Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan Kota Menurut Parameter Kota (Studi Kasus: Wilayah Jakarta Pusat)

PERKEMBANGAN KOTA MENURUT PARAMETER KOTA


STUDI KASUS : WILAYAH JAKARTA PUSAT

Elsa Martini¹
¹Jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
elsa.riza@esaunggul.ac.id

Abstrak
Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan urbanisasi menyebabkan
terjadinya kepadatan penduduk di seluruh wilayah DKI Jakarta. Penduduk
selain memerlukan sandang dan pangan yang terpenting adalah papan yaitu
tempat tinggal. Sedangkan lahan di DKI Jakarta khususnya Jakarta Pusat sudah
semakin langka dan harganya semakin tinggi. Hal ini harus ditangani secara
tepat agar wilayah Jakarta Pusat ini penataan kotanya lebih teratur sehingga
terhindar dari penumpukan kependudukan disebagian daerah. Hal tersebut
dapat dilihat melalui perkembangan kota yaitu denga parameter kota.
Diharapkan dengan pendekatan perkembangan kota (parameter kota) dapat
dihasilkan perencanaan tata kota yang lebih baik.

Kata kunci: perkembangan kota, parameter kota, tata kota

Pendahuluan dalam kajian ini adalah wilayah administrasi


Secara substantif Jakarta sebagai ibukota Kotamadya Jakarta Pusat. Jakarta Pusat dengan
Negara Indonesia memiliki daya tarik tersendiri luas 48,17 km2 dengan kondisi topografi relatif
bagi setiap orang terutama dalam bidang datar dan secara administratif dibagi menjadi 8
pekerjaan yang mengakibatkan arus urbanisasi kecamatan, 44 kelurahan, 394 RW dan 4662 RT
masuk ke Jakarta dan berdampak pada kepadatan (bulan Januari 2008). Berikut batas wilayah
yang bertambah tinggi sehingga berpengaruh juga Kotamadya Jakarta Pusat:
terhadap perkembangan kota yang terjadi di Batas Utara:
Jakarta. Pada saat ini, Wilayah Jakarta Pusat - Jl. Duri Raya
merupakan zoning administrasi pemerintahan, - Jl. KH. Zainal Arifin
pusat perbelanjaan dan lain-lain. Selain terdapat - Jl. Sukardjo Wiryopranoto
kantor- kantor pemerintahan sepanjang jalan MH. - Rel kereta api
Thamrin, Istana Negara, juga terdapat pusat-pusat - Jl. Mangga Dua
perbelanjaan. Daerah permukiman yang terkenal - Jl. Sunter Kemayoran
mewah yaitu daerah Menteng. Namun disamping Batas Timur:
itu terdapat pula daerah permukiman yang padat - Jl. Jend. Achmad Yani (by Pass)
penduduk. Bentuk dari perkembangan kota yang Batas Selatan:
terjadi masih terkesan agak menyimpang dari - Jl. Pramuka
RTRW sehingga banyak bermunculan bangunan- - Jl. Matraman
bangunan yang tidak sesuai dengan RTRW - Klai Ciliwung (Banjir Kanal)
tersebut. - Jl. Jend. Sudirman
Memahami keadaan kota Jakarta - Jl. Hang Lekir
khususnya Kotamadya Jakarta Pusat serta Batas Barat:
memahami parameter dan cara perkembangan - Kali Grogol
kota Jakarta khususnya Jakarta Pusat dilihat dari - Jl. Palmerah
kondisi bangunannya untuk menjadi analisis - Jl. Palmerah Utara
perencanaan kota kedepan. - Jl. Aipda KS.Tubun
Ruang lingkup dalam kajian pembahasan - Jl. Jembatan Tinggi
materi ini akan difokuskan pada penerapan konsep - Banjir Kanal
perkembangan kota yang dilihat dari
pembangunannya, sementara lokasi yang diambil

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 2 November 2011 131


Perkembangan Kota Menurut Parameter Kota (Studi Kasus: Wilayah Jakarta Pusat)

