Anda di halaman 1dari 6

Shohib Manzili

150342607634

GHI-L

A. Turbiditas

Turbiditas sering di sebut dengan kekeruhan yang erupakan pengukuran optik dari
hamburan sinar yang dihasilkan. Hamburan sinar terjadi karena adanya interaksi antara sinar yang
diberikan dengan partikel suspensi yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi
tersebut dapat berupa material anorganik, lempung alga, material organik, mikroorganisme,
material koloid dan bahkan molekul besar sekalipun seperti tannin, lignin dan lainnya (Day J.R.
dan Underwood A. L. 2002)

Alat yang digunakan untuk mengukur turbiditas dinamakan turbidimeter. Prinsip umum
dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang akan mengenai suatu partikel ada yang diteruskan
dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran dari
hasil tersebut dengan satau NTU atau JTU.

Apabila di dalam air media terjadi kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan
menurun, hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat
terbatas sehingga tumbuhan / phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk
mengasilkan oksigen.

B. Salinitas

Definisi tentang saliniitas pertama kali dikemukakan oleh C. Forch, M. Knudsen dan S.PX.
Sorensen tahun 1902. Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat yang
terlarut dalam 1 kilo gram air laut.

Menurut Djoko (2011) salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam
air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada
sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini
dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang
dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila
konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg
yang umumnya dituliskan dalam % atau ppt yaitu singkatan dari part-per-thousand.

Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas misalnya penguapan dan curah hujan.
Semakin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya
pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
Sedangkan jika semakin besar curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan
rendah dan sebaliknya semakin kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi (Djoko, 2011).

Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari
berbagai sumber yaitu organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut. Garam-garaman utama yang
terdapat dalam air laut adalah klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium
(3.69%), kalsium (1,16%), kalium (1,10%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat,
bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah
pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal
(hydrothermal vents) di laut dalam (Ariyat, 2005)

C. Arus

Arus merupakan gerakan horizontal maupun vertikal dari massa air menuju kestabilan yang
terjadi secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam
gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah
vektor yang mempunyai besaran kecepatan dan arah (Gross, 1972).

Gross (1990) juga menyatakan bahwa terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor.
Faktor pertama yaitu faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar
dan gesekan lapisan air. Faktor yang kedua yaitu faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan
bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya
gravitasi, gaya tektonik dan angin.

Menurut Gross (1990) berdasarkan gaya-gaya yang menimbulkannya, arus dibagi menjadi
lima macam yaitu :

1) Arus yang dipengaruhi oleh pola Gerakan Angin (Wind driven current)
2) Arus Ekman
3) Arus termohaline (suhu)
4) Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut.

5) Arus geostropik

D. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah
oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. (Hutabarat dan Evans, 2006: 67).

Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen


kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida
dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak
membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme (yang bersifat aerob serta anaerob)
dalam proses metabolisme. (Illahude, 1999: 36).

Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses
fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan,
udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik, sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari
udara bebas, hasil fotosintesis organisme yang hidup (Mulyanto, 2009: 2).

E. Penetrasi cahaya

Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu
kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan
ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan
fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam
hal ini bahan-bahan yang masuk ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat
mengurangi kecerahan air. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual (Effendi, 2000).

Tingkat kecerahan adalah suatu angka yang menunjukkan jarak penetrasi cahaya matahari
ke dalam kolom air yang masih dapat dilihat oleh mata kita yang berada di atas permukaan air.
Kedalaman suatu perairan merupakan salah satu faktor yang membatasi kecerahan perairan.
Menurut Sidabutar dan Edward (1995), bahwa kecerahan sangat ditentukan oleh intensitas cahaya
matahari dan partikel-partikel organik dan anorganik yang melayang-layang di kolom air.

Sidabutar, T. dan Edward. 1995. Kualitas Perairan Selat Rosenberg dan Teluk Gelamit Tual
Maluku Tenggara . Balitbang Sumberdaya Laut LIPI. Ambon.

F. pH

Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu
perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang sulit. Menurut jenis
dan aktivitas biologisnya, suatu perairan dapat berubah pH dari unit penanganan limbahnya. Tetapi
umumnya batas toleransi ikan adalah berkisar pada pH 6,5 – 8,5 (Mahida, 1984).

Derajat keasaman perairan merupakan suatu parameter paling penting dalam pemantauan
kualitas air. Dengan mengetahui jumlah kadar pH disuatu perairan kita dapat mengetahui tingkat
produktivitas perairan tersebut. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat berubah-ubah
sepanjang hari akibat proses fotosintesis tumbuhan air. Derajat keasaman suatu perairan juga
sangat menentukan kelangsungan hidup suatu organisme perairan (Wlech, 1952).

G. Suhu

Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu
temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial.
Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan
tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur
menunjukkan kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi
panas spesifik. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di
daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi (Rahmad, 1992).

Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan
laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi
udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).
H. Zat organik dan zat anorganik

Menurut Manahan (2001), elemen, bahan atau materi organik adalah semua senyawa yang
mengandung karbon termasuk substansi yang dihasilkan dari proses hidup (kayu, kapas, wol),
minyak bumi, gas alam (metan), cairan pelarut/pembersih, fiber sintetik dan plastik.

Karbon merupakan bahan dasar dari semua bahan organik. Selain itu, karbon ditemukan
sebagai gas karbondioksida dan sebagai karbonat. Karbon juga terdapat pada bahan bakar fosil
(batu bara, gas alam, dan minyak). Tumbuhan hijau menangkap karbondioksida (CO2) dan
mereduksinya menjadi senyawa organic Manahan (2001).

Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik
tidak terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel hidup. Semua bahan
organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan.

Sedangkan untuk zat anorganik dalam air yaitu sampah-sampah ataupun pencemaran
limbah yang sulit ataupun tidak dapat terurai dilautan.
DAFTAR RUJUKAN

Ariyat, Deni. 2005. Pengantar Oseanografi. Penerbit UI-Press.Jakarta

Djoko, Ridwan. 2004. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan. J.R. Day dan A. L Underwood.
2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta. Erlangga,

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air. Konisius. Bogor.

Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New
Jersey

Hutabarat, sahala dan Stewart M. Evans. 2006. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia.
Jakarta.

Illahude, A.Gani. 1999. Pengantar Oseanografi Fisika. Lembaga Ilmu Pengetahuan. Universitas
Indonesia. Jakarta.

Mahida. 1984. Pencemaran Air. Jakarta : Erlangga

Mulyanto. 2009. Oksigen Terlarut Dalam Air. Penerbit Erlangga. jakarta

Wlech. 1952. Polluntant Of Water. London : Lindsay Press.

Anda mungkin juga menyukai