Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyulit persalinan sebagai komplikasi obstetrik salah satu penyebabnya
adalah faktor janin yaitu ukuran dari janin, sehingga jika tidak ditangani segera akan
meningkatkan angka kematian ibu dan neonatal. Taksiran berat janin merupakan
salah satu faktor penting dalam manajemen persalinan. Selain dari sebagai komplikasi
obstetri, menilai ukuran janin merupakan salah satu cara untuk menilai kualitas janin
dan bayi baru lahir. Pertumbuhan janin menunjukkan kualitas bayi yang dilahirkan.
Taksiran berat badan janin intra uterin salah satunya bisa dilakukan dengan
pengukuran tinggi fundus uteri. Taksiran berat badan janin intra uterin mempunyai
arti penting dalam penatalaksanaan persalinan. Ketepatan penaksiran berat badan
lahir, akan mempengaruhi ketepatan penatalaksanaan persalinan dan hasilnya
sehingga diharapkan dapat mengurangi kematian dan kesakitan pada persalinan.1,2
Berat lahir yang ekstrim kecil atau besar berpotensi meningkatkan morbiditas
perinatal yang dapat mempengaruhi kehidupan dan masa depan bayi. Dengan metode
prediksi berat janin yang akurat dapat diketahui berat badan lahir kecil atau besar
sehingga dapat dilakukan upaya preventif untuk mengatasi komplikasi yang mungkin
terjadi. Terdapat dua metode yang digunakan untuk mendapatkan taksiran berat janin
(TBJ), yaitu dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
(Shittu et al., 2005). Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan palpasi abdomen dan
pengukuran tinggi fundus uterus (TFU). Akurasi pengukuran TFU lebih baik
dibandingkan dengan palpasi abdomen dalam memprediksi berat lahir.2,7
Angka Kematian Bayi yang masih tinggi ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, anemia dan resiko
kebidanan lainnya, potensi bahaya tersebut sebenarnya bisa dihindari atau minimal
bisa diupayakan pengurangannya secara dini, jika pendeteksian awal berat badan bayi
bisa dilakukan secara lebih tepat, sehingga upaya perbaikan seawal mungkin bisa
dilakukan.3,7

1
Berat badan janin penting diukur sebelum proses persalinan mulai, hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan penyulit kehamilan-persalinan
seperti gangguan pertumbuhan bayi atau makrosomia ( bayi besar ).3,7

1.2. Tujuan Penelitian


1. Melengkapi syarat tugas Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Obstetri dan
Ginekologi.
2. Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinis Senior di RSUD Solok.

1.3. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi parameter dalam menunjang
pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan rekomendasi dalam penelitian-
penelitian ilmiah yang berhubungan dengan taksiran berat badan janin. Taksiran berat
lahir yang akurat memberi kontribusi yang besar dalam penatalaksanaan persalinan
yang lebih baik sehingga dapat mengurangi morbiditas maupun mortalitas maternal
dan perinatal.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Berat Badan Lahir

2.1.1. Definisi

Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama
kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya ruptur
perineum ( Saifuddin, 2006 ). Sedangkan menurut Soetjiningsih ( 2005 ) berat badan
bayi lahir adalah berat badan yang ditimbang atau diukur pada pertama saat
dilahirkan tanpa menggunakan pakaian. Berat badan merupakan ukuran antropometri
yang terpenting. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh antara lain tulang, otot, lemak cairan tubuh dan lain-
lain.1,2

2.1.2. Pertumbuhan Janin

Secara normal pertumbuhan janin mencerminkan interaksi potensi


pertumbuhan yang telah ditentukan secara genetis janin dan modulasi dengan
kesehatan janin, plasenta dan ibu. Pertumbuhan normal janin terdiri dari tiga tahap
berturut-turut dan agak tumpang tindih. Tahap pertama adalah tahap hiperplasia
seluler dan mencakup 16 minggu pertama kehamilan. Tahap kedua, yang dikenal
sebagai fase hiperplasia dan hipertrofi bersamaan, terjadi antara 16 dan 32 minggu
dan melibatkan peningkatan ukuran sel dan jumlah sel. Tahap ketiga, yang disebut
fase hipertropi seluler, terjadi antara minggu 32 dan jangka waktu dan ditandai
dengan tumbuh kembang yang pesat dari segi jumlah dan ukuran. Hubungan antara
umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan
intrauterine. Penentuan hubungan ini akan mempermudah morbiditas dan mortalitas
bayi.2
Akhir periode embronik dan permulaan periode janin dinyatakan secara
seimbang oleh banyak ahli embriologis, dimulai dari 8 minggu pasca fertilisasi atau

