Anda di halaman 1dari 18

Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 247

STUDI RETROSPEKTIF PENYALAHGUNAAN OBAT PADA


PASIEN KETERGANTUNGAN OBAT DI RUMAH
SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

RETROSPECTIVE STUDY OF DRUG ABUSE ON DRUG


ADDICTION PATIENS IN SAMBANG LHIUM
MENTAL HOSPITAL

Nada Windayanti Miratulhusda, Noor Cahaya, Fadilaturrahmah


Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lambung Mangkurat
Email:noorcahaya.farmasiunlam@gmail.com

ABSTRAK
Penyalahgunaan obat di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran karakteristik pasien
ketergantungan obat, pola penyalahgunaan obat, status rehabilitasi pasien ketika
keluar dari rumah sakit dan mengetahui hubungan karakteristik pasien dan pola
penyalahgunaan obat terhadap status pengobatan pasien ketika keluar dari rumah
sakit. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional dan pengambilan data secara retrospektif. Pengumpulan data dilakukan
melalui rekam medik pasien periode Januari 2012-Desember 2013. Analisis data
menggunakan uji statistik Frequency dan Chi-Square. Hasil penelitian
menunjukkan pasien dengan tingkat pendidikan terakhir SD persentasenya 34,2%;
SMP 36,8%; SMA 26,3% dan D3 2,6%. Pasien menyalahgunakan obat pertama
kali pada usia 11-19 tahun persentasenya 50,0%, 20-29 tahun 42,1% dan 30-39
tahun 7,9%. Pola penyalahgunaan obat untuk jenis NAPZA persentasenya 26,3%;
non NAPZA 13,3% dan campuran keduanya 60,5%. Penyalahgunaan obat dengan
jumlah 1 item persentasenya 15,8%; 2 item 34,2%; 3 item 34,2%; 4 item 10,53%
dan 5 item 5,26%. Status rehabilitasi pasien ketika keluar dari rumah sakit untuk
new add persentasenya 5,3%; induction 13,2%; younger 13,2%; middle 28,9%;
older 18,4% dan re-entry 21,1%. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak
ada hubungan antara status pengobatan pasien terhadap pendidikan terakhir (p =
0,722), usia ketika pertama kali menyalahkan obat (p = 0,836) dan jumlah obat
yang disalahgunakan (p =0,713).
Kata kunci: Studi retrospektif, penyalahgunaan obat
248 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

ABSTRACT
Drug abuse in Indonesia experiences an increase every year. This study aimed to
present a characteristic description of drug addiction patient, drug abuse pattern,
patients’ rehabilitation status when leaving the hospital, and to identify the
relationship of patients’ characteristic and the pattern of drug abuse toward
patients’ medical status when leaving the hospital. Data collecting was done
through patient’s medical record in the period of January 2012-December 2013.
This study was a descriptive-analytic study with retrospective approach. Data
analysis used Frequency and Chi-Square statistical test. The study result showed
the percentages of patients with the last educational levels of Elementary School
(34.2%), Junior High School (36.8%), Senior High School (26.3%), and Diploma
3 (2.6%). The patients who at the first time misused the drugs at the age of 11-19
years old were 50.0%; at the age of 20-29 years old were 42.1%; at the age of 30-
39 years old were 7.9%. The pattern of drug abuse for narcotics and addictive
substances type was 26.3%; for non narcotics and addictive substances type was
13.3%; and for the mixture of both types was 60.5%. Drug abuse with the number
of 1 item was 15.8%; 2 item was 34.2%; 3 item was 34.2%; 4 item was 10.53%;
and 5 item was 5.26%. Patients’ rehabilitation status when leaving the hospital
for new add was 5.3%; for induction was 13.2%; for younger was 13.2%; for
middle was 28.9%; for older was 18.4%; and for re-entry was 21.1%. Chi-Square
test result showed that there was not any relationship among patients’ medical
status toward the last level of education (p = 0.72), the age of misusing the drugs
for the first time (p = 0.84), and the number of drugs misused (p =0.71).
Keywords: retrospective study, drug abuse

PENDAHULUAN zat adiktif lainnya. NAPZA kadang


kala disebut juga dengan istilah
Drug abuse atau
narkoba, singkatan dari narkotika
penyalahgunaan obat menurut World
dan obat berbahaya (Lisa & Sutrisna,
Health Organisation (WHO) adalah
2013).
penggunaan obat-obatan atau zat
kimia yang tidak ditujukan untuk Data terakhir yang didapat dari
pengobatan atau medikasi, akan Badan Narkotika Nasional dan Pusat
tetapi obat-obatan tersebut Penelitian Kesehatan Universitas
dipergunakan untuk mendapat Indonesia tahun 2014 diketahui
kenikmatan (Nawawi et al., 1996). prevalensi penyalahgunaan obat di
NAPZA adalah singkatan dari Kalimantan Selatan pada tahun 2009
narkotika, alkohol, psikotropika dan sebesar 1,59% yaitu 40.810 jiwa dan
Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 249

