Hubungan Aktivitas Fisik Tinggi Terhadap Penurunan Kadar Hemoglobin Saat Menstruasi Dan Kejadian Dysmenorrhea Pada Wanita Pelatih Senam Aerobik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TINGGI TERHADAP PENURUNAN

KADAR HEMOGLOBIN SAAT MENSTRUASI DAN KEJADIAN


DYSMENORRHEA PADA WANITA PELATIH SENAM AEROBIK

Lituhayu Berlian Putri1, Zulkhah Noor2


Jurusan Kedokteran Umum
Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Intisari
Kesadaran masyarakat akan hidup sehat sudah semakin tinggi. Olahraga menjadi tren
tersendiri di kalangan masyarakat kita. Masyarakat telah menyadari efek positif yang
dihasilkan dari olahraga yang teratur. Olahraga untuk kesehatan tersebut memerlukan
takaran yang pas, sebab telah dipahami bahwa tidak setiap olahraga akan memberikan efek
yang positif. Olahraga senam aerobik adalah jenis olahraga rekreasi, dan bukan olahraga
kompetisi atau prestasi, maka frekuensi yang terbaik adalah dilakukan paling banyak 5 kali
seminggu dan tidak 7 kali seminggu. Tubuh membutuhkan pemulihan setelah berolahraga,
sehingga dengan melakukan olahraga secara berselang hari maka akan cukup memberi
kesempatan pada tubuh untuk memulihkan diri. Olahraga dengan intensitas tinggi
dikhawatirkan berpengaruh terhadap siklus menstruasi dan kesehatan reproduksinya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar hemoglobin saat
menstruasi, kejadian nyeri dysmenorrhea serta keteraturan siklus menstruasi pada wanita
pelatih senam intensitas rendah dan tinggi.
Subyek penelitian ini adalah 40 wanita pelatih senam aerobik yang memenuhi
kriteria subyek. Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan frekuensi melatih
senam per minggu yaitu intensitas rendah (aktifitas melatih kurang atau sama dengan 7 kali
per minggu) dan intensitas tinggi (aktifitas melatih lebih dari 7 kali per minggu). Penelitian
ini menggunakan alat berupa kuisioner dan pengukur hemoglobin Sahli. Setelah didapatkan
data masing-masing variabel, kemudian dilakukan uji statistik dengan uji T-test dan Chi
Square.
Prosentase keteraturan siklus menstruasi pada pelatih intensitas rendah yang teratur
sebanyak 85,00% dan pada pelatih intensitas tinggi sebanyak 70,00%. Prosentase kejadian
dysmenorhea pada pelatih intensitas rendah sebanyak 35,00% dan pada pelatih intensitas
tinggi sebanyak 45,00%. Prosentase penurunan kadar hemoglobin pada pelatih intensitas
rendah sebanyak 0,71 ± 0,51 gram/dl dan pada pelatih intensitas tinggi sebanyak 0,79 ± 0,47
gram/dl.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah tidak didapatkan perbedaan secara signifikan
mengenai keteraturan siklus menstruasi (p = 0,256), frekuensi kejadian dysmenorrhea (p =
0,519) dan penurunan kadar hemoglobin saat menstruasi (p = 0,761) antara pelatih intensitas
rendah dan intensitas tinggi.

Kata kunci : aerobik, pelatih wanita, nyeri menstruasi, hemoglobin.