3
10 minggu setelah awitan menstruasi terakhir. Pada saat ini, embriofetus memiliki
panjang hampir 4cm.2
Perkembangan selama periode janin terdiri atas pertumbuhan dan pematangan
struktur-struktur yang dibentuk saat periode embrionik. Karena bervariasinya panjang
tungkai dan sulitnya mempertahankan tungkai dalam posisi ekstensi, ukuran kepala-
bokong yang sesuai dengan tinggi saat duduk, lebih akurat dibandingkan ukuran yang
sesuai dengan tinggi saat berdiri.4
Minggu ke-12 gestasi, uterus biasanya teraba tepat di atas simfisis pubis dan
panjang kepala-bokong janin adalah 6 hingga 7cm. pusat penulangan telah timbul
pada seabgian besar tulang janin, jari tangan dan kaki juga telah berdiferensiasi. Kulit
dan kuku telah berkembang dan muncul tunas-tunas rambut yang tersebar. Genitalia
eksternamulai memperlihatkan tanda pasti jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Janin mulai melakukan pergerakkan spontan.5
Minggu ke-16 gestasi, panjang kepala-bokong janin adalah 12cm, dan berat
janin 110 g. jenis kelamin telah dapat ditentukan oleh pengamat yang berpengalaman
dengan cara inspeksi genitalia eksterna pada minggu ke-14.5
Minggu ke-20 gestasi, merupakan titik peretengahan kehamilan menurut usia
yang diperkirakan dari awal menstruasi terakhir. Janin sekarang memiliki berat lebih
dari 300 g, dan berat ini mulai bertambah secara linear. Sejak titik ini, janin bergerak
kurang lebih setiap menit, dan aktif sekitar 10 – 30 persen total waktu. Kulit Janin
telah menjadi kurang transparan, lanugo seperti beledu menutupi seluruh tubuh janin,
dan telah terbentuk sebagian rambut dikulit kepala.5
Minggu ke-24 gestasi, janin sekarang memiliki berat sekitar 630g. Kulit
secara khas tampak keriput, dan penimbunan lemak dimulai. Kepala masih relatif
besar, alis mata dan bulu mata biasanya dapat dikenali. Periode kanalikular
perkembangan paru-paru, saat membesarnya bronkus dan bronkiolus serta
berkembangnya duktus alveolaris, hampir selesai. Janin yang dilahirkan pada periode
ini akan berusaha bernafas, tetapi banyak yang akhirnya meninggal karena sakus
terminalis, yang diperlukan untuk pertukaran gas, belum terbentuk.5

4
Minggu ke-28 gestasi, panjang kepala-bokong sekitar 25cm, dan berat janin
sekitar 1100g. Kulit janin yang tipis bewarna merah dan ditutupi oleh verniks
kaseosa. Membrane pupil baru saja menghilang dari mata. Neonatus normal yang
dilahirkan pada usia ini memiliki 90% kemungkinan untuk bertahan hidup tanpa
hendaya fisik atau neurologis.5
Minggu ke-32 gestasi, janin telah mencapai panjang kepala-bokong 28cm dan
berat sekitar 1800g. Kulit permukaan masih merah dan keriput.5
Minggu ke-36 gestasi, panjang rerata kepala-bokong pada janin usia ini adalah
sekitar 32 cm, dan berat badan reratanya sekitar 2500g. Karena penimbunan lemak
subkutan, tubuh menjadi lebih bulat, serta gambaran keriput pada wajah telah
menghilang.5
Minggu ke-40 gestasi, merupakan periode saat janin dianggap aterm menurut
usia yang dihitung dari awitan periode menstruasi terakhir. Janin telah berkembang
sempurna. Panjang rerata kepala-bokong adalah sekitar 36 cm, dan berat kira-kira
3400g.5

2.1.3. Klasifikasi Berat Lahir


Menurut Prawirohardjo (2002), berat badan bayi baru lahir diklasifikasikan
sebagai berikut1,2 :
1. Bayi berat lahir besar ( BBLB )
Adalah bayi dengan berat lahir > 4000 gram.
2. Bayi berat lahir cukup
Adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 -4000 gram.
3. Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant
Adalah bayi dengan berat badan lahir 1500 - < 2500 gram.
4. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) / Very low birthweight infant
Adalah bayi dengan berat badan lahir 1000 - < 1500 gram.

