Anda di halaman 1dari 8

REKONSTRUKSI PADA TOMOGRAFI KOMPUTER

TERHADAP OBYEK UJI BUNDAR DAN SEGITIGA


Didik Tristianto
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama Surabaya
e-mail : akbar_didik@yahoo.com

ABSTRAK

Tomografi komputer merupakan peralatan medis yang digunakan untuk


mengidentifikasi internal organ tubuh. Dalam proses scanning digunakan waktu
penyamplingan sekitar 5000 ms pada setiap obyek uji yaitu bundar dan segitiga.
Diameter obyek uji yang digunakan dalam penelitian ini tidak melebihi dari 3 cm
dikarenakan meja scanning didesain dengan diameter 3 cm. Hasil rekonstruksi berupa
citra dua dimensi. Hasil rekonstruksi pada obyek uji bundar didapatkan rata-rata e-
max 0.9729 %, dan pada obyek uji segitiga didapatkan rata-rata 0.232 %.

Kata kunci : scanning, rekonstruksi, piksel

PENDAHULUAN Penelitian ini diharapkan mempunyai


Perkembangan ilmu hasil yang berupa citra dengan
pengetahuan dan teknologi menerapkan tiga resolusi yaitu
dibidang elektromedis sangat resolusi rendah, menengah dan
pesat sekali, oleh karena itu tinggi, sehingga dengan citra
diperlukan pengembangan terus tersebut dapat dilihat dengan jelas
menerus yang akhirnya dapat bahwa obyek akan tampak seperti
membantu para medis, sehingga bentuk semula.
dapat mempercepat dalam
mendiagnosa suatu permasalahan
pada organ tubuh para pasien. TUJUAN PENELITIAN
Tomografi komputer Dalam penelitian ini mempunyai
merupakan peralatan medis yang tujuan: menerapkan dan
biasa digunakan untuk melihat menganalisis hasil obyek uji pada
internal organ tubuh manusia obyek uji bundar dan obyek uji
seperti melihat kondisi jantung, segitiga, dengan proses scanning
paru-paru, tulang dll. Apabila ada yang diharapkan menghasilkan citra
kelainan pada organ tubuh maka dua dimensi.
dapat cepat dilakukan tindakan
untuk menolong para pasien yang
mengalami sakit atau kelainan. TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya sistem Sistem Tomografi Komputer.
Tomografi Kompouter menyangkut Sistem Tomografi Komputer
distribusi serapan radiasi oleh dapat disebut juga Computerized
suatu bahan. Dengan adanya Tomography. Beberapa aplikasi
distribusi serapan radiasi oleh tomografi yang pernah diwujudkan
bahan, proses dalam sistem oleh beberapa tokoh mulai tahun
Tomografi Komputer dapat 1956 – 1973 M. Aplikasi tomografi
menghasilkan citra internal dari pertama kali diwujudkan oleh Base
suatu obyek tanpa harus merusak Well (1956) ketika dia
bahan obyek itu sendiri. Dalam merekomendasi peta emisi
gelombang pendek yang dipancarkan
1
Jurnal Monitor, Vol. 1, No. 1, Juli 2012