Metode Penelitian perkembangan horizontal, perkembangan vertikal


Pengorganisasian sebuah daerah sebagai serta perkembangan interstisial.
kota tidak dilakuakan dalam konteks yang netral
atau kosong. Penyusunan perkotaan serta Perkembangan horizontal
pemakaian hirarki-hirarki di dalamnya selalu Cara perkembangannya mengarah ke luar.
dilakukan dalam konteks yang nyata berdasarkan Artinya, daerah bertambah, sedangkan ketinggian
parameter-parameter tertentu. Parameter- dan kuantitas lahan terbangun (coverage) tetap
parameter kota tersebut sangat bervariasi, tetapi sama. Perkembangan dengan cara ini sering
secara dasar dapat diamati ada perbedaan pokok terjadi di pinggir kota, dimana lahan masih lebih
antara kota dalam konteks urban modern dan murah dan dekat dengan jalan raya yang
dalam konteks rural tradisional. mengarah ke kota (dimana banyak keramaian).
Perbedaan pokok tersebut serta
lingkupnya perlu dipahami dengan jelas karena Perkembangan vertikal
sangat menentukan bentuk permukiman kota Cara perkembangannya mengarah ke atas.
secara arsitektural. Dalam realitas perkotaan, Artinya, daerah pembangunan dan kuantitas lahan
pembatasan antara pembagian parameter tersebut terbangun tetap sama,sedangkan ketinggian
secara tipologis lebih rumit karena pembatasan bangunan – bangunan bertambah. Perkembangan
antara kehidupan urban modern dan rural dengan cara ini sering terjadi di pusat kota
tradisional sering tercampur. (dimana harga lahan mahal) dan di pusat – pusat
Kerumitan pehatian parameter-parameter perdagangan yang memiliki potensi ekonomi.
di dalam kota saat ini bahkan lebih kompleks
karena jaman kota modern saat ini sudah Perkembangan interstisial
dilampaui oleh jaman kota global. Artinya, kota Cara perkembangannya dilangsungkan ke
industry dari jaman modern sudah dilalui oleh dalam. Artinya, daerah dan ketinggian bangunan –
kota pascamodern atau kota pascaindustri. Dalam bangunan rata-rata tetap sama, sedangkan
kenyataan tersebut banyak parameter baru ketinggian bangunan-bangunan rata-rata tetap
muncul, karena di samping pengetahuan dari sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun
bidang sejarah kota maka pengetahuan dari bidang (coverage) bertambah. Perkembangan dengan
ekologi kota menjadi kriteria yang utama untuk cara ini sering terjadi di pusat kota dan antara
memperhatikan kehidupan perkotaan di masa pusat dan pinggir kota yang kawasannya sudah
depan, baik bagi kota sendiri maupun dibatasi dan hanya dipadatkan.
lingkungannya.
Kota diteliti dan diilustrasikan dengan
baik bahwa sejak ada kota, maka juga ada Gambaran Umum Kotamadya Jakarta Pusat
perkembangannya, baik secara keseluruhan Jakarta Pusat adalah sebuah kota
maupun dalam bagiannya, baik kearah positif administrasi di pusat Daerah Khusus Ibukota
maupun negative. Kota bukan sesuatu yang Jakarta. Di sebelah utara Jakarta Pusat berbatasan
bersifat statis karena memiliki hubungan erat dengan Jakarta Utara, di sebelah timur dengan
dengan kehidupan pelakunya yang dilaksanakan Jakarta Timur, di sebelah selatan dengan Jakarta
dalam dimensi keempat yaitu waktu. Selatan dan di sebelah barat dengan Jakarta Barat.
Dinamika perkembangan kota pada Jakarta Pusat adalah administrasi terkecil Propinsi
prinsipnya baik dan alamiah karena DKI Jakarta, dengan luas 48,17 km2 dengan
perkembangan itu merupakan ekspresi dari kondisi topografi relative datar dan secara
perkembangan masyarakat di dalam kota tersebut. administratif dibagi menjadi 8 kecamatan.
Perkembangan perkotaan perlu Wilayah yang kini menjadi Jakarta Pusat
diperhatikan dari dua aspek yaitu dari sekarang ini merupakan bagian utama dari
perkembangan secara kuantitas dan secara pengembangan Batavia abad 19, ketika mulai
kualitas. Hubungan antara kedua aspek ini pindah ke wilayah Weltevreden (kawasan Gambir
sebetulnya erat dan di dalam skala makro agak saat ini). Beberapa bangunan masa lalu yang
kompleks karena masing-masing saling masih tersisa dan cukup terurus dengan baik
berpengaruh sehingga perkembangan suatu daerah hingga saat ini antara lain Istana Daendels (Kantor
tidak boleh dilihat secara terpisah dari Departemen Keuangan sekarang), Gedung
lingkungannya. Kesenian Jakarta, Istana Negara, Museum
Ada 3 cara perkembangan dasar di dalam Nasional dan yang tidak kalah penting adalah
kota, dengan tiga istilah teknis yaitu kawasan Menteng yang merupakan kota taman
dan mulai sepenuhnya megadopsi mobil dalam