5
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir

Menurut Saifuddin (2008) berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu6 :
1. Faktor ibu yang meliputi :
a. Status Gizi Ibu
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama kehamilan
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung, selain
itu gizi ibu hamil menentukan berat badan bayi yang dilahirkan, maka
pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Penilaian status
gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Penilaian status gizi wanita
hamil meliputi evaluasi terhadap faktor resiko, diet, pengukuran
antropometri dan biokimiawi. Penilaian tentang asupan pangan dapat
diperoleh melalui recall 24 jam (Arisman, 2007). Penilaian status gizi dan
perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan untuk memperkirakan
laju pertumbuhan janin. Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama
hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapt mempengaruhi proses pertumbuhan
janin (Supariasa, dkk. 2003 ) Rosso, 1990, menyebutkan kehidupan
intrauterine dibagi dalam tiga fase pertumbuhan, yaitu fase germinal,
embrional dan fetus (janin). Fase germinal berlangsung pada waktu 10-14
hari setelah pembuahan, fase embrional berkembang mulai pada 2-8
minggu setelah pembuahan. Embrio sensitif terhadap perubahan suplai
gizi dan oksigen. Pada saat ketersediaan oksigen menurun atau
kekurangan gizi tertentu dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan
permanen. Fase fetus berkembang delapan minggu setelah pembuahan.
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur
(WUS) umur 15-49 tahun termasuk wanita hamil adalah melakukan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pengukuran LILA adalah suatu
cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) wanita

6
usia subur (WUS). Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya
sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja (Supariasa, dkk. 2003)
pada pengukuran antropometri, pengukuran LILA mengambarkan tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit yang mencerminkan
cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan status kekurangan energi
protein maupun kekurangan energi kronik pada wanita usia subur
(Susilowati. 2008).
Malnutrisi pada awal kehamilan mengakibatkan terbentuknya
organ-organ yang lebih kecil dengan ukuran sel normal dan jumlah sel
yang kurang permanen, sedangkan malnutrisi pada kehamilan lanjut
mengakibatkan terbentuk organ yang lebih kecil dengan jumlah sel yang
cukup dan ukuran sel yang lebih kecil, sehingga dapat menimbulkan
cacat bawaan.
Malnutrisi seperti Kekurangan Energi Protein akan mengakibatkan
ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin.
Volume darah ibu malnutrisi menurun dan cardiac output tidak adekuat.
Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya aliran darah ke plasenta di ikuti
diikuti transfer zat-zat makanan berkurang. Ukuran plasenta yang lebih
kecil dari normal berakibat berkurangnya transfer zat-zat makanan hingga
pertumbuhan janin mengalami retardasi (Soetjiningsih, 2000).
Selama janin tumbuh dan berkembang dalam dua bulan terakhir
kehamilan, terjadi peningkatan protein yang lebih banyak dari pada
lemak. Selain itu pada janin terjadi pula pertambahan yang nyata pada
natrium, kalsium, dan besi. Suryani, 2002, menyebutkan bahwa
pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium akhir
kehamilan, sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada
stadium akhir tersebut. Kebutuhan zat gizi makro berupa protein terutama
asam amino di transpor melalui plasenta yang kemudian disintetis oleh
fetus menjadi protein jaringan.

7
Suplai zat-zat makanan ke janin yang sedang tumbuh tergantung
pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat yang
diangkutnya. Janin yang malnutrisi pada umumnya disebabkan oleh
gangguan suplai makanan dari ibu, misalnya pada kelainan pembuluh
darah plasenta, ibu dengan kekurangan energi protein. Pertumbuhan sel
janin adalah hasil dari sintetis protein yang berasal dari asam amino yang
ditransfer melalui plasenta.
Ibu yang malnutrisi mempunyai plasenta yang beratnya lebih
rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak malnutrisi. Dari berbagai
penelitian, penurunan berat plasenta berkisar 14-50 %, rasio protein/DNA
menurun, permukaan villous berkurang akibat pertukaran darah ibu-janin
yang menurun.
Selain itu dari hasil pengamatan ada hubungan yang kuat antara
keadaan gizi ibu sebelum hamil dengan berat bayi yang dilahirkan. Ibu
dengan kondisi kurang gizi yang tidak dapat membentuk plasenta sehat
yang cukup menyimpan zat-zat gizi untuk janin selama pertumbuhannya.
Sebelum hamil, gizi ibu yang kurang baik perlu diperhatikan, sedangkan
yang obesitas diusahakan untuk mendekati normal sehingga mereka
mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatkan bayi yang sehat.