1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Latar Belakang
Kesadaran masyarakat akan hidup menjadi dua kelompok yaitu kelompok
sehat sudah semakin tinggi. Olahraga dengan kadar hemoglobin rendah dan
menjadi tren tersendiri di kalangan kelompok dengan kadar hemoglobin
masyarakat kita. Masyarakat telah normal. Penyebab dari kelompok dengan
menyadari efek positif yang dihasilkan kadar hemoglobin rendah antara lain
dari olahraga yang teratur. Olahraga untuk adalah mengenai intake nutrisi.
kesehatan tersebut memerlukan takaran Ketidakseimbangan intake nutrisi dengan
yang pas, sebab telah dipahami bahwa aktifitas dapat menurunkan kadar
tidak setiap olahraga akan memberikan hemoglobin seseorang. Rendahnya kadar
efek yang positif. Olahraga senam aerobik hemoglobin ini dapat disebabkan oleh
adalah jenis olahraga rekreasi, dan bukan empat hal yaitu kurangnya asupan Fe
olahraga kompetisi atau prestasi, maka dalam diet yang kemudian dapat
frekuensi yang terbaik adalah dilakukan bermanifestasi sebagai anemia defisiensi
paling banyak 5 kali seminggu dan tidak 7 besi, meningkatnya kebutuhan tubuh akan
kali seminggu. Tubuh membutuhkan Fe dikarenakan aktifitas yang tinggi akan
pemulihan setelah berolahraga, sehingga menstimulasi peningkatan produksi sel
dengan melakukan olahraga secara darah merah yang memerlukan Fe,
berselang hari maka akan cukup memberi hilangnya darah dari tubuh yang kemudian
kesempatan pada tubuh untuk akan menyebabkan hilangnya Fe dari
memulihkan diri. Olahraga dengan dalam tubuh melalui cedera atau
intensitas tinggi dikhawatirkan menstruasi dan yang terakhir karena
berpengaruh terhadap siklus menstruasi terjadinya kekurangan konsumsi protein
dan kesehatan reproduksinya. sebagai bahan dasar dalam pembuatan
Menurut para ahli, permasalahan hemoglobin dalam tubuh. Nutrisi dalam
yang saat ini timbul di antara komunitas asupan sehari-hari pada seorang instruktur
atlet dunia, khususnya atlet wanita, adalah aerobik juga dapat mempengaruhi
munculnya Trias Atlet. Trias atlet adalah ketersediaan energi yang dimiliki oleh
kondisi klinis dari atlet yang ditandai instruktur tersebut. Apabila aktifitas
dengan munculnya gejala antara lain melatih yang tinggi tidak disertai dengan
ketersediaan energi yang rendah intake yang sesuai maka akan
(kelemahan dengan atau tanpa gangguan menghasilkan kekurangan energi yang
makan), osteoporosis prematur, dan membuat kelemahan pada instruktur
disfungsi menstruasi. Keadaan Trias Atlet tersebut (Quinn, 2007).
ini dapat berkembang menjadi keadaan Rumusan masalah yang akan
yang fatal bagi para atlet wanita. (Hobart, diteliti adalah apakah ada hubungan antara
et al., 2000). Temuan lapangan yang lain frekuensi aktifitas tinggi dari para
mengenai gangguan fungsi tubuh akibat instruktur aerobik terhadap gangguan
olahraga yang sering ditemui antara lain menstruasi, berapa banyak wanita pelatih
gangguan menstruasi yaitu dysmenorrhea senam aerobik yang mempunyai gangguan
dan perubahan kadar hemoglobin pada menstruasi baik berupa keteraturan siklus,
saat menstruasi. Dari berbagai penelitian dysmenorrhea, serta perubahan kadar
yang telah dilakukan, didapatkan bahwa hemoglobin karena menstruasi.
olahraga mempunyai hubungan dengan Tujuan dari penelitian ini adalah
penurunan gejala dysmenorrhea (Golomb, untuk mengetahui dan mengkaji
et al., 1998 cit. Levebvre, et al., 2005). perbedaan kejadian dysmenorrhea,
Kadar hemoglobin pada wanita perbedaan siklus menstruasi, dan
pelatih senam aerobik dapat dibedakan penurunan kadar hemoglobin karena
menstruasi antara wanita pelatih senam adalah sampel yang memakai alat
aerobik yang mempunyai aktifitas senam kontrasepsi KB. Hal ini dikarenakan
yang tinggi dan rendah . penggunaan alat kontrasepsi tertentu dapat
Hasil penelitian ini diharapkan menyebabkan perubahan siklus menstruasi
dapat bermanfaat bagi wanita dengan dan perdarahan menstruasi. Sampel
aktifitas tinggi, terutama pada pelatih penelitian dibagi menjadi 2 kelompok
senam aerobik. Diharapkan hasil berdasarkan frekuensi melatih senam yang
penelitian ini dapat digunakan untuk dilakukan selama satu minggu yaitu
menjaga kualitas hidup pelatih senam kelompok aktifitas rendah (pelatih aerobik
aerobik dan menghindarkan wanita pelatih dengan aktifitas melatih kurang atau sama
senam aerobik dari akibat-akibat yang dengan 7 kali per minggu) dan kelompok
tidak diinginkan. aktifitas tinggi (pelatih aerobik dengan
Ruang lingkup subyek adalah aktifitas melatih lebih dari 7 kali per
wanita usia subur yang aktif mengajar minggu). Penelitian dilaksanakan bila
senam aerobik di wilayah Daerah telah diperoleh persetujuan setelah
Istimewa Yogyakarta. Ruang lingkup penjelasan atau informed consent sebagai
lokasi di sanggar senam di wilayah tanda kesanggupan dan kebersediaan dari
Daerah Istimewa Yogyakarta. calon subyek penelitian untuk mengikuti
Penelitian tentang siklus penelitian ini.
menstruasi, dysmenorrhea, dan penurunan Variabel bebas dalam penelitian
kadar hemoglobin pada wanita yng ini yaitu : frekuensi melatih per minggu.
berolahraga dan wanita yang tidak Variabel dependen dalam penelitian ini
berolahraga yang pernah dilakukan oleh yaitu kejadian dysmenorrhea, keteraturan
peneliti terdahulu telah banyak dilakukan. siklus menstruasi, dan penurunan kadar
Namun penelitian tentang siklus hemoglobin saat menstruasi. Sedangkan
menstruasi, dysmenorrhea, dan penurunan variabel yang dikendalikan antara lain
kadar hemoglobin pada wanita pelatih jenis kelamin, usia, kontrasepsi, dan
senam aerobik sepanjang pengetahuan nutrisi.
peneliti belum pernah dilakukan. Latihan Aerobik adalah latihan
senam aerobik yang dilakukan oleh pelatih
Alat dan Bahan senam wanita selama 60 menit dengan
gerakan dan tahap tertentu.
Penelitian ini adalah penelitian Frekuensi melatih per minggu
observasional yang bersifat cross adalah menunjukkan jumlah latihan per
sectional study. Populasi adalah instruktur minggu yang dibedakan menjadi dua
