono Magelang
pelayanan kesehatan kepada dilanjutkan melakukan identifikasi ibu
masyarakat Magelang dan sekitarnya. nifas post SC dan permohonan
Berdasarkan data tahun 2015, dari 459 informed consent. Peneliti dibantu
persalinan terdapat 49,9 % persalinan enumerator (bidan jaga) menetapkan
dengan SC, 46,5 % persalinan normal responden sebagai kelompok
serta 3,6 % persalinan dengan vacuum intervensi dan kelompok kontrol. Bagi
extractie7. Prosedur Tetap RSJ Prof. kelompok intervensi, responden
Dr. Soerojo Magelang bagi ibu nifas diberikan perlakuan pijat oksitosin
post SC adalah melakukan mobilisasi sebanyak 3 kali pada 6 jam pertama,
dini pada 6 jam, 6-10 jam dan 10-24 10 jam dan 24 jam post SC dan tetap
jam. melakukan mobilisasi pada jam
Berdasarkan latar belakang tersebut sesuai prosedur tetap RSJ
tersebut penulis tertarik untuk Prof. dr. Soeroyo Magelang. Pada
melakukan penelitian tentang kelompok kontrol, responden
pengaruh pijat oksitoksin dan diberikan perlakuan mobilisasi dini
mobilisasi dini terhadap pengeluaran sebanyak 3 kali pada 6 jam pertama, 6
kolostrum pada ibu nifas post SC di - 10 jam dan 24 jam post SC.
RSJ Prof dr Soerojo Magelang. Selanjutnya dilakukan pengeluaran
kolostrum setiap jam dengan cara
METODE PENELITIAN memencet areola mammae dan
Jenis penelitian ini Pre mencatat waktu saat pengeluaran
Experimental dengan rancangan post kolostrum pertama kali. Data waktu
test only with control design. Populasi pengeluaran kolostrum pada penelitian
pada penelitian ini adalah semua ibu ini berskala rasio dengan distribusi
nifas post SC pada bulan Maret-April data tidak normal sehingga analisis
2016 di RSJ Prof dr. Soerojo univariat menggunakan mean, median
Magelang sejumlah 42 orang. Teknik dan standar deviasi sedangkan analisa
pengambilan sampel pada penelitian bivariat menggunakan uji Mann
ini menggunakan purposive sampling Whitney.
dengan kriteria inklusi yaitu ibu sehat
jasmani dan rohani serta memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Pengaruh Pijat Oksitosin dan Mobilisasi Dini terhadap Pengeluaran Kolostrum pada
Ibu Nifas Post SC di RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang Tahun 2016
Mean
n Mean Median SD Min-Maks p value
Difference
Kelompok 18 24,72 26,00 4,713 15-30

332
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”
Kontrol
Kelompok 16,33 0,0001
18 8,39 8,50 3,310 4-13
Intervensi