Kekurangan gizi juga dapat menimbulkan keguguran, abortus,


bayi lahir mati, kematian neonatal, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), dan lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) (Soetjiningsih, 2000)

b. Umur
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir, kehamilan
dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup
umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ

8
reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan
kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu
tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan
sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka
anak yang dilahirkan akan semakin ringan.
Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan
diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat
mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak
peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan
panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu
ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir
dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di
usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim
serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat
bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan
dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan
kehamilan pada usia antara 20-35 tahun.
Menurut Depkes RI (1999, p.4) menyatakan bahwa ibu sebaiknya
ibu hamil pada umur 20 – 35 tahun, karena masa tersebut merupakan masa
yang aman untuk hamil alasanya, mulai umur 20 tahun rahim dan bagian –
bagian lainya sudah benar – benar siap untuk untuk menerima kehamilan.
Menurut Depkes RI (1999, p.40) menyatakan bahwa kehamilan
pada umur dibawah 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang
dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan
yang sulit, sedangkan kehamilan pada usia > 35 tahun kesehatan dan
keadaan rahim tidak sebaik seperti pada umur 20 – 35 tahun sebelumnya,
hingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama,
perdarahan dan risiko cacat bawaan.

9
c. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,
prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam
arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas
dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau
lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi
kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering
mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan
letak bayi sungsang ataupun melintang. Menurut Depkes RI (1999, p.40)
jumlah anak >4 orang perlu diwaspadai kemungkinan persalinan lama,
karena makin banyak anak, rahim ibu makin lemah.
d. Penyakit menahun
Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi serius trimester
kedua dan ketiga dengan gejala klinis seperti edema, hipertensi,
protenuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan diatas 20
minggu dan dapat terjadi antepartum, intrapartum dan pascapartum.
Dengan terjadinya hipertensi, maka terjadi spasme pembuluh darah,
sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta, maka sirkulasi uteroplasenter
akan terganggu, pasokan nutrisi dan 02 akan terganggu sehingga janin
akan mengalami pertumbuhan janin yang terganggu sehingga janin akan
mengalami pertumbuhan janin yang terganggu dan bayi akan lahir dengan
berat bayi lahir rendah.

2. Faktor kehamilan yang meliputi hidramnion; gemeli; perdarahan antepartum;


pre eklamsi atau eklamsi dan ketuban pecah dini
3. Faktor janin, yang meliputi cacat bawaan, infeksi dalam rahim.

2.2. Taksiran Berat Janin

Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat badan anak, yaitu
dengan pemeriksaan ultrasonografi, dengan pengukuran diameter biparietal,

10
pengukuran tinggi fundus uteri maupun pengukuran lingkaran perut. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pengukuran atau taksiran dan diperkirakan tidak dapat
dikoreksi seperti tumor rahim, hidramnion, plasenta previa, kehamilan ganda
dikeluarkan dari penelitian, sedangkan obesitas, paritas, kondisi selaput ketuban,
penurunan bagian terbawah janin (station).1
Berat badan penting diukur sebelum proses persalinan mulai, gunanya untuk
mengantisipasi kemungkinan penyulit kehamilan, persalinan seperti gangguan
pertumbuhan bayi atau makrosomia (Bayi Besar).4

2.2.1. Cara Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

Dalam pengunaan klinis sehari-hari, metode yang sering digunakan adalah


rumus Johnson Toshach. Namun rumus tersebut hanya dapat digunakan pada
presentasi vertex, dimana pemeriksa sebelumnya melakukan pengukuran tinggi
fundus uteri, turunnya kepala dan dimasukkan kedalam rumus. Untuk dapat
mengukur tinggi fundus uteri dengan baik, sebelumnya kantung kencing harus dalam
keadaan kosong, kemudian tinggi fundus uteri di ukur dalam satuan sentimeter
dengan pita meteran. Ujung dari pita meteran diletakkan pada tepi atas simfisis pubis
melalui garis tengah abdomen dilakukan pengukuran sampai puncak fundus uteri.
(Numprasert 2004). 7

Gambar 1. pengukuran tinggi fundus uteri.