naik menjadi 1,93% pada tahun 2012 (BPOM) tahun 2012 dekstrometorfan
sebanyak 52.472 jiwa. Sehingga jika digunakan bersama dengan
dalam tiga tahun persentase alkohol bisa menyebabkan kematian.
penyalahgunaan obat di Kalimantan Peran seorang farmasi cukup penting
Selatan naik sebesar 0,34%. dalam hal ini guna mencegah dan
Kenaikan persentase ini jika tidak menekan penyalahgunaan obat.
segera ditanggulangi dapat menjadi Model terapi di Rumah Sakit
ancaman bagi generasi muda. Jiwa Sambang Lihum menggunakan
Therapeutic Community Model yang
Prevalensi jenis narkoba yang
didasarkan pada terapi rehabilitasi
paling banyak digunakan setahun
berbasis komunitas. Diberlakukan
terakhir adalah ganja sebesar 4,9%,
status rehabilitasi pada setiap pasien
Amphetamine-Type Stimulants (ATS)
yang menjalani rehabilitasi. Hal
sebesar 2,3%, sedangkan opioid,
tersebut meliputi new add, induction,
tranquilizer, halusinogen dan inhalan
younger, middle, older, dan re-entry.
di bawah 1%. Untuk obat non
Pihak rumah sakit menyarankan
NAPZA yang paling banyak
pasien menyelesaikan terapi sampai
disalahgunakan adalah
status rehabilitasi re-entry atau
dekstrometorfan (0,7%) (BNN,
mengikuti rehabilitasi sampai selesai
2014).
dengan harapan agar kemungkinan
Penelitian ini dilakukan Rumah
pasien untuk kembali
Sakit Jiwa Sambang Lihum yang
menyalahgunakan obat-obatan
merupakan tempat rehabilitasi untuk
(relapse) lebih kecil. Kenyataannya
pasien penyalahgunaan obat di
tidak sedikit pasien yang tidak
Kalimantan Selatan. Hasil studi
menyelesaikan program rehabilitasi
pendahuluan yang dilakukan di
sampai tahapan tersebut.
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
diketahui bahwa kombinasi obat Berdasarkan alasan ini, maka
dekstrometorfan dan alkohol paling perlu dilakukan penelitian untuk
banyak ditemukan pada riwayat memperoleh gambaran karakteristik
pemakaian. Menurut Badan pasien penyalahgunaan obat di
Pengawas Obat dan Makanan Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum,
250 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

pola penyalahgunaan obat-obatan, yaitu berupa tabel frekuensi,


status rehabilitasi pasien ketika sedangkan data hubungan antara
keluar dari rumah sakit dan karakteristik pasien dan pola
hubungan antara karakteristik pasien penyalahgunaan obat-obatan
dan pola penyalahgunaan obat- terhadap status pengobatan pasien
obatan terhadap status pengobatan ketika keluar dari rumah sakit
pasien ketika keluar dari rumah sakit. dianalisis menggunakan uji chi-
square.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan Rumah Sakit Jiwa Sambang
pendekatan cross sectional dan Lihum menggunakan metode
pengambilan data secara retrospektif. rehabilitasi Therapeutic Community
Pengambilan data dilakukan melalui Model sebagai metode terapi untuk
rekam medik pasien NAPZA di pasien ketergantungan obat, pihak
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum rumah sakit tidak memberlakukan
pada periode Januari 2012 – adanya pemberian subtitusi obat pada
Desember 2013. pasien rehabilitasi terkait resiko
penyalahgunaan obat subtitusi oleh
Kriteria inklusi yang digunakan
tenaga kesehatan di rumah sakit.
adalah pasien NAPZA yang
menjalani rawat inap di ruang Safir Tahapan pengobatan rawat
periode Januari 2012 – Desember inap pertama kali dimulai dari
2013 dan pasien NAPZA yang detoksifikasi. Sebelumnya pasien
pulang atas persetujuan dokter. didampingi oleh keluarga akan
Berdasarkan kriteria tersebut melakukan registrasi atau pendataan
didapatkan jumlah subjek penelitian pasien meliputi nama lengkap,
sebanyak 38 orang. Analisis data tempat tanggal lahir, alamat, agama,
karakteristik pasien penyalahgunaan pendidikan, nama orang tua, riwayat
obat dan pola penyalahgunaan obat NAPZA yang pernah digunakan dan
dilakukan secara statistik dan usia ketika pertama kali
ditampilkan dalam bentuk deskriptif menggunakan NAPZA. Detoksifikasi
Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 251

dilakukan selama kurang lebih 14 bebas terbatas atau obat keras untuk
hari. Selama kurun waktu tersebut disalahgunakan. NAPZA sendiri
dokter akan menentukan diagnosis, merupakan singkatan dari narkotika,
terkait gangguan jiwa akibat efek psikotropika, alkohol dan zat adiktif
samping dari penggunaan narkoba. lain (Suyasa & Wijaya, 2006).
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Sehingga untuk obat yang bukan
menyebutkan pasien rehabilitasi ini NAPZA tapi digunakan pasien untuk
sebagai pasien rehabilitasi NAPZA disalahgunakan pada penelitian ini
meskipun pada kenyataannya ada peneliti golongkan sebagai golongan
pasien yang tidak menggunakan obat non NAPZA.
NAPZA tetapi menggunakan obat

