Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir

(kendi). letaknya dibelakang simfisis pubis di dalam rongga panggul ketika sudah penuh letak

kandung kemih berada di atas simfisis. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis

seperti balon karet. Dinding kandung kemih mempunyai kapasitas tampungan maksimal pada

orang dewasa sekitar ± 250-450 ml. Vaskularisasinya cabang arteri iliaka interna, yaitu arteria

vesikalis superior menyilang di depan ureter. Vena bermuara di vena iliaka interna. Sedangkan

persyarafannya 1. Syaraf motoris menuju m.detrusor berasal dari serabut inhibitor ke sfingter

interna 2. Serabut eferen simpatis menghambat detrusor dan menstimulasi sfingter.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

b. Tunika muskularis (lapisan berotot).

c. Tunika submukosa.

d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

2.2 Pengertian Karsinoma buli-buli


Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli adalah kanker yang mengenai kandung kemih
dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam, 2009).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak perivesika yang kemudian menyebar
langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma sel skuamosa groos hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna
merah secara terus menerus (Ilmu Keperawatan, 2007.com)
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih (Ilmu
bedah, 2008.com)
Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in
situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa carsinoma buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-
buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air
kencing warna merah terus.

2.3 Klasifikasi
Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk
menentukan operasi atau observasi :
T=pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan
biopsy atau transurethral reseksi.

NO KODE KET

1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)

2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor,


tak dapat dilakukan

3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada

4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang


bergerak

5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding


buli-buli.
6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular
yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.

7 T3a Invasi otot yang lebih dalam

8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli

9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya

10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina

11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke


dalam abdomen

N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis,


lympgraphy, urography, operative

NO KODE KET

1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat


ditemukan

2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional

3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang


homolateral

4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe


regional yang multiple

5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga


yang bebeas antaranya dan tumor

6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan klinis,
thorax foto, dan test biokimia
NO KODE KET

1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan


adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan

2 M1 Adanya metastase jauh

3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test


biokimia

4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal

5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang


multiple

6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

Type dan lokasi

Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.

1 Efidermoid Ca Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell,


anaplastik, invasi yang dalam dan cepat
metastasenya

2 Adeno Ca Sangat jarang dan sering muncul pada bekas


urachus

3 Rhabdomyo sarcoma Sering terjadi pada anak-anak laki-laki


(adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya
fatal

4 Primary Malignant Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat


lymphoma menimbulkan serangan hipertensi selama kencing

5 Ca dari pada kulit, Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli,


melanoma, lambung, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi
paru dan mammae

Penentuan derajat invasi tumor (stadium) dilakukan berdasarkan sistem TNM atau penentuan
stadium dari Marshall
NO TNM Marshall Uraian

1 Tis 0 Karsinoma in situ


2 Ta 0 Tumor papilari non-
invasif
3 T1 A Invasi submukosa
4 T2 B1 Invasi otot
superfisial
5 T3a B2 Invasi otot profunda
6 T3b C Invasi jaringan
lemak prevesika
7 T4 D1 Invasi ke organ
sekitar
8 N1-3 D1 Metastasis ke
limfonudi regional
9 M1 D2 Metastasis
hematogen

2.4 Etiologi
Menurut Nursalam, 2009
Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada kanker ini
memiliki beberapa faktor resiko:
1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil, pabrik
kulit, dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa air aromatik 2
naftilamin, bensidin, dan 4 aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan
nitrosamine
3. Infeksi saluran kemih seperti E. Coli dan proteus spp yang menghasilkan nitrosamine sebagai
zat karsinogen
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta
pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin, opium, dan antituberkulosis
INH dalam jangka waktu lama

2.5 Manifestasi Klinis


1. Kencing campur darah yang intermittent
2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis

2.6 Patofisiologi dan WOC


Karsinoma kandung kemih yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama
kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju
kelenjar limfe, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis ; sedangkan penyebaran hematogen
paling sering ke hepar, paru, dan tulang

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium
a. Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
b. Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
2. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor kandung kemih berupa filling
defect/massa tumor , tumor sel transisional yang berada pada ureter atau pielum, dan adanya
hidroureter atau muara ureter.
3. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
4. USG
5. Sistoskopi dan Biopsi
6. Radiology
Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
7.Systologi

2.8 Penatalaksanaan
1. Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
1. Citral, 5 fluoro urasil
2. Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil
(5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa
dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita
dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-
buli selama dua jam.
2. Radioterapy/terapi sinar
a. Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan
stage B2-C.
b. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita
dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6
minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads
selam 2-3 minggu.