11
Sedangkan untuk penurunan bagian terbawah janin digambarkan dalam
hubungannya dengan spina ischidica yang terletak ditengah-tengah antara pintu atas
panggul dan pintu bawah panggul. Pada tahun 1988, American College of
Obstetricians and Gynecologist mulai mengunakan suatu klasifikasi station yang
membagi panggul atas dan bawah menjadi lima bagian. Pembagian ini
mengambarkan ukuran diatas dan dibawah spina. Jadi saat bagian terbawah janin
turun dari pintu atas panggul menuju spina ischiadica disebut station -5,-4,-3,-2,-1
lalu 0 (spina ischiadica). Dibawah spina ischiadica bagian terbawah janin melewati
+1,+2,+3,+4,+5, dimana +5 setara dengan kepala janin terlihat diintroitus vagina. Ada
juga yang menggunakan bidang Hodge (bagian-bagian dari panggul), yang terdiri dari
(Cuningham 2006, Mochtar 1998) 1,2
a. Bidang Hodge I : Promontorium pinggir atas simfisis
b. Bidang Hodge II : Tepi bawah simfisis
c. Bidang Hodge III : Sejajar spina ischiadica
d. Bidang Hodge IV : Ujung Os.coccygeus
Belizan dalam penelitiannya mengemukakan bahwa tidak ada variasi dalam distribusi
tinggi fundus uteri antara presentasi kepala atau presentasi bokong, kepala yang
sudah engaged atau belum, nulli atau multipara. Kesalahan dalam pengukuran
mungkin terjadi dalam teknik mengukur dan hal ini dapat dikurangi dengan cara
membandingkan ukuran dari fundus uteri kearah simfisis dengan dari simfisis ke
fundus uteri. 1,6

2.2.2. Penentuan Berat Janin Dengan Rumus Johnson Toshach


Johnson dan Toshach (1954) menggunakan suatu metode untuk menaksir berat
janin dengan pengukuran ( TFU ) tinggi fundus uteri, yaitu dengan mengukur jarak
antara tepi atas symfisis pubis sampai puncak fundus uteri dengan mengikuti
lengkungan uterus, memakai pita pengukur serta melakukan pemeriksaan dalam (
vaginal toucher ) untuk mengetahui penurunan bagian terendah dikurangi dengan 13
yang kemudian dibagi dinyatakan dalam lbs atau pon. dikenal juga dengan rumus
Johnson Toshach. Rumus terbagi tiga berdasarkan penurunan kepala janin7 :

12
a. Berat janin = (Tinggi fundus uteri - 13) x 155, bila kepala janin masih
floating
b. Berat janin = (Tinggi fundus uteri – 12) x 155, bila kepala janin sudah
memasuki pintu atas panggul / H II
c. Berat janin = (Tinggi fundus uteri – 11) x 155, bila kepala janin sudah
melawati H III

Gambar 2. Pengukuran tinggi fundus menurut Johnson Toshach

Kepala masih Kepala masih


Tinggi Kepala belum
berada di atas berada di
Fundus Uteri melewati pintu
spina bawah spina
( cm ) atas panggul
ischiadika ischiadika
24 1705 1860 2015
25 1860 2015 2170
26 2015 2170 2325
27 2170 2325 2480
28 2325 2480 2635
29 2480 2635 2790

13
30 2635 2790 2945
31 2790 2945 3100
32 2945 3100 3255
33 3100 3255 3410
34 3255 3410 3565
35 3410 3565 3720
36 3565 3720 3875
37 3720 387 4030
38 3875 4030 4185
39 4030 4185 4340
40 4185 4340 4495
Tabel 1. Taksiran berat badan Janin berdasarkan Rumus Johnson Toshach

Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu dilakukan pengosongan kandung


kemih. Bila ketuban sudah pecah ditambah 10% dan tinggi fundus diukur dalam
sentimeter.9

Grafik 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan Lubchenco

14
Kriteria berat badan janin berdasarkan usia kehamilan menurut Lubchenco yaitu9 :
a. AGA ( Appropriate for Gestational Age )
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir antara persentil 10 sampai persentil
90
b. SGA ( Small for Gestational Age )
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < persentil 10
c. LGA ( Large for Gestational Age )
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > persentil 90

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Jenis penelitian survey deskriptif dengan membandingkan taksiran berat badan
janin menggunakan rumus Johnson Toshach dengan berat bayi baru lahir.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Solok mulai
tanggal 24 Februari sampai 2 April 2017.