matahari serangkaian dari Sistem tomografi komputer


serangkaian data radioastronomi. generasi pertama menggunakan
Sedangkan untuk aplikasi dalam sebuah detector dan sebuah sumber
bidang biologi, telah digunakan sinar–x dengan berkas pensil yang
pada mikroskop elektron untuk terkolimasi sangat tajam. Sistem
merekonstruksi biomolekul tomografi ini sring disebut dengan
kompleks dari serangkaian data sitem tomografi komputer translasi-
transmisi mikrogram pada rotasi, karena untuk memperoleh
berbagai sudut. Metode tersebut data proyeksi yang lengkap, sumber
dikembangkan oleh De Roisier dan detector harus gerakkan secara
(1968), Gordon, Bonder dan translasi-rotasi.
Herman (1970), Gilbert (1972),
Pada generasi kedua, detector
Smith, Peter dan Bates (1973).
yang digunakan tidak lagi tunggal,
Cormack dan Hounsfidd melainkan beberapa detector yang
adalah dua orang yang dianggap disusun berderet. Juga berkas sinar-x
mampu mewujudkan teknik tidak lagi paralel seperti pada
tomografi komputer dalam dunia generasi pertama melainkan berupa
kedokteran. Berkat perannya berkas kipas dengan sudut kipas
dalam mengembangkan tomografi yang kecil walaupun gerakkan nya
komputer, keduanya memperoleh dilakukan sama dengan generasi
Hadiah Nobel pada tahun 1979. pertama, namun prose dapat lebih
[Morgan, CL.;1980] singkat.
Setelah tomografi komputer Sistem tomografi komputer
sinar-x terbukti dapat diwujudkan, generasi ketiga menggunakan
teknik ini berkembang pesat. sumber sinar-X dengan berkas kipas
Berbagai sumber radiasi selain bersudut lebar dengan banyak
sinar-x, misalnya sinar-gamma, detector yang tersusun berderet
neutron, positron, bahkan gejala linear segaris atau melengkung
resonan magnetik inti (NMR) dan membentuk kurva. Berkas sinar-x
impedansi listrik yang digunakan. yang lebar melingkupi objek secara
Berbagai istilah baru dalam keseluruhan. Karena itu pada sistem
tomografi komputer berkembang ini, sumber dan detector praktis
diantaranya CT Scan hanya bergerak secara rotasi tanpa
(Computerized Tomography), perlu gerakan translasi.
SPECT (Single Photon Emission
Computerized Tomography),
Tomografi Neutron, PET (Photon
Emission Tomography), NMI
(Nuclear Magnetic Imaging) dan
EIT (Electrical Impedance
Tomography).
Pada gambar 2 dilukiskan
skema dasar sistem tomografi
komputer generasi pertama,
generasi kedua, generasi ketiga,
generasi kempat dan generasi
bentuk spiral. Perbedaan pada Gambar 1. Sistem Tomografi Pertama
tingkat generasi didasarkan pada (a) Generasi pertama, (b) Generasi
jumlah dan desain detector yang kedua, (c) Generasi ketiga, (d) Generasi
terlibat dan mekanisme translasi- keempat dan (e) Generasi bentuk
rotasi ketiga proses akuisisi spiral. [Ain Kh.;2003]
datanya.

2
Didik T. : Rekonstruksi Pada Tomografi …..

Pada sistem tomografi detektor secara bersama-sama


komputer generasi keempat bergerak translasi sepanjang daerah
digunakan sumber sinar-x dengan sumbu x, yaitu dari kedudukan –R
berkas kipas yang lebar dengan sampai dengan R, dimana R
detektor yang tersusun secara menyatakan radius lingkaran obyek.
penuh dalam bentuk lingkaran. Sepanjang gerak translasi
Sumber sinar-x bergerak pengambilan data dilakukan dengan
melingkar secara kontinyu lebar langkah x. Intensitas yang
sedangkan detektor diam. ditangkap detektor pada setiap
Sistem ini selanjutnya kedudukan sumber-detektor disebut
dikembangkan menjadi sistem raysum. Kumpulan raysum sepanjang
tomografi komputer generasi gerak translasinya disebut sebagai
lanjut dengan menggunakan data proyeksi, yang diperoleh
gererator berkas elektron dan sepanjang pada daerah penyinaran
target cicncin anoda serta aplikasi dari suatu arah sudut pandang
grakan spiral. Dengan prinsip ini, tertentu.
tidak ada gerakan, selain Setiap selesai satu gerak
perubahan arah tembakan translasi, posisi sumber-detektor
elektron kepada target anode diputar terhadap sumbu koordinat x-
penghasil sinar-x. y, dengan langkah rotasi  dari
kedudukan mulai sudut 0 sampai
Prinsip Kerja Sistem Tomografi dengan  radian. Pada kekudukan
Komputer. sudut dari  sampai dengan 2
Sistem tomografi secara radian akan dihasilkan data yang
komputer generasi pertama sama dengan data pada sudut 0
merupakan suatu sistem secara sampai dengan  radian. Jadi,
komputer yang paling sederhana. pengambilan data pada arah rotasi
Sistem ini menggunakan satu cukup mulai sudut 0 sampai dengan
sumber radiasi dan satu detektor.  radian.
Sumber radiasi dan detektor Setelah diperoleh data proyeksi
diletakkan segaris kemudian suatu obyek dari seluruh proses
digerakkan secara translasi dan pemayaran, data proyeksi tersebut
rotasi sehingga dihasilkan direkonstruksi untuk menghasilkan
informasi data serapan radiasi citra. Proses rekonstruksi
pada obyek secara lengkap. Proses menggunakan bantuan perangkat
penyinaran pada sistem tomografi komputer yang berisi program
secara komputer generasi pertama rekontruksi CT Imager.
dapat dilukiskan seperti pada
gambar 2.[Avinash C.Kak; 1999]
Resolusi Yang digunahakan
Dalam Penelitian.
Dalam penelitian ini
menggunakan resolusi rendah ,
menengah dan tinggi. Pada resolusi
rendah mempunyai imadge size 31
piksel x 31 piksel, resolusi menengah
Gambar 2. Susunan sistem tomografi 63 piksel x 63 piksel dan resolusi
secara komputer. [Avinash C.Kak; tinggi 127 piksel x 127 piksel.
1999]
Pada posisi yang sejajar
sumbu y, sumber radiasi dan

