Anda di halaman 1dari 14

Skenario D Blok 7 (Digestif)

Skenario

Redia, anak 3 tahun, dibawa ibunya berobat ke Puskesmas karena sejak kemarin muntah
dan mencret.Setiap makanan yang ditelan, langsung dimuntahkannya. Setiap kali muntah kira-
kira setengah gelas sebanyak 5 kali perhari.Feses yang dikeluarkan berupa cairan saja, tanpa
lendir dan darah sebanyak 1 gelas dan mencret sampai 8 kali dalam sehari. Saat BAB, kotoran
langsung keluar tanpa harus mengejan dan tanpa ada rasa mules. Sehari sebelum sakit, Redia
bermain masak-masakan dan tidak sengaja meminum air sumur yang belum dimasak.

Dokter memeriksa keadaan Redia dan mendapatkan mata cekung dan turgor kulit yang
lambat.Berat badan Redia sekarang 18kg. BB sebelum sakit 20 kg. Perawat membuat larutan
oralit 1 gelas dan langsung meminumkannya perlahan pada Redia. Dokter mengatakan bahwa
Redia mengalami Gastroentritis akut disertai dehidrasi ringan-sedang.

Dokter juga memberikan tablet zink dengan nasehat kepada ibu Redia untuk
meminumkan Zink tersebutsampai 10 hari walau sudah sembuh agar dinding usus yang rusak
akibat diare cepat pulih dan dapat mencerna sari makanan kembali.

KlasifikasiIstilah

Muntah :Vomit. Pengeluaran isi lambung melalui mulut

Feses : Produk pembuangan saluran pencernaan dan merupakan indikator yang baik
untuk mengetahui kesehatan saluran pencernaan

Lendir : cairan kental yang agak padat yang berfungsi untuk melumasi dan melindung
banyak bagian dalam tubuh

Mengejan : mendorong tinja agar keluar dari dalam dengan cara menahan nafas dan
menyalurkan tenaga ke anus

Mules : sensasi terbakar diperut yang mengakibatkan asam lambung merangsang


esofagus
Mata cekung : salah satu gejala yang sering muncul pada kasus dehidrasi sedang sampai
berat yang mengindikasikan kehilangan air dari jaringan lunak

Turgor kulit : Kelenturan kulit, yang dinilai apakah tugor cukup baik atau tidak dalam
kaitannya penilaian mengenai tingkat kecukupan cairan dalam tubuh

Larutanoralit : larutan yang merupakan campuran garam elektrolit seperti NaCl KCl
trisodiumsitrat hidrat serta glukosaan hidrat ; Untuk merawat diare.

Gastroentritis : peradangan lambung dan usus yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
atau intoleransi terhadap makanan tertentu

Dehidrasi : Keadaan yang diakibatkan kehilangan cairan tubuh yang berlebihan

Tablet Zink : tablet yang berasal dari zink yang digunakan untuk memulihkan dinding
lambung yang mengalami peradangan

Diare : mencret; pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak normal

IdentifikasiMasalah

1. Redia, anak 3 tahun, dibawa ibunya berobat ke Puskesmas karena sejak kemarin
muntah dan mencret. Setiap makanan yang ditelan, langsung di muntahkannya. Setiap
kali muntah kira-kira setengah gelas sebanyak 5 kali perhari.

2. Feses yang dikeluarkan berupa cairan saja, tanpa lendir dan darah sebanyak 1 gelas
dan mencret sampai 8 kali dalam sehari.

3. Saat BAB, kotoran langsung keluar tanpa harus mengejan dan tanpa ada rasa mules.

4. Sehari sebelum sakit, Redia tidak sengaja meminum air sumur yang belum dimasak.

5. Dokter memeriksa keadaan Redia dan mendapatkan mata cekung dan turgor kulit
yang lambat. Berat badan Redia sekarang 18kg .BB sebelum sakit 20 kg.
6. Dokter mengatakan bahwa Redia mengalami Gastroentritis akut disertai dehidrasi
ringan-sedang. (vvvv)

7. Dokter juga memberikan tablet zink dengan nasehat kepada ibu Redia untuk
meminumkan Zink tersebut sampai 10 hari walau sudah sembuh agar dinding usus yang
rusak akibat diare cepat pulih dan dapat mencerna sari makanan kembali.