3.3. Populasi Penelitian


Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang datang ke ponek dan nifas
Obstetri dan Ginekologi RSUD Solok.

3.4. Sampel Penelitian


Seluruh ibu hamil yang melahirkan.

3.5. Kriteria Penerimaan


Semua ibu hamil yang melahirkan di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD
Solok dimasukkan kedalam penelitian ini baik primipara maupun multipara.

3.6. Kriteria Penolakan


Pasien yang menolak untuk dijadikan sampel penelitian

3.7. Bahan Dan Cara Kerja

Bahan dan cara kerja pada penelitian :


a. Pasien yang memenuhi kriteria penerimaan diminta persetujuannya secara
tertulis untuk ikut serta dalam penelitian.

16
b. Dicatat identitas penderita
c. Dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri menggunakan meteren dimana
ujung dari pita meteran diletakkan pada tepi atas simfisis pubis melalui garis
tengah abdomen dilakukan pengukuran sampai puncak fundus uteri.
d. Setelah itu dilakukan perhitungan taksiran berat badan janin meggunakan
rumus Johnson Toshach
e. Kemudian bandingkan taksiran berat badan janin berdasarkan rumus Johnson
Toshach dengan berat badan bayi sebenarnya.

3.8. Manajemen Dan Analisis Data

Terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan editing dan cleaning data.
Selanjutnya untuk melihat perbedaan dari data-data taksiran berat badan janin
menggunakan rumus Johnson Toshach dengan berat badan janin sebenarnya dengan
pencarian rata-rata dan presentase frekuensinya. Dikatakan berbeda bermakna apabila
ditemukan perbedaan ≥10 %.

17
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai gambaran taksiran berat badan janin berdasarkan rumus


Johnson Toshach dengan berat badan bayi sebenarnya dilakukan di Bagian Obstetri
dan Ginekologi RSUD Solok yang berlangsung mulai tanggal 24 Februari – 2 April
2017 merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Jumlah sampel pada penelitian
ini berjumlah 115 orang.

Berdasarkan hasil data penelitian ( Lampiran ), diperoleh 115 sampel,


didapatkan :

S EFW ≤ 10 % % EFW ≥ 10 % %
115 97 84.4 % 18 15.6 %

EFW
15.6
%

EFW ≤ 10 %

EFW ≥ 10 %
Ket :
84.4%
EFW ( Estimated Fetal
Weight )

Grafik 2. Taksiran berat janin


Berdasarkan tabel dan diagram diatas, dari 115 sampel, didapatkan jumlah
taksiran berat badan janin menggunakan rumus Johnson Toshach didapatkan
berjumlah 97 sampel yang hasil EFW ≤ 10 % dan 18 sampel yang hasil EFW ≥ 10
% . Sehingga dapat digambarkan bahwa taksiran berat janin menggunakan rumus
Johnson Toshach memberikan bahwa rumus Johnson Toshach memiliki akurasi lebih
tinggi namun prinsip kehati-hatian perlu untuk ditingkatkan dalam mengukur tinggi
fundus uteri untuk menafsirkan berat badan janin. Faktor-faktor yang berpengaruh

18
terhadap pengukuran atau taksiran dan diperkirakan tidak dapat dikoreksi seperti
hidramnion, kehamilan ganda, tumor rahim, plasenta previa tidak akan memberikan
akurasi yang tinggi. Dan dapat disimpulkan penelitian yang dilakukan pada tanggal
24 Februari – 2 April 2017 di bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Solok bahwa
taksiran berat badan janin menurut rumus Johnson Toshach dengan berat badan lahir
tidak begitu signifikan sehingga keakuratannya dinilai cukup relevan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mardeyanti dengan jenis
penelitian survey analytic dengan studi komparatif dengan membandingkan taksiran
berat badan janin dengan berat bayi baru lahir. Populasi penelitian adalah semua ibu
hamil yang akan melahirkan yang ada di Puskesmas Kecamatan Cakung, dengan
kriteria : ibu hamil yang akan melahirkan; kehamilan cukup bulan; dan ibu hamil
tidak mempunyai kelainan patofisiologis (preeklampsia , eklampsia, kehamilan
kembar, caesar, hidramnion). Jumlah sampel pada penelitianini adalah 153 orang.
Data dalam penelitian ini adalah data tinggi fundus uteri dihitung dengan cara
mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan metline pada ibu yang akan
melahirkan, mengisi kuesioner tentang karakteristik ibu hamil, berat bayi lahir diukur
sesaat setelah bayi lahir. Analisa data dilakukan dengan T-Test Dependent yaitu untuk
membandingkan hasil penghitungan taksiran berat badan janin dengan berat badan
lahir bayi.
Tabel. 2
Karakteristik responden
Karakteristik N = 153 %
Taksiran beratbadan
janin
<2500 gram 8 5.22
2500 – 4000 gram 145 94.78
>4000 gram - -
Umur