Tabel I. Distribusi Karakteristik Pasien Ketergantungan Obat di Rumah Sakit Jiwa


Sambang Lihum Periode Januari 2012-Desember 2013

Jumlah Pasien Persentase


Karakteristik Pasien
(N =38) (%)
Tingkat Pendidikan Terakhir
SD 13 34,2
SMP 14 36,8
SMA 10 26,3
D3 1 2,6
Usia Pertama Kali Menggunakan Obat-Obatan
11-19 19 50,0
20-29 16 42,1
30-39 3 7,9
Jenis Obat-Obatan yang disalahgunakan
NAPZA 10 26,3
Non NAPZA 5 13,3
Campuran Keduanya 23 60,5
Jumlah Obat-Obatan yang Disalahgunakan
(item)
1 6 15,8
2 13 34,2
3 13 34,2
4 4 10,5
5 2 5,3
Status Pengobatan Pasien Ketika Keluar dari
Rumah Sakit
New add 2 5,3
Induction 5 13,2
Younger 5 13,2
Middle 11 28,9
Older 7 18,4
Re-entry 8 21,1
252 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

a. Tingkat Pendidikan Terakhir dalam permasalahan penyakit-


Berdasarkan data pada tabel I penyakit masyarakat. Tokoh yang
tersebut dapat dilihat bahwa pasien dianggap panutan seperti orang tua,
paling banyak berpendidikan terakhir sikap yang ditimbulkan dapat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertentangan dengan pengetahuan
yaitu dengan persentase sebesar sehingga bernilai negatif (Anja et al.,
36,8% atau sebanyak 14 orang tetapi 2010).
persentase ini tidak berbeda jauh b. Usia Pertama Kali Menggunakan
dengan persentase pasien yang Obat-Obatan
berpendidikan terakhir Sekolah Distribusi usia pasien
Dasar (SD) yaitu sebesar 34,2% atau NAPZA di Rumah Sakit Jiwa
sebanyak 13 orang. Tetapi pada Sambang Lihum dimulai dari 13
dasarnya pasien NAPZA yang tahun sampai 35 tahun sehingga
menjalani rehabilitasi di Rumah sakit peneliti mengambil rentang usia 11-
Jiwa Sambang Lihum memiliki 19 tahun, 20-29 tahun, dan 30-39
tingkat pendidikan yang masih tahun. Pasien paling banyak
rendah sehingga hal tersebut bisa menggunakan obat-obatan pertama
menjadi faktor penyebab pasien kali pada usia 11-19 tahun yaitu
menyalahgunakan obat-obatan tanpa dengan persentase 50,0%. Menurut
mengetahui akibat buruknya. survei yang dilakukan BNN (2014)
terhadap 8.056.307 orang pekerja
Menurut Supriatna (2012)
transportasi di Indonesia jika dilihat
pendidikan merupakan faktor
menurut kelompok usia pertama kali
internal yang mempengaruhi
menggunakan obat-obatan, sebanyak
penggunaan NAPZA. Seseorang
47% berada di kisaran usia < 20
yang berpendidikan akan mengetahui
tahun dan sebanyak 48% berada
mana yang baik dan mana yang
pada usia 20-29 tahun.
buruk, mengetahui mana yang harus
dilakukan dan mana yang tidak Hasil penelitian pada tabel I
seharusnya dilakukan. Sehingga menunjukkan bahwa pasien pertama
dengan pendidikan yang baik kali menggunakan obat-obatan pada
seseorang tidak akan terjerumus ke usia muda atau remaja. Menurut
Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 253

penelitian Sabarinah yang dikutip dengan sekedar coba-coba (Narendra


Kementrian Kesehatan RI (2014) et al., 2012; Jamshid & Mohammad,
para pemakai narkoba 2012). Rasa ingin tahu terhadap
mengungkapkan bahwa rata-rata narkotika dan psikotropika
merokok di usia 14 tahun pada laki- merupakan salah satu pendorong
laki dan 15 tahun pada perempuan, bagi seseorang untuk melakukan
dilanjutkan mengonsumsi alkohol perbuatan yang menyimpang
sekitar usia 15 tahun pada laki-laki termasuk keingintahuan terhadap
dan 17 tahun pada perempuan, NAPZA yang pada akhirnya dapat
kemudian mengkonsumsi NAPZA menimbulkan ketergantungan (Syam,
rata-rata di usia 16 tahun pada laki- 2007).
laki dan 17 tahun juga pada
Kepribadian seseorang
perempuan.
dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan
Usia remaja sangat rentan emosi yang dimiliki. Rilley dan
terhadap penyalahgunaan narkoba Schutte dalam Handoko (2009)
karena pada usia remaja tingkat menyebutkan bahwa prediktor
emosi dan mental masih sangat labil, penting dalam permasalahan
sehingga para remaja mudah penyalahgunaan NAPZA adalah
terpengaruh ke dalam perilaku kecerdasan emosional yang rendah.
menyimpang. Remaja memiliki Pada usia remaja tingkat kecerdasan
kecenderungan ingin tahu sehingga masih rendah sehingga rentan
akan mencari informasi mengenai melakukan penyalahgunaan NAPZA.
narkoba. Oleh karena itu, dengan Faktor internal yang menyebabkan
mendapat informasi tersebut remaja usia remaja termasuk kelompok
dapat membentuk sikap dan perilaku penyalahguna narkoba adalah faktor
yang menjauhi penyalahgunaan rasa ingin tahu atau coba-coba
narkoba. Namun, dapat pula dengan (60%), ingin dihargai, dan depresi
sikap ingin mencari berbagai sumber (20%) serta kurangnya nilai-nilai
informasi tentang narkoba, remaja agama (60%). Faktor eksternal
akan cenderung memiliki potensi penyebab penyalahgunaan narkoba
memakai narkoba misalnya dimulai usia remaja adalah pengaruh teman
254 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