AnalisaMasalah

1. Redia, anak 3 tahun, dibawa ibunya berobat ke Puskesmas karena sejak kemarin
muntah dan mencret. Setiap makanan yang ditelan, langsung di muntahkannya. Setiap
kali muntah kira-kira setengah gelas sebanyak 5 kali perhari.
a. Bagaimana patofisiologi muntah dan mencret ?
b. Bagaimana fisiologi pembentukan feses ?
c. Bagaimana fisiologi menelan ?
d. Apa akibat dari muntah 5 kali perhari ?
e. Apa saja factor resiko dari muntah dan mencret ?

2. Feses yang dikeluarkan berupa cairan saja, tanpa lendir dan darah sebanyak 1 gelas
dan mencret sampai 8 kali dalam sehari.
a. Bagaimana fisiologi defekasi ?
b. Apa saja tingkatan-tingkatan diare ?
c. Mengapa feses yang dikeluarkan hanya berupa cairan saja tanpa lendir dan darah
?
d. Apa saja ion-ion yang dikeluarkan dalam tubuh saat mencret ?
e. Bagaimana tingkat kenormalan feses yang dikeluarkan oleh manusia sehat dan
manusia yang sedang sakit pada kasus?

3. Saat BAB, kotoran langsung keluar tanpa harus mengejan dan tanpa ada rasa mules.
a. Mengapa dalamkondisi normal saat ingin defekasi ada rasa mules ?
b. Mengapa pada kasus tidak terjadi rasa mules?
c. Mengapa pada kasus feses keluar tanpa harus mengejan ?
4. Sehari sebelum sakit, Redia tidak sengaja meminum air sumur yang belum dimasak.
a. Apa saja kandungan yang terdapat dalam air sumur yang belum dimasak
b. Apa akibat dari meminum air sumur yang belum dimasak ?
c. Bagaimana proses pemasakan dapat membuat air sumur menjadi air yang bias
diminum ?

5. Dokter memeriksa keadaan Redia dan mendapatkan mata cekung dan turgor kulit
yang lambat. Berat badan Redia sekarang 18kg .BB sebelum sakit 20 kg.

a. Bagaimana patofisiologi mata cekung ?

Mata tampak cekung menunjukkan keadaan kehilangan cairan dan elektrolit berlebih. Tubuh manusia
70-85% disusun oleh air yang terbagi menjadi cairan intrasel, ekstrasel dan interseluler.
Ketika cairan ini kurang pada sel atau jaringan tubuh pada keadaan dehidrasi, maka sel-sel akan
menciut, mengkerut, mengecil dan menjadi cekung. Karena palpebral terdiri dari jaringan
ikat longgar maka manifestasi yang tampak adalah mata menjadi cekung.

b. Bagaimana pemeriksaan turgor kulit yang normal ?

c. Berapa BB yang normal pada usia 3 tahun ? (batas penurunan BB fisiologis yang
masih dianggap aman )

d. Bagaimana patofisiologi turgor kulit yang lambat ?

6.Perawat membuatkan larut anoralit 1 gelas dan langsung meminumkannya perlahan


pada Redia.Dokter mengatakan bahwa Redia mengalami Gastroentritis akut disertai
dehidrasi ringan-sedang. (vvvv)

a. Bagaimana patofisiologi Gastroentritis?

Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit),
faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis. Diare karena infeksi seperti
bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi dan tertelan masuk ke
dalam saluran pencernaan. Sistem pertahanan tubuh di lambung yaitu asam lambung,
dapat membunuh bakteri yang masuk ke dalam lambung, namun apabila jumlah bakteri
terlalu banyak, maka dapat lolos dan masuk ke duodenum kemudian berkembang biak.
Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang diserang adalah usus. Bakteri di
dalam usus akan memproduksi enzim yang dapat mencairkan lapisan lendir permukaan
usus, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran epitel, dan akan mengeluarkan
toksin yang dapat merangsang sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta villi dan
menghambat absorbsi cairan. Akibatnya volume cairan di dalam lumen usus meningkat
yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang, dan akan terjadi
hipemotilitas untuk menyalurkan cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut
melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare (Ngastiyah, 2005). Diare yang
disebabkan malabsorbsi makanan oleh usus terjadi karena peningkatan tekanan osmotik
di dalam rongga usus. Peningkatan tekanan osmotik terjadi karena makanan atau zat di
usus yang tidak dapat diserap. Sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga terjadi diare (Ngastiyah, 2005). Makanan beracun juga dapat
menyebabkan diare apabila tertelan. Makanan beracun di dalam usus akan menyebabkan
iritasi mukosa usus dan mengakibakan hiperperistaltik, sehingga terjadi penurunan
absorbsi usus, dan timbul diare. Peristaltik yang menurun juga dapat menyebabkan diare
karena bakteri tumbuh berlebihan (Ngastiyah, 2005). Adanya iritasi mukosa usus dan
peningkatan volume cairan di lumen usus menyebabkan nyeri pada abdomen. Selain itu,
nyeri abdomen atau kram juga timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri di
usus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang juga akan menimbulkan kembung dan
flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini juga akan timbul keluhan mual muntah dan
nafsu makan menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan asam-basa dan
elektrolit (Ngastiyah, 2005). Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan
menyebabkan dehidrasi, yang ditandai dengan penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata cekung, mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang
kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan, terjadi penurunan volume cairan ekstrasel
dan intrasel dan juga mengalami penurunan Na, K

