Anda di halaman 1dari 3

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

7 Tahun 1999
Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 yang mengatur tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa ini dibentuk guna menunjang pelaksanaan Undang-
Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Pembentukan Peraturan Pemerintah ini dilatarbelakangi oleh
terancam punahnya beberapa spesies tumbuhan dan satwa di alam bebas akibat
aktivitas manusia yang merusak alam demi kepentingan pribadi sehingga
diperlukan peraturan mengenai aktivitas pengawetan tumbuhan dan satwa guna
menghindarkan tumbuhan dan satwa tersebut dari ancaman kepunahan.
Dewasa ini, luas lahan yang dijadikan sebagai tempat hidup oleh beberapa
satwa dan tumbuhan lambat laun semakin berkurang, hal tersebut dikarenakan
aktivitas manusia yang merusak alam demi kepentingan pribadi misalnya
pembukaan lahan guna ditanami kelapa sawit ataupun perburuan satwa liar yang
populasinya sedikit namun bisa dimanfaatkan anggota tubuhnya untuk dijual
karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi, misalnya saja perburuan hiu yang
digunakan sebagai bahan konsumsi karena memiliki khasiat bagi kesehatan yang
dipercaya oleh beberapa orang sehingga memiliki harga jual yang tinggi.
Aktivitas yang tidak terkontrol tersebut lama kelamaan akan menganggu
kehidupan hewan dan tumbuhan sehingga jumlahnya semakin sedikit bahkan
terancam punah. Oleh karena itu perlu lah dibuatkan suatu peraturan guna
menghindarkan hewan dan tumbuhan dari ancaman kepunahan.
Respon pemerintah guna menghindarkan hewan dan tumbuhan dari ancaman
kepunahan sendiri yaitu pada pembuatan Undang-Undang No. 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Beberapa
tumbuhan dan hewan yang keberadaannya hampir punah sejatinya susah untuk
dikembangbiakkan dalam kegiatan konservasi dikarenakan populasinya semakin
sedikit, maka dari itu perlulah dilakukan pengawetan jenis terhadap beberapa
tumbuhan dan satwa yang keberadaannya hampir punah. Pemerintah kemudian
membuat Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 yang khusus digunakan untuk
mengatur pengawetan jenis tumbuhan dan hewan. Hal tersebut diharapkan dapat
menunjang kehidupan tumbuhan dan hewan yang keberadaannya sangat terbatas
di alam untuk dapat bertahan hidup atau mungkin dapat melakukan
perkembangbiakan.

Peraturan ini terdiri dari 10 bab dan 29 pasal yang terdiri dari :

1. Bab I (Pasal 1 – 2)
Bab I membahas tentang Ketentuan Umum mengenai pelaksanaan pengawetan
terhadap tumbuhan dan hewan yang berisi tentang definisi umum dari
pengawetan serta upaya yang dilakukan untuk pengawetan hewan dan
tumbuhan.
2. Bab II (Pasal 3)
Bab II membahas tentang Upaya Pengawetan yang didalamnya berisi tujuan
dilakukannya pengawetan terhadap hewan dan tumbuhan.
3. Bab III (Pasal 4 – 6)
Bab III membahas tentang Penetapan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
didalamnya berisi kriteria hewan dan tumbuhan yang wajib diawetkan atau
dilindungi.
4. Bab IV (Pasal 7 – 21)
Bab ini berisi 3 bagian yang terdiri dari bagian umum (pasal 7 – 8), bagian
pengelolaan dalam habitat (in situ) (pasal 9 – 14) serta pengelolaan di luar
habitat (ex situ) (pasal 15 – 21). Bagian Umum membahas secara menyeluruh
mengenai pengelolaan in situ dan ex situ serta upaya yang dapat dilakukan.
Bagian pengelolaan dalam habitat membahas upaya pengawetan hewan dan
tumbuhan secara in situ serta bagian pengelolaan di luar habitat (ex situ)
membahas tentang pengawetan jenis hewan dan tumbuhan secara ex situ.
5. Bab V (Pasal 22 – 24)
Bab ini membahas tentang Lembaga Konservasi yang didalamnya berisi
tentang fungsi dan kewenangan lembaga konservasi dalam kegiatan
pengawetan jenis tumbuhan dan hewan.
6. Bab VI (Pasal 25)
Bab ini membahas tentang Pengiriman atau Pengangkutan Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi yang di dalamnya berisi tentang syarat dan ketentuan
dalam melakukan pengiriman tumbuhan dan hewan yang dilindungi guna
diawetkan.
7. Bab VII (Pasal 26)
Bab ini membahas tentang Satwa yang Membahayakan kehidupan manusia
yang didalamnya berisi tentang kriteria satwa yang berbahaya bagi manusia
serta kewenangan petugas untuk menangkap atau membunuh satwa yang
berbahaya.
8. Bab VIII (Pasal 27)
Bab ini membahas tentang Pengawasan dan Pengendalian yang didalamnya
berisi tentang kewenangan penegak hukum dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian melalui berbagai usaha yang telah dijabarkan dalam bab ini.
9. Bab IX (Pasal 28)
Bab ini membahas tentang Ketentuan Peralihan yang didalamnya berisi tentang
berlakunya peraturan sebelum dibuatnya peraturan ini.
10. Bab X (Pasal 29)
Bab ini membahas tentang Ketentuan Penutup yang didalamnya berisi
penutup dari peraturan yang dibuat ini.
Pendapat Pribadi
Peraturan ini mengatur tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.
Peraturan ini berisi 11 bab yang masing-masing mengatur tentang permasalahan
yang berbeda-beda yang terkait dengan pengawetan tumbuhan dan satwa. Bab 1
berisi tentang ketentuan umum yang di dalamnya kurang lebih menjelaskan
tentang definisi dari pengawetan terhadap tumbuhan dan satwa yang tujuannya
menghindarkan tumbuhan dan satwa tersebut dari kepunahan. Bab 1 berisi 2 pasal
yang dimana pada pasal 1 menurut saya terdapat suatu kekurangan yaitu; pada
salah satu poin pasal 1 yang berbunyi “Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di
luar habitatnya adalah upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
agar tidak punah”. Pasal tersebut menjelaskan tentang pengawetan tumbuhan dan
satwa di luar habitatnya, namun dalam pasal tersebut tidak dijelaskan secara detail
baik umur maupun ukuran spesies yang layak untuk diambil dari habitat asli untuk
diawetkan pada habitat lainnya. Kekurangan berikutnya terdapat pada pasal bab 3
yang berisi tentang penetapan jenis tumbuhan dan satwa. Kekurangan ada pada
pasal 5 pada poin yang berbunyi “Suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib
ditetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila memenuhi kriteria;
mempunyai populasi yang kecil”. Poin tersebut hanya menjelaskan tentang
populasi yang kecil namun tidak terdapat patokan jumlah populasi yang nantinya
dapat dibilang populasi tersebut kecil. Terlepas dari kekurangan tersebut,
pemerintah perlu di apresiasi dalam pembuatan peraturan pengawetan jenis hewan
dan tumbuhan dan diharapkan dapat mengurangi kemungkinan kepunahan
terhadap hewan dan tumbuhan dan meningkatkan daya guna dari hewan dan
tumbuhan terhadap aktivitas manusia.

Anda mungkin juga menyukai