sebaya (65%), kurangnya perhatian bensin dan lem); alprazolam dan


orang tua (52%), broken home ganja. Heroin dan ganja termasuk
(45%), dan media massa (80%) dalam narkotika golongan I
(Alfgeir et al., 2013). berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009.
Metamfetamin, dan MDMA
c. Jenis Obat-Obatan Yang
termasuk dalam psikotropika
Disalahgunakan
golongan I berdasarkan UU No. 5
Jenis obat-obatan pada
Tahun 1997, sedangkan alprazolam
penelitian ini digolongkan menjadi 3
termasuk dalam psikotropika
kelompok yaitu NAPZA, non
golongan IV. Alkohol dan inhalan
NAPZA dan campuran keduanya.
termasuk dalam zat adiktif (Lestari,
Kelompok NAPZA termasuk
2013).
didalamnya narkotika, psikotropika,
alkohol dan zat adiktif. Kelompok Kelompok obat non NAPZA
non NAPZA termasuk didalamnya yang disalahgunakan oleh pasien
obat keras dan obat bebas terbatas termasuk didalamnya adalah
yang disalahgunakan, dan kelompok Dekstrometorfan, Mixadin®,
campuran yang merupakan Mixagrip®, Carnopen®, Somadril®,
penggunaan bersama NAPZA dan Oskadon®, Bodrex®, dan Efedrin.
non NAPZA. Pada tabel I
Hasil studi yang dilakukan
memperlihatkan bahwa pasien di
pada rekam medik periode Januari
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
2012 sampai Desember 2013
paling banyak menggunakan
memperlihatkan penyalahgunaan
campuran antara NAPZA dan non
obat yang paling banyak yang
NAPZA yaitu dengan persentase
ditemukan adalah dekstrometorfan
sebesar 60,5%.
yang dikombinasikan bersama
Jenis NAPZA yang alkohol (tabel II). Menurut survei
disalahgunakan oleh pasien adalah yang dilakukan oleh BNN tahun
metamfetamin; alkohol; 3,4 – 2014 menyatakan bahwa prevalensi
metilen dioksi metamfetamin jenis NAPZA yang paling banyak
(MDMA); heroin; inhalan (seperti
Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 255

Tabel II. Distribusi Penggunaan Jenis Obat-Obatan Yang Disalahgunakan PasienKetergantungan


Obat di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Periode Januari 2012-Desember 2013

Jenis Obat-Obatan Yang Disalahgunakan Jumlah (orang)


NAPZA Metamfetamin+ alkohol 3
Metamfetamin + MDMA + alkohol 2
Heroin 1
Metamfetamin + alkohol + lem 1
Inhalan 1
MDMA + Metamfetamin 1
Metamfetamin 1
Non Dekstrometorfan 3
NAPZA Mixadin® + mixagrip® 1
Oskadon® + efedrin+ somadril® + carnopen® 1
Campuran Dekstrometorfan + alkohol 7
Dekstrometorfan + Metamfetamin + carnopen® +
1
alkohol
Dekstrometorfan + carnopen® + alkohol 4
Dekstrometorfan + MDMA + alkohol 1
Dekstrometorfan + pil koplo + alkohol 1
Dekstrometorfan + sabu + alkohol 1
Dekstrometorfan + alkohol 1
Alprazolam® + MDMA + somadril® + Metamfetamin
1
+ alkohol
Dekstrometorfan + Metamfetamin + MDMA + alkohol 1
+ carnopen®
Kodein + bodrex® + alkohol 1
Dekstrometorfan + alkohol + carnopen® + lem 1
Alkohol + carnopen® + lem 1
MDMA + Metamfetamin + alkohol + carnopen® 1
Metamfetamin + carnopen® +ganja 1
Total 38

digunakan di Indonesia setahun mudah didapat secara bebas baik di


terakhir adalah ganja yaitu dengan apotek maupun di warung-warung.
persentase 4,9% sedangkan untuk Harga dekstrometorfan relatif murah.
obat non NAPZA seperti Selain itu, masyarakat beranggapan
dekstrometorfan hanya 0,7%. Hasil bahwa obat bebas itu aman sehingga
survei ini berbeda dengan hasil penyalahgunaannya lebih aman
penelitian dimana penggunaan dibandingkan dengan obat golongan
dekstrometorfan lebih banyak narkotika atau psikotropika (BPOM,
dibandingkan penggunaan ganja. 2012).
Heroin berikatan dan
Dekstrometorfan banyak
mengaktivasi reseptor spesifik di
disalahgunakan disebabkan obat ini
256 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

otak yang dinamakan mu-opioid suasana hati oleh penggunanya.


