Anda di halaman 1dari 3

The Real Muslim Style

I ‘ll do everything...
To make you happy...
Kalo kamu hapal lirik lagu di atas, itu berarti kamu udah tua. Hehehe....nggak ding. Bagi yang
belum ngeuh, penggalan lirik lagu di atas adalah reff dari tembang lawas why do you love me besutan
Koes Bersaudara. Group musik lokal legendaris yang populer di jamannya. Coba deh tanya ortu,
mereka pasti tahu.
Kita bukan mau bernostalgia dengan kejayaan group musik Koes bersaudara yang berganti
nama menjadi Koes Ploes setelah masuknya salah satu personil yang tak ada hubungan saudara ini .
Cuman terusik aja dengan lirik lagunya yang banyak dipraktekin oleh remaja. Seriusan lho. Meski
mereka nggak mengalami masa-masa boomingnya lagu koes ploes, tapi dalam pergaulan seolah dua
baris lirik lagu di atas jadi prinsip. Ayo ngaku aja!

Generasi Latah
Sebagai remaja yang lagi hot-hotnya berekspresi biar eksis, standar pergaulan yang dipake
adalah kebersamaan. Pepatah jawa bilang, mangan ora mangan yang penting ngumpul. Supaya tetep
bisa ngumpul, mau nggak mau remaja mesti menyesuaikan dengan kebiasaan teman sebayanya.
Coba cek deh, kita punya teman dekat pasti ada kesamaannya. Bisa jadi karena satu sekolah,
satu kampus, satu tempat kursus, satu hobi olahraga, satu hobi musik, satu hobi nongkrong, satu
hobi godain cewek, satu hobi baca buku, de el el. Kalo nggak sama atau tak bisa menyamakan diri,
secara otomatis dijauhi. Atau kalopun nggak, perlahan akan tersisihkan.
Lantaran tuntutan kesamaan itulah banyak remaja yang rela ngelakuin apa aja biar temen-
temennya senang dengan keberadaannya. I will do anythng to make you happy. Dari sekedar
kebiasaan nongkrong, berbusana, hang out bareng, hingga gaya hidup keseharian. Mereka bilang,
dalam kesamaan ada kenyamanan persahabatan. Segitunya.
Pada akhirnya, banyak remaja yang nggak sadar kalo mereka memaksakan diri untuk mejadi
‘orang lain’ agar diterima dalam pergaulan. Mereka jadi latah alias ikut-ikutan demi menjaga
perasaan teman. Latah meniru gaya hidup, budaya dan kebiasaan yang menjadi trend setter dalam
pergaulan. Mulai dari gaya berbicara, berbusana, berperilaku, hingga cara berfikir agar bisa tetep
eksis dalam pergaulan.
Dalam kamus gaul remaja, berbagai hal yang terkesan trendy dan keren wajib mereka ikuti
tanpa pikir panjang lagi. Perkara bener atau salah itu urusan belakangan. Apakah pantas atau nggak,
bukan jadi pertimbangan. Yang penting, nggak ketinggalan jaman dan tetep nyambung dalam setiap
obrolan.
Kalo kita ulik, ternyata remaja latah ngikutin gaya hidup yang lagi trendi nggak jauh karena
dorongan teman. Ketika seorang teman menggunakan sebuah barang baik itu gadget maupun
aksesoris, teman tersebut akan mendorong mereka untuk menggunakan barang yang sama. Apalagi
saat ini banyak yang terjebak pola pertemanan yang sering mengharuskan mereka mempunyai
sesuatu yang sama untuk bisa berteman atau bergabung dalam kelompok pertemanan tertentu,
sehingga mau tidak mau mereka akan Latah atau mengikuti apa yang temannya pakai atau perbuat.
Dalam kasus narkotika yang mewabah di kalangan remaja, seringkali berawal dari tekanan
teman sebaya (peer pressure). Kalo gak nyobain lintingan cimenk (ganja) atau sedotan shabu,
dianggap belon afdhol jadi anak gaul. Dalam gaya berbicara juga sama. Kalo temennya kena virus
bahasa gaul, nggak matching dong kalo dianya pake bahasa EYeDe.
Dalam gaya hidup, anak yang paling keren diukur dari daya tahan dan keberanian melakukan
sesuatu yang ekstrim. Otomatis, satu sama lain akan saling berlomba berebut perhatian dengan
busana yang mengumbar aurat atau perilaku yang nyeleneh. Kalo temennya udah gak perjaka atau
perawan lagi, dianggap keren dan dewasa seperti dalam film American Pie. Akhirnya ikut-ikutan
terjun dalam kubangan seks bebas yang dibalut dalam kisah-kasih pacaran. Gombal…!
Buka Aja Topengmu!
Sebagai pribadi, kita adalah makhluk terbaik yang Allah ciptakan dengan segala plus dan
minusnya. Gak perlu minder dengan kekurangan diri kita. Karena kita sang jawara. Dan gak perlu juga
sombong dengan kelebihan diri kita. Karena masih banyak yang lebih baik dari kita. Yang penting,
jadilah diri sendiri. Tunjukan kalo kita memang layak menjadi juara sesuai dengan kemampuan kita.
Gak mesti sama seperti orang lain. Tiap orang kan punya keahlian yang berbeda. Makanya kenali
potensi diri lalu ukir prestasi. Tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa.
Sebagai muslim sejati, pastinya percaya akan kebaikan yang diperoleh saat kita taat ama
aturan Allah swt. Apalagi kelemahan kita sebagai manusia gak tahu dengan akurat apa yang terbaik
buat diri kita. Terkadang kita pikir pacaran itu bermanfaat, gak taunya malah menjerumuskan kita
dalam jeratan nafsu syahwat. Terkadang kita pikir nutup aurat itu cupu (culun punya), kenyataannya
menjadikan martabat diri kita lebih mulia. Makanya Allah swt menurunkan risalah Islam untuk
memuliakan manusia.
Sebagai ekspresi kebanggaan terhadap Islam yang jempolan, udah sewajarnya kalo kita
tunduk dan ikhlas ngikutin aturan hidup Islam. Nggak pake nyari-nyari alasan biar lolos dari
kewajiban taat ama Allah dan Rasul-Nya. Nggak perlu juga mengorbankan harga diri kita karena
tekanan teman sebaya. Cukup ridho Allah saja yang kita kejar, bukan ridho manusia.
Allah swt berfirman yang artinya: ”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata”.(QS. Al-Ahzab [33]: 36)
Ekspresi kebanggaan juga wajib kita tunjukkan dengan memupuk kepedulian kita terhadap
Islam dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Sebagai seorang muslim sejati, kita pasti bisa kasih
kontribusi terbaik untuk kebangkitan Islam dan kaum Muslimin. Rasul saw bersabda: ”Siapa saja di
pagi hari tidak memikirkan masalah kaum Muslimin, maka bukan termasuk golongan mereka (kaum
Muslimin)(HR. Al-Hakim).
Buka aja topeng yang selama ini dipakai demi menjaga perasaan teman. Kita sudah sama-
sama dewasa dan saatnya menghargai perbedaan. Tak perlu sungkan eksis sebagai remaja muslim
yang konsisten menyampaikan kebenaran. Be your self aja.