3. Operasi dengan TUR kandung kemih/reseksi kandung kemih

2.9 Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi

2.10 Pencegahan
Menurut National Academy of Sciences Amerika Serikat
1. Kurangi kandungan lemak yang dikonsumsi
2. Lebih baik mengkonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur, buah-buahan ,
dan nasi
3. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kaya akan beta karoten seperti
wortel, bayam, dan buah-buahan yang berwarna jingga
4. Kurangi kebiasaan merokok dan makanan yang diawetkan, diasin atau diasap baik daging
maupun ikan
5. Hindari sinar matahari dengan menggunakan topi dan lotion pelindung matahari
6. Hindari berganti-ganti pasangan seksual
7. Hindari minum-minuman alkohol dan obat-obatan (narkoba)
8. Deteksi dini kanker dengan beberapa pemeriksaan
9. Hati-hati terhadap zat kimia yang ada di lingkungan anda
10. Minum air secukupnya agar zat racun dapat terbuang bersamaan dengan urine

2.11 Prognosis
Prognosis bergantung kepada jenis sel, derajat, keganasan, dan metastasis. Secara klinis
dapat ditemukan dua jenis gambaran, yaitu pertumbuhan superfisial dan yang bertumbuh invasif
dari permulaan. Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali atau muncul
papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal 3 tahun.
Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul kembali,
kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radioterapi harus
dipertimbangkan kemudian. Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi
dan diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi
transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage B2, C dengan
persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas dapat
mengontrol 15-20% neoplasma selama 5 tahun. Tumor papilari yang tidak menembus hanya
berada pada kantung kemih. Mereka memilki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali
mereka melewati proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus
dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna dengan
fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang setelah terapi rontgen
dalam atau proses instilasi atas podofilin. Sebuah prognosis yang bagus dapat diharapkan
tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor sejenis dan kontrol atas
kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasilewat pemeriksaam sistoskopik
secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA BULI-BULI
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk rumah
sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten,
merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan
pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa
lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
3. Riwayat penyakit sekarang.
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang mempengaruhi atau
memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji pasien pernah menderita penyakit batu buli – buli sebelumnya dan penyakit
yang pernah diderita pasien.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga ada yang menderita penyakit batu buli – buli atau tidak,
ada penyakit menurun atau menular.
6. Pemeriksaan Fisik
1. (B1) Breath
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada rektraksi otot – otot
bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas tambahan ronchi atau wheezing.
2. (B2) Blood
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria, Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine.
Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada murmur.
3. (B3) Brain
a. Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
b. Kepala, leher.
Pada post operasi batu buli – buli tidak mengalami gangguan
b. Mata.
Pada post operasi batu buli – buli tidak mengalami gangguan.
c. Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan
Pada post operasi batu buli – buli tidak mengalami gangguan.
d. Motorik.
Pada pergerakan terjadi pengurangan aktivitas karena sakitnya (nyeri).
f. Sensorik
Pada penglihatan tidak terjadi penurunan tajam penglihatan
4. (B4) Bladder
Sebelum operasi mengalami gangguan buang air kecil, kadang – kadang hematuri dan
nyeri waktu buang air kecil. Setelah operasi mengalami gangguan miksi spontan karena
terpasang Dower Kateter.
5. (B5) Bowel
Biasanya tidak mengalami gangguan buang air besar.
6. (B6) Bone
Adanya keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul dan tidak mengalami
gangguan ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.
7. Riwayat psikologis.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya stelah
dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta semangat dan
keyakinan pasien untuk sembuh.
8 . Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bila tumor sudah
besar.
Palpasi, teraba tumor /msasa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar
buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi b/d proses inflamasi
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker
ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian,
ekspresi nyeri, kelemahan

3. Perubahan eliminasi urine b/d iritasi ginjal, ureter, kandung kemih, obstruksi mekanik dan
peradangan ditandai dengan retensi urine
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal
(vomiting, diare)
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
6. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik
yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan (anoreksia,
iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat
7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan efek
radiasi dan kemoterapi
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun (efek kemoterapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
9. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan
kebutuhan energi (status hipermetabolik)
10. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran,
perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
11. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
2. Wajah tidak tampak kemerahan
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Berikan kompres mandi hangat; hindari Dapat membantu mengurangi demam.
penggunaan alcohol Catatan : Penggunaan air es/alcohol
mungkin menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara aktual. Selain itu,
alcohol dapat mengeringkan kulit.