receptors (MORs) (Waldhoer, et al., (National Institute of Drug Abuse,
2004). Ketika MORs diaktivasi di 2006).
otak, maka akan menstimulasi
Alprazolam termasuk dalam
pelepasan neurotransmitter dopamin
psikotropika golongan IV
yang menyebabkan sensasi
berdasarkan Undang-Undang No 5
kesenangan. (National Institute of
Tahun 1997. Alprazolam
Drug Abuse, 2014). THC dan zat
menghambat re-uptake serotonin dan
kimia cannabinoid dalam ganja mirip
noradrenalin di ujung-ujung saraf
dengan zat kimia cannabinoid yang
otak dan dengan demikian
secara alami ada di dalam tubuh.
memperpanjang waktu tersedianya
Akibat kemiripan ini, THC bisa
neurotransmitter tersebut (Tjay &
berikatan pada reseptor cannabinoid
Rahardja, 2007).
dan mengaktivasinya, mengacaukan
banyak fungsi mental dan fisik Alkohol dan inhalan termasuk
(National Institute of Drug Abuse, dalam zat adiktif. Alkohol menekan
2015). susunan saraf pusat, jika digunakan
dengan campuran dengan narkotika
Metamfetamin dan MDMA
atau psikotropika akan memperkuat
termasuk dalam psikotropika
pengaruh zat tersebut di dalam tubuh
golongan I berdasarkan Undang-
(Lestari, 2013). Kematian ketika
Undang RI Nomor 5 Tahun 1997.
menyalahgunakan inhalan dapat
Penggunaan pada dosis yang
terjadi akibat gangguan jantung
berlebihan dari metamfetamin dapat
(aritmia) atau akibat tertekannya
menyebabkan kejang-kejang, gagal
pernapasan (pengap) karena
pernafasan, serangan jantung dan
penyaluran oksigen ke peredaran
stroke (BNN, 2012).
darah dihambat akibat sel paru-paru
MDMA menyebabkan tertutup oleh uap pelarut (Tjay &
neurotransmitter serotonin, dopamin Rahardja, 2003).
dan norepineprin lepas dari tempat
Mixadin® mengandung
penyimpanannya menyebabkan
dekstrometorfan HBr yang dapat
peningkatan efek peningkatan
Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 257

mengakibatkan efek halusinogen Carnopen® dan Somadril®


(BPOM, 2012). Selain itu obat ini mengandung karisoprodol (ISFI,
juga mengandung efedrin yang 2010). Berdasarkan penelitian
merupakan prekursor berdasarkan Reeves & Parker (2003) menyatakan
Undang-Undang No 35 Tahun 2009. bahwa ada gejala putus obat setelah
Penyalahgunaan efedrin dalam waktu mengonsumsi karisoprodol dan
lama dapat menyebabkan timbulnya karisoprodol merupakan obat yang
gejala skizoprenia paranoid (Depkes berpotensi untuk disalahgunakan.
RI, 2007).
d. Jumlah Obat Yang
Fenilpropanolamin
Disalahgunakan
(norefedrin) yang terkandung dalam
Mixagrip® juga termasuk dalam Jumlah obat yang
golongan prekursor berdasarkan disalahgunakan oleh pasien Rumah
Undang-Undang No 35 Tahun 2009. Sakit Jiwa Sambang Lihum
Hasil penelitian menunjukkan bervariasi dari 1 sampai 5 item.
adanya hubungan antara Berdasarkan tabel I diketahui pasien
fenilpropanolamin dan stroke, maka lebih banyak menggunakan obat-
pada dalam bulan April 2001 obatan dengan jumlah 2-3 item yaitu
peredaran produk-produk (khususnya dengan persentase sebesar 34,2%.
obat flu) yang mengandung bahan
Secara klinis ketergantungan
aktif ini di atas 15 mg per takaran
obat-obatan memberikan gambaran
telah ditarik dari peredaran (Tjay &
yang berbeda-beda dan tergantung
Rahardja, 2007).
banyak faktor seperti jumlah dan
Oskadon® dan Bodrex®
jenis obat yang dikonsumsi, kondisi
merupakan obat yang digunakan
umum dan psikiatri, konteks sosial
untuk menghilangkan nyeri (ISFI,
dan lingkungan pengguna (Depkes
2010). Kedua obat ini mengandung
RI, 2002). Ragam masalah yang
kafein yang biasanya digunakan
ditimbulkan tergantung pada jenis
sebagai zat penyegar, menghilangkan
atau gabungan narkotika yang
rasa letih, lapar dan mengantuk, juga
digunakan, lama dan cara pemakaian,
meningkatkan konsentrasi dan
status gizi, status kesehatan fisik,
kewaspadaan (Sasangka, 2003).
258 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

serta mental dari pengguna (BNN, memperbesar kemungkinan


2012). Selain itu menurut terjadinya relapse atau kembali
Kepmenkes RI (2010) efek obat- menggunakan obat-obatan.
obatan terhadap pengguna Diharapkan dengan mengikuti
dipengaruhi oleh banyak faktor, program sampai selesai
salah satunya adalah obat-obatan lain kemungkinan pasien untuk relapse
yang digunakan bersamaan. Karena lebih rendah, dikarenakan pada status
itu peneliti merasa perlu mengetahui pengobatan re-entry inilah pasien
kombinasi jumlah obat-obatan yang dipersiapkan sebelum dikembalikan
disalahgunakan oleh pasien. ke masyarakat.