The Real Muslim Style


Sobat, tentu belon afdhol kalo rasa bangga sebagai mulsim sejati cuman mangkal di dalam
hati. Kebanggaan mesti dikasih ekspresi. Untuk menjaga biar rasa bangga tetep hadir tanpa cela,
ekspresi yang ditunjukkan juga nggak boleh basi. Apalagi sampe ngasih kesempatan sifat riya ikutan
nyempil di hati. Cukup kebanggaan itu kita tunjukkan seperti cita rasa khas muslim sejati.
Saatnya kita, remaja islam, tampil sebagai seorang muslim sejati. The real muslim style, getol
memantaskan diri menjadi pemimpin sejati dan pantang menyerah mengejar ridho illahi. Caranya?
Pertama, menempa diri dengan tsaqofah Islam. Nggak usah alergi bin gengsi ikut pengajian. Galilah
tsaqofah Islam sedalam mungkin. Sampai kita bener-bener yakin kalo Allah itu ada dan selalu
mengawasi kita. Al-Quran itu perkataan Allah yang kudu kita jadiin pegangan dalam hidup. Dan
Rasulullah saw. adalah panutan kita dalam berbuat.
Kedua, mengaitkan perbuatan kita dengan kehidupan akhirat. Sebagai muslim, udah seharusnya kita
selalu mikir imbalan yang bakal kita terima sebelum berbuat. Pahala atau siksa di akhirat. Walaupun
rencana itu masih diperdebatkan dalam hati. Kesadaran hubungan kita dengan Allah Swt. dan akhirat
ini yang bisa jadi perisai buat lindungi diri kita dari dosa sekaligus memicu kita mencari pahala.
Ketiga, hidup dalam lingkungan yang baik. Salah satu upaya pencegahan biar kita nggak tergoda
berbuat maksiat adalah hidup dalam lingkungan yang sehat dan steril dari godaan setan. Seperti
dalam sebuah hadis: “Perumpamaan teman pendamping yang shalih dan teman pendamping yang
buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Dari penjual minyak wangi
kalian bisa mendapatkan minyak wangi atau mencium bau harumnya; sedangkan dari tukang besi
kalau tidak membakar pakaianmu, maka kalian akan mendapatkan bau busuk darinya.” (HR Bukhari
Jilid 3 No. 314)
Keempat, berdakwah kepada orang lain. Nggak cukup rasanya kalo kita menimba tsaqofah tapi cuma
buat diri sendiri. Kebayang, nggak akan tersebar Islam kalo kita nggak ikut nyampein ke orang lain.
Karena kita memeluk Islam pun karena ada orang yang nyampein ke kita, keluarga, atau nenek
moyang kita. Betul apa bener? Hehehe...
Kelima, ngikut aturan Islam nggak kayak robot. Istiqomah dengan aturan Islam bukan berarti kita
nggak boleh senang-senang. Sok aja. Karena Rasulullah pun dulu suka becanda dengan istrinya,
berolahraga dengan sahabatnya, atau pake baju yang bagus dan rapi. Tapi tetep, semuanya kudu
nyar’i. Dan kita kudu hati-hati biar nggak terlena dengan berbagai macam hiburan atau larut dalam
kesenangan. Karena itu kerjaan orang kafir. Kita tentu, BEDA!
Nah, sobat, mumpung kita masih muda, jangan sia-siakan potensi yang kita punya.
Manfaatkan waktu yang ada untuk belajar, berdakwah, berbuat baik kepada umat, dan berkarya
sebelum masa muda hilang ditelan usia. Nggak ada kata terlambat buat jadi pemuda dambaan umat.
Sampai jumpa di acara my movement 2016. Inilah, the real muslim style!

Anda mungkin juga menyukai