Rata-rata waktu pengeluaran pada bekas luka SC, maka ibu nifas
kolostrum pada kelompok kontrol dengan disarankan tetap melakukan mobilisasi
adalah 24,72 jam dengan rentang 15 - 30 dini dengan pendampingan intensif seperti
jam. Mobilisasi dini merupakan yang dikemukakan oleh Sumarah yaitu
pengembalian secara berangsur-angsur ke penyembuhan luka post SC pada ibu yang
tahap mobilisasi sebelumnya untuk melakukan mobilisasi dini dengan
mencegah komplikasi. Konsep umum pendampingan intensif sebesar 100 %.
mobilisasi masa nifas adalah mobilisasi Perasaan lelah setelah persalinan dan
sebagai upaya untuk mengurangi rasa rasa nyeri akibat hilangnya obat anestesi
nyeri dan memperlancar sirkulasi darah. sering menjadi penyebab ibu tidak
Mobilisasi dini pada ibu nifas post SC sesegera mungkin melakukan usaha
merupakan suatu upaya melibatkan menyusui bayinya. Hal ini juga
aktivitas fisik yang akan berpengaruh merupakan salah satu faktor yang
pada kebutuhan otot terhadap peningkatan menyebabkan pengeluaran kolostrum
kebutuhan oksigen yang memerlukan pada ibu yang hanya diberikan mobilisasi
aliran darah yang kuat. Dengan demikian dini menjadi terlambat yaitu pada rentang
otot akan menjadi rileks dan 15 – 30 jam dengan rata-rata 24,72 jam.
memperlancar sirkulasi darah sehingga Penelitian ini sesuai dengan yang
sistem neuron akan memberikan sinyal dilakukan oleh Fitriyanti yang
pada hipotalamus kemudian ke hipofise menyatakan bahwa meskipun persentase
posterior untuk melepaskan oksitosin dan pengeluaran kolostrum early pada
dibawa oleh darah ke payudara untuk kelompok intervensi lebih besar
merangsang sel mioepitel membentuk dibandingkan pada kelompok kontrol,
duktus alveoli sehingga terjadi namun secara statistik tidak terdapat
pengeluaran kolostrum. Hal ini yang pengaruh yang bermakna mobilisasi ibu
menjadi pertimbangan munculnya post partum terhadap pengeluaran
prosedur tetap RSJ Prof. dr. Soerojo kolostrum.
Magelang untuk melakukan mobilisasi Berdasarkan hasil analisis rata-rata
dini pada ibu nifas post SC. pengeluaran kolostrum pada kelompok
Pada ibu nifas post SC di RSJ Prof dr. pijat oksitosin lebih cepat dibandingkan
Soerojo Magelang secara keseluruhan dengan kelompok mobilisasi dini. Hasil
sudah dilakukan mobilisasi dini, namun mean deference juga menunjukkan nilai
pada umumnya masih dengan perasaan sebesar 16,33 sehingga besar perbedaan
takut dalam melakukan gerakan, khawatir antara 0 - 16,33 jam yang artinya
jika mengganggu penyembuhan bekas kelompok pijat oksitosin memiliki rerata
luka sayatan atau menimbulkan (mean) lebih rendah daripada kelompok
perdarahan. Adanya perasaan takut dan mobilisasi dini. Ibu nifas post SC sesudah
cemas akan mengganggu munculnya dilakukan pijat oksitosin memiliki rata-
refleks let down sehingga mengganggu rata waktu pengeluaran kolostrum lebih
pengeluaran kolostrum. Namun demikian, sedikit yaitu 8,39 jam dengan variasi 3,31
sebagai upaya mengurangi tingkat jam dibandingkan ibu nifas post SC
kecemasan akibat nyeri dan ketakutan sesudah dilakukan mobilisasi dini yaitu

333
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

24,72 jam dengan variasi 4,713 jam. Hasil memeras air susu yang telah terbuat keluar
uji statistik didapatkan p value 0,0001 dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus
artinya pijat oksitosin berpengaruh lebih selanjutnya mengalir ke duktus dan masuk
signifikan terhadap pengeluaran ke mulut bayi. Rangsangan ini disebut
kolostrum dibandingkan mobilisasi dini. sebagai refleks let down. Refleks ini akan
Pijat oksitosin adalah suatu cara dapat meningkat dengan adanya perasan
untuk membantu pengeluaran kolostrum ibu saat melihat bayi, mendengarkan suara
dalam bentuk rangsangan pijatan pada bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
kedua sisi tulang belakang dimulai dari menyusui bayi dan pijat oksitosin.
leher ke arah tulang belikat berlanjut ke Sedangkan perasaan cemas, stress, dan
tulang costae 5-6 di bawah kedua takut akan menghambat refleks let down2.
payudara payudara ibu nifas. Pijatan ini Keadaan stress pada ibu nifas akan
akan merangsang hipofise posterior menyebabkan blockade refleks let down
mengeluarkan hormon oksitosin, oksitosin karena adanya pelepasan adrenalin
selanjutnya akan merangsang kontraksi sel epineprin yang berakibat pada
mioepitel di payudara untuk vasokonstriksi pembuluh darah alveoli
menyemprotkan air susu. Rangsangan ini sehingga menghambat oksitosin untuk
selanjutnya melalui neurotransmitter mencapai target sel mioepitelium. Hal ini
medulla spinalis untuk mengirim pesan akan berdampak pada penumpukan air
pada hipotalamus agar menekan susu di dalam alveoli sehingga terjadi
pengeluaran faktor yang memicu sekresi pembengkakan dan rasa sakit. Di sisi lain
prolaktin dan sebaliknya merangsang akibat reflek let down tidak sempurna,
pengeluaran faktor yang memicu sekresi bayi akan kehausan dan tidak puas
prolaktin, selanjutnya merangsang sehingga bayi akan berusaha memperkuat
hipofise anterior sehingga terjadi sekresi hisapannya, hal ini bisa menimbulkan luka
prolaktin yang akan merangsangsang sel- pada puting susu dan akan dirasakan nyeri
sel alveoli untuk membuat air susu. oleh ibu dan an biasanya bayi juga akan
Pijatan ini juga akan memberikan efek rewel. Rasa nyeri karena pembengkakan,
relaksasi, menghilangkan ketegangan dan bayi rewel, puting susu lecet dan perasaan
stres. Dengan demikian hormon oksitosin gagal dalam menyusui akan menambah
akan keluar dan membantu pengeluaran stress dan kecemasan pada ibu. Pijat
air susu, hal ini juga didukung dengan oksitosin selain membantu proses refleks
hisapan bayi pada puting susu ibu saat oksitosin juga akan membantu mengatasi
dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD) rasa stress dan kecemasan sehingga
pada bayi normal2. IMD juga akan membantu juga terhadap refleks let down.
berpengaruh positif terhadap proses Jika kedua refleks yaitu refleks oksitosin
involusio uteri sesuai hasil penelitian dan reflek let down berlangsung aktif
Hasinuddin13 yang menyatakan bahwa ada maka pengeluaran kolostrum akan
pengaruh IMD terhadap involusi uteri berlangsung dengan baik. Dengan
pada ibu post partum primipara. demikian pijat oksitosin akan membantu
Rangsangan hisapan bayi pada puting memperbanyak pengeluaran kolostrum
susu akan dilanjutkan ke hipofise seperti yang telah diteliti oleh Endah
posterior sehingga dikeluarkan oksitosin dengan hasil pijat oksitosin berpengaruh
melalui aliran darah sampai ke alveoli terhadap jumlah produksi kolostrum (p
sehingga akan mempengaruhi sel value : 0.009).
mioepitelium. Kontraksi sel ini akan