f. Hubungan Tingkat Pendidikan


e. Status Pengobatan Pasien Ketika
Terakhir Pasien Terhadap Status
Keluar dari Rumah Sakit
Pengobatan Pasien Ketika Keluar
Berdasarkan tabel I diketahui dari Rumah Sakit
status pengobatan pasien ketika
Data karakteristik pasien
keluar dari rumah sakit paling
pada tabel I memperlihatkan bahwa
banyak adalah status pengobatan
pasien yang menyelesaikan program
middle dengan persentase 28,95%.
rehabilitasi sampai status pengobatan
Hasil tersebut memperlihatkan
re-entry 21,0% atau hanya sebanyak
bahwa tingkat kesadaran pasien
8 orang dari jumlah 38 pasien. Status
untuk berobat sudah cukup tinggi
pengobatan ini menduduki urutan
dengan sedikitnya pasien yang keluar
kedua setelah middle sebagai status
pada status pengobatan new add.
pengobatan pasien ketika keluar dari
Menurut Ariskasuci (2008)
rumah sakit. Berdasarkan hasil
seorang mantan pecandu yang
tersebut peneliti ingin mengetahui
kembali ke lingkungan keluarga,
faktor-faktor apa saja yang mungkin
lingkungan tempat tinggal, dan
dapat mempengaruhi kepatuhan
lingkungan kerja mengalami reaksi
pasien mengikuti program
dan hambatan dalam berinteraksi
rehabilitasi sampai selesai pada
yang berasal dari stigma negatif yang
pasien ketergantungan obat di
ada dalam masyarakat yang dapat
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 259

Variabel yang dapat diharapkan oleh pihak rumah sakit


mempengaruhi kepatuhan pendidikan yang paling banyak
pengobatan rehabilitasi NAPZA mengikuti rehabilitasi sampai selesai
menurut Rodiyah (2011) dalam adalah tingkat pendidikan SMP dan
penelitian tentang analisis faktor- SMA yaitu dengan persentase yang
faktor yang berhubungan dengan sama 7,9%. terhadap semua pasien
kepatuhan terapi rumatan metadon ketika keluar dari rumah sakit
pada pengguna NAPZA suntik tentunya adalah status pengobatan
(penasun) adalah motivasi, dukungan re-entry.Berdasarkan tabel VII
keluarga, dan dukungan teman. tingkat Persentase yang didapat
Variabel lain yang tidak terbukti untuk tingkat SMP dan SMA sama
tidak ada hubungan dengan kemudian turun pada tingkat
kepatuhan dalam penelitian tersebut pendidikan D3. Hasil uji statistik
adalah tingkat pendidikan, tingkat menunjukkan tidak ada hubungan
pengetahuan, jarak tempat antara status pengobatan pasien
pelayanan, efek samping obat, status ketika keluar dari rumah sakit
pekerjaan, dan pelayanan petugas terhadap tingkat pendidikan terakhir
kesehatan. pasien (p value = 0,722). Menurut
Tingkat pendidikan terakhir Shibuya et al (2011) dalam Bahriani
pasien terhadap status pengobatan (2015) mengatakan bahwa pasien
pasien ketika keluar dari rumah sakit dengan tingkat pendidikan tinggi
dianalisis dengan menggunakan uji memiliki akses informasi kesehatan
statistik crosstab dengan fungsi yang lebih luas sehingga mereka
statistik chi-square. Status memiliki kesadaran akan kesehatan
pengobatan pasien yang yang lebih tinggi daripada yang
berpendidikan rendah. Berdasarkan
260 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

Tabel IV. Hubungan Tingkat Pendidikan Terakhir Pasien Terhadap Status Pengobatan Pasien
Ketika Keluar dari Rumah Sakit

Status pasien Tingkat Pendidikan Terakhir Pasien


ketika keluar SD SMP SMA D3 P
dari rumah value
f % f % f % f %
sakit
New add 1 2,6 1 2,6 0 0,0 0 0,0
Induction 2 5,3 3 7,9 0 0,0 0 0,0
Younger 1 2,6 2 5,3 1 2,6 1 2,6
0,722
Middle 4 10,5 3 7,9 4 10,5 0 0,0
Older 3 7,9 2 5,3 2 5,3 0 0,0
Re-entry 2 5,3 3 7,9 3 7,9 0 0,0
Total 13 34,2 14 36,8 10 26,3 1 2,6
N = 38 orang f = frekuensi

teori ini diharapkan pasien dengan obat-obatan sejak usia muda


tingkat pendidikan tinggi mengikuti mengikuti program rehabilitasi
rehabilitasi sampai selesai sampai selesai atau tidak. Pasien
dikarenakan akses informasi dengan riwayat pemakaian obat-
kesehatan yang dimilikinya lebih obatan sejak usia muda akan
luas sehingga kesadaran akan cenderung lebih sulit terlepas dari
kesehatannya juga lebih tinggi. pengaruh penggunaan obat-obatan
kembali.
g. Hubungan Usia Pemakaian Obat- Berdasarkan tabel I dapat
Obatan Pertama Kali Terhadap dilihat bahwa pasien yang
Status Pengobatan Pasien Ketika menggunakan obat-obatan pertama
Keluar dari Rumah Sakit kali pada rentang usia 20-29 tahun