HE Pengeluaran panas secara evaporasi


b. Anjurkan klien untuk menggunakan baju
yang tipis. Memperbaiki kehilangan cairan akibat
c. Anjurkan klien untuk minum yang febris dan meningkatkan tingkat
banyak kenyamanan pasien.

Kolaborasi Digunakan untuk mengurangi demam


d. Berikan antiperitik, misalnya ASA dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
(aspirin), asetaminofen (Tylenol).

Observasi Suhu 38,9o – 41.1oC menunjukkan proses


penyakit infeksius akut.
e. Pantau suhu pasien misalnya setiap 2 jam
( derajat dan pola); perhatikan mengigil/
diaforesis

Suhu ruangan /jumlah selimut harus diubah


f. Pantau suhu lingkungan, batasi/ untuk mempertahankan suhu mendekati
tambahkan klien tempat tidur, sesuai normal
indikasi.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi
kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan
perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
2. Klien mengatakan nyeri berkurang
3. Klien dapat mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas
yang mungkin.
4. Skala nyeri 3
5. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N :
60-100 x/menit)
6. Wajah pasien tidak meringis atau rileks

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Catat skala nyeri dan tanda-tanda vitala. Untuk mengetahui tingkat skala nyeri dan
b. Berikan pengalihan seperti reposisi dan kondisi klien
aktivitas menyenangkan seperti b. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan
mendengarkan musik atau nonton TV mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
c. Anjurkan tehnik penanganan stress
(tehnik relaksasi, visualisasi,
c. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping
bimbingan), gembira, dan berikan
dengan menurunkan stress dan ansietas.
sentuhan therapeutik.

Kolaborasi
d. Berikan analgetik sesuai indikasi

Observasi
e. Pantau tanda-tanda vital setiap 2 atau 4
jam
d. Untuk mengurangi rasa nyeri

e. Untuk mengetahui kondisi klien


3. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan oliguria.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pola eliminasi klien kembali normal
Kriteria Hasil :
1. Berkemih dengan jumlah normal (1200-1500 ml/hari (dewasa), 300-1500 ml/hari (anak) dan
pola biasanya
2. Tidak mengalami tanda obstruksi (penyumbatan)
3. Input dan output cairan tubuh dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Awasi asupan dan haluaran, Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urine, ginjal dan adanya komplikasi.

b. Dorong peningkatan asupan cairan. Peningkatan cairan dapat membilas bakteri,


c. Observasi perubahan status mental, darah,
perilaku atau tingkat kesadaran. Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
d. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium toksik pada SSP.
(elektrolit, BUN, kreatinin)
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
e. Pertahankan patensi kateter tak menunjukkan disfungsi ginjal
menetap (uereteral, uretral atau
nefrostomi). Mungkin diperlukan untuk membantu
kelancaran aliran urine.
h. Kolaborasi Berikan obat sesuai
indikasi:

a. Antibiotika
b. Obat-obatan anti kanker
Mungkin diperlukan bila ada ISK
Untuk memblock sel kanker
i. Observasi
a. Pantau ulang input dan output klien
setiap 1 jam sekali

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi


dari input dan output klien dan mengetahui
perkembangan kondisi klien

4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal
(vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam cairan klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda – tanda vital stabil dan
berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran mukosa lembab, dan turgor
kulit baik.
2. Input dan output cairan tubuh dalam batas normal
3. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N :
60-100 x/menit)

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Awasi asupan dan haluaran urine a. Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan
b. Anjurkan intake cairan 7-8 gelas per ginjal.
hari sesuai kebutuhan individu. b. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
c. Timbang berat badan setiap hari c. Untuk mengetahu berat badan klien
Kolaborasi
d. Berikan cairan IV bila diperlukan.
e. Berikan therapy antiemetik.
f. Monitor hasil laboratorium : Hb, d. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
elektrolit, albumin e. Mencegah/menghilangkan mual muntah.
f. Mengetahui perubahan yang terjadi.
Observasi
g. Monitor vital signs. Evaluasi pulse
peripheral, capilarry refil.
g. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui
dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu
tubuh yang meningkat berhubungan dengan
dehidrasi.