132 Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 2 November 2011


Perkembangan Kota Menurut Parameter Kota (Studi Kasus: Wilayah Jakarta Pusat)

tata kota modern, suatu real estate komersial yang angka pertumbuhan sebelum krisis, paling tidak
pertama menandai liberalisasi ekonomi dan memberikan sinyal untuk menuju kondisi lebih
otonomi pemerintahan kota. baik di masa mendatang. Bila di masa krisis
pertumbuhan ekonomi Jakarta mengalami
kontraksi minus 17,49 persen dan jauh lebih
rendah dari pertumbuhan nasional saat itu sebesar
minus 13,13 persen, pada tahun 2002
pertumbuhan PDRB sudah mencapai 4,89 persen.
Pertumbuhan ini meningkat pesat menjadi 6,01
persen tahun 2005 dan 6,09 persen di tahun
2006.pertumbuahn tahun 2006 lebih lambat
disbanding tahun 2005, karena dampak BBm pada
triwulan terakhir tahun 2005.
Ekspor impor merupakan bagian dari
kegiatan perdagangan yang menjadi motor
penggerak pembangunan ekonomi di DKI Jakarta.
Pada pembentukan PDRB tahun 2005, sub sector
perdagangan memberikan kontribusi sebesar 20
persen.

Kondisi Sosial Budaya Kotamadya Jakarta


Pusat
Jakarta sebagai kota budaya dihuni oleh
berbagai bangsa dan suku dari seluruh Indonesia.
Keanekaragaman budaya local ditambah dengan
pengaruh budaya asing melahirkan
keanekaragaman corak seni dan budaya yang ada
di Jakarta. Berbaurnya suku – suku dari seluruh
tanah air dengan bangsa lain menciotakan
perpaduan adat istiadat, budaya dan falsafah hidup
hingga melahirkan corak budaya baru (multi etnis
dan multi budaya).
Kemajuan teknologi dan informasi
membawa dampak kemajuan bagi pengembangan
seni dan budaya. Namun bersamaan dengan itu
juga terjadi pengaruh negative yang menyebabkan
bergesernya nilai – nilai budaya nasional.

Kondisi Fisik dan Lingkungan Kotamadya


Jakarta Pusat
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi
dan terbukanya lapangan usaha menyebabkan
selain itu juga terdapat jalur Thamrin- pertumbuhan kegiatan sosial ekonomi yang
Sudirman yang dikembangkan pada era Sukarno meningkat, untuk itu perlu diikuti dengan
dengan ciri Hotel Indonesia, bundarannya patung- peningkatan sarana dan prasarana sosial ekonomi
patung, Senayan dan Ganefo serta lapangan baik kualitas maupun kuantitas. Untuk
Monas. Kini kawasan ini menjadi pusat utama mewujudkan kota Jakarta yang indah, sehat dan
kegiatan pemerintahan nasional serta menjadi nyaman baik sebagai pusat kegiatan ekonomi
pusat kediaman perwakilan Negara-Negara mapun pemukiman, pemerintah Kotamadya
sahabat. Jakarta Pusat dihadapkan pada kendala
kemampuan manajrial serta terbatasnya lahan dan
Kondisi Perekonomian Kotamadya Jakarta pembiayaan untuk dapat memberikan pelayanan
Pusat sarana dan prasarana publik yang memadai dan
Dari sisi pertumbuhan selama 5 tahun merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain
terakhir, perekonomian Jakarta tumbuh rata-rata 6 itu, jumlah penduduk yang besar dan angka
persen. Namun meskipun angka ini dibawah komuter yang tinggi menyebabkan tuntutan