3
Jurnal Monitor, Vol. 1, No. 1, Juli 2012

Obyek Yang digunakan Dalam merekonstruksi tomografi emisi.


Penelitian. Keunggulan metode ini adalah
relative mudah secara konseptual
Dalam penelitian ini
dan mudah diimplementasikan dalam
menggunakan obyek uji bundar
program computer. Namun hasil
dan segitiga yang didalamnya
rekonstruksi yang diperoleh masih
terdapat lubang-lubang yang
kasar, akurasinya masih sangat
dilihat baik secara visual maupun
terbatas dan hasil citra
numerik. Besar obyek uji didesain
rekonstruksinya yang masih kabur.
tidak melebihi besar meja scan,
Secara umum kelemahan itu karena
karena secara logika apabila
efek bintang pada tiap titik
obyek uji luasnya melebihi meja
rekonstruksi [Brooks RA.;1976].
scan maka tidak akan terbaca dan
hasil citra kurang jelas. Seperti Hasil yang diperoleh pada
yang dijelaskan dalam gambar 2. rekonstruksi ini bukanlah nilai
sebenarnya, tetapi hanya merupakan
nilai perkiraan relative dari koefisien
METODOLOGI PENELITIAN atenuasi linier. Secara analitik
Metode Rekonstruksi Citra. dinotasikan sebagai (x.y).

Pada dasarnya proses
rekonstruksi citra adalah proses
 ( x, y )   p ( x
0
r ,  j ) (1.2)
invers transformasi radon yang
secara analitik dapat dinyatakan secara diskrit persamaan diatas
sebagai berikut: [Herman dapat dinyatakan sebagai:
GT.;1980 ] M
 ( x , y )   p ( x r ,  j ) 
(1.2)
 1    p ( x r ) / x r

2  
j 1
 ( x, y )   dx r d
 2  0  r cos(   )  x r dengan M adalah banyaknya jumlah
(1.1) proyeksi,  j adalah sudut proyeksi
dengan xr  ( x  y )
2 2 1/ 2
dan 
ke-j dan   adalah perubahan
  tan 1 (t / x) M
sudut rotasi . factor xr akan memilih
metode rekonstruksi dapat ray-sum yang memberi konstribusi
dikelompokkan menjadi empat, pada titik (x,y) yang dilewati. Karena
yaitu metode proyeksi balik itu nilai  ( x, y ) adalah jumlah dari
langsung atau metode seluruh ray-sum yang melewati titik
penjumlahan, metode fourier, tersebut. Hal inilah yang menjadi
metode proyeksi balik terfilter dan alasan mengapa proyeksi balik
metode iterasi (metode ekspansi langsung juga dikenal sebagai
deret). [Morlan CL.;1983] metode penjumlahan.
[Gordon R.;1974]