senam aerobik wanita yang berada di kelompok, yaitu kelompok intensitas
Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampel rendah (dengan frekuensi latihan kurang
dalam penelitian ini adalah wanita pelatih atau sama dengan tujuh kali per minggu)
senam aerobik sebanyak 40 orang dalam dan intensitas tinggi (dengan frekuensi
usia produktif antara 20 – 40 tahun yang latihan lebih dari tujuh kali per minggu).
ditentukan secara random dengan Intensitas makan adalah
mempertimbangkan kriteria inklusi dan menunjukkan asupan gizi dari subyek
eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian yang dinilai dari frekuensi asupan dengan
ini adalah wanita usia subur antara 20 – 40 menu 4 sehat.
tahun, telah menjadi instruktur minimal Penurunan Kadar hemoglobin
selama 1 tahun, dan asupan nutrisi baik. adalah penurunan kadar hemoglobin
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini subyek dalam gram per desiliter (g/dl)
yang diukur berdasarkan selisih kuesioner. Tujuan pokok pemberian
pengukuran pada saat sebelum menstruasi kuesioner adalah memperoleh hasil
dan saat puncak menstruasi. Pengukuran relevan dengan tujuan penelitian
menggunakan metode Sahli. memperoleh informasi dengan realitas dan
Kejadian dysmenorrhea adalah validitas setinggi mungkin. Kuesioner
menunjukkan ada tidaknya nyeri yang dibagikan kepada wanita pelatih senam
bersifat tajam, spasme yang siklik atau aerobik di sanggar-sanggar senam.
menetap, dan biasanya terpusat pada Kadar Hemoglobin akan diukur
daerah suprapubik. Nyeri dapat tersebar pada saat sebelum menstruasi dan pada
sampai ke bagian punggung kaki dan saat puncak menstruasi. Pengukuran kadar
punggung bagian bawah, muncul beberapa Hemoglobin menggunakan metode
jam setelah menstruasi mulai dan pengukuran hemoglobin Sahli.
mencapai puncak pada saat aliran darah Validitas cara pengukuran
meningkat selama hari pertama atau kedua ditingkatkan dengan penerapan prosedur
menstruasi pengukuran yang cermat, teliti, dan benar.
Siklus menstruasi, yang teratur Kadar Hemoglobin diukur dengan benar,
adalah siklus yang normal dengan rata- menggunakan satu ukuran yang sesuai
rata panjang siklus adalah 28 hari. dengan standar. Alat yang digunakan
Sedangkan siklus yang tidak teratur adalah adalah alat yang masih baru untuk
dimana siklus menstruasi lebih dari 45 menghindari adanya perubahan warna
hari atau tidak terjadi menstruasi selama 3 pada tabung indikator alat Hemoglobin
– 6 bulan atau lebih pada orang yang telah Sahli.
mengalami siklus menstruasi. Analisa data untuk mengetahui
Pada penelitian ini akan digunakan tingkat signifikansi perbedaan rerata
alat dan bahan yaitu alat tulis, surat penurunan kadar hemoglobin antara
Persetujuan untuk dijadikan probandus kelompok wanita dengan aktifitas tinggi
(informed consent), alat pengukuran dan aktifitas rendah pada penelitian ini
Hemoglobin Sahli, kuesioner, kalender adalah Uji T. Analisa data untuk
kegiatan sebagai catatan data penelitian. mengetahui tingkat signifikansi perbedaan
Jenis data pada penelitian ini kejadian dysmenorrhea dan siklus
berdasarkan pada sumber perolehannya menstruasi antara kelompok wanita
adalah dari data primer. Data primer yang dengan aktifitas tinggi dan aktifitas rendah
dikumpulkan meliputi data identitas, pada penelitian ini adalah uji Chi Square.
frekuensi melatih (rendah dan tinggi), Keduanya menggunakan Paket Program
asupan gizi (untuk menilai nutrisi subyek), SPSS dengan tingkat signifikansi 5%
riwayat kontrasepsi (agar dapat menilai (p<0,05).
siklus menstruasi dan penurunan kadar
hemoglobin), dan riwayat menstruasi
(untuk menilai siklus menstruasi dan Hasil dan Pembahasan
kejadian dysmenorrhea serta derajat nyeri
menstruasi tersebut). Responden pada penelitian ini
Pada penelitian ini data mengenai adalah wanita pelatih senam aerobik yang
data identitas, frekuensi melatih, melatih pada Sanggar Senam Kartika
dysmenorrhea, asupan gizi, riwayat Dewi, Dewi, Sartika di wilayah Kota
kontrasepsi, dan riwayat menstruasi akan Yogyakarta, Segar, Nabila, Janu Putra,
diambil dengan teknik komunikasi tak Bugar, Cahya Kumala di wilayah Sleman.
langsung, yaitu dengan membagikan Seluruhnya berada di cakupan Daerah
Istimewa Yogyakarta dan telah memenuhi kelompok intensitas tinggi (>7 kali per
kriteria subyek. minggu) dengan durasi setiap latihan
Penelitian ini dilakukan bulan Juli selama 1 jam. Lama responden menjadi
2007- September 2007 dan November pelatih senam aerobik pada hasil
2008 - Januari 2009. Pengambilan data kuesioner ini rata-rata 6-7 tahun dan
dilakukan dengan memberikan kuesioner seluruh responden memiliki asupan gizi
kepada 48 responden yang melatih aerobik yang baik. Berikut hasil yang diperoleh
di Sanggar-sanggar senam di Daerah pada penelitian ini:
Istimewa Yogyakarta dan melakukan Dari 40 sample yang didapatkan
pengukuran Hemoglobin menggunakan kemudian diklasifikasikan menjadi dua
metode pengukuran Hemoglobin Sahli. kelompok, yaitu kelompok Intensitas
Kuesioner keseluruhan berisi 14 Rendah dengan aktifitas melatih kurang
pertanyaan, berupa pertanyaan untuk atau sama dengan 7 kali per minggu dan
mengetahui frekuensi melatih (sebanyak 2 kelompok Intensitas Tinggi dengan
pertanyaan), asupan gizi (sebanyak 2 aktifitas melatih lebih dari 7 kali per
pertanyaan), riwayat alat kontrasepsi minggu.
(sebanyak 5 pertanyaan), serta riwayat
menstruasi (sebanyak 5 pertanyaan). Data
yang diperoleh kemudian diseleksi untuk
mendapat data yang sesuai dengan kriteria Tabel 1. Distribusi Responden
penelitian dan didapatkan 40 responden Berdasarkan Intensitas Melatih
yang memenuhi kriteria sebagai subyek
penelitian. Hasil kuesioner pada penelitian Intensitas Jumlah Persen
kali ini menunjukkan usia responden Intensitas 20 50 %
termuda yang diambil adalah 23 tahun dan Rendah
yang tertua adalah 40 tahun, frekuensi Intensitas 20 50 %
latihan dalam seminggu dibagi menjadi Tinggi
dua kelompok yaitu kelompok intensitas Total 40 100 %
rendah (≤7 kali per minggu) dan