b. Apa penyebab Gastroentritis ?


Gastroenteritis bisa disebabkan karena infeksi dan non-infeksi. Penyebab GE terbesar adalah
karena infeksi. Gastroenteritis infeksi bisa disebabkan oleh organisme virus, bakteri, dan atau
parasit. Tersering disebabkan oleh virus, yaitu rotavirus, yang terkait dengan diare akut.

Sedangkan penyebab non-infeksi bisa terjadi karena alergi makanan, minuman, obat-obatan, dan
keracunan, misalnya pada bayi menyusui karena ibunya mengalami perubahan pola diet. Efek
samping makanan, minuman, dan obat yang dikonsumsi juta turut punya andil sebagai penyebab
keluhan di perut ini.

Menurut perjalanan penyakitnya, gastroenteritis dibedakan menjadi gastroenteritis akut, akut


berdarah, dan persisten. Viruslah yang paling sering dikaitkan dengan kasus gastroenteritis akut.
GE jenis ini disebut akut karena sifat pemunculan gejalanya yang tiba-tiba, tapi cepat membaik
dalam hitungan hari hingga 2 mingguan sesuai perjalanan alamiah penyakitnya. Gastroenteritis
akut berdarah sering disebut disentri. Ada keterlibatan organisme yang merusak usus dan
ditemukannya darah dalam tinja. Jika gastroenteritis berlanjut hingga lebih dari 14 hari, maka
disebut persisten. Seringpula terjadi pada penderita dengan status gizi buruk, mengalami masalah
dengan sistem kekebalan tubuh, dan sedang dalam keadaan infeksi.

Virus, bakteri, atau parasit penyebab bisa masuk ke saluran cerna melalui mulut atau melalui
perantara makanan dan minuman tercemar yang dikonsumsi, sehingga penyakit ini disebut food
borne disease. Bahkan rotavirus diduga dapat menular lewat udara. Setelah masuk ke saluran
cerna melewati hadangan asam lambung, organisme menuju ke usus. Di usus ini organisme
penyebab diare berkembang biak. Mereka mampu mengubah struktur dinding usus,
menimbulkan peradangan, mengeluarkan toksin, dan mengganggu kerja sel usus dalam proses
pencernaan dan penyerapan makanan/minuman. Hal ini menyebabkan gerak khas kontraksi atau
peristalsis dinding usus meningkat. Gelombang kembung kempis ini memaksa isi usus yang
belum tercerna dan terserap dengan baik terus maju dan meluncur makin ke bawah menuju
pembuangannya, sehingga terjadilah mencret.

c. Bagaimana patofisiologi dehidrasi ?


Patofisiologi

Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan
dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal
atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah
tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran
cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan
menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat
dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi
volume sirkulasi darah efektif.

Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-
70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan
1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak
mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar
dirawat dengan metode terbuka.

Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan
yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik
sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan
kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma
hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau
parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik.

Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF


menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan
perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah
dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di
batang otak, yang kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer,
peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan
perfusi jarignan yang normal.
Penurunan perfusi ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron.
Angiotensin merangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi
natrium oleh ginjal.

Jika terjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi dan vasokonstriksi
yang diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadi penahanan aliran darah yang menuju
ginjal, saluran cerna, otot dan kulit, sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif
dipertahankan.

d. apa hubungan Gastroentritis dengan dehidrasi ?

e. Apa hubungan gastroenteritis dengan keluhan pada kasus ?

f. Bagaimana penatalaksanaan gastroentritis ?

Penanggulangan utama diare disusun oleh Depkes RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare). Langkah-langkah tersebut yaitu (1) oralit
formula baru, (2) pemberian zinc selama 10 hari, (3) melanjutkan pemberian ASI dan makanan,
(4) pemberian antibiotika tertentu sesuai indikasi, dan (5) konseling/nasihati ibu. Pertolongan
pertama yang bisa dilakukan jika terserang gastroenteritis antara lain hindari kontak dengan
terduga penyebab, pencegahan kekurangan cairan atau jangan sampai dehidrasi, dan istirahat
yang cukup.

Cairan tubuh yang hilang karena muntah, buang air, dan demam, harus segera diganti untuk
mencegah dehidrasi. Juga selalu ingat untuk selalu mencuci tangan. Jika tersedia oralit, berikan
segera. Oralit adalah campuran garam elektrolit. Oralit berosmolaritas rendah seperti yang telah
beredar di pasaran saat ini sangat direkomendasikan karena dapat mengurangi sensasi mual dan
muntah. Campurkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air minum, lalu diaduk rata, dan
pastikan penderita meminumnya.

Jika belum tersedia oralit, bisa berikan cairan rumah tangga (CRT) seperti air tajin, kuah sayur,
atau cukup air matang. Sesuaikan dosis oralit dengan status dehidrasi dan umur penderita.
Penderita sebaiknya segera dibawa ke sarana kesehatan jika tidak mampu minum yang cukup
untuk dipertimbangkan pemberian cairan melalui pembuluh darah atau infus.

 Untuk diare tanpa dehidrasi bisa diberikan oralit sebanyak ¼ – ½ gelas (umur < 1 tahun),
½ – 1 gelas (1 – 4 tahun), dan 1 – 1 ½ gelas (> 5 tahun) tiap kali mencret.
 Pada diare derajat ringan/sedang, oralit 3 jam pertama diberikan sebanyak 75 ml/kg berat
badan. Pemberian selanjutnya sesuai dengan diare tanpa dehidrasi.
 Penderita diare dengan dehidrasi berat sebaiknya dibawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat infus.

Pemberian suplemen mikronutrien zinc atau seng segera setelah mengalami diare dianjurkan
karena terbukti bisa mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi seringnya mencret,
mengurangi banyaknya kotoran, dan mengurangi risiko kekambuhan 3 bulan kemudian.
Dianjurkan untuk tetap minum zinc hingga 10 hari setelah diare berhenti.

Jika masih bisa makan dan minum, berikan makanan dan minuman dalam porsi yang lebih
sedikit, tapi lebih sering. Prinsipnya adalah memberikan suatu yang mudah dicerna seperti bubur
dan berkuah, rendah serat, sehingga tidak membuat saluran cerna bekerja terlalu keras
memprosesnya, dan tidak mengiritasi saluran cerna. Untuk bayi dan anak, kalau tidak
bermasalah dengan diet ibunya, boleh melanjutkan air susu ibu seperti biasa. Hal yang sama
berlaku untuk bayi dan anak yang mendapat susu formula, bahkan pemberiannya harus lebih
sering dari biasanya untuk mencegah penurunan berat badan. Setelah penyembuhan pun
makanan ekstra harus tetap diberikan untuk menunjang perbaikan berat badan.

Konsumsi obat-obatan seperti antimual, antimuntah, antidiare, dan terutama antibiotika harus
benar-benar selektif menurut pertimbangan dokter, apalagi jika penderita adalah bayi dan anak-
anak. Perlu diingat bahwa muntah dan diare dalam batas tertentu bisa dianggap sebagai respon
alami tubuh untuk mengeluarkan benda asing, racun/toksin, dan organisme penyebab. Kembali
ke pertimbangan rasionalitas, efektivitas, dan efek samping obat.

Pemerintah juga menekankan pemberian konseling dan nasihat jika terjadi hal-hal yang lebih
berat. Kalau diare menjadi lebih sering, muntah berulang yang menghambat rehidrasi oral,
sangat haus, sedikit makan dan minum, disertai demam, tinja berdarah, dan tidak ada perbaikan
dalam 3 hari, periksakan kembali penderita ke sarana kesehatan.

Pencegahan lebih baik dibanding pengobatan. Kebiasaan menjaga dan memperbaiki kondisi
kesehatan atau higiene dan sanitasi tetap menjadi upaya ampuh yang sederhana untuk
mengurangi risiko terkena penyakit, misalnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum kontak dengan mulut, sebelum menyiapkan makanan/minuman, sebelum memegang
bayi, dan sebelum menyuapi anak. Jangan lupa cuci tangan juga setelah buang air besar dan
kecil. Gunakan selalu jamban dengan benar dan pengelolaan buang sampah yang baik.

f. Bagaimana cara mendiagnosis gastroentritis ?


Pemeriksaan Fisik
Pada pasien yang menderita gastroenteritis ada dua data yang perlu diperhatikan,
yaitu :
a. Data Subjektif
1) Nyeri atau kram pada bagain abdomen, serangan dan lamanya lokasi dan
penyebarannya, karakter dan beratnya, faktor penghilang dan pemberatnya.
2) Sering defekasi (BAB) : warna hijau atau kehijauan, mungkin mengandung
darah.
3) Penurunan nafsu makan : anoreksia
b. Data Objektif
1) Penurunan berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan berat badan.
2) Hiperaktif atau bising usus
3) Deman
4) Peka rangsang
5) Dehidrasi mata dengan ciri : cekung, turgor kulit buruk, tidak ada air mata saat
menangis.
6) Ketidakseimbangan elektrolit.

2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau
Complete Blood Count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai
‘hematologi’, yaitu pemeriksaan terhadap jenis sel dalam darah, termasuk sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Sel darah putih (leukosit)
berfungsi untuk membantu melawan infeksi dalam tubuh. Hitung Sel Darah Putih
(White Blood Cell count/WBC) adalah menghitung jumlah total leukosit. Jika
nilai hitung leukosit tinggi dapat diartikan tubuh kita sedang melawan infeksi.
Namun, jika nilai hitung leukosit rendah (leukopenia atau sitopenia) berarti
terdapat masalah dengan sumsum tulang, maka tubuh kurang mampu melawan
infeksi.
Hitung Jenis (differential), yaitu pemeriksaan darah dengan menghitung lima jenis
sel darah putih, yang terdiri atas: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan
basofil. Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-
70% dari leukosit. Jika neutrofil rendah (disebut neutropenia), memungkinkan
tubuh lebih mudah terkena infeksi bakteri. Limfosit ada dua jenis sel limfosit :
sel-T yang menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur sistem
kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat antibodi, protein khusus yang
menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Monosit atau
makrofag mencakup 2- 8% dari leukosit. Sel ini melawan infeksi dengan
‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman
apa yang ditemukan. Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya
infeksi bakteri. Eosinofil biasanya 1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan
alergi dan tanggapan terhadap parasit. Jumlah yang tinggi, terutama jika diare,
flatulen atau perut kembung, mungkin menandai keberadaan parasit. (10)
b. Pemerikasaan Feses
Pemeriksaan feses dilakukan secara makroskopis maupun mikroskopis. Analisa
terhadap warna, konsistensi, dan darah secara makroskopis. Sedangkan secara
mikroskopis meliputi: keberadan amuba, lemak, leukosit, eritrosit, jamur, telur
cacing dan parasit lain. Diagnosis yang pasti dari penyebab infeksi adalah dengan
pemeriksaan mikroskopik dari sampel feses. Sampel feses yang masih cair
dikumpulkan dalam jumlah besar dari 10 orang sakit selama 48 jam pertama
mereka sakit, kemudian patologi virus dideteksi. Kajian feses juga dilakukan
ketika pasien mengalami diare berdarah atau jika penyebabnya yang tidak biasa,
seperti Escherichia coli atau Cryptosporidium. (11)
c. Pemeriksaan Urin
Urin dengan berat jenis yang bertambah dan pH <7 -="" 1.006="" 1.030="" 7.=""
adalah="" berat="" dan="" dehidrasi.="" j="" jenis="" menunjukkan="" nbsp=""
normal="" ph="" span="" terjadinya="" urin="" yang="">Identifikasi organisme
Shigella dapat dilakukan dengan kultur urin, karena Shigella dapat keluar bersama
urin.

h. Apa fungsi dari pemberian oralit terhadap kasus ?

i. Bagaimana takaran pemberian oralit ?