5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam membran mukosa oral membaik
Kriteria Hasil :
1. Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
2. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
3. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Ajarkan klien tentang metode a. Mencari alternatif lain mengenai
pemeliharan oral hygine. pemeliharaan mulut dan gigi.
b. Intruksikan perubahan pola diet
misalnya hindari makanan panas, pedas,
b. Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi
asam, hindarkan makanan yang keras.
lanjut pada membran mukosa.
c. Amati dan jelaskan pada klien tentang
tanda superinfeksi oral.
c. Agar klien mengetahui dan segera
memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.

Kolaborasi
d. Konsultasi dengan dokter gigi sebelum
d. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi
kemotherapi.
dan gusi.
e. Berikan obat sesuai indikasi, analgetik,
e. Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan
topikal lidocaine, antimikrobial
nyeri, menangani infeksi dalam rongga
mouthwash
mulut/infeksi sistemik.
f. Kultur lesi oral.
f. Untuk mengetahui jenis kuman sehingga
dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.

6. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik


yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan
(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria Hasil :
1. Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
2. Klien mengerti terhadap perlunya intake yang adekuat
3. Klien berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Pantau persentase jumlah a. Mengidentifikasi kemajuan atau
makanan yang dikonsumsi setiap kali penyimpangan
makan, timbang BB tiap hari, catat hasil dari sasaran yang diharapkan
pemerikasaan protein total, albumin,
osmolalitas.

b. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi


makanan tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat. Anjurkan pula b. Kalori merupakan sumber energi.
makanan kecil untuk klien.

c. Kontrol faktor lingkungan seperti


bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis, berlemak
dan pedas. c. Mencegah mual muntah, distensi
berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
d. Ciptakan suasana makan yang penurunan nafsu makan serta mengurangi
menyenangkan misalnya makan stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan
bersama teman atau keluarga. ansietas.
d. Agar klien merasa seperti berada dirumah
sendiri.

Kolaborasi
e. Amati studi laboraturium seperti
total limposit, serum transferin dan e. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya
albumin gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan
f. Berikan pengobatan sesuai indikasi penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap
seperti Phenotiazine, antidopaminergic, klien.
corticosteroids, vitamins khususnya f. Membantu menghilangkan gejala penyakit,
A,D,E dan B6, antacida efek samping dan meningkatkan status
g. Pasang pipa nasogastrik untuk kesehatan klien.
memberikan makanan secara enteral, g. Mempermudah intake makanan dan
imbangi dengan infus. minuman dengan hasil yang maksimal dan
tepat sesuai kebutuhan.
Observasi
h. Monitor intake makanan setiap hari,
apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
i. Timbang dan ukur berat badan, serta h. Memberikan informasi tentang status gizi
amati penurunan berat badan. klien.

i. Memberikan informasi tentang


penambahan dan penurunan berat badan
klien.

7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan
efek radiasi dan kemoterapi

Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam integritas jaringan membaik

Kriteria Hasil :

1. Keadaan luka membaik


2. Terjadi peningkatan penyembuhan luka yang cepat
3. Tidak ada tanda-tanda komplikasi lebih lanjut
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Kaji kulit dengan sering terhadap efek a.Efek kemerahan dan/atau kulit samak (reaksi
samping terapi kanker; perhatikan radiasi) dapat terjadi dalam area radiasi.
kerusakan / perlambatan penyembuhan Ulserasi, heilangan rambut, kehilangan
luka. dermis, ada reaksi alergi dapat terjadi pada
b. Ubah posisi dengan sering beberapa agen kemoterapi.
c. Anjurkan pasien untuk menghindari b. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
krim kulit apapun, salep dan bedak tekanan pada kulit/jaringan yang tidak perlu
kecuali diizinkan oleh dokter c.Dapat meningkatkan iritasi/reaksi secara
nyata
Kolaborasi d. Mungkin digunakan untuk mencegah
d. Berikan salep topikal misalnya, infeksi/memudahkan penyembuhan bila
sulfadiazin perak (Silvadene ) dengan terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi)
tepat
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif

Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam meminimalkan terjadinya proses
penyebaran infeksi
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
3. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N :
60-100 x/menit)

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
e. Cuci tangan sebelum melakukan e. Mencegah terjadinya infeksi
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan
melakukan hal yang sama
f. Jaga personal hygine klien dengan baik
g. Monitor temperatur f. Menurunkan/mengurangi adanya organisme
h. Kaji semua sistem untuk melihat tanda- hidup
tanda infeksi g. Peningkatan suhu merupakan tanda
i. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan terjadinya infeksi
jaga aseptik prosedur h. Mencegah/mengurangi terjadinya resiko
j. Monitor CBC, WBC, granulosit, infeksi
platelets i. Mencegah terjadinya infeksi
Kolaborasi j. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi
k. Berikan antibiotik bila diindikasikan
k. Adanya indikasi yang jelas sehingga
Evaluasi antibiotik yang diberikan dapat mengatasi
l. Pantau ulang temperatur organisme penyebab infeksi
m. Pantau CBC, WBC, granulosit, plateletsl. Untuk mengetahui kondisi mengenai
temperatur klien yang terbaru
m. Mengetahui sekaligus memantau kondisi
klien

9. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan


kebutuhan energi (status hipermetabolik)
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam klien tidak mengalami keletihan
Kriteria Hasil :
1. Klien melaporkan adanya perbaikan rasa berenergi
2. Klien dapat melakukan aktivitas yang diinginkan sesuai toleransi atau kemampuan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Rencanakan perawatan untuk a. Periode istirahat sering diperlukan untuk
memungkinkan periode istirahat. memperbaiki/menghemat energi.
Libatkan orang terdekat dalam jadwal
perencanaan
b. Dorong pasien untuk melakukan apa b. Meningkatkan kekuatan/stamina dan
saja yang mungkin misalnya mandi kemampuan pasien menjadi lebih aktif tanpa
duduk, bangun dari kursi, berjalan. kelelahan yang berarti
Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan
c. Pantau respon fisiologis terhadap c. Toleransi sangat bervariasi tergantung pada
aktivitas misalnya perubahan pada TD tahap proses penyakit, status nutrisi,
atau frekuensi jantung/pernapasan keseimbangan cairan, dan reaksi terhadap
d. Dorong masukan nutrisi aturan terapeutik
e. Kolaborasi dalam pemberian O2 d. Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu
suplemen sesuai indikasi untuk memenuhi kebutuhan energi untuk
f. Rujuk pada terapi fisik/okupasi aktivitas
e. Adanya anemia/hipoksemia menurunkan
ketersediaan O2 untuk ambilan selular dan
memperberat keletihan
f. Latihan yang terprogram setiap hari dan
aktivitas membantu pasien
mempertahankan/meningkatkan kekuatan
dan tonus otot, meningkatkan rasa sejahtera.
Penggunaan alat adaptasi dapat membantu
menghemat energi.

10. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran,
perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pasien dapat mendemonstrasikan
hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
3. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Berikan informasi tentang prognosis a. Pemberian informasi dapat membantu
secara akurat. klien dalam memahami proses penyakitnya.
b. Dapat menurunkan kecemasan klien.
b. Beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
c. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek c. Membantu klien dalam memahami
samping. Bantu klien mempersiapkan kebutuhan untuk pengobatan dan efek
diri dalam pengobatan. sampingnya.

d. Catat koping yang tidak efektif d. Mengetahui dan menggali pola koping
seperti kurang interaksi sosial, ketidak klien serta mengatasinya/memberikan solusi
berdayaan dll. dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam
mengatasi kecemasan.
e. Anjurkan untuk mengembangkan e. Agar klien memperoleh dukungan dari
interaksi dengan support system. orang yang terdekat/keluarga.

f. Berikan lingkungan yang tenang dan


nyaman. f. Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat.
g. Pertahankan kontak dengan klien,
bicara dan sentuhlah dengan wajar. g. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan
keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
h. Tentukan pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit yang h. Data-data mengenai pengalaman klien
dideritanya. sebelumnya akan memberikan dasar untuk
penyuluhan dan menghindari adanya
duplikasi.

11. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam klien dan keluarga paham tentang
penyakitnya.

Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan
siap.
2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur
tersebut.
3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Beri informasi yang akurat dan faktual.a. Membantu klien dalam memahami proses
Jawab pertanyaan secara spesifik, penyakit.
hindarkan informasi yang tidak
diperlukan.

b. Berikan bimbingan kepada


klien/keluarga sebelum mengikuti
prosedur pengobatan, therapy yang
lama, komplikasi. Jujurlah pada klien. b. Membantu klien dan keluarga dalam
membuat keputusan pengobatan.
c. Anjurkan klien untuk memberikan
umpan balik verbal dan mengkoreksi
tentang penyakitnya.

d. Review klien /keluarga tentang


pentingnya status nutrisi yang optimal.

e. Anjurkan klien untuk mengkaji


c. Mengetahui sampai sejauh mana pemahaman
membran mukosa mulutnya secara rutin,
klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
perhatikan adanya eritema, ulcerasi.

f. Anjurkan klien memelihara kebersihan


kulit dan rambut. d. Meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g. Review pengertian klien dan keluarga
tentang diagnosa, pengobatan dan
e. Mengkaji perkembangan proses-proses
akibatnya.
penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta
masalah dengan kesehatan mulut yang dapat
h. Tentukan persepsi klien tentang kanker
mempengaruhi intake makanan dan
dan pengobatannya, ceritakan pada klien
minuman.
tentang pengalaman klien lain yang
f. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
menderita kanker.
g. Menghindari adanya duplikasi dan
pengulangan terhadap pengetahuan klien.

h. Memungkinkan dilakukan pembenaran


terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi
serta kesalahan pengertian.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Karsinoma buli-buli
merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke
lamina phopria, otot & lemak
perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar. Faktor resiko Karsinoma
Buli yaitu ; Perokok dan konsumsi Kopi, Pekerja Pabrik bahan kimia. Penatalaksanaan bisa
dilakukan dengan kemotherapy, operasi dan radiotherapy.

4.2 Saran
1. Kepada orang tua khususnya harus lebih waspada dalam memerhatikan kesehatan
jasmani maupun rohaninya agar terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan salah satunya
adalah dengan melakukan olahraga secara rutin.
2. Kami selaku penulis menyarankan kepada para pembaca baik individu, keluarga maupun
masyarakat serta teman-teman, agar kiranya dapat memerhatikan adanya gejala nyeri, adanya
benjolan pada kandung kemih karena hal tersebut bisa menjadi suatu gejala dari adanya suatu
kanker pada kandung kemih
DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 2012. Dasar-dasar urologi. Malang : Sagung Seto


Smeltzer. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Nursalam, 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Hadijah. 2011. Vesika urinaria. http://hadijah arsyad.blogspot.com/2011/11/vesika-urinaria.html.
Diakses pada tanggal 05 April 2014 pada pukul 17:45 WIB
Irfan. 2013. Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan.
http://irfanahb.blogspot.com/2013/03/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html. Diakses
pada tanggal 05 April 2014 pada pukul 20:04 WIB

Diposting oleh Dian Al Mira di 21.42


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

2 komentar:

1.

Anita Handayani9 Oktober 2016 22.10

Terimkasih info nya tentang penyakit Buli atau Penyakit Kandung Kemih. Saya izin
share di blog.

Balas
2.

Dian Al Mira23 Januari 2017 20.42

boleh mbk, silahkan. semoga bermanfaat

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2014 (15)
o ► Desember (11)
o ▼ April (4)
 ASKEP ABSES RENAL
 GAGAL GINJAL KRONIK
 TUMOR WILM
 Kanker Buli Buli (VU)

 ► 2013 (23)

 ► 2012 (51)

Mengenai Saya

Dian Al Mira
Haii.. sory ya, akhir2 ini jarang aktif di Blogger, masi sibuk dg banyak urusan,
insyaallah nnti sy ngepost makalah2 yang blm sy posting sblmnya. Semoga
bermanfaat buat adek2 calon nurse masa depan, berhati lembut dan bersikap ramah..
Lihat profil lengkapku
Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai