Anda di halaman 1dari 4

RENDHIKA FARAH A.

P
1503426054671
GHI-L

1. Turbidity (Kekeruhan)
Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi molekul besar
sekalipun (Sadar, 1996). Kekeruhan air disebabkan oleh masih terdapatnya banyak zat
pada yang tersuspensi, baik zat organik maupun anorganik. Kekeruhan perairan umumnya
disebabkan pula oleh adanya partikel-partikel suspense, seperti tanah liat, lumpu, bahan-
bahan organik terlarut ,bakteri dan plankton. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah
menurunya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya
menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis fitoplankton (Satino,
2010)
2. Oksigen Terlarut
Dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang
terkandung dalam air. Oksigen terlarut ini merupakan salah satu parameter dalam
menentukan kualitas air. Air yang memiliki DO tinggi menunjukkan tingkat pencemaran
yang rendah, dan sebaliknya air yang memiliki DO rendah menunjukkan tingkat
pencemaran yang tinggi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh mikroorganisme air sebagai
sumber oksigen dalam proses pernafasan (Hendroyono, 2014)
3. Penetrasi Cahaya
Panetrasi cahaya ke dalam air sangat dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang
cahaya, kondisi permukaan air serta bahan-bahan yang terlarut dan tersuspensi di dalam air
(Sofyan, 2009).
4. Arus
Arus air laut terutama di permukaan dipengaruhi oleh angin. Angin yang mendorong
permukaan laut menimbulkan arus. Sebagian besar arus di lautan terbuka ditimbulkan oleh
angin. Ketika angin mendorong permukaan air, perpindahan air yang terjadi tidak searah
dengan arah angin, tetapi membentuk sudut 45o karena adanya gaya coriolis (Castro &
Huber, 2000).
Arus permukaan yang dihasilkan oleh angin bukan hanya dipengaruhi oleh gaya
coriolis tetapi juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi (Bhatt, 1978). Arus yang disebabkan
oleh gaya coriolis dan gaya gravitasi disebut arus geostropik.
Gambar 1. Sistem Arus Dunia
(http://www.seas.harvard.edu/climate/eli/Courses/EPS131/Sources/03- Horizontal-circulation-I-
Coriolis/04-surface_current_map.jpg)
5. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung di perairan. Salinitas dapat
didefinisikan menjadi jumlah total material solid terlarut dalam 1 kilogram air saat seluruh
karbon dikonversi menjadi oksida, seluruh bromin dan iodin digantikan oleh klorin dan
seluruh organik matter sudah teroksidasi (Thurman, 1993). Garam di laut berasal dari dasar
laut karena proses rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas. Bersama gas
ini terlarut juga hasil kikisan kerak bumi dan air dalam perbandingan yang tetap sehingga
terbentuk garam di laut (Yulianda, 2014).
Salinitas di laut umumnya merupakan sejumlah garam terlarut (gram) dalam 1000 gram
air laut. Salinitas di laut bervariasi antara 33%- 38% dengan rata-rata adalah 35%. Salinitas
air laut mengalami perbedaan karena pengaruh evaporasi dan presipitasi, run off dari
sungai, pendinginan maupun pencairan es. Di daerah dengan evaporasi yang tinggi (sebagai
contoh Laut merah), salinitas dapat mencapai 40%, tetapi yang dekat dengan muara sungai
akan rendah yaitu sekitar 20%. Pada umumnya salinitas tinggi terjadi di ekuator (Bhatt,
1978).
6. Suhu
Suhu di laut merupakan faktor yang penting bagi kehidupan organisme laut. Suhu
mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan organisme
(Hutabarat & Evans, 1986). Suhu alami air laut berkisar antara suhu di bawah -5oC
sampai lebih dari 33oC (Bhatt, 1978).

Gambar 2. Sebaran suhu secara vertikal:


(a) lapisan hangat, (b) lapisan termoklin, dan (c) lapisan dingin
(Yulianda, 2014)
7. Zat Organik
Bahan organik dalam air laut dapat dibagi atas dua bagian yaitu, (1) Bahan organik
terlarut yang berukuran < 0.5 µm (2) Bahan organik tidak terlarut yang berukuran > 0.5 µm.
Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak
terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel hidup. Semua bahan
organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses metabolisme dan hasil
pembusukan (Mulya, 2002).
DAFTAR RUJUKAN
Bhatt J J. .1978. Oceanography Exploring the Planet Ocean. New York: D.Van Nostrand
Company.
Castro P. and Huber M. E. .2000. Marine Biology, 3rd edition. USA: Mc Graw Hill
Companies.
Hendroyono .2014. Statistik Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan 2014. Jakarta:
Kementrian Lingkungan Hidup
Hutabarat S dan Evans S. M. 1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press).
Mulya, M. D. 2002. Bahan Organik Terlarut Dan Tidak Terlarut Dalam Air Laut. Sumatera:
USU
Sadar, M.J .1996. Understanding Turbidity Science. Technical Information Series -Booklet
No. 11. Hach Company.
Satino .2010. Diktat Kuliah Biologi Perairan. Yogyakarta : FMIPA UNY.
Sofyan, Adhi .2009. Studi Komunitas Plankton di goa toto, wediutuh , Ngeposari , Semanu,
Gunungkidul . Skripsi Yogyakarta : fMIPA UNY
Thurman H V. .1993. Essential of Oceanography. New York-Oxford-Singapore-Sydney:
Maxwell Macmillan International.
Yulianda, F .2014. Modul Materi Pokok Biologi Kelautan. Tangerang: Universitas Terbuka
Tangerang

Anda mungkin juga menyukai