334
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

Kolostrum merupakan cairan emas, untuk mengeluarkan air susu2. Dengan


cairan pelindung yang kaya zat anti- demikian pijat oksitosin lebih signifikan
infeksi dan berprotein tinggi. Kolostrum berpengaruh terhadap pengeluaran
merupakan ASI yang keluar pada hari kolostrum.
pertama hingga keempat. ASI dihasilkan Hasil penelitian ini sesuai dengan
melalui proses pembentukan (genesis) penelitian Zamzara yang menyebutkan
yang disebut laktogenesis yang terdiri dari bahwa waktu pengeluaran kolostrum pada
tiga fase. Pada proses laktogenesis II kelompok perlakuan dengan pijat
dikendalikan oleh sistem endokrin yang oksitosin < 24 jam sedangkan pada
terjadi pada saat kehamilan dan hari-hari kelompok kontrol > 48 jam. Hasil analisis
pertama persalinan, volume kolostrum dan menunjukkan adanya pengaruh pijat
ASI akan semakin meningkat sekitar 30- oksitosin terhadap waktu pengeluaran
40 jam setelah melahirkan. Produksi dan kolostrum pada ibu post partum SC.
pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua Begitu pula dengan penelitian Wulandari18
hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. menyatakan bahwa rata-rata waktu
Prolaktin mempengaruhi produksi ASI, pengeluaran kolostrum pada perlakuan
sedangkan oksitosin mempengaruhi 5,21 jam sedangkan pada kelompok
proses pengeluaran ASI. Dengan kontrol 8,16 jam. Uji T-Test diperoleh p
perlakuan pijat oksitosin maka value 0,006 yang berarti ada pengaruh
hipotalamus akan menekan pengeluaran pijat oksitosin terhadap rerata waktu
faktor penghambat prolaktin dan pengeluaran kolostrum. Untuk itu
merangsang hipofise anterior Direktur Rumah sakit atau pemegang
mengeluarkan prolaktin sehingga sel kebijakan agar mengesahkan suatu
alveoli menghasilkan air susu. Selain itu, prosedur tetap agar bidan ataupun pemberi
rangsangan pijat oksitosin juga pelayanan pada ibu nifas post SC
merangsang hipofise posterior akan melakukan intervensi pijat oksitosin
terdorong untuk mengeluarkan oksitosin dalam upaya memperlancar pengeluaran
dan selanjutnya merangsang sel mioepitel kolostrum.
dini bagi ibu nifas post SC sehingga bidan
SIMPULAN atu pemberi pelayanan di ruang nifas mau
Dari hasil penelitian dapat memberikan intervensi pijat oksitosin
disimpulkan bahwa rata-rata waktu pada ibu nifas post SC. Bagi ibu nifas post
pengeluaran kolostrum pada kelompok SC agar mau menerima asuhan pijat
pijat oksitosin adalah 8,39 jam dengan oksitosin untuk memperlancar
rentang waktu 4-13 jam. Sedangkan rata- pengeluaran kolostrrumpada ibu nifas post
rata waktu pengeluaran kolostrum pada SC.
kelompok mobilisasi dini adalah 24,72
jam dengan rentang waktu 15 - 30 jam DAFTAR PUSTAKA
Dengan demikian, pijat oksitosin memiliki Roesli, Utami. Mengenal ASI Eksklusif.
pengaruh yang lebih signifikan terhadap Jakarta. Trubus Agriwidya. 2007
pengeluaran kolostrum pada ibu nifas post Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi
SC (p value : 0,0001). Disarankan pada Kedokteran. Edisi Ke-12. Djauhari
Direktur RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang M, editor Bahasa Indonesia. Jakarta.
agar mengesahkan prosedur tetap EGC. 2008
intervensi pijat oksitosin untuk Depkes RI. Pelatihan Konseling
mendampingi prosedur tetap mobilisasi Menyusui. Jakarta. Depkes RI. 2007

335
RAKERNAS AIPKEMA 2016
“Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”

Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan RS Muhamadiyah Bandung Tahun


Nasional Pelayanan Kesehatan 2011.
Maternal dan Neonatal. Jakarta. Jurnal Kesehatan Kartika. on
Yayasan Bina Pustaka Sarwono www.stikesayani.ac.id/publikasi/e-
Prawirohardjo. 2006 journal/filesx/2011/201112/201112
Carpenito, Linda Juall. Diagnosa -001.pdf. diakses 26 Agustus 2016
Keperawatan Aplikasi pada Praktek Ganong, WF. Buku Ajar Fisiologi
Klinis. Jakarta. EGC. 2000 Kedokteran. Djauhari M, editor
Manuaba, Ida Bagus Gde. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta. EGC.
Patologi Obstetri untuk Mahasiswa 2008
Kebidanan. Jakarta. EGC. 2009. Cameron. J. Fisika Tubuh Manusia.
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Edisi 2. Jakarta. EGC. 2006
Laporan Tahun 2015. Magelang. Zamzara, Rezza Fahlilani. Dwi
2016 Ernawati, Ari Susanti. Pengaruh
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Pijat Oksitosin terhadap Waktu
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Pengeluaran Kolostrum pada Ibu
2010 Post Partum SC. Jurnal Ilmiah
Dahlan, Sopiyudin. Statistika Untuk Kesehatan, Vol.8 No.2. 2015
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Wulandari, Fione Tri. Fidyah Aminin.
Jakarta. Arkans. 2008 Utami Dewi. Pengaruh Pijat
Sumarah, Endah Marianingsih, Hari Oksitosin terhadap Pengeluaran
Kusnanto. Pengaruh Mobilisasi Kolostrum pada Ibu Post Partum di
Dini terhadap Penyembuhan Luka RSUD Provinsi Kepulauan Riau.
Post SC. Jurnal Involusi Jurnal Kesehatan. Vol.V No.2.
Kebidanan. Vol.3 No.5. 2013 2014
Fitriyanti, Joserizal Serudji, Sunesni.
Pengaruh Mobilisasi Ibu Post
Partum terhadap Pengeluaran
Kolostrum. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol.4 No.1.2015
Perinasia. Manajemen Laktasi. Jakarta.
Gramedia. 2007
Hasinuddin, M. Pengaruh Inisiasi
Menyusui Dini terhadap
Kecepatan Involusio Uteri. Artikel
Kesehatan. Jurnal Online Ilmu
Kebidanan & Kandungan –
Obsgyn Akbid Ngudia Husada
Madura. on http://jurnal-obsgyn-
nhm-page4.me/73.html. diakses
26 Agustus 2016
Endah, Siti Nur. Imas Masdinarsah.
Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap
Pengeluaran Kolostrum pada Ibu
Post Partum di Ruang Kebidanan

336

Anda mungkin juga menyukai