Berikut ini disampaikan distribusi responden berdasarkan usia, dengan kriteria usia
responden yang diambil sebagai sample adalah 20-40 tahun. Pada tabel dijelaskan distribusi
lama melatih responden, dengan kriteria lama melatih yang diambil sebagai responden
adalah minimal melatih selama 1 tahun.

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Usia dan Lama Melatih


.
Karakteristik Intensitas Rendah Intensitas Tinggi Total
Usia N % N %
20-30 10 56,00 8 44,00 18 (45 %)
31-40 10 45,00 12 55,00 22 (55 %)
Total 20 20 40 (100 %)
Lama Melatih
1 – 5 tahun 13 57,00 10 43,00 23 (58 %)
6 – 10 tahun 3 30,00 7 70,00 10 (25 %)
11 – 15 tahun 4 57,00 3 43,00 7 (18 %)
Total 20 100 20 100 40 (100%)

Siklus Menstruasi

Responden yang dibedakan menjadi kelompok intensitas rendah dan intensitas tinggi
didata mengenai keteraturan siklus, yaitu siklus menstruasi teratur dan tidak teratur.

Tabel 3. Frekuensi keteraturan Siklus Menstruasi

Siklus Teratur Tidak teratur Total


Intensitas N % N %
Intensitas Rendah 17 85.00 3 15.00 20 (100%)
Intensitas Tinggi 14 70.00 6 30.00 20 (100%)

Total 31 9 40 (100%)
p = 0,256
Grafik 1. Frekuensi Siklus Menstruasi Pada Pelatih Senam Intensitas Rendah dan Intensitas
Tinggi.

Tabel 3 dan Grafik 1 diatas menunjukkan bahwa wanita pelatih senam aerobik
intensitas rendah dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 17 responden (85,00%), dan
yang tidak teratur sebanyak 3 responden (15,00%). Sedangkan pelatih senam intensitas
tinggi dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 14 responden (70,00%), dan yang tidak
teratur sebanyak 6 responden (30,00%).
Uji Chi Square dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya perbedaan rata-rata yang
signifikan dinyatakan dengan angka pada Asymp. Sig. (2-sided). Hasil nilai uji Chi Square
diperoleh 0,256 > 0,05, dengan tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05 . Maka tidak didapatkan
adanya perbedaan yang signifikan pada keteraturan siklus menstruasi antara wanita pelatih
senam aerobik dengan intensitas rendah dan intensitas tinggi.

Dysmenorrhea

Responden yang dibedakan menjadi kelompok intensitas rendah dan intensitas tinggi
didata mengenai nyeri dysmenorrhea pada saat menstruasi.

Tabel 4. Frekuensi Derajat Dysmenorrhea

Nyeri Tidak Nyeri


Dysmenorrhea
Dysmenorrhea Dysmenorrhea Total
Intensitas
N % N %
Intensitas Rendah 7 35,00 13 65,00 20 (100%)
Intensitas Tinggi 9 45,00 11 55,00 20 (100%)

Total 16 24 40 (100%)
p = 0,519
Grafik 2. Frekuensi Kejadian Dysmenorrhea Pada Pelatih Senam Intensitas Rendah dan
Intensitas Tinggi.

Tabel 4 dan Grafik 2 diatas memperlihatkan bahwa wanita pelatih senam aerobik
intensitas rendah yang mengalami nyeri dysmenorrhea sebanyak 7 responden (35,00%), dan
yang tidak mengalami nyeri dysmenorrhea sebanyak 13 responden (65,00%). Sedangkan
wanita pelatih senam aerobik intensitas tinggi yang mengalami nyeri dysmenorrhea
sebanyak 9 responden (45,00%), dan yang tidak mengalami nyeri dysmenorrhea sebanyak 11
responden (55,00%).
Uji Chi Square dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya perbedaan rata-rata yang
signifikan dinyatakan dengan angka pada Asymp. Sig. (2-sided). Hasil nilai uji Chi Square
diperoleh 0,519 > 0,05, dengan tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05 . Maka tidak didapatkan
adanya perbedaan rata-rata yang signifikan pada terjadinya nyeri dysmenorrhea antara
wanita pelatih senam aerobik dengan intensitas rendah dan intensitas tinggi.

Perubahan Kadar Hemoglobin

Perubahan Kadar hemoglobin diukur pada saat sebelum menstruasi dan sesudah
menstruasi. Pada penelitian didapatkan rata-rata penurunan kadar Hemoglobin yang lebih
besar pada wanita pelatih aerobik dengan intensitas tinggi.

Tabel 5. Frekuensi Penurunan Kadar Hemoglobin

Kadar Hemoglobin (g/dl)


Sebelum Menstruasi Sesudah Menstruasi Penurunan
Intensitas Rendah 13,36 ± 1,35 12,65 ± 1,46 0,71 ± 0,51
Intensitas Tinggi 13,01 ± 1,87 12,22 ± 1,98 0,79 ± 0,47
p = 0,761
Tabel 5 diatas memperlihatkan dari nilai α (0,05) dan p> α, maka dapat
bahwa wanita pelatih senam aerobik disimpulkan bahwa tidak terdapat
intensitas rendah memiliki kadar rata-rata perbedaan siklus menstruasi yang
Hemoglobin sebelum menstruasi sebanyak signifikan antara wanita pelatih senam
13,36 g/dl dan sesudah menstruasi aerobik intensitas tinggi (lebih dari 7 kali
sebanyak 12,65 g/dl, serta mengalami per minggu) dengan wanita pelatih senam
penurunan rata-rata Hemoglobin sebanyak aerobik dengan intensitas rendah (<7 kali
0,71 g/dl. Sedangkan pada wanita pelatih per minggu). Pada wanita pelatih aerobik
senam aerobik intensitas tinggi memiliki baik intensitas rendah maupun intensitas
kadar rata-rata Hemoglobin sebelum tinggi, ketidakteraturan siklus menstruasi
menstruasi sebanyak 13,01 g/dl dan tidak muncul dikarenakan suplai nutrisi
sesudah menstruasi sebanyak 12,22 g/dl, yang baik sesuai dengan kebutuhan energi
serta mengalami penurunan rata-rata saat latihan bahkan ditunjang dengan
Hemoglobin sebanyak 0,79 g/dl. suplemen, keadaan mental yang baik,
Uji T Test dilakukan untuk berat badan ideal, dan para pelatih
menunjukkan ada tidaknya perbedaan memulai beraktifitas tinggi ketika berada
rata-rata yang signifikan dinyatakan pada kelompok umur yang produktif.
dengan angka pada Sig. Hasil nilai uji t- Atlet-atlet yang melakukan
test diperoleh 0,761 > 0,05, dengan tingkat olahraga secara intensif dapat mengalami
kepercayaan 95%, α = 0,05 . Maka tidak ketidakteraturan menstruasi (Hall, 1985).
didapatkan adanya perbedaan rata-rata Atlet dapat menderita amenorrhea
yang signifikan pada penurunan kadar sekunder, hal ini diduga karena adanya
hemoglobin antara wanita pelatih senam kelainan pada hypothalamus dan
aerobik dengan intensitas rendah dan menghasilkan keadaan hipoestrogen.
intensitas tinggi. Penelitian yang menyinggung mengenai
masalah amenorrhea pada atlet wanita
B. Pembahasan telah dilakukan. Studi menunjukkan
bahwa tekanan mental (stress), turunnya
Hasil penelitian tentang berat badan, anorexia nervosa,
keteraturan siklus menstruasi kegemukan, pelatihan atletik yang berat,
menunjukkan hasil bahwa wanita pelatih dan umur saat latihan merupakan faktor-
senam aerobik intensitas rendah dengan faktor yang berkontribusi dalam penyakit
siklus menstruasi teratur sebanyak 17 amenorrhea ini (Sasiene, 1983).
responden (85,00%), dan yang tidak Ketidakteraturan siklus dapat disebabkan
teratur sebanyak 3 responden (15,00%). karena pada pelatih intensitas tinggi yang
Sedangkan pelatih senam intensitas tinggi terforsir melakukan olahraga maka sekresi
dengan siklus menstruasi teratur sebanyak GnRHnya oleh hipotalamus akan menurun
14 responden (70,00%), dan yang tidak (Lynch & Waters, 1991).
teratur sebanyak 6 responden (30,00%). Terjadinya gangguan pada aksis
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siklus hypothalamus-hipofisis-ovarium akan
menstruasi yang terjadi pada wanita menyebabkan penekanan sekresi pulsetil
pelatih senam aerobik intensitas rendah GnRH dari hypothalamus. Pada keadaan
lebih teratur dibandingkan dengan wanita normal, GnRH disekresikan secara pulsetil
pelatih senam aerobik intensitas tinggi. oleh hypothalamus setiap 60 – 90 menit.
Namun demikian berdasarkan uji Chi Karena terjadi penekanan sekresi GnRH
Square dengan tingkat kepercayaan 95% maka sekresi LH dan FSH oleh hipofisis
didapatkan nilai probabilitas tabel (0,256) menjadi berkurang. Hal tersebut akan
membatasi stimulasi ke ovarium dan Penelitian terakhir menunjukkan
produksi estradiol. Karena stimulasi ke bahwa hormone leptin, suatu protein yang
ovarium berkurang maka terjadi supresi diproduksi oleh gen obesitas (ob) yang
siklus menstruasi yang menyebabkan fase diskresikan oleh adipose, dan merupakan
folikuler memanjang dan hilangnya regulator independen tingkat metabolism
puncak LH (ovulasi) pada tengah siklus (Zhang et al., 1994), adalah suatu
menstruasi. Pada remaja prapubertas yang mediator signifikan dalam fungsi
belum mengalami menarche, keadaan LH reproduksi. Kadar Leptin berfluktuasi
yang rendah dapat memicu terlambatnya sebagai respon dari jumlah simpanan
menarche dan terjadi amenorrhea primer. lemak tubuh dan ketersediaan energi.
Terdapat beberapa teori yang Secara prositif, leptin berkorelasi dengan
mengemukakan mengapa terjadi gangguan BMI manusia (Macut et al., 1998) dan
pada aksis hypothalamus-hipofisis- leptin akan menunjukkan kadar yang
ovarium. Teori yang pertama rendah pada orang yang berpuasa (Maffei
mengungkapkan bahwa terjadi et al., 1995). Sebagai tambahan, ritme
kekurangan energi pada atlet wanita, diurnal dari konsentrasi leptin menjadi
dikarenakan energi yang dipakai untuk rendah sebagai respon dari asupan yang
beraktifitas olahraga lebih besar dari rendah energy (Warren, 2000).
sumber energi yang didapat dari makanan. Beberapa studi menunjukkan
Keadaan kekurangan energi adalah factor bahwa tikus yang tidak memiliki bentuk
primer yang mempengaruhi pulsetilitas aktif leptin dalam tubuhnya cenderung
GnRH. Kekurangan energi tersebut akan menjadi amenorrhea dan infertile (Legradi
berpengaruh pada simpanan lemak tubuh. et al., 1997). Studi lain menunjukkan
Teori ini disebut Teori Komposisi Tubuh bahwa leptin diketahui dalam kadar
dimana menarche muncul pada wanita rendah dan kronik pada wanita yang tidak
apabila lemak tubuhnya meningkat mengalami menstruasi (Kopp et al.,
sebanyak 17% dari berat badan, 1997). Kadar leptin yang rendah juga
sedangkan gangguan fungsi menstruasi ditemukan pada wanita amenorrhea yang
muncul ketika lemak tubuh menurun mengontrol lemak tubuh dan pola diurnal
hingga 22% dari berat badan (Frisch & tidak muncul (Laughlin & Yen , 1997).
McArthur, 1974). Namun hipotesis ini Lebih-lebih, reseptor leptin telah
hanya berdasarkan korelasi dan bukan ditemukan berada di neuron hypothalamus
berdasarkan fakta eksperimen (Schnider & yang terlibat dalam kontrol pulsetilitas
Wade, 1997). Pada kenyataannya dalam GnRH (Cheung et al., 1997). Dengan
eksperimen ditemukan bahwa komposisi demikian, leptin adalah factor penting
tubuh tidak berbeda secara signifikan pada yang terlibat di dalam penyampaian sinyal
atlet wanita yang eumenorrhea dan ketersediaan energi ke aksis
amenorrhea (Loucks & Horvath, 1984). hypothalamus-hipofisis-ovarium.
Pada penelitian yang dilakukan Sehingga dapat disimpulkan gangguan
oleh Loucks, 2000, menyatakan bahwa menstruasi yang terjadi pada atlet wanita
pada penelitian yang dilakukan untuk akan muncul apabila terjadi kekurangan
mengetahui penyebab disfungsi asupan berenergi sehingga menyebabkan
menstruasi pada wanita didapatkan bahwa rendahnya deposit leptin yang dapat
olahraga dengan restriksi kalori akan menyebabkan terganggunya pulsetilitas
menyebabkan supresi LH, sedangkan GnRH dan pada akhirnya akan
apabila olahraga saja maka tidak menyebabkan gangguan siklus menstruasi.
menyebabkan supresi LH.
Kejadian dysmenorrhea pada volley dan wanita non atlet. Nyeri berat
penelitian menunjukkan bahwa wanita pada atlet 0%, sedang pada non atlet nyeri
pelatih senam aerobik intensitas rendah berat sebesar 3,34%. Namun demikian,
yang mengalami nyeri dysmenorrhea dari penelitian tersebut didapatkan bahwa
sebanyak 7 responden (35,00%), dan yang tidak terdapat perbedaan signifikan antara
tidak mengalami nyeri dysmenorrhea kejadian dysmennorrhea pada kelompok
sebanyak 13 responden (65,00%). atlet dan non atlet. Kejadian
Sedangkan wanita pelatih senam aerobik dysmenorrhea pada atlet sebesar 56,66%,
intensitas tinggi yang mengalami nyeri sedang pada non atlet sebesar 80,00%.
dysmenorrhea sebanyak 9 responden (Kusumowardhani, 2002). Penelitian lain
(45,00%), dan yang tidak mengalami nyeri dilakukan oleh Abbaspour, et al., 2005
dysmenorrhea sebanyak 11 responden mengenai efek olahraga pada
(55,00%). Hasil tersebut dysmenorrhea primer. Tujuan dari
menunjukkan bahwa pelatih aerobik penelitian ini adalah untuk mengetahui
intensitas rendah yang mengalami efek olahraga pada dysmenorrhea primer
dysmenorrhea lebih sedikit dibandingkan yang diteliti di remaja perempuan. Jenis
dengan pelatih aerobik intensitas tinggi. penelitian ini adalah Randomized Clinical