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 2 November 2011 133


Perkembangan Kota Menurut Parameter Kota (Studi Kasus: Wilayah Jakarta Pusat)

terhadap ketersediaan sarana dan prasarana dilakukan dalam konteks yang nyata berdasarkan
perhubungan semakin meningkat. parameter – parameter tertentu. Secara dasar
Kondisi geografis Jakarta yang terletak di diamati ada perbedaan pokok antara kota dalam
dataran rendah dan menjadi muara dari 13 sungai konteks urban modern dan dalam konteks rural
juga menuntut upaya pengembangan sarana tradisional.
pengendalian banjir yang memadai. Penyediaan Kotamadya Jakarta Pusat tersusun dilihat
hunian dan fasilitas pendukungnya harus dari parameter kota sebagai berikut:
diprioritaskan bagi masyarakat berpenghasilan a. Kota Tradisional secara ruang/morfologi:
rendah dan miskin melalui perbaikan lingkungan kota disusun dengan memusatkan
pemukiman dan kawasan kumuh serta bangunan – bangunan simbolis dan
pembangunan rumah susun sederhana. publik, serta tempat tertentu. Hubungan
Penduduk Jakarta yang heterogen baik dengan lingkungan yang dekat. Wilayah –
latar belakang sosial budaya, etnis dan agama wilayah dibatasi secara jelas berdasarkan
memerlukan sarana dan prasarana yang memadai kelompok etnis.
guna memenuhi tuntutan kebutuhan dan dinamika b. Kota modern secara ruang/morfologi:
masyarakat. Kebutuhan itu menyangkut sarana kota disusun dengan memusatkan
keagamaan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan institusi. Hubungan dengan lingkungan
seni budaya. Setiap tahun Pemprov DKI Jakarta yang jauh lewat teknologi komunikasi dan
telah berupaya untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas.
tersebut melalui APBD. Mengingat terbatasnya c. Kota tradisional secara ekonomi: sistem
APBD, maka masyarakat secara swadaya atas tukar menukar atau sistem keuangan yang
kesadaran sendiri telah memberikan kontribusi sederhana. Kekayaan berdasarkan
yang cukup berarti dalam pembangunan prsarana pemilikan tanah atau barang. Landasan
dan sarana sosial budaya. pada teknologi pertanian lokal.
Gambaran mengenai pembangunan Masyarakat cenderung berfokus pada
prasarana dan sarana sosial budaya 5 tahun penyediaan kebutuhan sendiri. Sistem
terakhir adalah sebagai berikut : sarana Ibadah< pertukaran.
sarana Pendidikan, sarana Kesehatan, sarana d. Kota modern secara ekonomi: sistem
Pagelaran Kesenian dan sarana Olahraga. perdagangan luas dan kompleks.
Aspek kesejahteraan masyarakat lainnya Kekayaan dihitung dengan capital.
yang dapat menggambarkan keberhasilan Landasan pada teknik industri.
pembangunan adalah kondisi perumahan dan Keterkaitan secara regional, nasional dan
pemukiman. Untuk mendukung tercapainya internasional. Pembagian kerja
komitmen pemerintah mewujudkan “city without berlangsung secara rumit dan spesifik.
slums”, pemerintah provinsi melakukan e. Kota tradisional secara politik : orientasi
peremajaan terhadap pemukiman kumuh yang ada tradisional. Tradisi – tradisi rohaniah.
di sekitar bantaran kali, bantaran rel kereta api, Ahli – ahli tertentu memiliki monopoli
ruang hijau terbuka dan areal lainnya yang bukan pengetahuan yang disebarkan secara luas.
peruntukan perumahan. Disamping itu pemerintah Ancaman hokum secara informal. Hukum
telah melakukan berbagai upaya antara lain bersifat represif. Kontrak secara fortal.
dengan merelokasi pemukiman kumuh menjadi Penting hubungannya dengan yang
pemukiman yang layak huni dengan membangun berkuasa. Latar belakang keluarga
rumah susun (Rusun), khususnya rumah susun penting.
sederhana yang diperuntukan bagi masyarakat f. Kota modern secara politik; orientasi
yang tidak mampu. Pembangunan rusun Bumi irasional . tradisi sekuler. Jarak
Citra Idaman di Cengkareng dan Muara Angke pengetahuan jauh antara para ahli dan
dalam rangka normalisasi kali, menjadi model orang biasa. Kekuasaan dikelola oleh para
pembangunan rusun perkotaan di Indonesia. kapitalis, teknokrat dan birokrat.
Untuk itu Jakarta mendapat kehormatan sebagai Ancaman hukuman secara institusional.
percontohan. Kontrak secara formal. Latar belakang
keluarga dianggap sekunder.
Analisis Parameter Kota g. Kota tradisional secara sosial budaya:
Pengorganisasian sebuah daerah sebagai penekanan pada hubungan dalam keluarga
kota tidak dilakukan dalam konteks yang netral besar. Rasa kebersamaan. Komunikasi
atau kosong. Penyusunan perkotaan serta secara berhadapan muka. Budaya
pemakaian hirarki – hirarki di dalamnya selalu