Usia merupakan salah satu adalah pasien yang paling banyak

faktor yang mempengaruhi mengikuti rehabilitasi sampai selesai

kepatuhan secara umum (Brunner & atau sampai pada status pengobatan

Suddarth, 2002). Perbandingan re-entry. Hasil uji statistik

antara usia pemakaian obatan-obatan menggunakan uji chi-square

pertama kali terhadap status menunjukkan tidak ada hubungan

pengobatan pasien dimaksudkan antara usia pemakaian obat-obatan

untuk mengetahui pasien yang pertama kali terhadap status

terpapar dengan penyalahgunaan pengobatan pasien (p value = 0,836).


Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 261

Tabel V. Hubungan Usia Pemakaian Obat-Obatan Pertama Kali Terhadap


Status Pengobatan Pasien Ketika Keluar dari Rumah Sakit

Status pasien Usia pemakaian obat-obatan pertama kali


P
ketika keluar 11-19 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun
value
dari rumah sakit f % f % f %
New add 1 2,6 1 2,6 0 0,0
Induction 2 5,3 3 7,9 0 0,0
Younger 4 10,5 1 2,6 0 0,0
0,836
Middle 5 13,2 4 10,5 2 5,3
Older 4 10,5 3 7,9 0 0,0
Re-entry 3 7,9 4 10,5 1 2,6
Total 19 50,0 16 42,1 3 7,9
N = 38 orang f = frekuensi

h. Hubungan Jumlah Obat-Obatan terhadap status pengobatan pasien


Yang Disalahgunakan Terhadap ketika keluar dari rumah sakit.
Status Pengobatan Pasien Ketika Terdapat faktor lain yang tidak dapat
Keluar dari Rumah Sakit dilihat hubungannya terhadap status
Efek NAPZA terhadap pengobatan pasien yaitu keadaan
pengguna dipengaruhi oleh banyak ekonomi pasien. Hal ini dikarenakan
faktor, salah satunya adalah NAPZA keterbatasan data rekam medik yang
lain yang digunakan bersamaan tidak menyajikan tingkat penghasilan
(Kepmenkes RI, 2010). Berdasarkan atau pekerjaan pasien. Padahal
tabel I dapat dilihat bahwa pasien variabel ini juga merupakan faktor
yang menggunakan obat-obatan 3 penyebab pasien tidak mengikuti
item paling banyak menyelesaikan program rehabilitasi sampai selesai.
rehabilitasi sampai status pengobatan Oleh karena itu, untuk penelitian
re-entry yaitu dengan jumlah 4 orang selanjutnya diharapkan peneliti dapat
atau sebesar 10,5%. Hasil uji statistik mengatasi keterbatasan tersebut
pada tabel IV menunjukkan tidak ada dengan mengetahui tingkat
hubungan antara jumlah obat-obatan penghasilan atau pekerjaan pasien.
yang disalahgunakan terhadap status Selain itu, juga dapat dilihat variabel
pengobatan pasien (p value = 0,713). lain yang mungkin dapat
mempengaruhi kepatuhan pasien
Pada penelitian ini terdapat
mengikuti program rehabilitasi
beberapa keterbatasan dalam melihat
sampai selesai seperti status
hubungan antara karakteristik pasien
perkawinan dan dukungan keluarga.
dan pola penyalahgunaan obat
262 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

Tabel IV. Hubungan Jumlah Obat-Obatan Yang Disalahgunakan Terhadap


` Status Pengobatan Pasien Ketika Keluar dari Rumah Sakit.

Status pasien Jumlah Obat yang Disalahgunakan


P
ketika keluar 1 item 2 item 3 item 4 item 5 item value
dari rumah
f % f % f % f % f %
sakit
New add 1 2,6 0 0,0 0 0,0 1 2,6 0 0,0
Induction 0 0,0 2 5,3 2 5,3 1 2,6 0 0,0
Younger 2 5,3 1 2,6 1 2,6 1 2,6 0 0,0 0,535
Middle 1 2,6 3 7,9 4 10,5 1 2,6 2 5,3
Older 1 2,6 4 10,5 2 5,3 0 0,0 0 0,0
Re-entry 1 2,6 3 7,9 4 10,5 0 0,0 0 0,0