19
<20 th 12 7.84
20 – 35 th 133 86.93
>35 th 8 5.23
Paritas
1 40 26.14
>1 113 73.86
Jarak Hamil
< 2 tahun 47 30.72
≥2 - -
Pendidikan
Rendah 72 47.06
Tinggi 81 52.94
Pekerjaan
Ya 20 13.07
Tidak 133 86.93
Umur Hamil
< 36 minggu 1 0.65
36 – 40 minggu 124 81.05
>40 minggu 28 18.30

20
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penentuan berat janin dengan rumus Johnson Tohsach
penurunan kepala janin berat janin = (tinggi fundus uteri - 13) x 155, bila
kepala janin masih floating, berat janin = (tinggi fundus uteri – 12) x 155, bila
kepala janin sudah memasuki pintu atas panggul / H II, berat janin = ( tinggi
fundus uteri – 11 ) x 155, bila kepala janin sudah melawati H III.
Penelitian mengenai gambaran taksiran berat badan janin berdasarkan
rumus Johnson Toshach dengan berat badan bayi sebenarnya dilakukan di
Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Solok yang berlangsung mulai tanggal
24 Februari – 2 April 2017 dengan jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah
115 orang didapatkan jumlah taksiran berat badan janin menggunakan rumus
Johnson Toshach berjumlah 97 sampel yang hasil EFW ≤ 10 % dan 18 sampel
yang hasil EFW ≥ 10 % . Dapat disimpulkan bahwa taksiran berat badan janin
menurut rumus Johnson Toshach dengan berat badan lahir tidak begitu
signifikan sehingga keakuratannya dinilai cukup relevan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono, Prawirohardjo. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
3. Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
4. Prawirohardjo, Sarwono.(1997). Ilmu Kebidanan. Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Cunningham, F.G, Gant, N.F, Leveno KJ, Gilstrap, LC, Hauth, JC,
Wenstrom, KD. 2005 Obstetri William, Vol. 1 edisi 21, EGC
6. Sinclair, Constance. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC, 2009.
7. Julianty. K dkk. 2005. Perbandingan Akurasi Taksiran Berat Badan Janin
Menggunakan Rumus Johnson Tohsach dengan Modifikasi Rumus
Johnson Menurut Syahrir
8. Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2010.
9. Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak Edisi II. Jakarta : EGC
10. Macdougall, Jane. 2003. Kehamilan Minggu Demi Minggu. Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama

22

Anda mungkin juga menyukai

  • Borang UKM
    Borang UKM
    Dokumen39 halaman
    Borang UKM
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • Minipro
    Minipro
    Dokumen44 halaman
    Minipro
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • MINI PROJECT AIR DINGIN Mantap
    MINI PROJECT AIR DINGIN Mantap
    Dokumen47 halaman
    MINI PROJECT AIR DINGIN Mantap
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • PENDAHULUAN Kelvin Minipro
    PENDAHULUAN Kelvin Minipro
    Dokumen33 halaman
    PENDAHULUAN Kelvin Minipro
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • Miniproject Fix
    Miniproject Fix
    Dokumen47 halaman
    Miniproject Fix
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • TOR Akreditasi
    TOR Akreditasi
    Dokumen4 halaman
    TOR Akreditasi
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • Tor Ppi
    Tor Ppi
    Dokumen4 halaman
    Tor Ppi
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • Notulen PPI
    Notulen PPI
    Dokumen4 halaman
    Notulen PPI
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • CP Gerd
    CP Gerd
    Dokumen1 halaman
    CP Gerd
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • PPK Gerd
    PPK Gerd
    Dokumen1 halaman
    PPK Gerd
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat
  • PPK Asma
    PPK Asma
    Dokumen6 halaman
    PPK Asma
    kelvin aidilfitra
    Belum ada peringkat