Pada dasarnya diberikan secara oral ad libitum sebagai larutan.2 Ada juga yang
menyatakan tergantung pada kehilangan cairan.3 Untuk dewasa : 3 jam pertama 12 gelas,
selanjutnya setiap kali diare 3 gelas. Anak-anak 5-12 tahun : 3 jam pertama 6 gelas
larutan (200 ml), selanjutnya setiap kali diare 2 gelas. Anak 1-5 tahun : 3 jam pertama 3
gelas, selanjutnya setiap kali diare 1 gelas. Bayi s/d 1 tahun : 3 jam pertama 1/2 gelas,
selanjutnya setiap kali diare 1/2 gelas.2 atau 1-1 kali olume minum biasanya.3

j. Apa komposisi dari oralit ?

k. Bagaimana cara oralit bekerja pada tubuh ?

l. apa efek samping dari oralit ?

Efek samping yang sering terjadi:Gangguan keseimbangan elektrolit : gangguan


keseimbangan elektrolit akibat kelebihan natrium. hal ini dapat juga diakibatkan oleh
efek anion yang spesifik. Retensi natrium berlebih di dalam tubuh biasanya terjadi ketika
ekskresi natrium melalui ginjal terganggu. Hal ini memicu terakumulasinya cairan
ekstraseluler untuk mempertahankan osmolalitas plasma normal yang dapat
menimbulkan edema paru dan perifer berikut konsekuensinya. Hipernatraemia
(peningkatan osmolalitas plasma) biasanya dihubungkan dengan kurangnya asupan
(intake) cairan, atau terjadi kehilangan banyak cairan. Jarang terjadi jika digunakan pada
dosis terapi, tetapi dapat terjadi pada penggunaan larutan natrium klorida (saline)
hipertonik untuk merangsang muntah atau untuk bilas lambung dan setelah terjadi
kesalahan formulasi makanan bayi. Hipernatraemia juga dapat terjadi pada penggunaan
salin hipertonik yang tidak tepat secara intravena. Efek paling serius dari hipernatremia
adalah dehidrasi otak yang dapat menyebabkan somnolence dan kebingungan yang dapat
berkembang menjadi konvulsi, koma, gagal nafas dan kematian. Gejala lainnya meliputi
rasa haus, berkurangnya produksi saliva (ludah) dan air mata, demam, berkeringat,
takikardi, hipertensi atau hipotensi, sakit kepala, pusing, gelisah, cepat marah, lemah,
kejang otot dan kekakuan. Efek pada gastrointestinal dikaitkan dengan tertelannya larutan
hipertonik atau sejumlah besar natrium klorida meliputi mual, muntah, diare dan kram
perut. Penggunaan garam klorida secara berlebihan dapat menyebabkan hilangnya
bikarbonat dengan efek pengasaman.1 Larutan yang terlalu pekat dapat menimbulkan
hiperkalemia.2 Kalau terlalu banyak diminum dapat menimbulkan edema pada kelopak
mata.2 Efek paling serius dari hipernatremia adalah dehidrasi otak yang dapat
menyebabkan somnolence dan kebingungan yang dapat berkembang menjadi konvulsi,
koma, gagal nafas dan kematian. Gejala lainnya meliputi rasa haus, berkurangnya
produksi saliva (ludah) dan air mata, demam, berkeringat, takikardi, hipertensi atau
hipotensi, sakit kepala, pusing, gelisah, cepat marah, lemah, kejang otot dan kekakuan.

7. Dokter juga memberikan tablet zink dengan nasehat kepada ibu Redia untuk
meminumkan Zink tersebut sampai 10 hari walau sudah sembuh agar dinding usus yang
rusak akibat diare cepat pulih dan dapat mencerna sari makanan kembali.

a. Apa fungsi dari tablet zink dalam kasus?

b. Bagaimana cara kerja tablet zink terhadap dinding usus ?

c. Bagaimana takaran tablet zink yang sesuai dengan kasus

d. Bolehkah tablet zink diminum bersamaan dengan minum oralit ?

e. Apa efek samping dari tablet zink ?


f. Apa saja makanan yang sebaiknya bias dimakan untuk penderita penyakit diare ?

LI

1. Fisiologi digestif (defekasi, mencret ) taufan , vinny, mareta


2. Gastroentritis (air sumur ), mareta, kiki, fiani
3. Dehidrasi dan Diare (BB normal untuk usia 3tahun)fiani, evlin,kemala
4. Oralit dan tablet zink calvin, andani, gemi

Anda mungkin juga menyukai