Total 6 15,8 13 34,2 13 34,2 4 10,5 2 5,3


N = 38 orang f = frekuensi

KESIMPULAN Sambang Lihum pada status


pengobatan new add, induction,
Kesimpulan dari penelitian ini younger, middle, older dan re-
adalah sebagai berikut: entry persentasenya berturut-turut
sebesar 5,3%, 13,2%, 13,2%,
1. Karakteristik pasien 28,9%, 18,4% dan 21,1%.
ketergantungan obat di Rumah 4. Tidak ada hubungan antara status
Sakit Jiwa Sambang Lihum pengobatan pasien terhadap
dengan tingkat pendidikan pendidikan terakhir pasien (p=
terakhir SD, SMP, SMA dan D3 0,722), usia ketika pertama kali
persentasenya berturut-turut menyalahkan obat-obatan (p=
sebesar 34,2%, 36,8%, 26,3% dan 0,836), dan jumlah obat-obatan
2,6%. Pasien menyalahgunakan yang disalahgunakan (p=0,713).
obat-obatan pertama kali pada
rentang usia 11-19, 20-29, 30-39
tahun persentasenya berturut-turut UCAPAN TERIMA KASIH
sebesar 50,0%, 42,1% dan 7,9%.
2. Pola penyalahgunaan obat-obatan Penulis mengucapkan terima kasih
di Rumah Sakit Jiwa Sambang kepada:
Lihum untuk penyalahgunaan
NAPZA, non NAPZA, dan (1) Direktur Rumah Sakit Jiwa
campuran keduanya Sambang Lihum Provinsi
persentasenya berturut-turut Kalimantan Selatan
sebesar 26,3%, 13,3% dan 60,5%. (2) Ketua Komite Etik Fakultas
Penyalahgunaan obat dengan Kedokteran Universitas
jumlah penyalahgunaan 1, 2, 3, 4, Lambung Mangkurat
5 item persentasenya berturut-
turut sebesar 15,8%, 34,2%,
34,2%, 10,53% dan 5,26%.
3. Status rehabilitasi pasien ketika
keluar dari Rumah Sakit Jiwa
Studi Retrospektif Penyalahgunaan Nada Windayanti, dkk 263

DAFTAR PUSTAKA Lisa, F.R.J & N.W. Sutrisna., 2013,


Narkoba, Psikotropika, dan
BNN, 2012, Buku Pedoman Gangguan Jiwa, Tinjauan
Penggolongan Narkotika Kesehatan Hukum, Nuha Medika,
Berdasarkan Undang-Undang Yogyakarta: 1.
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, Badan Narkotika Nawawi, A.R., J. Marsamun, Y.,
Nasional Republik Indonesia. Burhan, H., Dasuki., Dekky.,
Jakarta: 4. 1996, Selamatkan Generasi Muda
BNN, 2014, Jurnal Data Bangsa dari Bahaya
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika. BP.
Penyalahgunaan dan Peredaran Dharma Bakti. Jakarta.
Gelap Narkoba (P4GN) Tahun
2013 Edisi Tahun 2014, Badan NIDA., 2006, Research Report
Narkotika Nasional, Jakarta:121. Series: MDMA (Ecstasy) Abuse.
US Department of Health and
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Human Services, National
Ajar Keperawatan Medikal Institute of on Drug Abuse, USA:
Bedah, Edisi 8, Penerbit EGC, 5.
Jakarta:
NIDA, 2015, Research Report
BPOM RI, 2012, Mengenal Series: Marijuana, US
Penyalahgunaan dekstrometorfan, Department of Health and Human
Info POM,. 13(6) : 4. ISSN 1829- Services, National Institute of on
9334. Drug Abuse, USA: 5.
Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Reeves, R.R. & J.D. Parker., 2003,
Care Untuk Penyakit Asma, Somatic Dysfunction During
Direktorat Bina Farmasi Carisoprodol Cessation: Evidence
Komunitas dan Klinik Ditjen Bina For A Carisoprodol Withdrawal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Syndrome, JAOA Original
Jakarta: 31. Contribution.,103(2) : 75.
Kepmenkes RI, 2010, Pedoman Sasangka, H., 2003, Narkotika dan
Layanan Terapi dan Rehabilitasi Psikotropika dalam Hukum
Komprehensif pada Gangguan Pidana. Mandar Maju. Bandung.
Penggunaan NAPZA Berbasis
Rumah Sakit, Keputusan Menteri Supriatna, A., 2012, Upaya
Kesehatan Republik Indonesia Pencegahan dan Penyembuhan
Nomor 420/menkes/sk/iii/2010, Patologi Sosial Penyalahgunaan
Jakarta: 23. Narkotika Berbasis Keagamaan.
Tesis (tidak diterbitkan).
Lestari, S. I., 2013, Strategi Badan Universitas Pendidikan Indonesia.
Narkotika Nasional Kota
Samarinda Dalam Menanggulangi Suyasa, P.T.Y.S & F Wijaya., 2010,
Penggunaan Narkoba Di Resiliensi dan Sikap Terhadap
Kelurahan Sungai Pinang Dalam Penyalahgunaan Zat (Studi Pada
Kota Samarinda, Journal Ilmu Remaja). Jurnal Psikologi. 4(2) :
Pemerintahan.1(2) : 10. ISSN 106.
2338-3651.
264 Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 247-264

Tjay, T.H. & K. Rahardja., 2003,


Obat-Obat Penting, Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya, Edisi ke-6, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta: 344,
437,459.
Waldhoer, M., S.E. Bartlett, J.L.
Whistler., 2004, Opioid
Receptors. Annu Rev Biochem 73:
953.

Anda mungkin juga menyukai