134 Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 2 November 2011


Perkembangan Kota Menurut Parameter Kota (Studi Kasus: Wilayah Jakarta Pusat)

homogeni. Kepercayaan ritual. Status Kesimpulan


diberikan. Perkembangan kotamadya Jakarta Pusat
h. Kota modern secara sosial budaya: umumnya DKI ajakarta tidak terlepas dari
penekanan pada individu sebagai unit. pertumbuhan wilayah, baik dari aspek sosial,
Peran terpisah – pisah. Mobilitas sosial. ekonomi, politik maupun perkembangan ruang.
Komunikasi missal. Budaya heterogen. Peningkatan jumlah penduduk menjadi salah satu
Keterasingan. Status dicapai oleh diri faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
sendiri. kota. Kebutuhan akan sarana dan prasarana serta
i. Parameter kota dilihat dari variasi lahan tinggal yang juga meningkat membuat
parameter kota diatas kotamadya Jakarta perkembangan terjadi pesat.
Pusat tergolong kota yang saat ini Kotamadya Jakarta Pusat berkembang
berkembang secara modern. Walaupun secara vertikal dan interstisial demi mencukupi
tidak bias dipungkiri bahwa kota Jakarta kebutuhan – kebutuhan masyarakat maupun
berkembang dimulai dari perilaku kebutuhan politik.
tradisional.
Saran
Analisis Perkembangan Kota Solusi dapat dilakukan untuk perencanaan
Secara teoritis dikenal 3 cara kotamadya Jakarta Pusat adalah perlunya
perkembangan dasar didalam kota, yakni perencanaan kota yang sesuai dengan RTRW
perkembangan secara horizontal, vertikal juga sehingga dapat berkelanjutan sesuai RTRW yang
interstisial. telah disahkan tersebut.
Perkembangan horizontal: cara
perkembangan mengarah keluar. Daerah Daftar Pustaka
bertambah sedangkan ketinggian tetap. Markus Zahnd, Perancangan kota secara terpadu,
Perkembangan vertikal: cara perkembangannya Seri Strategi Arsitektur 2
mengarah ke atas. Daerah tetap sedangkan Richard Hedman and Andrew Jaszewski,
ketinggian bertambah. Perkembangan interstisial: Fundamental of Urban Design, Planners
cara perkembangannya mengarah ke dalam. Press
Daerah dan ketinggian tetap sedang. Mike Douglass. 1998. A Regional Network
Kotamadya Jakarta Pusat berkembang Strategy for Reciprocal Rural-Urban
dinamis baik secara vertikal dan interstisial. Hal Linkages : An Agenda for Policy
ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan Research with Reference to Indonesia.
sosial masyarakat yang terus menunjukan angka Third World Planning Review. Vol 20.
peningkatan. No. 1.
Pada pusat kota seperti daerah Menteng Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26
sudah tidak dapat ditambah bangunan baru, Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
kalaupun ada bangunan baru sudah pasti
mengarah vertikal seperti didirikan apartemen,
perkantoran. Begitu pula daerah sekitar Menteng ,
perkembangannya mengarah vertikal karena
keterbatasan lahan.

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 2 November 2011 135

Anda mungkin juga menyukai