Namun demikian berdasarkan uji Chi Trial. Sample yang digunakan sebanyak
Square dengan tingkat kepercayaan 95% 150 orang yang kemudian dibagi menjadi
didapatkan nilai probabilitas tabel (0,519) kelompok yang berolahraga dan kelompok
dari nilai α (0,05) dan p> α, maka dapat yang tidak berolahraga. Seluruh sampel
disimpulkan bahwa tidak terdapat diamati selama empat siklus menstruasi.
perbedaan kejadian dysmenorrhea yang Selama dua siklus pertama tidak diberi
signifikan antara wanita pelatih senam perlakuan, setelah dua siklus kelompok
aerobik intensitas tinggi (lebih dari 7 kali olahraga akan melakukan olahraga,
per minggu) dengan wanita pelatih senam kemudian diamati lagi selama dua siklus
aerobik dengan intensitas rendah (<7 kali mentruasi. Dari penelitian didapatkan
per minggu). hasil bahwa pada kelompok olahraga,
Mekanisme timbulnya nyeri pada derajat dysmenorrhea menurun dari
dysmenorrhea ditujukan karena intensitas 8.59 pada awal penelitian,
meningkatnya aktifitas prostaglandin. menjadi 4.63 pada siklus menstruasi
Olahraga akan merangsang produksi ketiga dan turun lagi menjadi 2.84 pada
endorphin yang akan menekan produksi siklus menstruasi keempat. Rata-rata
prostaglandin sehingga akan berefek durasi nyeri menurun dari 7.15 jam pada
vasodilatasi (Subakir, 1991). Endorphin awal penelitian menjadi 4.22 jam pada
sendiri yaitu sistem analgesia alami yang siklus menstruasi ketiga dan turun menjadi
diproduksi di dalam tubuh sehingga dapat 2.23 jam pada pengamatan di siklus
menekan nyeri dysmenorrhea yang keempat. Sehingga dari penelitian-
dialami pada masa menstruasi. Hipotesa penelitian tersebut dapat disimpulkan
yang lain mengenai olahraga yaitu bahwa olahraga dapat menurunkan derajat
olahraga dapat menghambat sintesis dysmenorrhea, namun peningkatan
prostaglandin E2 dan menstimulasi intensitas tidak berpengaruh secara
produksi prostaglandin F2 (alpha) signifikan pada kejadian dysmenorrhea.
(Slattery,2006). Berdasarkan penelitian Hasil penelitian mengenai
yang lain didapatkan bahwa terdapat penurunan kadar haemoglobin
perbedaan signifikan pada derajat memperlihatkan bahwa wanita pelatih
dysmenorrhea antara atlet wanita bole senam aerobik intensitas rendah memiliki
kadar rata-rata Hemoglobin sebelum sel darah merah yang memerlukan Fe.
menstruasi sebanyak 13,36 g/dl dan Ketiga adalah hilangnya darah dari tubuh
sesudah menstruasi sebanyak 12,65 g/dl, yang kemudian akan menyebabkan
serta mengalami penurunan rata-rata hilangnya Fe dari dalam tubuh melalui
Hemoglobin sebanyak 0,71 g/dl. cedera atau menstruasi. Keempat adalah
Sedangkan pada wanita pelatih senam terjadinya kekurangan konsumsi protein
aerobik intensitas tinggi memiliki kadar sebagai bahan dasar dalam pembuatan
rata-rata Hemoglobin sebelum menstruasi hemoglobin dalam tubuh. Nutrisi dalam
sebanyak 13,01 g/dl dan sesudah asupan sehari-hari pada seorang instruktur
menstruasi sebanyak 12,22 g/dl, serta aerobik juga dapat mempengaruhi
mengalami penurunan rata-rata ketersediaan energi yang dimiliki oleh
Hemoglobin sebanyak 0,79 g/dl. Hasil instruktur tersebut. Apabila aktifitas
tersebut menunjukkan bahwa penurunan melatih yang tinggi tidak disertai dengan
hemoglobin pada wanita pelatih intensitas intake yang sesuai maka akan
rendah lebih tinggi daripada wanita pelatih menghasilkan kekurangan energi yang
intensitas tinggi. Namun berdasarkan uji T membuat kelemahan pada instruktur
Test dengan tingkat kepercayaan 95% tersebut (Quinn, 2007). Defisiensi besi
didapatkan nilai probabilitas tabel (0,761) telah menjadi permasalahan umum bagi
dari nilai α (0,05) dan p> α, maka dapat atlet yang tidak mengimbangi aktifitas
disimpulkan bahwa tidak terdapat tingginya dengan intake nutrisi yang
perbedaan penurunan kadar hemoglobin cukup. Sehingga disarankan pada atlet
yang signifikan antara wanita pelatih yang beraktifitas tinggi untuk mengatur
senam aerobik intensitas tinggi (lebih dari diet untuk menghindari defisiensi besi
7 kali per minggu) dengan wanita pelatih selama latihan olahraga (Weaver &
senam aerobik dengan intensitas rendah Rajaram, 1992). Purdue University
(<7 kali per minggu). Beberapa hal yang melakukan studi pada 3 kelompok
menjadi penyebab hasil yang didapat tidak mahasiswi yang melakukan olahraga 2
bermakna antara lain diet wanita pelatih sampai 3 kali per minggu. Kelompok
senam aerobik sudah mencukupi sesuai pertama diberikan suplemen besi,
dengan kebutuhan energi pada saat kelompok kedua menerima placebo,
latihan, dan pada masa menstruasi diet sedangkan kelompok ketiga menerima
wanita pelatih senam aerobik didukung suplemen berupa diet daging merah.
dengan beberapa suplemen penambah Setelah penelitian selama 6 bulan
darah sehingga dapat meningkatkan kadar didapatkan bahwa kadar haemoglobin
besi dalam darah dan menurunkan angka pada kelompok yang menerima placebo
penurunan kadar Hemoglobin. lebih rendah dibandingkan kelompok yang
Ketidakseimbangan intake nutrisi menerima suplemen besi dan daging
dengan aktifitas dapat menurunkan kadar merah. Manifestasi anemia yang timbul
hemoglobin seseorang. Rendahnya kadar pada kelompok yang menerima plasebo
hemoglobin pada atlet dapat disebabkan diketahui akibat keadaan awal dimana
oleh empat hal, yang pertama adalah kadar haemoglobin sudah rendah. Peneliti
kurangnya asupan Fe dalam diet yang menyimpulkan bahwa penurunan kadar
kemudian dapat bermanifestasi sebagai haemoglobin karena olahraga dapat
anemia defisiensi besi. Kedua adalah disebabkan karena olahraga berat dapat
meningkatnya kebutuhan tubuh akan Fe, menyebabkan hemolisis karena tekanan
hal ini dikarenakan aktifitas yang tinggi fisik dari olahraga tersebut dan pada
akan menstimulasi peningkatan produksi wanita keadaan itu diperparah dengan
hadirnya menstruasi (Weaver & Rajaram, mengenai siklus menstruasi, kejadian
1992). Dari penelitian yang dilakukan dismenorrhea, dan penurunan kadar
oleh Sharon et al., 1997, didapatkan hemoglobin saat menstruasi pada wanita
bahwa latihan olahraga ketahanan pelatih seman aerobik dapat disimpulkan
intensitas sedang selama 12 minggu yang bahwa :
dilakukan pada wanita usia 23 sampai 43 a. Tidak didapatkan perbedaan keteraturan
tahun yang sebelumnya inaktif dengan siklus menstruasi antara pelatih senam
diet sehat yang teratur, menunjukkan intensitas rendah dan tinggi yang
bahwa olahraga tidak mempengaruhi signifikan (p = 0,256).
status besi pada wanita. Penurunan nilai b. Tidak didapatkan perbedaan kejadian
serum Fe, saturasi transferrin, dan nyeri dysmenorrhea antara pelatih senam
haptoglobin tidak berbeda secara intensitas rendah dan tinggi yang
signifikan apabila dibandingkan dengan signifikan (p = 0,519).
kelompok kontrol. Dari penelitian c. Tidak didapatkan perbedaan penurunan
didapatkan penurunan serum ferritin pada kadar hemoglobin antara pelatih senam
kelompok berolahraga yaitu 41,28 ± 14,22 intensitas rendah dan tinggi yang
µg/L hingga 27,41 ± 9,74 µg/L sedangkan signifikan (p = 0,761).
pada kelompok kontrol menunjukkan
penurunan 47,55 ± 15,87 µg/L hingga B. Saran
31,56 ± 10,57 µg/L. Pada analisis dengan
p=.59 menunjukkan bahwa tidak terdapat Saran-saran yang dapat
perbedaan yang signifikan pada kelompok disampaikan penulis berkaitan dengan
yang berolahraga dan yang tidak penelitian ini adalah, perlunya diadakan
berolahraga. Namun penurunan ferritin penelitian lebih lanjut yang lebih akurat
yang terjadi baik pada kelompok yang dengan:
berolahraga maupun kelompok kontrol a. Menambah jumlah subyek penelitian.
tidak berpengaruh secara signifikan b. Melakukan penelitian yang sama pada
terhadap konsentrasi haemoglobin dan olahragawan dari cabang olahraga yang
hematokrit, karena penurunan lain.
haemoglobin dan hematokrit karena besi c. Menggunakan metode pengukuran
biasanya tidak timbul sampai simpanan kadar hemoglobin yang lebih baik untuk
besi hilang dimana konsentrasi serum meminimalisir ketidakakuratan hasil
ferritin mencapai <12 µg/L. Pada cabang pengukuran.
olahraga yang berbeda seperti berlari
ringan dan bersepeda, tidak didapatkan
adanya perbedaan penurunan kadar yang Ucapan Terima Kasih
signifikan.
Kepada DIKTI Program Penelitian Kajian
Wanita dengan pembimbing Dra. Yoni
4. KESIMPULAN DAN SARAN Astuti, M.Kes. dan drh Zulkhah Noor,
M.Kes.
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang


telah dilakukan wanita pelatih senam
aerobik intensitas rendah dan wanita
pelatih senam aerobik intensitas tinggi
Cooper, K.H. 1982. The New Aerobics.
United States of America: A Bantam
DAFTAR PUSTAKA Book.
DeCherney, A. H. Nathan, L. Goodwin,
A.D.A.M., Inc. 2004. ‘ Menstruation: Murphy. Laufer, N. 2007. ‘Current
Severe Cramps (Dysmenorrhea).’ Diagnosis and Treatment Obstetrics
Diakses 8 April 2008 dari and Gynecology.’ 10th ed. McGraw-
http://adam.about.com/reports/00010 Hill.
0_7.htm. Dickerson, Lori M. Mazyck, P.J. Hunter,
Abbaspour Z. MSc, Rostami M. MSc, M.H. ‘Premenstrual Syndrome.’
Najjar Sh. MSc. 2005. The Effect of American Family Physician; Apr
Exercise on Primary Dysmenorrhea. 15, 2003; 67, 8; ProQuest Science
J Res Health Sci, Vol 6, No 1, pp. Journals pg. 1743
26-31. Frisch RE & McArthur JW 1974
Alonso C, Coe CL. Disruptions of social Menstrual cycles: fatness as a
relationships accentuate the determinant of minimum weight for
association between emotional height necessary for their
distress and menstrual pain in young maintenance or onset. Science 185
women. Health Psychol 949–951.
2001;20(6):411–6. Guyton,A.C., and Hall, J. E. 2000. ‘Buku
Andersch B, Milsom I. An epidemiologic Ajar Fisiologi Kedokteran.’ Jakarta:
study of young women with EGC.
dysmenorrhea. Am J Obstet Gynecol Harlow SD, Park M. A longitudinal study
1982;144(6):655–60. of risk factors for the occurrence,
Antara, I. N. B. 2007. Penugasan Blok duration and severity of menstrual
Keterampilan Belajar dan Teknologi cramps in a cohort of college
Informasi: Anemia. Fakultas women. Br J Obstet Gynaecol
Kedokteran Universitas Islam 1996;103:1134-42 [Published
Indonesia. Diakses 1 Mei 2008 dari erratum in Br J Obstet Gynaecol
http://fkuii.org/tikidownload_wiki_at 1997;104:386].
tachment.php?attId=1039&page=I Hobart, Julie A. and Douglas R. Smucker.
%20Nyoman%20Budi%20Antara. 2000. ‘The Female Athlete Triad.’
Cheung CC, Thornton JE, Kuijper JL, The American Academy of Family
Weigle DS, Clifton DK & Steiner Physicians. Diakses 10 April 2008
RA 1997 Leptin is a metabolic gate dari
for the onset of puberty in the female http://www.aafp.org/afp/20000601/3
rat. Endocrinology 138 855–858. 357.html
Clement K, Vaisse C, Lahlou N, Cabrol S, Irawan, M. Anwari. 2007. ‘Nutrisi, Energi
Pelloux V, Cassuto D, Gourmelen M & Performa Olahraga’ Sports
& Dina C 1998 A mutation in the Science and Performance Lab.
human leptin receptor gene causes Jamieson DJ, Steege JE. ‘The prevalence
obesity and pituitary dysfunction. of dysmenorrhea, dyspareunia,
Nature 392 398–401 pelvic pain, and irritable bowel
Coco, Andrew S. ‘Primary dysmenorrhea syndrome in primary care practices.’
American Family Physician.’ [Abstract] Obstet Gynecol
Leawood: Aug 1999. Vol. 60, Iss. 2; 1996;87:55-8.
pg. 489
Junizar, G., Sulianingsih. Widya, D.K. Endocrinology and Metabolism 59
2001. ‘Pengobatan Dismenore 1109–1120.
Secara Akupunktur’ Cermin Dunia Lynch, J.M. & Waters, D.U. 1991 The
Kedokteran. Diakses 9 April 2008 Female Athlete. Clinical Sport
dari Medicine by Grana, W.A. &
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files Kalenak, A., Philadelphia.
/16_PengobatanDismenorescrAkupu Macut D, Micic D, Pralong FP, Bischof P
ntur.pdf/16_PengobatanDismenoresc & Campana A 1998 Is there a role
rAkupuntur.html for leptin in human reproduction?
Kritz-Silverstein D, Wingard DL, Garland Gynecological Endocrinology 12
FC. ‘The association of behavior and 321–326.
lifestyle factors with menstrual Maffei M, Halaas J, Ravussin E, Pratley
symptoms.’ [Abstract] J Womens RE, Lee GH, Zhang Y, Fei H, Kim
Health Gend Based Med S, Lallone R & Ranganathan S 1995
1999;8(9):1185–93. Leptin levels in human and rodent:
Kusmana, D. 1997. ‘Olahraga Bagi measurement of plasma leptin and
Kesehatan Jantung.’ Jakarta: ob RNA in obese and weight-
Fakultas Kedokteran Universitas reduced subjects. Nature Medicine 1
Indonesia. 1155–1161.
Kusumowardhani, W. 2006. Perbedaan Metheny W, Smith R. ‘The relationship
Abnormalitas Menstruasi Pada Atlet among exercise, stress and primary
Wanita Dengan Wanita Non Atlet. dysmenorrhea.’ [Abstract] J Behav
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Med 1989;12(6):569–86.
Universitas Muhammadiyah Muhajir. 2002. ‘Pendidikan Jasmani,
Yogyakarta. Olahraga, dan Kesehatan.’ Jilid 3.
Lefebvre G, Pinsonneault O, Antao V, Jakarta: Erlangga.
Black A, Burnett M, Feldman K, Lea Okparasta, A. 2008. ‘Tinjauan Pustaka:
R, Robert M. 2005. ‘Primary Dismenore’ Diakses pada 9 April
Dysmenorrhea Consensus 2008 dari
Guideline.’ SOGC Clinical Practice http://fkunsri.wordpress.com/2008/0
Guideline. Diakses 11 April 2008 2/06/dismenore-part-1/
dari Petterson F, Fries H & Nillius SJ 1973
http://www.sogc.org/guidelines/publi Epidemiology of secondary
c/169E-CPG-December2005.pdf amenorrhea: incidence and
prevalence rates. American Journal
Legradi G, Emerson CH, Ahima RS, Flier of Obstetrics and Gynecology 7 80–
JS & Lechan RM 1997 Leptin 86.
prevents fasting-induced suppression Quinn, E. 2004. ‘Athletes and
of prothyrotropinreleasing hormone Iron Deficiency.’ Diakses 8 April
messenger ribonucleic acid in 2008 dari
neurons of the hypothalamic http://sportsmedicine.about.com/cs/n
paraventricular nucleus. utrition/a/012604.htm
Endocrinology 138 2569–2576. Sahara, S. 2002. ‘Senam Dasar.’ Pusat
Loucks AB & Horvath SM 1984 Exercise- Penerbitan Universitas Terbuka.
induced stress responses of Sasiene, G.H. 1983. ‘Secondary
amenorrheic and eumenorrheic Amenorrhea among Female
runners. Journal of Clinical Athletes. Current Understandings.’
[Abstract] Journal of Physical Journal of Nutrition; Mar 1992; 122,
Education, Recreation & Dance, v54 3S; ProQuest Science Journals pg.
n6 p61-63 Jun 1983. 782.
Schneider JE & Wade GN 1997 Letter to Wilmore, J. H., and D.L. Costill. 1994.
the editor. American Journal of Physiology of sport and exercise.
Physiology 273 (Endocrinology and Champaign, Illinois: Human
Metabolism 36) E231–E232. Kinetics.
Sharon P Bourque; Russell R Pate; J Zhang Y, Proenca R, Maffei M, Barone M,
David Branch. 1997. Twelve weeks Leopold L & Friedman JM 1994
of endurance exercise training does Positional cloning of the mouse
not affect iron status measures in obese gene and its human
women. ProQuest Science Journals homologue. Nature 372 425–432.
pg. 1116.
Slattery ML. Physical activity and
colorectal cancer. In: McTiernan A,
editor. Cancer prevention and
management through exercise and
weight control. Boca Raton (FL):
CRC Press, Taylor & Francis Group;
2006. pp. 75–90.
Suara Pembaruan Minggu, 4 Agustus
2002. Diakses dari http://www.mail-
archive.com/dokter@itb.ac.id/msg08
532.html
Subakir, S.B. 1991 Masalah Ginekologik
pada Atlet Wanita. Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume: 41,
no.6, Juni 1991, FKUI Jakarta.
Sukamti, E.R. 2005. Diktat Dasar-dasar
Latihan Aerobic Gymnastics.
Jogjakarta: Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri
Yogayakarta.
Thompson, Sharon H. 2007.
‘Characteristics of the Female
Athlete Triad in Collegiate Cross-
Country Runners.’ Journal of
American College Health, VOL. 56,
NO. 2.
Warren MP 1980 The effects of exercise
on pubertal progression and
reproductive function in girls.
Journal of Clinical Endocrinology
and Metabolism 51 1150–1157
Weaver, Connie M. Rajaram, Sujatha.
‘Exercise and Iron Status1.’ The

Anda mungkin juga menyukai