Metode Proyeksi Balik


Langsung Metode Transformasi Fourier

Metode rekonstruksi ini Metode ini mengasumsikan


pertama kali digunakan oleh bahwa fungsi kerapatan (koefisien
Oldendorf (1961) dalam tomografi atenuasi linier) dapat dinyatakan
transmisi radiografi dan sebagai integral fourier dua dimensi
dilanjutkan oleh Kuhl (1963) dan [Morgan CL.;1983].
Edward (1968) untuk

4
Didik T. : Rekonstruksi Pada Tomografi …..

 
 ( x, y )    F ( k x , k y )e
j 2 ( k x x  k y y )
dk x dk y 1 M 1
1 N 1
  j 2k y y / M
(1.3)
  F (k x , k y ) 
M
 
y 0  N
  ( x, y ) e
x 0
 j 2k x x / N
e

 ( x, y ) dinyatakan sebagai (1.9)
superposisi fungsi eksponensial  N 1 j 2k y x / N  j 2k y y / M
M 1
kompleks. Proses ini melibatkan F ( x, y )     F ( k x , k y )e
k y 0  k x 0
e
komputasi bilangan kompleks 
dimana gelombang sinus dan (1.10)
cosinus ditandai dengan
eksponensial kompleks, bagian
real dan imaginer menunjukkan Metode Proyeksi Balik Terfilter
fungsi sinus dan cosinus.
Implikasi penting dari
Sedangkan variable k x dan k y persamaan (1.14) dan (1.8) adalah
adalah bilangan gelombang (2) proyeksi balik yang paling
dalam arah x dan y. memungkinkan jika proyeksi tersebut
Koefisien Fourier F( k x , k y ) dimodifikasi dengan tepat atau
difilter. Hal ini merupakan dasar dari
ditentukan oleh transformasi
proyeksi balik terfilter.
fourier:
   j 2 ( k x , k y )
Secara umum terdapat tiga
F (k x , k y )   
 
f ( x, y )e dxdy macam pemfilteran yang telah
(1.4) banyak digunakan pada proyeksi
balik terfilter, diantaranya adalah
Pemutaran sumbu (x,y) filter fourier, filter Radon dan filter
menjadi sumbu baru (xr , yr) Konvolusi.
ditunjukkan dalam gambar 2.9
dengan sudut rotasi, a. Filter Fourier.
  tan 1 ( k x / k y ) Jika ditulis kembali dalam koordinat
kutub maka persamaan (1.3) akan
(1.5)
menjadi,
dan  

2 2 1/ 2
 ( x, y )    
F ( k x , k y )e j 2k ( x cos   y sin  ) k dkd
k  (k x / k y )
0
(1.6)
(1.11)
sehingga dihasilkan, Dimana  dan k mempunyai
   j 2 ( k x , k y ) definisi yang sama dengan definisi
F ( k x , k y )     ( x, y )e dx r dy r
   yang terdapat dalam persamaan
(1.7) (1.5) dan (1.6). Nilai k berkisar antara
Integral y r adalah ray-sum p(xr,) - hingga  dan  memiliki batas
integrasi 0 hingga . Dengan
yang diberikan dari persamaan
menggunakan persamaan (1.8) dan
(2.16), sehingga
mengganti F(kx,ky) dengan P(k,)

F ( k x , k y )   p ( x r ,  )e dxr  p ( k ,  ) dapat diperoleh:
 j 2k x r


(1.8)  ( x, y )  
0
p ' ( x cos   y sin ,  )d
dengan p ( k ,  ) adalah (1.12)
transformasi fourier dari p ( x r ,  ) . 
p , ( xr ,  )   k p ( k ,  )e j 2kx r dk
Transformasi Fourier diskrit, pada 

citra dengan ukuran N x N dapat (1.13)


dituliskan sebagai berikut, Secara komputasi persamaan
(2.34) dapat dituliskan menjadi:

5
Jurnal Monitor, Vol. 1, No. 1, Juli 2012

M Transformasi fourier kondisi cutof


 ( x, y )   p ' ( x cos  j  y sin  j ,  j )  pada k adalah:
j 1
km
(1.14) km sin 2 (sin k m x r )
 ke
j 2kxr
dk  sin( 2k m x r ) 
b. Filter Radon.
km
r  2 x2r
Teorema konvolusi (1.17)
menyatakan bahwa transformasi
fourier dari produk sebanding Dengan mengganti k yang
dengan konvolusi dari masing- terdapat dalam persamaan (1.13)
masing transformasi fourier. pada kondisi cutof –nya dan
Persamaan (1.13) menerapkan teorema konvolusi, akan
merepresentasikan transformasi diperoleh;
fourier dari produk dua fungsi k
P ( k ,  ) adalah P(xr , )

 k m sin[2k m ( x r  x , r )] sin 2 [k m
dan
p ( x r ,  )   p( x r ,  )
, ,

sedangkan transformasi k
   ( x r  x ,
r )  2 ( xr
1
adalah  . Dengan (1.18)
(2 2 x r )
2

Persamaan (1.18) dapat


menerapkan hasil masing-masing disederhanakan menjadi,
transformasi tersebut pada
persamaan (1.13), dapat diperoleh 
 sin 2 [k m ( x r  x , r )] 
persamaan: p ( x r ,  )  k m p( x r ,  )   p( x r ,  )
, ,


   2
( x  x , 2
r ) 
1 p( x , r ,  ) ,  r
p ( xr ,  )   2 
,
dx r (1.19)
2  ( x r  x , r ) 2
(1.15) dimana p , ( x r ,  ) adalah profil

Persamaan (1.15) dapat yang terukur, p ( x , r ,  ) adalah profil


diubah kedalam integral konolusi yang termodifikasi, dan km adalah
tunggal dengan cara melakukan frekuensi spasial terbesar yang
terdapat dalam proyeksi. Persamaan
derivative pada p( x , r ,  ) ,
(1.19) mempunyai bentuk integral
sehingga menjadi: konvolusi, sehingga nama tersebut
 digunakan pada filter ini.
1 p( x , r ,  ) / x , r ,
p ( xr ,  )   2  ( xr  x , r ) 2 dx r
,
Untuk tujuan implementasi
2 persamaan (1.19) dapat
(1.16) disederhanakan. Karena integral
tersebut hanya mengandung
Persamaan (1.16) dan (1.12) frekuensi hingga km , hal ini dapat
inilah yang mula-mula diturunkan diganti dengan penjumlahan spasi
oleh Radon saat memecahkan dari titik-titik pada interval w = ½ km.
masalah gravitasi. Dalam persamaan (1.19) terdapat
c. Filter Konvolusi. rumusan sin 2 [k m ( x r  x , r )] yang
Persamaan (1.14) masih hanya akan memiliki nilai 0 dan 1.
mengandung divergensi yang
diakibatkan oleh adanya factor k
Tergantung pada nilai k m ( xr  x , r ) ,
. Divergensi tersebut dapat genap ataukah ganjil relative
dihilangkan jika k diganti oleh terhadap w. Oleh karena itu
fungsi yang sebanding untuk k  persamaan (1.19) dapat ditulis
km dan digamti dengan nol untuk kembali menjadi,
k > km.

