Oleh
RIZKI ANDAYANI
H24096046
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN
KINERJA KARYAWAN PADA UNIT KERJA
KEPANITERAAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RIZKI ANDAYANI
H24096046
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang diberikan, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik, tidak dapat dipungkiri masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam skripsi ini, baik dari segi penyusunan, tata bahasa maupun kesalahan dalam
pengetikan, untuk itu penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya. Skripsi ini
ditulis dan diajukan dengan maksud untuk memenuhi syarat ujian akhir guna
memperoleh gelar Sarjana Strata I. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan penuh kerendahan hati
penulis mengharapkan saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua
pihak untuk perbaikan penelitian ini kedepannya, tetapi besar harapan penulis agar
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Mahkamah Agung RI, Institut
Pertanian Bogor, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan maupun sebagai
bahan bacaan pustaka.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
i
4.1.2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi .................................................. 43
4.1.3. Struktur Organisasi ..................................................................... 44
4.2. Karakter Responden ........................................................................... 44
4.2.1. Karakteristik Jenis Kelamin ........................................................ 45
4.2.2. Karakteristik Masa kerja ............................................................. 45
4.2.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan ............................................... 45
4.2.4. Karakteristik Usia........................................................................ 46
4.2.5. Karakteristik Jabatan/Pekerjaan .................................................. 47
4.3. Persepsi Karyawan ............................................................................. 48
4.4. Model Pengukuran ............................................................................. 55
4.5. Model Struktural ................................................................................ 58
4.6. Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja ..................... 59
4.7. Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Karyawan ................. 62
4.8. Hubungan Kepuasan Kerja Karyawan dengan Kinerja Karyawan .... 63
4.9. Hubungan Budaya Organisasi Melalui Kepuasan dengan Kinerja
Karyawan ........................................................................................... 65
4.10. Implikasi Manajerial .......................................................................... 66
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 69
1. Kesimpulan ............................................................................................. 69
2. Saran ....................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 73
ii
DAFTAR TABEL
No.
iii
DAFTAR GAMBAR
No.
1. Relasi antara visi, misi, dan nilai-nilai utama badan peradilan. ..................... 44
2. Kegunaan budaya organisasi............................................................................ 9
3. Budaya organisasi berdampak pada kepuasan dan kinerja karyawan ............ 13
4. Hirarki motivasi maslow ................................................................................ 23
5. Kerangka konseptual ...................................................................................... 30
6. Model SEM .................................................................................................... 38
7. Sebaran karyawan menurut masa kerja .......................................................... 45
8. Sebaran karyawan menurut latar pendidikan. ................................................ 46
9. Sebaran karyawan menurut usia .................................................................... 46
10. Sebaran karyawan menurut jabatan/pekerjaan ............................................... 47
11. Koefisien lintasan antar variable .................................................................... 58
12. Skor signifikan tes (Uji-t) .............................................................................. 59
13. Koefisien lintas model budaya organisasi ...................................................... 61
iv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
v
1
PENDAHULUAN
anggota organisasi yang baik, sehingga mereka tidak merasa asing dengan situasi
dan budaya yang dimiliki oleh organisasi tersebut, dalam hal ini anggota
organisasi adalah karyawan yang melaksanakan rangkaian kegiatan di Mahkamah
Agung RI.
Perilaku dalam melaksanakan tugas tersebut mepengaruhi kinerja
seseorang, dan akhirnya memengaruhi kinerja organisasi dimana ia berprestasi.
Padahal perilaku masing-masing individu dapat dikatakan merupakan hasil
gabungan dari berbagai faktor psikologis (kejiwaan). Faktor-faktor psikologis
tersebut merupakan hasil kombinasi dari kondisi fisik, biologis, dan sosial yang
mempengaruhi lingkungan kehidupan seseorang. Perilaku ini akan dibawa ke
dalam lingkungan hidup barunya termasuk dalam kehidupan organisasi.
Ukuran dan macam kepuasan kerja dari masing-masing individu berbeda
antara individu satu dengan individu yang lainnya namun secara umum dapat
dilihat dari indikator-indikator seperti, pembayaran, pekerjaan itu sendiri, rekan
kerja, promosi pekerjaan, dan kepenyeliaan (supervise). (Luthans, 2006).
Bila karyawan sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan
menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan
keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam
bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individu. Didukung dengan sumber daya
manusia yang ada, sistem dan teknologi, strategi organisasi dan logistic, maka
masing-masing kinerja individu akan baik. Bila anggota organisasi telah puas
dengan pekerjaan yang mereka lakukan, hal ini juga akan menimbulkan kinerja
para karyawan meningkat seiring dengan kepuasan kerja yang didapatkan.
Kinerja kerja sendiri memiliki karakteristik yang bermacam-macam,
seperti produktivitas, efisiensi biaya, efisiensi waktu kerja, dan kualitas kerja.
Seperti yang diungkapkan oleh Mondy, et al (1995), kinerja karyawan dapat
dilihat dari time standards (standar waktu), productivity standards (standar
produktivitas), cost standard (standar biaya (tidak digunakan dalam penelitian ini,
dikarenakan bidang yang dikaji tidak menggunakan biaya dalam sistem kerjanya),
quality standards (standar kualitas), dan behavioral standards (standar tingkah
laku).
3
1.5.1. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Mahkamah Agung
Republik Indonesia untuk mengetahui tingkat kinerja dan kepuasan karyawan
terhadap budaya organisasi yang sekarang dianut oleh Mahkamah Agung
Republik Indonesia.
6
1.5.2. Teroritis
Penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang
didapat selama masa perkuliahan khususnya bidang ilmu Manajemen Sumber
Daya Manusia.
7
TINJAUAN PUSTAKA
pencatatan jumlah perkara yang masuk dan yang keluar, membuat laporan
bulanan dan tahunan;
3. Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), adalah sejauh mana
manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada
teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut. Penerapan
pada Mahakamah Agung RI antara lain: hasil putusan yang berkualitas sesuai
dengan fakta, penyelesaian proses perkara tepat waktu;
4. Berorientasi kepada manusia (People orientation), adalah sejauh mana
keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di
dalam organisasi. Penerapan pada Mahkamah Agung RI antara lain:
mendorong karyawan yang menjalankan ide-ide mereka, memberikan
penghargaan kepada karyawan yang berhasil menjalankan ide-ide;
5. Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk
mendukung kerjasama. Penerapan pada Mahkamah Agung RI antara lain:
dukungan atasan pada karyawan untuk bekerja sama dalam satu tim,
dukungan atasan untuk menjaga hubungan dengan rekankerja di anggota tim
lain;
6. Agresifitas (Aggressiveness), adalah sejauh mana orang-orang dalam
organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi
sebaik-baiknya. Penerapannya pada Mahkamah Agung RI antara lain:
persaingan yang sehat antar karyawan dalam bekerja, karyawan didorong
untuk mencapai produktivitas optimal;
7. Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Robbins (2002) mengatakan bahwa tiap karakteristik ini berlangsung pada
suatu satu kesatuan dari rendah ketinggi. Maka dengan menilai organisasi itu
berdasarkan tujuh karakteristik tersebut akan diperoleh gambaran mejemuk dari
budaya organisasi. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman
bersama yang dimiliki oleh para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana
urusan diselesaikan didalamnya, dan cara para anggota diharapkan berperilaku.
Mahkamah Agung RI mengembangkan nilai-nilai utama badan peradilan/Budaya
9
Organisasi berdasarkan visi dan misi yang dimilikinya. Nilai-nilai yang dimaksud
adalah :
1. Kemandirian Kekuasaan Kehakiman
2. Integritas dan Kejujuran
3. Akuntabilitas
4. Responsibilitas
5. Keterbukaan
6. Ketidakberpihakan
7. Perlakuan yang sama dihadapan hukum
2.1.2. Kegunaan Budaya Organisasi
Dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya, serta dalam melakukan integrasi internal, budaya
melakukan sejumlah fungsi untuk mengatasi permasalahan anggota organisasi
untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternalnya yaitu dengan memperkuat
pemahaman anggota organisasi, kemampuan untuk merealisir terhadap misi dan
strategi, tujuan, cara, ukuran dan evaluasi. Budaya juga berfungsi untuk mengatasi
permasalahan integrasi internal dengan meningkatkan pemahaman dan
kemampuan anggota organisasi untuk berbahasa, berkomunikasi, kesepakatan
atau consesus internal, kekuasan dan aturannya, hubungan anggota organisasi
(karyawan), serta imbalan dan sangsi (Schein, 1992).
Identitas Organisasi
Stabilitas Sistem
Sosial
Faktor Subyektif:
1. Inovasi dan ambil resiko Kekuatan
2. Perhatian terhadap detail
3. Berorientasi kepada hasil Tinggi
4. Beroriantasi kepada Kinerja
Dispersikan Budaya
manusia Budaya
5. Berorientasi tim Organisasi
6. Agresivitas Kepuasan
7. Stabilitas Rendah
manusia yang terdapat dalam unit-unit dalam suatu organisasi tersebut dapat
dinilai secara objektif.
Berbeda dengan Irianto, Cormick & Tiffin dalam Sutrisno (2010),
mengemukakan kinerja adalah kuantitas, kualitas, dan waktu yang digunakan
dalam menjalankan tugas. Kuantitas adalah hasil yang dapat dihitung sejauh mana
seseorang dapat berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kualitas adalah
bagaimana seseorang dalam menjalankan tugasnya, yaitu mengenai banyaknya
kesalahan yang dibuat, kedisiplinan dan ketepatan. Waktu kerja adalah mengenai
jumlah absen yang dilakukan, keterlambatan, dan lamanya masa kerja dalam
tahun yang dijalani. Miner (1990), mengemukakan ada empat aspek dari kinerja,
yaitu :
1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu,
dan ketepatan dalam melakukan tugas.
2. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah produk dan jasa
yang dapat dihasilkan.
3. Waktu kerja, menerangkan tentang berapa jumlah absen, keterlambatan,
serta masa kerja yang telah dijalani individu karyawan tersebut.
4. Kerja sama, menerangkan tentang bagaimana individu membantu atau
menghambat usaha dari teman sekerjanya.
Dengan keempat aspek kinerja diatas dapat dikatakan bahwa individu
mempunyai kinerja yang baik bila dia berhasil memenuhi keempat aspek tersebut
sesuai dengan target atau rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi.
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengahuri Kinerja Karyawan
Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu :
1. Efektivitas dan efesiensi
Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik
buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Dikatakan efektif bila
tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan,
sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang dikeluarkan
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Bagaimanapun wewenang dan
tanggung jawab para karyawan adalah salah satu hal yang perlu mendapat
perhatian demi tercapainya tujuan organisasi.
15
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat
diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.
Menurut Rummler dan Brache (1995), sistem pengukuran kinerja adalah
mekanisme mengumpulkan informasi kinerja yang aktual, membandingkannya
dengan sasaran dan mengkomunikasikannya bagi manajemen untuk perbaikan
organisasi. Tanpa adanya pengukuran kinerja, pemimpin tidak memiliki basis
untuk harapan kinerja yang spesifik yang dikomunikasikan kepada bawahannya,
mengetahui apa yang sedang terjadi dalam organisasi, mengidentifikasi jurang
kinerja yang harus dianalisa dan dikurangi, memberikan umpan balik dengan
membandingkan antara kinerja dengan standar, mengidentifikasi kinerja yang
harus diberikan imbalan dan membuat mendukung keputusan efektif mengenai
sumber, perencanaan, kebijakan, jadwal dan sturktur.
Ukuran kinerja dari para karyawan memang beragam jenisnya, sementara
itu Mondy, Sharplin dan Flipo (1995), mengajukan sejumlah standar untuk
melihat kinerja karyawan, yaitu:
1) Time standards. Time standards state the length of time it should take to
make a certain product or perform a certain service. Standar waktu
didasaekan pada jangka waktu membuat suatu produk atau jasa.
2) Produktivity standards. The standards are based on the amount or product
or service produced during a set time period. Standar produktivitas
didasarkan kepada banyaknya suatu produk atau jasa yang dihasilkan dalam
suatu waktu tertentu.
3) Cost standards. These standards are based on the cost associated with
producing the goods or service. Standar biaya didasarkan kepada biaya yang
berhubungan dalam memproduksi atau menghasilkan barang ataupun jasa.
4) Quality standards. These are based on the level of perfection desired.
Standar kualitas didasarkan kepada tingkatan kesempurnaan yang
diinginkan dari produk ataupun jasa yang ada.
17
tidak atas suatu situasi. Perasaan adil (equity) atau tidak adil (inequity) atas
suatu situasi, diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya
dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain (As’ad,
1995).
c. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory) Herzberg
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Frederick Herzberg pada
tahun 1959 dalam bukunya “The Motivation to Work” (Gibson, 1996).
Prinsip pada teori ini adalah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
merupakan dua hal yang berbeda (As’ad, 1995).
Berdasarkan hasil penelitiannya, Herzberg (1959) membagi situasi
yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap perkerjaannya menjadi dua
kelompok satisfier atau motivator, dan kelompok dissatisfier atau hygiene
factors. Satisfier (motivator) ialah faktor-faktor atau situasi yang
dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari: Pencapaian
prestasi, Pengakuan, Tanggung jawab, Kemajuan, Pekerjaan itu sendiri dan
kemungkinan berkembang.
Menurut Herzberg (1959) hadirnya faktor ini akan menimbulkan
kepuasan kerja, tetapi tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu
mengakibatkan ketidakpuasan. Sedangkan dissatisfaiers(hygiene factors)
ialah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri
dari upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu
kepenyeliaan dan mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja,
atasan dan bawahan. Perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan
mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan
menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan kerja.
Jadi menurut teori ini perbaikan salary dan working condition tidak
akan menimbulkan kepuasan tetapi hanya menguragi ketidakpuasan.
Selanjutnya dikatakan Herzberg, bahwa yang bisa memacu orang untuk
bekerja dengan baik dan bergairah hanyalah kelompok satisfier. Untuk
satisfiers ini kadang-kadang diberi nama lain sebagai intrinsic factor, job
content dan motivator. Sedangkan sebutan lain yang sering digunakan untuk
22
dissatisfiers ialah external factor, job context dan hygiene factor (As’ad,
1995).
d. Model dari Kepuasan Bidang/Bagian (Facet Satisfaction) Lowler
Teori ini bersal dari model Lowler dari kepuasan bidang berkaitan erat
dengan teori keadilan dari Adams (Munandar, 2001). Menurut teori ini,
orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka (misalnya:
rekan sekerja, atasan dan gaji) jika jumlah dari bidang mereka persepsikan
harus mereka terima untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan jumlah
yang mereka persepsikan dari yang secara actual mereka terima. Untuk
menentukan tingkat kepuasan kerja bagi para tenaga kerja, Lowler
memberikan bobot kepada setiap bidang sesuai dengan nilai pentingnya bagi
individu, ia kemudian mengkombinasikan semua skor kepuasan bidang
yang dibobot kedalam suatu skor total.
e. Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Process Theory)
Teori ini diangkat berdasarkan penemuan dari Landy yang
memandang kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda secara mendasar
daripada pendekatan yang lain. Teori ini menekankan bahwa orang ingin
mempertahankan suatu keseimbangan emosional atau emotional equilibrium
(Munandar, 2001). Teori ini berangkat dari asumsi bahwa kondisi emosional
yang ekstrim tidak memberikan kemaslahatan. Karena kepuasan atau
ketidakpuasan kerja akan memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem
pusat saraf yang membuat aktif emosional yang bertentangan atau
berlawanan.
Dihipotesakan bahwa emosi yang berlawanan, meskipun lebih lemah
dari emosi yang asli akan terus ada dalam jangka waktu yang lama.
Implikasi teori ini bahwa kepuasan kerja bervariasi secara mendasar dari
waktu ke waktu, akibatnya ialah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu
dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang sesuai.
f. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Hirarki kebutuhan Maslow telah diterima semenjak teori tersebut
diperkenalkan. Maslow (1954) Membuat hipotesis lima tingkat kebutuhan:
jasmani, keamanan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri.
23
merasa puas dengan pekerjaanya karena berhasil dan memperoleh penilaiaan yang
adil dari pimpinannya. Menurut Luthans, ukuran kepuasan kerja dapat diketahui
dengan mengetahui lima indikator yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja,
yaitu:
1) Pembayaran, seperti gaji dan upah. Karyawan menginginkan sistem upah
yang dipersepsikan sebagai adil, tidak merugikan dan segaris dengan
pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkanpada
tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standar pengupahan
komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan kepusan. Uang tidak hanya
membantu orang memperoleh kebutuhan dasar, tetapi juga alat untuk
memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat tinggi. Karyawan melihat
gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi
mereka terhadap perusahaan. Pembayaran gaji dan upah besarnya
berprinsipkan pada keadilan, dan obyektifitas dari kinerja, tugas dan
tanggung jawab para karyawan.
2) Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-
pekerjaan yang memberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan
keterampilannya, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik
mereka bekerja. Karakteristik ini membuta kerja lebih menantang.
Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang
terlalu menantang juga dapat menciptakan frustasi dan perasaan gagal.
Sejauh mana perusahaan memberikan pekerjaan kepada para anggota
organisasi dengan bekerja sesuai dengan kemampuannya dan para anggota
menyukai pekerjaan yang dibebankan.
3) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan kerja juga mengisi kebutuhan
akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila
mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung menghantar kepada
kepuasan kerja yang meningkat. Sejauh mana terciptanya lingkungan kerja
yang baik diantara para karyawan dan lingkungan kerja yang ada, sehingga
tercipta interaksi sosial yang baik diantara para karyawan yang mendorong
peningkatan produktivitas dan motivasi dalam kerja.
26
METODE PENELITIAN
hasil, keempat, berorientasi pada manusia, kelima, berorientasi pada tim, keenam,
agresivitas dan ketujuh, stabilitas. Nilai-nilai utama badan peradilan/budaya
organisasi MA-RI diukur menggunakan karakteristik-karakteristik diatas, seperti
nilai kemandirian kekuasaan kehakiman diukur menggunakan karakteristik
perhatian terhadap detail, nilai Integritas dan kejujuran diukur menggunakan
karakteristik perhatian terhadap manusia, nilai akuntabilitas diukur menggunakan
karakteristik perhatian terhadap detail, nilai responsibilitas diukur menggunakan
karakteristik agresivitas, nilai keterbukaan diukur menggunakan karakteristik
perhatian terhadap manusia, nilai ketidakberpihakan diukur menggunakan
karakteristik perhatian terhadap detail, dan nilai perlakuan yang sama dihadapan
hukum diukur menggunakan karakteristik perhatian terhadap detail. Kemudian
yang membentuk variabel kepuasan kerja karyawan ada lima faktor, seperti yang
disampaikan oleh Luthans (2006), yaitu : pembayaran, pekerjaan itu sendiri, rekan
kerja, promosi pekerjaan dan kepenyeliaan. Untuk variabel penilain kinerja
karyawan terdapat lima faktor, seperti yang diungkapkan oleh Mondy et al (1995),
yaitu : standar waktu, standar produktivitas, standar kualitas dan standar tingkah
laku.
Gambar 4 menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan/goal Mahkamah Agung
RI menjalankan misinya dengan menggunakan sebuah alat yang berupa budaya
organisasi, yang mana budaya organisasi tersebut memiliki hubungan dengan
kepuasan dan kinerja karyawan yang harus di perhatikan oleh Mahkamah Agung
RI sebagai senjata untuk menjadi sebuah organisasi yang profesional, efektif,
efisien, transparan, dan aktual.
30
Visi MA-RI
Misi MA-RI
Budaya Organisasi
(Robbins 2002)
- Inovasi dan keberanian mengambil resiko
- Perhatian terhadap detail
- Berorientasi kepada hasil
- Berorientasi kepada manusia
- Berorientasi kepada tim
- Agresivitas
- Stabilitas
- Gaji
- Pekerjaan
- Promosi
- Rekan Kerja
- Penyelia
- Waktu
- Produktif
- Kualitas
- Perilaku
Tujuan/Goal MA-RI
Menurut Strauss dan Syales, yang dikutip Handoko (1992), kepuasan kerja
juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan
kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologik dan pada gilirannya
akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai
semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil, sering absen dan
melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus
dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapat kepuasan kerja biasanya
mempunyai catatan kehadiran yang baik, dan berprestasi kerja lebih baik dari
pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja
mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi. Jika kepuasan karyawan
32
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumber informasi, yaitu dengan
cara wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap sumber-sumber yang
dianggap tepat dan terpercaya, selain itu data primer juga didapat dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis melalui kuesioner terhadap
responden. Kuesioner yang disebarkan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
pertama berisikan identitas responden dan bagian kedua berisikan item-item
pertanyaan dari variabel-variabel yang dikaji (budaya organisasi, kepuasan kerja
karyawan, dan kinerja karyawan).
Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan berasal dari studi pustaka, yaitu
pengumpulan data dari buku-buku, karya akademis, internet, dan sumber-sumber
lainnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi tambahan serta pemahaman
yang lebih mendalam mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
objektivitas, yaitu data yang diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian yang
subjektif, dan (5) fisibilitas, yaitu berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner,
serta penggunaan sumber daya dan waktu. Sebelum digunakan, Instrumen dalam
penelitian ini akan diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas yang diujicobakan
kepada responden.
3.9.1 Uji Validasi
Uji ini merupakan kemampuan dari konstruk indikator untuk mengukur
tingkat keakuratan sebuah konsep. Hal ini berarti apakah konsep yang telah
dibangun tersebut sudah akurat atau belum. Jika telah akurat, anak variabel
tersebut dapat dilanjutkan, sedangkan apabila belum akurat, maka perlu dilakukan
pengujian ulang. Tujuan dari pengujian tersebut yaitu, untuk menguji indikator-
indikator yang dirumuskan dalam pertanyaan agar penelitian tersebut reliabel dan
valid (Lampiran 1).
3.9.2 Uji Reliabilitas
Setelah diuji validitas, langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas yaitu
tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang
terpercaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama
instrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga sebagai
keterpercayaan, keterandalan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya, namun ide
pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan
pengukuran (measurement error). Berdasarkan skala pengukuran dari butir
penyataan-peryataan maka teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang
digunakan adalah koefisien reabilitas Alpha-Cronbach. Hasil uji reliabilitas
mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrument penelitian
berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu ukur dalam pengertian
bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar
(Lampiran 1).
36
hubungan antara Budaya Organisasi dengan kepuasan kerja dan kinerja karyawan
pada Mahkamah Agung RI.
Berdasarkan kerangka konseptual dibuat model SEM yang digunakan
untuk pengolahan data penelitian yang mana menghubungkan antara variabel
budaya organisasi dalam pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan, dan
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja kerja karyawan. Kerangka konseptual
yang dibuat menggambarkan hubungan dimensi dan dilengkapi indikator-
indikator (variabel manifest) yang dijadikan alat untuk mengukur variabel laten.
Gambar 5 dibawah ini menggambarkan hubungan antar ketiga variabel tersebut.
Gaji (Y1)
Inovasi (X1)
Pekerjaan (Y2)
Kepuasan
Details (X2) Kerja (Y)
Promosi (Y3)
Hasil (X3)
Rekan Kerja (Y4)
Individu(X4)
Budaya Penyelia (Y5)
Organisasi (X)
Tim (X5)
Agresiv (X6)
Waktu (Z1)
Stabil (X7)
Produktif (Z2)
Perilaku (Z4)
3.11. Hipotesis
MEMBERIKANPELAY
ANAN HUKUM YANG
BERKEADILAN
KEPADA PENCARI TUJUAN PENYELENGGARAAN
KEADILAN PERADILAN:
MENJAGA TEGAKNYA HUKUM DAN KEADILAN
Misi KEMANDIRIA MENINGKATKAN
KUALIATS
N BADAN KEPEMIMPINAN
PENGAKUAN, JAMINAN,
PERADILAN BADAN PERADILAN
PERLINDUNGAN DAN KEPASTIAN
MENINGKATKAN HUKUM YANG ADIL BAGI SETIAP
KREDIBILITAS DAN ORANG
TRANSPARANSI
BADAN PERADILAN
Gambar 6 Relasi antara visi, misi, dan nilai-nilai utama Badan Peradilan.
4.3.1 Struktur Organisasi
Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang ketua, 2 (dua) wakil ketua,
dan beberapa orang ketua muda. Wakil Ketua Mahkamah Agung terdiri atas wakil
ketua bidang yudisial dan wakil ketua bidang nonyudisial. wakil ketua bidang
yudisial yang membawahi ketua muda perdata, ketua muda pidana, ketua muda
agama, dan ketua muda tata usaha negara sedangkan wakil ketua bidang
nonyudisial membawahi ketua muda pembinaan dan ketua muda pengawasan.
Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung, dan diangkat oleh
Presiden (Lampiran 1).
3%
≤ 10 Tahun
35% 46% 10 ≤ 20 Tahun
21 ≤ 30 Tahun
31 ≤ 40 Tahun
16%
(S1), hal ini dapat disebabkan pada saat penerimaan karyawan baru (CPNS)
karyawan dengan latar pendidikan Sarjana dan Diploma lebih banyak dibutuhkan
dari pada karyawan dengan latar pendidikan lainnya.
1%
21% S1
S2
45% S3
19% 18 ≤ 30 Tahun
32%
31 ≤ 40 Tahun
41 ≤ 50 Tahun
37% 12% 51 ≤ 56 Tahun
Panitera Pengganti
18% Operator Pidana
27%
Operator Perdata
Operator Perdata Khusus
21%
5% Operator TUN
Operator Agama
4% 8%
17% Staff
mendukung dan ikut andil dalam misi Mahkamah Agung dalam mempercepat
proses pengerjaan perkara. Hal ini sangat berpengaruh positif terhadap Mahkamah
Agung RI, semakin banyak karyawan yang berpartisipasi positif terhadap
karakteristik ini akan semakin cepat Mahkamah Agung RI dapat mencapai
tujuannya.
Tabel 2. Persepsi karyawan terhadap perhatian terhadap detail
Sebesar 66% karyawan berpersepsi sangat baik akan stabilitas MA-RI di masa
depan, bahwa MA-RI dapat mencapai targetnya dan dapat meraih kepercayaan
yang besar dari masyarakat terhadap lembaga hukum Indonesia.
2. Persepsi Karyawan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Analisa atas persepsi karyawan terhadap variabel indikator dari kepuasan
kerja karyawan dapat dilihat dalam tabel-tabel di bawah ini:
Tabel 8. Persepsi karyawan terhadap gaji atau upah
No Variabel Gaji atau Upah Jawaban Karyawan Modus %
STS TS KS S SS
1. Puas terhadap tunjangan hari raya
dan jaminan kesehatan yang 7 16 40 36 1 40 40
diberikan
2. Gaji dan upah yang diterima
besarnya sesuai dengan pekerjaan 6 6 29 51 8 51 51
yang dibebankan
3. Remunerasi diberikan MA-RI
4 4 21 56 15 56 56
sesuai dengan kinerja
HASIL
7 16 40 56 15 56 56
Sebagian besar karyawan berpersepsi kurang setuju terhadap item tunjangan hari
raya, hal ini disebabkan oleh MA-RI tidak memberikan tunjangan hari raya
kepada karyawannya, sebagian dari karyawan hanya menerima tunjangan hari
raya dari kebijakan pribadi atasan masing-masing. Sedangkan, untuk kedua item
yang lain karyawan memberikan persepsi yang baik, karena gaji dan remunerasi
diberikan sesuai dengan kinerja masing-masing karyawan.
52
Secara keseluruhan karyawan berpersepsi baik terhadap atasan mereka yang telah
melakukan penyeliaan yang baik bagi bawahannya dengan menetapkan target
kerja, mengerti dan merespon kebutuhan bawahannya, dan berkompeten dalam
melakukan pekerjaannya sehingga dapat menjadi contoh yang positif bagi
bawahannya.
3. Persepsi Responden terhadap Kinerja Karyawan
Analisa persepsi responden terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada
tabel-tabel dibawah ini:
Tabel 13. Persepsi karyawan terhadap standar waktu
No Variabel Standar Waktu Jawaban Karyawan Modus %
STS TS KS S SS
1. Menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan tepat waktu yang 0 2 5 77 16 77 77
ditetapkan
2. Menggunakan waktu istirahat
sesuai dengan peraturan yang ada 1 0 4 78 17 78 78
di MA-RI
3. Sudah berada di Kantor dan siap
untuk berkerja 15 menit sebelum 2 2 15 60 21 60 60
jam kerja dimulai setiap harinya
HASIL
2 2 15 78 21 78 78
Karyawan memberikan persepsi yang sangat baik terhadap standar waktu, seperti
yang dapat dilihat didalam Tabel 13 bahwa karyawan menyelesaikan
pekerjaannya tepat waktu yang ditetapkan, dan menggunakan waktu istirahat
sesuai dengan peraturan MA-RI, hal ini dipengaruhi oleh kepenyeliaan yang
dilakukan oleh atasan karyawan yang menetapkan target kerja yang jelas yang
54
harus dicapai sesuai dengan misi MA-RI untuk mempercepat proses penyelesaian
perkara demi meminimalisir tunggakkan perkara yang ada di MA-RI, dengan
demikian karyawan ikut termotivasi untuk mencapai target tersebut.
Tabel 14. Persepsi karyawan terhadap standar produktivitas
No Variabel Standar Produktivitas Jawaban Karyawan Modus %
STS TS KS S SS
1. Bekerja dengan kecepatan tinggi 2 0 26 57 15 57 57
2. Menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan lebih cepat dari target yang 2 1 13 72 12 72 72
diberikan
3. Mengerti dan menjalankan pekerjaan
sesuai dengan uraian standar pekerjaan 1 1 3 80 15 80 80
yang ada
HASIL
2 1 26 80 15 80 80
103.74/95 1,092
Chi-Square dengan degree of freedom ( λ 2)/2 Good Fit
0.25
P-value ≥0,05 Good Fit
asumsi (validitas dari uji hipotesis nol, normalitas multivariat dari variabel
teramati, ukuran sample besar yang mencukupi) yang dalam praktek jarang bisa
terpenuhi secara lengkap. Kedua, untuk memperoleh kecocokan data model yang
lebih baik sering diperlukan model-model yang lebih kompleks dibandingkan
yang lebih sederhana, hal ini mendorong peneliti untuk tidak mengikuti prinsip
parsimoni. Ketiga, ketika ukuran sampel meningkat nilai Chi-Square (X2) akan
meningkat dan mengarah ke penolakan model berdasar Chi-Square (X2),
meskipun nilai perbedaan antara sampel dan matrik kovarian model telah minimal
dan kecil. Oleh karena itu Chi-Square (X2) tidak dapat digukanan sebagai satu-
satunya ukuran dari kecocokan keseluruhan model. Hasil pada Tabel 17
menunjukkan bahwa model yang diperoleh telah memenuhi persyaratan model
secara umum. Ini ditunjukkan oleh nilai yang telah memenuhi kriteria
sebagaimana yang telah ditampilkan dalam tabel tersebut.
Tabel 18. Hasil analisis validitas model
Indikator Loading Factor T-Hitung Keterangan
X1 0.58 15.14 VALID
X2 0.73 19.05 VALID
X3 0.71 18.29 VALID
X4 0.69 18.02 VALID
X5 0.74 19.19 VALID
X6 0.86 22 VALID
X7 0.67 17.34 VALID
Y1 0.44 19.64 VALID
Y2 0.93 4.30 VALID
Y3 0.92 4.36 VALID
Y4 0.52 3.81 VALID
Y5 0.69 4.20 VALID
Z1 0.72 13.66 VALID
Z2 0.81 9.45 VALID
Z3 0.90 10.11 VALID
Z4 0.91 9.16 VALID
Hasil uji validitas model dapat dikatakan signifikan bila nilai t hasil
penelitian lebih besar dari 1,96. Tabel 18 menunjukkan bahwa seluruh item
pertanyaan valid, sehingga data yang diperoleh dari item-item pertanyaan tersebut
dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.
58
perilaku para karyawan maka karyawan baru yang akan bekerja di MA-RI secara
otomatis akan terdorong untuk mengikuti perilaku ini.
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa konstribusi terbesar pada
Budaya organisasi terhadap kepuasan adalah agresivitas. Agreasivitas memiliki
konstribusi terhadap kepuasan sebesar 0,450 (bernilai positif) sebagai hasil
penguadratan koefisien konstruk agresivitas yang memiliki nilai 0,671. Besar
konstribusi budaya organisasi terhadap kepuasan dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan
Indikator Loading factor (λ Koefisien Konstruk Konstribusi
) (γ )
Inovasi (X1) 0,58 0,452 0,204
Detail (X2) 0,73 0,569 0,328
Hasil (X3) 0,71 0,554 0,307
Individu (X4) 0,69 0,539 0,290
Tim (X5) 0,74 0,577 0,333
Agresivitas (X6) 0,86 0,671 0,450
Stabilitas (X7) 0,67 0,523 0,273
dengan nilai konstribusi sebesar 0,118. Hal ini memberi artian bahwa indikator
agresivitas harus terus dipertahankan dan dikembangkan juga dioptimalkan
mengaplikasiannya terhadap karyawan MA-RI karena indikator tersebut
memberikan pengaruh besar pada Budaya organisasi terhadap kinerja. Sedangkan
inovasi memberikan pengaruh paling rendah pada budaya organisasi terhadap
kinerja yaitu sebesar 0,53, yang berarti bahwa jika MA-RI mampu
mengoptimalkan indikator inovasi menjadi lebih baik, tidak diragukan lagi bahwa
karyawan akan memberikan kinerja yang lebih baik lagi terhadap MA-RI.
Untuk tingkat signifikan antara kepuasan dengan kinerja dapat dilihat dari
nilai t yaitu sebesar 6,16, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara kepuasan
dengan kinerja adalah signifikan. Oleh karena itu hipotesa ketiga penelitian ini
yang menyatakan bahwa ada pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja
karyawan pada Mahkamah Agung RI adalah dapat diterima.
Hal ini membuktikan bahwa kepuasan kerja karyawan sangat berpengaruh
dengan kinerja yang dihasilkan. Semakin tinggi kepuasan kerja karyawan akan
pekerjaannya, maka semakin meningkat pula kinerjanya. Kepuasan kerja
ditentukan oleh karakteristik pekerjaan dan tingkat dimana kebutuhan pribadi
seseorang dipenuhi dalam suasan kerja. Demikian juga yang dikatakan Handoko
(2001) bahwa para karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja akan
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik serta pernyataan Strauss dan Saylee
yang dikutip oleh Handoko bahwa karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja
biasanya mempunyai tingkat kehadiran dan turn over yang lebih baik serta
64
budaya yang ada dalam suatu organisasi, maka semakin tinggi pula kinerja dan
kepuasan anggota organisasi.
1. Kesimpulan
2. Saran
a. Indikator inovasi dan pengambilan resiko harus ditingkatkan dengan
cara mendorong dan menyemangati karyawan untuk terus berinovasi
dan memberikan penghargaan ketika karyawan berhasil melakukannya.
Seiring dengan meningkatnya kepuasan kerja karyawan, diharapkan
dapat meningkatkan kinerja karyawan yang berarti secara akumulatif
akan meningkatkan kinerja Mahkamah Agung RI.
b. Indikator pembayaran gaji atau upah harus ditingkat, hal ini dapat
dilakukan dengan cara meninjau ulang seberapa besar porsi pekerjaan
yang dilakukan oleh karyawan dan seberapa besar gaji yang mereka
terima, jika karyawan mendapatkan timbal balik yang sesuai dengan
kinerja yang telah mereka berikan maka kepuasan kerja akan tercipta
dengan sendirinya, yang kemudian akan berdampak positif terhadap
kinerja karyawan.
c. Kinerja karyawan MA-RI harus dapat dipertahankan dan ditingkatkan
kembali, dengan memfasilitasi karyawan secara memadai untuk
mendukung karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih
efektif dan efisien, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan kepada karyawan tentang bagaimana menyelesaikan
pekerjaan mereka secara efektif dan efisien dengan menggunakan
fasilitas yang telah disediakan, dan juga menghimbau kepada karyawan
untuk menerapkan pengetahuan yang didapatkan dari penyuluhan yang
diberikan kepada mereka, hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan
secara personal kepada karyawan oleh atasan masing-masing.
d. Berdasarkan pelaksanaan hasil skripsi ini, maka saran untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan peneliatian pada Mahkamah Agung RI dengan
melibatkan unit kerja lainnya selain unit kerja Kepaniteraan.
2. Melaksanakan penelitian komparatif pada Mahkamah Agung RI
sehingga dapat dibandingkan dan diketahui perbandingan tingkat
budaya organisasi bagi jajaran hakim dan karyawan di Mahkamah
Agung RI.
71
DAFTAR PUSTAKA
[MA RI] Mahkamah Agung Republik Indonesia. 2010. Cetak Biru Pembaharuan
Peradilan 2010-2035. Jakarta (ID): MA RI.
Mariani D. 2007. Hubungan Nilai-nilai Budaya Perusahaan (Corporate Culture)
dan Stressors Kerja dengan Kinerja Karyawan. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Maslow AH. 1954. Motivation and Personality. New York (US): Harper & Row
Publishers.
Miner JB. 1988. Organizational Behavior: Performance and Productivity. New
York (US): Random House.
Moeljono D. 2003. Budaya Korporat & Keunggulan Korperasi. Jakarta (ID): Elex
Media Komputindo.
Mondy RW, Sharplin A, Flippo EB. 1995. Management: Concepts and Practices.
Ed ke-4. Boston (US): Allyn and Bacon.
72
LAMPIRAN
78
74
75
N %
Cases Valid 32 100,0
a
Excluded 0 ,0
Total 32 100,0
Item Statistics
Lanjutan Lampiran 2
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,982 48
77
Lanjutan Lampiran 2
Item-Total Statistics
Scale Scale
Mean if Variance Corrected
Item if Item Item-Total Cronbach's Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
X1.1 194,0000 665,097 ,716 ,981
Lanjutan Lampiran 2
Y1.3 194,2188 658,241 ,687 ,982
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN
KINERJA KARYAWAN PADA DIVISI KEPANITERAAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
Kepada
Yth. Bapak/Ibu
Di tempat
Dengan hormat,
Saat ini saya sedang melakukan penyusunan Skripsi sebagai syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana yang diselenggarakan oleh Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Fakultas
Ekonomi Manajemen IPB, pada kesempatan ini saya akan mengadakan penelitian di Mahkamah
Agung Republik Indonesia. Penelitian yang saya lakukan ini mengenai Analisis Pengaruh Budaya
Organisasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan yang ada di divisi Kepaniteraan
Mahkamah Agung Republik Indonesia. Saya sangat mengharapkan kesediaan bapak/ibu
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan atas bantuan dan kerjasama bapak/ibu saya ucapkan
terima kasih.
Rizki Andayani
H24096046
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk : Berilah tanda (X) pada jawaban
1. Jenis Kelamin
[ ] Pria [ ] Wanita
2. Masa Kerja ............ Tahun
Lanjutan lampiran 4 Kuesioner Penelitian
3. Pendidikan
[ ] SLTA [ ] DIPLOMA (D1/D2/D3)
[ ] Strata (S1) [ ] Strata (S2)
[ ] Strata (S3)
4. Usia anda ............. Tahun
80
Lanjutan Lampiran 3
Lanjutan Lampiran 3
STS TS KS S SS
3 Saya yakin jasa MA-RI masih sangat di butuhkan oleh
masyarakat
Lanjutan Lampiran 3
STS TS KS S SS
3 Saya mengerti dan menjalankan pekerjaan sesuai
dengan uraian dan standar pekerjaan yang ada
Standar Kualitas
1 Saya mengetahui prinsip manajemen kualitas kerja dan
menjalankannya dengan penuh tanggung jawab
2 Saya paham dan menjalankan pekerjaan sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan
3 Hasil pekerjaan saya berkualitas tinggi sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
Standar Tingkah Laku
1 Saya selalu merapihkan peralatan kerja saya seperti
meja, kursi dan tempat kerja saya sebelum pulang
2 Saya selalu proaktif dan memberikan masukan kepada
atasan saya bila ada masalah di kantor
3 Saya menghargai dan menghormati setiap saran, kritik
atau pendapat pimpinan dan rekan kerja
4 Saya selalu bekerja dengan hati senang, riang dan
gembira.
V. Kuesioner Kuantitatif
(Pilih Sesuai dengan Jabatan/Pekerjaan)
Panitera Pengganti STS TS KS S SS
1 Saya selalu menghadiri sidang perkara yang
dilaksanakan
2 Saya selalu mengoreksi draft putusan yang telah diketik
oleh Operator sebelum diserahkan kepada Hakim
Agung untuk proses selanjutnya
3 Saya selalu segera mengembalikan berkas-berkas
perkara yang telah selesai di proses kepada Panitera
Muda (Panmud) melalui Asisten Koordinator (Askor)
Lanjutan Lampiran 3
Staff STS TS KS S SS
1 Saya segera meregistrasi perkara baru yang masuk
secara sistematis
2 Saya segera mengedarkan perkara yang selesai di
proses oleh Hakim Agung/Panitera Pengganti
3 Saya selalu membuat laporan perkara tepat waktu setiap
bulannya
84
Observed Variables
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y1 Y2 Y3
Y4 Y5 Z1 Z2 Z3 Z4
Correlation Matrix From File D:\SEM_RI~1\DATA.COR
Sample Size = 100
Latent Variables BudayaOrg Kepuasan Kinerja
Relationships
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 = BudayaOrg
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 = Kepuasan
Z1 Z2 Z3 Z4 = Kinerja
Kepuasan = BudayaOrg
Kinerja = BudayaOrg Kepuasan
Path Diagram
options ME=UL AD=OFF IT=500
set the error covariance between Kepuasan and Kinerja to free
set the error covariance between Y3 and Y2 to free
set the error covariance between Z2 and Y2 to free
set the error covariance between Z2 and Z1 to free
set the error covariance between Z3 and Y4 to free
set the error covariance between Z3 and Z1 to free
!set the error covariance between Z3 and Z2 to free
!set the error covariance between Z4 and Y2 to free
!set the error covariance between Z4 and Z2 to free
!set the error covariance between X7 and Z1 to free
End of Problem
Lanjutan Lampiran 4
Correlation Matrix to be Analyzed
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Z1
-------- -------- -------- -------- -------- --------
Y1 1.00
Y2 0.53 1.00
Y3 0.31 0.59 1.00
Y4 0.42 0.48 0.37 1.00
Y5 0.46 0.64 0.55 0.33 1.00
Z1 0.15 0.50 0.59 0.29 0.39 1.00
Z2 0.20 0.45 0.63 0.44 0.49 0.76
Z3 0.24 0.60 0.66 0.53 0.50 0.66
Z4 0.23 0.67 0.65 0.38 0.48 0.71
X1 0.07 0.43 0.42 0.32 0.22 0.33
X2 0.30 0.51 0.57 0.17 0.39 0.41
X3 0.26 0.48 0.47 0.39 0.26 0.36
X4 0.23 0.47 0.49 0.35 0.26 0.40
X5 0.24 0.52 0.56 0.23 0.47 0.47
X6 0.32 0.57 0.65 0.33 0.52 0.54
X7 0.24 0.58 0.50 0.16 0.45 0.55
Z2 Z3 Z4 X1 X2 X3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
Z2 1.00
Z3 0.82 1.00
Z4 0.65 0.78 1.00
X1 0.33 0.47 0.47 1.00
X2 0.51 0.58 0.62 0.46 1.00
X3 0.50 0.56 0.56 0.56 0.61 1.00
X4 0.48 0.56 0.59 0.42 0.46 0.61
X5 0.49 0.50 0.58 0.42 0.60 0.55
X6 0.62 0.70 0.73 0.46 0.59 0.56
X7 0.43 0.55 0.57 0.38 0.41 0.37
X4 X5 X6 X7
-------- -------- -------- --------
X4 1.00
X5 0.58 1.00
X6 0.53 0.63 1.00
X7 0.39 0.44 0.59 1.00
86
Lanjutan Lampiran 4
Number of Iterations = 33
Lanjutan Lampiran 4
19.05 4.62
Lanjutan Lampiran 4
(0.026)
-4.98
BudayaOr
--------
1.00
Degrees of Freedom = 95
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 103.74 (P = 0.25)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 8.74
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 37.64)
Lanjutan Lampiran 4
Lanjutan Lampiran 4
T-Hitung