6
Didik T. : Rekonstruksi Pada Tomografi …..

p ( x ri ) 1 n
p ( x rj ) Dari sinogram direkonstruksi
p , ( x ri ) 
4w
 2
 w

j 1, ganjil (i  j )
2 akan menghasilkan citra. Hasil
rekonstruksi dapat dilihat dalam
(1.20) gambar 5:
Dalam persamaan (1.20) i dan j
bukanlah pangkat, melainkan ANALISIS HASIL PENELITIAN
suatu indeks. Dalam hasil sinigram pada
resolusi tinggi mempunyai hasil yang
Pemfilteran konvolusi lebih berkualitas tinggi pada imadge size
akurat dan cepat jika dibandingkan 127 piksel x 127 piksel. Hasil
dengan pemfilteran radon, karena pengujian scanning dilakukan lima
tidak memerlukan derivative. kali pengujian dengan obyek uji
Namun proses ini masih kalah berbeda dan hasil dari proyeksi
cepat jika dibandingkan dengan menghasilkan sinigram. Hasil
pemfilteran fourier. [Morgan sinogram dari obyek uji diperlihatkan
CL.;1983] dalam tabel berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Sinigram Pada Obyek Uji
Hasil pengujian scanning
Bundar
pada obyek uji adalah berupa citra Rmsd
dua dimensi dengan resolusi 127 File ke e-max (%)
(%)
piksel x 127 piksel. Dalam hasil 1 0.0636 0.304
pengujian scanning ini 2 0.0777 0.951
menggunakan kolimator 5 mm, 3 0.0495 0.304
4 0.0428 0.304
karena hasil pengujian lebih baik
5 0.0495 0.304
dibandingkan dengan kolimator 1 Rata-
mm dan 3 mm. Hal tersebut 0.05562 0.9729
rata
diakibatkan karena energi radiasi
yang ditangkap detektor radioaktif Tabel 2. Hasil Rekonstruksi Pada Obyek
habis. Hasil scanning obyek uji Uji Segitiga
referensi dapat dilihat dalam File ke
Rmsd e-max
gambar 4. Hasil rekonstruksi pada (%) (%)
1 0.0431 0.233
resolusi tinggi mempunyai hasil 2 0.0297 0.232
citra yang lebih jelas. 3 0.0278 0.234
4 0.0306 0.231
5 0.0335 0.230
Rata-rata 0.03402 0.232

KESIMPULAN
(a) (b) Dalam penelitian ini didapatkan
Gambar 4. Sinogram data scanning, suatu kesimpulan sebagai berikut:
(a) Obyek Uji Bundar, (b) Obyek uji 1. Pada proses scanning
segitiga dihasilkan sinogram, sinogram
dikonvolusi menghasilkan citra.
Pada obyek uji bundar hasilnya
sama dengan obyek uji semula
dan begitu juga obyek uji segitiga
mempunyai hasil yang sama pa
(a) (b) da obyek uji semula, baik dilihat
Gambar 5. Rekonstruksi Citra, (a) secara visual maupun secara
Obyek Uji Bundar, (b) Obyek uji numerik.
segitiga 2. Hasil rekonstruksi pada obyek
uji bundar didapatkan rata-rata

7
Jurnal Monitor, Vol. 1, No. 1, Juli 2012

e-max 0.9729 %, dan pada Morgan, CL., and Phil, m., 1983,
obyek uji segitiga didapatkan Basic Principle Of Computerized
rata-rata 0.232 %. Tomography, University Park
DAFTAR PUSTAKA Press, Baltimore.
Avinash C. Kak, 1999, Principle Of
Computerized Tomographic Rinaldi Munir, 2004, Pengolahan
imaging, IEEE Press. Citra Digital dengan Pendekatan
Algoritmik, Penerbit Informatika
Ain Kh., 2003, Fast Algebraic Bandung.
Reconstruction Method For
Raysum Data Raysum Data Set Rachmad Setiawan, Programmable
Of Pixel Based Sampling, UGM Peripheral Interface, Diktat Kuliah.
Yogyakarta.
RM. Francis, 1990, Osteoporosis,
Brooks, R.A., and Chiro, D., 1976, Kluwer Akademic Publisher,
Priciple of Computer Assisted London.
Tomography (CAT) in
Radiographyc and Well, D.J., David and M. Morgan,
Radioisotopic Imaging, 1994, Computer Tomography,
Phis.Med.Biol.,21(5). Material Form, Vol.18, PP.111-113

D. Protopopescu and J.C. Mc.


George, 2004, Experiment
Single Analyzer, Department Of
Phisics and Astronomi.

Glenn F. Knoll, 1989, Radiation


Detection And Measurement,
second edition, Jhon Wiley &
Sons.

Gordon, R., 1974, A Tutorial on


ART (Algebraic Reconstruction
Techniques), IEEE Transactions
on Nuclear Science, NS(21).

Herman, G.T., 1980, Imaging


Reconstruction from Projecion:
The Fundamentals of
Computed Tomography,
Academic Press, New York.

Jack D. Gaskill, John Willey & Sons,


1978, Linear system, Fourier
Transforms and Optics, New
York.

Kusminarto, 1998, Tinjauan Fisika


dan Matematika Tomografi dan
Perkembangannya, Jurnal Fisika
Indonesia, 8(11).

Anda mungkin juga menyukai